PENINGKATAN KEMAMPUAN PERENCANAAN KARIER MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI PADA SISWA KELAS VIII H DI SMP NEGERI 3 KEBUMEN.

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN PERENCANAAN KARIER MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI PADA

SISWA KELAS VIII H DI SMP NEGERI 3 KEBUMEN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Mei Pritangguh NIM 12104241067

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

i

PENINGKATAN KEMAMPUAN PERENCANAAN KARIER MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI PADA

SISWA KELAS VIII H DI SMP NEGERI 3 KEBUMEN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Mei Pritangguh NIM 12104241067

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

(6)

v MOTTO

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa

yang kamu kerjakan (Q.S. Al-Mujadilah 11)

“Life is like riding a bicycle. To keep your balance, you must keep moving” (Albert Einstein)


(7)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada:  Bapak dan Ibu saya tercinta.

 Program Studi Bimbingan dan Konseling.  Almamater saya Universitas Negeri Yogyakarta.


(8)

vii

PENINGKATAN KEMAMPUAN PERENCANAAN KARIER MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI PADA

SISWA KELAS VIII H DI SMP NEGERI 3 KEBUMEN Oleh

Mei Pritangguh NIM 12104241067

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan kemampuan perencanaan karier melalui layanan bimbingan kelompok teknik diskusi pada siswa kelas VIII H SMP Negeri 3 Kebumen, (2) mengetahui proses layanan bimbingan kelompok teknik diskusi yang mampu meningkatkan kemampuan perencanaan karier siswa kelas VIII H di SMP Negeri 3 Kebumen.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan mengadopsi model dari Kemmis dan McTaggart. Penelitian ini merupakan penelitian populasi, subjek penelitian yaitu siswa kelas VIII H SMP Negeri 3 Kebumen yang berjumlah 32 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah skala kemampuan perencanaan karier, observasi, dan wawancara. Penelitian ini terdiri dari dua siklus yang setiap siklusnya terdiri 3 (tiga) tindakan. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) layanan bimbingan kelompok teknik diskusi dapat meningkatkan kemampuan perencanaan karier siswa. Dilihat dari hasil data kuantitatif rata-rata skor pre-test yaitu 83 dan meningkat 20% sebanyak 30 skor sehingga rata-rata skor pada post-test I menjadi 113. Selanjutnya rata-rata skor siswa meningkat lagi 6% sebanyak 10 skor sehingga rata-rata skor pada post-test II meningkat 123. (2) Hasil tersebut juga didukung hasil observasi dan wawancara terhadap siswa dan guru pembimbing, peningkatan ini terjadi karena dalam teknik diskusi terdapat dinamika kelompok yang dinamis antar anggota kelompok, sehingga setiap siswa bisa saling membantu menyelesaikan masalah. Dinamika kelompok yang dinamis mengarahkan pada penyelesaian masalah bersama.


(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya, sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan. Skripsi yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Perencanaan Karier melalui Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi pada Siswa Kelas VIII H di SMP Negeri 3 Kebumen”, merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian.

2. Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah menyetujui judul skripsi dan memberikan dosen pembimbing skripsi.

3. Dra. Sri Iswanti, M. Pd. yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, masukan, dan koreksi serta motivasi dengan sabar dan bijak dalam penyusunan skripsi ini.

4. Seluruh dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan atas segala ilmu dan pengalaman belajar selama menempuh studi.

5. Guru Pembimbing SMP Negeri 3 Kebumen yang telah membantu dalam melakukan tindakan penelitian.


(10)

(11)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN ...ii

HALAMAN PERNYATAAN ...iii

HALAMAN PENGESAHAN ...iv

HALAMAN MOTTO ...v

HALAMAN PERSEMBAHAN...vi

ABSTRAK ...vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR TABEL ...xiii

DAFTAR GAMBAR ...xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Identifikasi Masalah ...8

