Dari pertemuan pertama sampai kedelapan dapat dianalisis bahwa para anggota sudah dapat memperoleh pengertian dan pemahaman terhadap topik yang
telah dibahas dalam tiap pertemuan. Sehingga rata-rata sudah ditunjukkan pada perubahan perilaku yang muncul pada saat proses kegiatan bimbingan kelompok
pertemuan berikutnya. Sehingga diharapkan perubahan perilaku yang positif tersebut dapat selalu diterapkan dalam lingkup sekolah dan lingkungan yang lebih
luas. Baik dalam keluarga maupun masyarakat. Perubahan positif yang dimaksud yaitu anggota kelompok mampu mempertahankan bahkan meningkatkan
pentingnya mengikuti kegiatan Pramuka karena banyak manfaatnya baik bagi kemandirian maupun bagi kelompok dalam lingkungan sekolah maupun di luar
lingkungan sekolah.
4.2 Pembahasan
Hasil analisis diskriptif pre test dari 10 siswa yang mengalami keaktifan diri rendah dalam kegiatan kepramukaan memiliki kategori rendah. Siswa yang
dijadikan sebagai sampel penelitian ini merupakan gambaran kecil dari masalah keaktifan diri siswa terhadap kegiatan kepramukaan dari jumlah siswa
keseluruhan kelas VII di sekolah. Berdasarkan informasi dari guru pembimbing, ada beberapa siswa yang memiliki ciri keaktifan diri rendah terhadap kegiatan
kepramukaan yaitu siswa yang memiliki hambatan untuk aktif dalam mengikuti kegiatan kepramukaan. Hambatan dalam keaktifan diri mengikuti kegiatan
kepramukaan disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya kemandirian berkegiatan. Penyebab tidak dapatnya kemandirian siswa dalam berkegiatan
adalah siswa sering terpengaruh temannya yang tidak mengikuti kegaiatan kepramukaan, sehingga siswa tersebut terhasut dan ikut terpengaruh hasutan
temannya untuk tidak mengikuti kegiatan kepramukaannya. Selain itu, peneliti mendapatkan informasi dari guru pembimbing bahwa siswa kelas VII masih
banyak belum mengetahui pentingnya keterampilan dan penanaman moral yang terkandung dalam kegiatan kepramukaan bagi kehidupan sehari hari dan juga
hasil belajar siswa di sekolah, karena di dalam kegiatan pramuka diajarkan untuk hidup mandiri dan juga berkegiatan dalam kelompok yang membantu siswa dalam
proses belajar siswa di sekolah. Proses peningkatan keaktifan diri siswa terhadap kegiatan kepramukaan
ditunjukan pada proses bimbingan kelompok teknik diskusi kelompok. Treatment yang dilakukan peneliti sebanyak delapan kali pertemuan. Setelah peneliti
melakukan bimbingan kelompok teknik diskusi kelompok, peneliti mengadakan post test kepada siswa yang diberikan bimbingan kelompok teknik diskusi
kelompok dan juga observasi langsung pada saat kegiatan pramuka berlangsung. Adapun persentase rata-rata tingkat keaktifan diri dari hasil post test tersebut
sebesar 75,57 meningkat dari sebelumnya saat pre test sebesar 62,73. Jumlah tersebut mengalami persentase peningkatan rata-rata 12,24. Tentunya hal ini
menunjukan bahwa keaktifan diri siswa mengikuti kegiatan kepramukaan dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok teknik diskusi kelompok.
Selain itu untuk dapat mengetahui apakah keaktifan diri benar-benar dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok tekik diskusi kelompok yaitu
dengan menggunakan analisis uji wilcoxon.
Analisis data dengan membandingkan tabel wilcoxon match pairs test per indikator dari hasil penelitian yang meliputi 1 kreatifitas berkegiatan, 2
kemandirian berkegiatan, 3 berkegiatan dalam kelompok, dalam taraf signifikansi 5 T
hitung
T
tabel
untuk sampel penelitian yang berjumlah 10. Untuk menguji hipotesis penelitian ini dengan rumus uji Wilcoxon Match Pairs Test ketentuannya
adalah 1 Ho ditolak dan Ha diterima apabila T
hitung
T
tabel
, 2 Ho diterima dan Ha ditolak apabila T
hitung
T
tabel
. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel untuk uji wilcoxon, jumlah jenjang yang kecil atau T
hitung
nilainya adalah 55,0. Sedangkan T
tabel
untuk n = 10 dengan taraf kesalahan 5 nilainya adalah 8. Sehingga T
hitung
55,0 T tabel 8,0 menunjukkan bahwa selurih indikator signifikan. Analisis data wilcoxon dari hasil penelitian secara keseluruhan menunjukkan bahwa hasil uji
dengan taraf signifikansi 5, sehingga dapat ditarik kesimpulan Ha diterima dan Ho ditolak. Hasil penelitian dari pre test dan post test menunjukkan bahwa secara
keseluruhan masalah rendahnya keaktifan diri siswaterhadap kegiatan kepramukaan yang dialami siswa tersebut menjadi lebih rendah setelah
mendapatkan treatment jika dibandingkan dengan sebelum mendapatkan treatment. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian bimbingan kelompok teknik
diskusi kelompoksesuai dengan prosedur cukup efektif untuk meningkatkan keaktifan siswa terhadap kegiatan kepramukaan.
Penyimpulan tersebut berdasarkan tujuan bimbingan kelompok yaitu untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari
konselor sekolah sebagai narasumber yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-
hari baik sebagai individu maupun pelajar, anggota dan masyarakat Mugiarso dkk, 2004: 66.
Tujuan bimbingan kelompok menurut Prayitno 1995: 179 adalah setiap siswa:
Mampu berbicara di depan orang banyak, 2 mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran, tanggapan, dan perasaan kepada orang banyak,
3 belajar menghargai pendapat orang lain, 4 bertanggung jawab atas pendapat yang dikembangkannya, 5 mampu mengendalikan diri dan
emosi, 6 dapat bertenggang rasa, 7 menjadi akrab satu sama lain, 8 membahas suatu masalah atau topik-topik umum yang dirasakan
menjadi kepentingan bersama.
Salah satu tujuan layanan bimbingan kelompok seperti yang dijelaskan di atas salah satunya adalah membahas suatu masalah atau topik-topik umum yang
dirasakan menjadi kepentingan bersama. Saling hubungan antara anggota kelompok sangatlah diutamakan sedangkan hubungan antar anggota dengan
pemimpin kelompok tidak sedemikian penting, karena dalam layanan bimbingan kelompok semua anggota mendapatkan kedudukan yang sama untuk saling
berhubungan atau berinteraksi dengan anggota lain. Dengan demikian, bimbingan kelompok bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat
saling mengenal satu sama lain, saling jujur dan terbuka, dan sekaligus dapat meningkatkan kepercayaan kepada orang lain dengan memanfaatkan dinamika
kelompok. Sedangkan teknik diskusi kelompok merupakan teknik yang tujuannya
agar sebagai anggota kelompok dapat mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan dan memecahkan masalah tersebut secara bersama-sama di bawah
pimpinan seorang pemimpin kelompok. Dinkmeyer dan Munro dalam Romlah
2001:89 menerangkan bahwa diskusi kelompok adalah percakapan yang telah direncanakan antara tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk memecahkan
masalah atau untuk memperjelas suatu persoalan, dibawah pimpinan kelompok. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teknik diskusi kelompok berguna
untuk meningkatkan keaktifan siswa atau anggota kelompok sebagai sarana meningkatkan keaktifan diri siswa dalam berkegiatan. Peneliti juga melakukan
observasi langsung setelah melakukan treatment dengan melihat langsung pelaksanaan kegiatan pramukan dan juga melihat kembali absensi siswa yang
mengikuti kegiatan kepramukaan. Siswa juga tidak mudah terpengaruh dengan ajakan teman yang lain untuk mengajaknya tidak berangkat pramuka, dan juga
siswa menyadari bekerja dalam kelompok dapat membangun kepercayaan diri terhadap orang lain.
Menurut Ahmad Supriyono 2004:207 siswa aktif adalah siswa yang terlibat secara intelektual dan emosional dalam kegiatan belajar. Oleh sebab itu,
dalam meningkatkan keaktifan siswa diperlukan adanya sikap yang aktif dari seluruh siswa terutama dalam hal berkegiatan hal tersebut secara tidak langsung
akan memepengaruhi hasil belajar siswa. Penelitian lain yang mendukung penelitian ini adalah jurnal Teaching as
Subversive Activity yang dilakukan oleh Neil Postman charles Weingartner 2009:125. Dari hasil penelitian tersebut dijelaskan bahwa adalah proses dimana
keterlibatan yang didasari oleh adanya rangsangan dari dalam diri untuk dapat mengerjkan sesuatu agar lebih berkembang dalam diri tersebut. Juga penelitian
yang dilakukan Reni Yusmiati dengan judul Meningkatkan Keaktifan Siswa
Dalam Proses Belajar Di Kelas Melalui Layanan Bimbingan Kelompok. Dari hasil penelitian tersebut di dapat bahwa bimbingan konseling dapat meningkatkan
keaktifan belajar siswa. Layanan bimbingan kelompok efektif sebagai upaya dalam meningkatkan
keaktifan siswa dalam berkegiatan, karena dalam kegiatan layanan bimbingan kelompok tersebut, siswa diajak untuk berlatih berinteraksi dengan siswa lain
dalam satu kelompok yang didalamnya membahas materi bimbingan yang disajikan. Dari hal tersebut siswa akan memperoleh berbagai pengalaman,
pengetahuan dan gagasan. Dari topik itu pula siswa dapat belajar mengembangkan nilai-nilai dan menerapkan langkah-langkah bersama dalam menanggapi topik
yang dibahas dalam bimbingan kelompok tersebut. Sesuai dengan judul skripsi ini, yaitu peningkatan keaktifan siswa terhadap
kegiatan kepramukaan menggunakan layanan bimbingan kelompok teknik diskusi kelompok. diharapkan melalui layanan bimbingan kelompok teknik diskusi
kelompok tersebut mampu untuk mengatasi masalah keaktifan kepramukaan pada siswa kelas VII F SMP N 1 Demak. Sesuai dengan uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa bimbingan kelompok dengan teknik diskusi kelompok dapat meningkatkan keaktifan kepramukaan, sehingga dapat diketahui bahwa harapan
dari penelitian ini tercapai.
4.3 Keterbatasan Penelitian