C. Batasan Masalah ...9

D. Rumusan Masalah ...9

E. Tujuan Penelitian ...10

F. Manfaat Penelitian ...10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian tentang Perencanaan Karier ...12

1. Teori Perkembangan Karier ...12

2. Pengertian Perencanaan Karier ...15

3. Tujuan Perencanaan Karier ...16

4. Faktor–faktor Perencanaan Karier ...18

5. Aspek-aspek Perencanaan Karier ...19

B. Kajian tentang Bimbingan Kelompok...21


(12)

xi

2. Tujuan Bimbingan Kelompok...22

3. Bentuk-bentuk Bimbingan Kelompok ...23

C. Kajian tentang Teknik Diskusi ...24

1. Pengertian Diskusi ...24

2. Tujuan Diskusi ...25

3. Kelebihan dan Kelemahan Teknik Diskusi...26

4. Pelaksanaan dan Pembentukan Kelompok dalam Diskusi ...28

D. Kajian Penelitian yang Relevan ...32

E. Kerangka Pikir ...33

F. Hipotesis Tindakan ...35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ...36

B. Subjek Penelitian ...39

C. Tempat dan Waktu Penelitian ...39

D. Definisi Operasional ...40

E. Rencana Tindakan ...41

F. Skenario Siklus ...43

G. Kriteria Keberhasilan ...46

H. Metode Pengumpulan Data ...47

I. Instrumen Penelitian ...49

J. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...52

K. Teknik Analisis Data ...57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian ...60

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ...60

2. Deskripsi Waktu Penelitian...61

B. Deskripsi Subjek Penelitian ...61

C. Langkah Sebelum Pelaksanaan Tindakan ...63

D. Deskripsi Pelaksanaan dan Hasil Penelitian ...65

1. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ...65


(13)

xii

3. Refleksi ...78

4. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ...80

5. Hasil Tindakan Siklus II ...88

6. Refleksi ...93

E. Refleksi Hasil Wawancara ...94

F. Pembahasan Hasil Penelitian ...96

G. Keterbatasan Penelitian ...100

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ...102

B. Saran ...103

DAFTAR PUSTAKA ...104


(14)

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Skor Jawaban Responden terhadap Instrumen ...48

Tabel 2. Kisi-kisi Skala Perencanaan Karier ...50

Tabel 3. Rangkuman Item Sahih dan Item Gugur ...55

Tabel 4. Kategorisasi Skor Skala Kemampuan Perencanaan Karier ...58

Tabel 5. Waktu Pelaksanaan Penelitian ...61

Tabel 6. Nama Subjek Penelitian...62

Tabel 7. Kategori Perencanaan Karier Siswa Pratindakan ...63

Tabel 8. Pembagian Kelompok Diskusi ...66

Tabel 9. Peningkatan Skor Siswa (Siklus I) ...76

Tabel 10. Hasil Skala Pratindakan, Siklus I, Siklus II ...89

Tabel 11. Rekapitulasi Data Perencanaan Karier Pasca-Siklus II...91


(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Diagram Kerangka Pikir... 35 Gambar 2. Model Penelitian Tindakan Kelas ... 37 Gambar 3. Histogram Perbandingan Skor Skala Kemampuan

Perencanaan Karier Pre-test, Post-test I, Post-test II ... 90 Gambar 4. Histogram Perbandingan Kemampuan Perencanaan Karier


(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Skala Perencanaan Karier sebelum Uji Coba ...107

Lampiran 2. Skala Perencanaan Karier setelah Uji Coba ...111

Lampiran 3. Pedoman Observasi ...115

Lampiran 4. Pedoman Wawancara ...116

Lampiran 5. Skor Hasil Uji Coba Angket ...117

Lampiran 6. Uji Validitas Angket Kemampuan Perencanaan Karier ...118

Lampiran 7. Uji Reliabilitas Angket Kemampuan Perencanaan Karier ...119

Lampiran 8. Data Hasil Skor Pre-Test ...120

Lampiran 9. Data Hasil Skor Post-Test I ...121

Lampiran 10. Data Hasil Skor Post-Test II ...122

Lampiran 11. Hasil Observasi Siswa ...123

Lampiran 12. Hasil Wawancara Siswa dan Guru Pembimbing ...125

Lampiran 13. Satuan Layanan Bimbingan Kelompok ...130

Lampiran 14. Foto-Foto Kegiatan Penelitian ...159


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan manusia terus berlangsung dan kebutuhan hidup setiap hari semakin bertambah mengharuskan manusia untuk berusaha, sehingga kebutuhan hidup dapat terpenuhi dan kehidupan dapat berlangsung dengan baik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memenuhi hal tersebut adalah dengan memilih dan memiliki karier atau pekerjaan tertentu. Memiliki karier yang tepat dan baik dapat menjadi suatu tanda terjaminnya kehidupan manusia, terhindar dari keadaan ekonomi yang sulit serta mendapatkan kebahagiaan.

Karier yang dimiliki seseorang bukanlah mengenai pekerjaan apa yang dilakukannya tetapi lebih pada pekerjaan sebagai ajang untuk mengaktualisasikan potensi dan kemampuan yang dimiliki. Menurut Havighurst (Hurlock, 2002:206) karier atau pekerjaan seseorang menentukan berbagai hal dalam kehidupan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Dewa Ketut Sukardi (1987:15) menambahkan bahwa suatu pekerjaan yang disandang seseorang yang cocok atau benar-benar sesuai dengan potensi diri dari orang yang menjabatnya maka akan menimbulkan kesenangan kemudian mereka akan berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan prestasinya.

Karier yang diinginkan tidak serta-merta dapat diraih, perlu perencanaan dan usaha dalam menggapainya. Menurut Yulita Ristyastini dan Suzy Charllote (2006:56) karier tertinggi tidak dapat dicapai secara instan, melainkan harus dengan perencanaan yang matang. Perencanaan karier lebih


(18)

2

baik dilakukan sedini mungkin, mengingat betapa pentingnya masalah karier dalam kehidupan manusia.

Remaja merupakan langkah awal untuk memulai merencanakan karier. Masa remaja merupakan periode penting, periode peralihan, periode perubahan, pencarian identitas, usia bermasalah, usia ketakutan, masa yang tidak realistik, dan masa ambang dewasa (Rita Eka Izzaty, dkk., 2008:124-126). Santrock (2003:31) menyatakan bahwa masa remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa yang mencakup perubahan psikologis, kognitif, dan sosial. Oleh karena itu, berdasarkan kedua pendapat di atas masa remaja adalah masa yang tepat dalam pembentukanpola pikir terhadap pentingnya merencanakan karier.

Siswa yang berada pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) berada pada fase atau masa remaja. Remaja memiliki tugas perkembangan, menurut Havighurst (Hurlock, 2002:10) salah satunya adalah mempersiapkan masa depan terutama mempersiapkan kariernya. Setiap tahapan perkembangan manusia mempunyai karakteristik yang khas dan tugas-tugas perkembangan tersendiri yang bermanfaat sebagai petunjuk arah perkembangan yang normal. Tugas-tugas perkembangan tersebut juga sangat berhubungan dengan pendidikan yang diterima oleh individu. Pendidikan menentukan tugas apakah yang dapat dilaksanakan seseorang pada masa-masa tertentu. Konsep diri dan harga diri akan turun bila seseorang tidak melaksanakan tugas perkembangannya dengan baik, karena individu tersebut akan mendapat celaan dari masyarakat sekitarnya sehingga menimbulkan


(19)

3

ketidakbahagiaan bagi individu yang bersangkutan. Sebaliknya, menurut Monks (Rita Eka Izzaty, dkk., 2008:6) keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan memberikan perasaan berhasil dan perasaan bahagia.

Banyaknya hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan karier, maka perlu diberikan bimbingan atau pendidikan yang mengarah pada perencanaan karier bagi siswa SMP. Hal ini sejalan dengan pendapat Santrock (2003:485) bahwa salah satu aspek penting dalam merencanakan perkembangan karier adalah kesadaran mengenai tuntutan pendidikan yang diperlukan untuk memasuki karier tertentu. Bimbingan tersebut hendaknya bertujuan mengarahkan siswa menuju karier yang sesuai dengan pemahaman diri, kondisi diri, lingkungan, nilai-nilai, hambatan, dan kondisi karier saat ini maupun yang akan datang.

Pelaksanaan perencanaan karier bagi siswa SMP dapat dilaksanakan melalui penerapan salah satu bidang bimbingan yaitu bimbingan karier. Seperti pernyataan Dewa Ketut Sukardi (1987:98) bahwa pendidikan karier yang terdapat di dalam bimbingan karier ikut menunjang dalam proses perencanaan karier sehingga bimbingan karier perlu dilaksanakan secara terpadu dan baik mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai dengan perguruan tinggi.

Peraturan Mendikbud (2014:15) menegaskan tujuan bimbingan dan konseling karier adalah memfasilitasi perkembangan, eksplorasi, aspirasi, dan pengambilan keputusan karier sepanjang rentang hidup peserta didik atau


(20)

4

konseli. Guru BK sebagai pembimbing siswa dalam fase perkembangan kariernnya memiliki peran yang berat dalam mencapai tujuan tersebut. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa bimbingan karier sangat penting diberikan kepada siswa. Sebab dengan bimbingan karier dapat membantu siswa untuk mengoptimalkan keadaan diri dan potensi, mengembangkan bakat dan kemampuannya untuk mencapai karier yang diinginkan.

Permasalahan mengenai perencanaan karier di kalangan remaja ditemukan peneliti di SMP Negeri 3 Kebumen. Berdasarkan analisis Identifikasi Kebutuhan Masalah Siswa (IKMS) diketahui bahwa masalah yang sering kali dialami remaja atau siswa SMP dalam rangka persiapan karier masa depan adalah siswa masih belum mampu menentukan pilihan untuk melanjutkan studi lanjutan serta pilihan jurusan yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan siswa masih belum dapat memutuskan jenis pekerjaan apa yang akan dijalani nantinya.

Hasil survei pendahuluan dilakukan dengan wawancara dengan guru pembimbing serta terhadap beberapa siswa terkait perencanaan karier. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh kesimpulan bahwa rata-rata siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Kebumen masih belum menentukan secara pasti arah cita-cita kariernya walaupun beberapa siswa sudah ada pilihan untuk jenis cita-cita tertentu, namun siswa masih belum yakin dapat mewujudkan cita-citanya tersebut.


(21)

5

Berdasarkan hasil survei pendahuluan pada tanggal 23 Juli 2016 kepada 64 siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Kebumen, diketahui hasil kategorisasi perencanaan karier diantaranya terdapat 38 siswa (60%) memiliki perencanaan karier rendah, kemudian 19 siswa (30%) memiliki perencanaan karier sedang, dan terdapat 7 siswa (10%) yang memiliki perencanaan karier tinggi. Dari hasil analisis survei tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Kebumen cenderung memiliki perencanaan karier dengan kategori rendah. Kelas VIII H adalah kelas dengan jumlah rata-rata siswa memiliki kemampuan perencanaan karier lebih rendah dibandingkan kelas VIII lain.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pembimbing dan siswa, peneliti menemukan faktor utama yang dirasa sebagai penyebab rendahnya kemampuan perencanaan karier siswa adalah selama ini jarang sekali guru pembimbing memberikan layanan bimbingan di bidang karier. Dengan demikian, banyak dari siswa yang hanya ikut-ikutan teman ketika mereka diminta memilih sekolah lanjutan atau jurusan yang akan dimasukinya, tanpa mempertimbangkan kemampuan, bakat, minat, ataupun kepribadiannya.

Guru pembimbing pada saat diwawancara dengan peneliti membenarkan adanya beberapa perilaku-perilaku siswa kelas VIII H yang menunjukkan kebingungan dan ketidaktahuan dalam perencanaan karier. Perilaku tersebut misalnya belum mengetahui bakat, minat, dan bingung harus melanjutkan ke sekolah mana setelah lulus SMP. Pelaksanaan bimbingan karier masih menjadi kesulitan tersendiri bagi guru pembimbing,


(22)

6

hal ini dikarenakan guru pembimbing belum menemukan dan mengetahui teknik dan metode yang inovatif dalam menyampaikan bimbingan karier. Dengan demikian, pemberian layanan bimbingan yang pada mulanya diharapkan dapat membantu siswa dalam bidang peminatan atau karier ternyata kurang memberi manfaat pada siswa. Hal ini karena guru pembimbing kurang optimal dalam memberikan layanan yang terkait dengan karier.

Berbagai pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan mengenai pengembangan karier sangatlah penting untuk diberikan kepada siswa agar siswa dapat menentukan arah hidup, juga untuk bekal selama masa remaja hingga dewasa yang nanti mampu untuk hidup mandiri. Program bimbingan karier salah satunya bertujuan untuk membantu siswa dalam merencanakan karier di masa yang akan datang. Melalui program bimbingan karier diharapkan siswa merencanakan karier sesuai dengan bakat, minat, dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi. Jika seseorang memperoleh karier yang tepat, maka hidup akan menjadi bahagia, dan kebahagiaan itu adalah tujuan hidup semua orang. Oleh karena itu bimbingan karier sejak usia remaja merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tugas pendidikan.

Peneliti merekomendasikan pemanfaatan layanan bimbingan kelompok menggunakan teknik diskusi untuk membantu siswa menyelesaikan masalah tersebut. Diskusi merupakan suatu pertemuan dua orang atau lebih, yang ditujukan untuk saling bertukar pengalaman dan pendapat yang akan menghasilkan suatu keputusan bersama. Tujuan diskusi


(23)

7

disini adalah untuk membekali para siswa dengan pengetahuan tentang data dan fakta di bidang pendidikan, pekerjaan, pengembangan pribadi-sosial supaya siswa dapat belajar tentang lingkungan hidup dan mampu mengatur serta merencanakan kehidupan sendiri. Topik yang dibahas melalui diskusi kelompok mengenai perencanaan karier sangatlah penting untuk membekali siswa dengan pemahaman-pemahaman tentang pengembangan karier.

Teknik diskusi dipilih untuk membantu meningkatkan kemampuan perencanaan karier siswa karena melalui diskusi, mampu menumbuhkan interaksi positif dalam menyelesaikan masalah secara bersama. Hal ini didukung oleh pendapat Prawitasari (Faridah Ainur Rohmah, 2006:52) bahwa pendekatan kelompok diskusi sering digunakan karena memiliki kelebihan yaitu: 1) kelompok memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk saling memberi dan menerima umpan balik; 2) anggota akan belajar untuk berlatih tentang perilaku baru karena kelompok merupakan mikrokosmik sosial; 3) kemampuan untuk menggali tiap masalah yang dialami anggotanya, 4) mempelajari keterampilan sosial dan kesempatan memberi dan menerima di dalam kelompok.

Pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah memerlukan kerjasama semua pihak sehingga tercapai keberhasilan pendidikan secara optimal, tetapi dalam pelaksanaan antara satu dengan yang lain belum berjalan secara maksimal. Guru pembimbing di sekolah diharapkan mampu memberikan informasi secara maksimal yang bermanfaat bagi siswa, terutama bimbingan tentang bagaimana siswa mampu memilih


(24)

8

karier yang sesuai dengan keinginan siswa sendiri. Pemberian informasi tersebut dapat diberikan misalnya dengan cara bimbingan klasikal, konseling, bimbingan kelompok, diskusi dan lain sebagainya agar dapat meningkatkan perolehan keterampilan akademik maupun nonakademik dari diri siswa sendiri.

Berkenaan dengan fenomena rendahnya kemampuan siswa dalam merencanakan karier, maka penting dilaksanakannya penelitian. Maka dari itu dalam rangka meningkatkan kemampuan perencanaan karier pada siswa, penelitian ini difokuskan pada pelaksanaan bimbingan kelompok teknik diskusi. Penulis mengadakan penelitian dengan judul ―Peningkatan Kemampuan Perencanaan Karier melalui Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi pada Siswa Kelas VIII H di SMP Negeri 3 Kebumen‖. Diharapkan adanya layanan bimbingan kelompok teknik diskusi dapat berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan perencanaan karier pada kalangan siswa sehingga berdampak positif dan mampu membantu tugas perkembangan siswa di bidang karier.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut.

1. Siswa kelas VIII H di SMP Negeri 3 Kebumen merupakan kelas yang memiliki rata-rata kemampuan perencanaan karier rendah.

2. Siswa belum memiliki pengetahuan dan pemahaman yang akurat tentang potensi diri sendiri yang dapat mendukung kariernya.


(25)

9

3. Siswa belum mampu menentukan pilihan untuk melanjutkan studi lanjutan serta pilihan jurusannya.

4. Siswa belum menentukan secara pasti arah cita-cita kariernya.

5. Frekuensi pemberian layanan bimbingan dan konseling karier pada siswa kelas VIII H SMPN 3 Kebumen oleh guru pembimbing masih kurang. C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, peneliti membatasi penelitian ini pada ranah siswa yang memiliki kemampuan perencanaan karier rendah dan sedang, dibuktikan dengan hasil pengumpulan data dan kemudian diberi tindakan melalui layanan bimbingan kelompok teknik diskusi. Peneliti tidak berusaha memecahkan penyebab rendahnya perencanaan karier, melainkan menyajikan alternatif layanan yang efektif untuk meningkatkan kemampuan perencanaan karier siswa.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah layanan bimbingan kelompok teknik diskusi dapat meningkatkan

kemampuan perencanaan karier pada siswa kelas VIII H di SMP Negeri 3 Kebumen?

2. Bagaimana layanan bimbingan kelompok teknik diskusi dapat meningkatkan kemampuan perencanaan karier pada siswa kelas VIII H di SMP Negeri 3 Kebumen?


(26)

10 E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai melalui penelitian ini adalah untuk:

1. Meningkatkan kemampuan perencanaan karier melalui layanan bimbingan kelompok teknik diskusi pada siswa kelas VIII H di SMP Negeri 3 Kebumen.

2. Mengetahui proses layanan bimbingan kelompok teknik diskusi yang mampu meningkatkan kemampuan perencanaan karier siswa kelas VIII H di SMP Negeri 3 Kebumen.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah dapat memberi sumbangan dalam khasanah keilmuan yang dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk meningkatkan kemampuan perencanaan karier siswa. Hasil penelitian juga diharapkan akan menyumbangkan teori dan pikiran tentang layanan bimbingan kelompok teknik diskusi untuk meningkatkan kemampuan perencanaan karier pada aspek pemahaman diri, pemahaman dunia kerja, dan tujuan karier yang diinginkan.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

Siswa dapat meningkatkan kemampuan perencanaan karier melalui layanan bimbingan kelompok teknik diskusi. Hal ini berguna


(27)

11

agar siswa mempersiapkan masa depan secara lebih baik. Setelah tindakan, siswa dapat melakukan secara mandiri.

b. Bagi Guru Pembimbing

Guru Pembimbing dapat menggunakan teknik diskusi sebagai salah satu alternatif layanan untuk meningkatkan kemampuan perencanaan karier siswa kelas lain, serta memotivasi guru pembimbing agar lebih kreatif dalam memberikan layanan kepada siswa.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat memberikan dasar bagi pengembangan penelitian lebih lanjut yang ada kaitannya dengan kemampuan perencanaan karier dan layanan bimbingan kelompok teknik diskusi.


(28)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian tentang Perencanaan Karier

1. Teori Perkembangan Karier

Terdapat sejumlah pakar yang mengemukakan teorinya tentang karier. Salah satu yang terkemuka adalah teori perkembangan karier (development career choice theory) menurut Ginzberg dkk. (Santrock, 2003:483-484) anak dan remaja melewati tiga masa pemilihan karier, yaitu: fantasi, tentatif, dan realistis. Teori Ginzberg beragumentasi bahwa hingga usia 11 tahun anak masih dalam masa fantasi dari pemilihan karier. Usia 11 hingga 17 tahun, remaja ada dalam masa tentatif dari perkembangan karier, sebuah transisi dari tahap pengambilan keputusan realistis dari masa dewasa muda, dan usia 18 hingga 24 tahun merupakan masa realistis.

Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII H SMP Negeri 3 Kebumen yang rentang usianya yaitu 12 hingga 14 tahun. Berdasarkan teori Ginzberg, subjek berada pada masa tentatif. Menurut Ginzberg dkk. (Munandir, 1996:90) masa tentatif diklasifikasikan menjadi empat tahap, dimulai dari (1) tahap minat (11―12 tahun) yakni masa dimana individu cenderung melakukan pekerjaan atau kegiatan hanya yang sesuai minat dan kesukaan mereka saja. Pertimbangan karierpun juga didasari atas kesenangan, ketertarikan atau minat individu terhadap objek karier, tanpa mempertimbangkan faktor lain. Akan tetapi, setelah menyadari bahwa minatnya berubah-ubah (sebagai reaksi perkembangan dan interaksi


(29)

13

lingkungannya), maka individu akan menanyakan kepada dirinya tentang kemampuan yang dimilikinya untuk melakukan suatu pekerjaan. Keadaan ini disebut sebagai (2) tahap kapasitas (13―14 tahun), yakni masa dimana individu mulai melakukan pekerjaan atau kegiatan didasarkan pada kemampuannya masing-masing. Orientasi pilihan pekerjaan juga pada masa ini berbentuk upaya mencocokkan kemampuan yang dimiliki dengan minat dan kesukaannya.

Tahap berikutnya (3) tahap nilai (15―16 tahun), yaitu tahap dimana minat dan kapasitas itu akan diinterpretasikan secara sederhana oleh individu yang mulai menyadari bahwa terdapat suatu kandungan nilai-nilai tertentu dari suatu jenis pekerjaan, baik kandungan nilai yang bersifat pribadi maupun serangkaian nilai yang bersifat kamasyarakatan. Kesadaran akan serangkaian kandungan nilai ini pula yang membuat individu dapat mendiferensiasikan nilai suatu pekerjaan dengan pekerjaan lainnya. Adapun tahap terakhir dari masa tentatif ini adalah (4) tahap transisi (17―18 tahun), yakni keadaan dimana individu akan memadukan orientasi-orientasi pilihan yang dimiliki sebelumnya (minat, kapasitas, dan nilai) untuk dapat direalisasikan dalam kehidupannya. Tahap ini dikenal juga dengan tahap pengenalan secara gradual terhadap persyaratan kerja, pengenalan minat, kemampuan, imbalan kerja, nilai, dan perspektif waktu. Keputusan yang menjadi pilihan itu sudah merupakan bentuk tanggung jawab dan konsekuensi pola karier yang dipilih.


(30)

14

Berdasarkan tahapan-tahapan yang diklasifikasikan Ginzberg di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan karier yang terjadi pada individu merupakan suatu pola pilihan karier yang bertahap dan runtut, yang dinilai subjektif oleh individu dalam sosiokulturalnya sejak masa kanak-kanak hingga awal masa dewasanya. Artinya menurut Zunker (Didi Tarsidi, 2007:6) pada saat keputusan vokasional tentatif dibuat, pilihan-pilihan yang lain akan dicoret. Sehingga individu yang berhasil dalam karier (memiliki kepuasan kerja) adalah individu yang mampu mengidentifikasi, mengarah, dan mengakomodir semua orientasi minat, kapasitas, dan nilai ke dalam proses kompilasi yang tepat dan dinamis.

Ginzberg (Munandir, 1996:92) dalam kaji ulangnya terhadap teorinya menekankan kembali bahwa pemilihan pekerjaan merupakan proses pengambilan keputusan yang berlangsung seumur hidup bagi mereka yang mencari kepuasan dari pekerjaannya. Keadaan ini mengharuskan mereka berulang-ulang melakukan penilaian kembali, dengan maksud mereka dapat lebih mencocokkan tujuan-tujuan karier yang terus berubah-ubah dengan kenyataan dunia kerja.

Keterkaitan pada penelitian ini, maka pengenalan terhadap minat, kapasitas yang dimiliki siswa dan perangkat nilai yang dianutnya akan sangat diperlukan oleh guru pembimbing. Dalam hal upaya mengembangkan, membina, dan mengarahkan siswa pada pola-pola vokasional atau pemilihan pendidikan yang tepat dan selaras dengan kondisi dan perencanaan karier mereka.


(31)

15 2. Pengertian Perencanaan Karier

Menurut Parson (Winkel dan Sri Hastuti, 2004:626-623) merumuskan bahwa perencanaan karier sebagai proses yang dilalui sebelum melakukan pemilihan karier. Proses ini mencakup tiga aspek utama yaitu pengetahuan dan pemahaman akan diri sendiri, pengetahuan dan pemahaman akan pekerjaan, serta penggunaan penalaran yang benar antara diri sendiri dan dunia kerja.

Menurut pendapat Justine T. Sirait (2006:160) mendefinisikan bahwa perencanaan karier merupakan "proses dimana seseorang menjadi tahu atribut pribadi yang berkaitan dengan karier (keterampilan, minat, pengetahuan, motivasi, dan karakteristik lain) dan rangkaian tahapan yang berkontribusi pada pencapaian kariernya". Perencanaan karier menjadi suatu proses dalam mencapai karier dengan mengetahui keterampilan, minat, motivasi, dan karakteristik setiap individu.

Mamat Supriatna dan Nanang Budiman (2010:50) mengemukakan bahwa ―perencanaan karier adalah aktivitas siswa yang memperlajari informasi tentang karier dan mengarah pada keputusan karier masa depan‖. Aktivitas perencanaan karier sangat penting bagi siswa terutama untuk membangun sikap siswa dalam menempuh karier masa depan. Tujuan utamanya adalah siswa memiliki sikap positif terhadap karier masa depan terutama bidang karier yang diminatinya.

Menurut Marwansyah (2012:208) mendefinisikan ―perencanaan karier (career planning) adalah proses yang digunakan oleh seseorang


(32)

16

untuk memilih tujuan-tujuan karier dan jalur mencapai tujuan itu‖. Tujuan karier yang dimaksud adalah harapan akan masa depan yang ingin dicapai oleh individu serta cara yang digunakan dalam mencapai tujuan karier tersebut.

Menurut Henry Simamora (2011:504) perencanaan karier adalah ―proses untuk menyadari diri sendiri terhadap peluang-peluang, kesempatan-kesempatan, kendala-kendala, pilihan-pilihan, dan konsekuensi-konsekuensi, mengidentifikasi tujuan-tujuan yang berkaitan dengan karier‖. Menyiratkan bahwa individu harus menyadari keadaan diri sendiri terhadap peluang, kesempatan, kendala, pilihan, dan konsekuensi yang berhubungan dengan karier.

Merujuk uraian di atas secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa perencanaan karier adalah kemampuan individu untuk mengidentifikasi tujuan karier yang didalamnya melibatkan proses berkelanjutan berupa pemahaman diri, pemahaman tentang dunia kerja serta kemampuan memilih tujuan karier yang diinginkan. Sedangkan perkembangan karier pada siswa sekolah menengah pertama diarahkan pada perencanaan karier. 3. Tujuan Perencanaan Karier

Menurut Reinhart (Winkel dan Sri Hastuti, 2004:670) menyebutkan tujuan-tujuan perencanaan karier yaitu:

a. Mengenal berbagai jenis pilihan jabatan yang terbuka bagi diri siswa dan sekaligus bermakna serta memuaskan, dan menghayati semua nilai yang diamali oleh masyarakat yang berorientasi karier.


(33)

17

b. Mampu untuk mengambil keputusan-keputusan rasional sehubungan dengan tujuan-tujuan yang ingin diperjuangkan dalam kegiatan.

c. Melaksanakan kepuasan secara nyata dalam bentuk mengintegrasikan semua nilai yang terkandung dalam bekerja (vocational values) serta semua sikap dituntut dalam bekerja (vocational attitude) dalam keseluruhan dalam hidupnya.

Lebih lanjut Winkel dan Sri Hastuti (2004:682-683) menyatakan "tujuan perencanaan karier yaitu; 1) tujuan jangka panjang (long-range goals); 2) tujuan jangka pendek (short-range goals)". Adapun penjelasan dari tujuan perencanaan karier di atas sebagai berikut.

a. Tujuan Jangka Panjang

Tujuan jangka waktu panjang adalah tujuan dari perencanaan karier yang dicapai dalam kurun waktu yang akan datang dalam waktu yang lama, termasuk dalam jangka waktu panjang misalnya, gaya hidup (life style) yang ingin dicapai, dan nilai-nilai kehidupan (values) yang ingin direalisasikan dalam hidup.

b. Tujuan Jangka Pendek

Tujuan jangka waktu pendek adalah tujuan dari perencanaan karier yang ingin dicapai dalam waktu yang segera datang, yang termasuk dalam jangka waktu pendek misalnya, pemilihan jurusan, diploma, atau sertifikat yang ingin diperoleh dalam mempersiapkan diri dalam memegang jabatan tertentu dikelak kemudian hari.


(34)

18

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan perencanaan karier adalah untuk mempersiapkan individu dalam memilih suatu alternatif keputusan tentang karier secara rasional. Agar dapat direalisasikan dalam kehidupan nyata baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

4. Faktor–faktor Perencanaan Karier

Perencanaan karier yang dilakukan seseorang memerlukan pertimbangan-pertimbangan tertentu sehingga didapatkan suatu keputusan yang tepat. Pertimbangan–pertimbangan yang dilakukan juga dipengaruhi beberapa faktor. Faktor yang dapat mempengaruhi seseorang untuk merencanakan karier menurut Dewa Ketut Sukardi (1987:44), secara garis besar faktor-faktor tersebut, yaitu:

a. Faktor internal, meliputi; intelegensi, bakat, minat, kepribadian, dan potensi-potensi lainnya.

b. Faktor eksternal, meliputi; kelompok sosial dan kelompok sekunder. Lebih lanjut Winkel dan Sri Hastuti (2004:647-655) mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pilihan karier seseorang diantaranya:

a. Faktor internal, meliputi; nilai-nilai kepribadian, taraf intelegensi, bakat khusus, minat, sifat-sifat, pengetahuan, keadaan jasmani.

b. Faktor eksternal, meliputi; masyarakat, keadaan sosial ekonomi negara, status-sosial ekonomi keluarga, pengaruh keluarga, pendidikan sekolah, termasuk guru pembimbing merupakan bagian


(35)

19

dari sekolah, pergaulan teman sebaya, dan tuntutan yang melekat pada masing-masing jabatan.

Berdasarkan kedua uraian di atas mengenai faktor yang mempengaruhi perencanaan karier yaitu berasal dari faktor diri sendiri (bakat, minat, kepribadian, intelegensi) dan faktor lingkungan (pendidikan keluarga, sekolah, ekonomi-sosial) karena memiliki pengaruh besar pada setiap diri siswa dalam mengambil keputusan. Faktor diri sendiri berperan penuh dalam pengambilan keputusan yaitu dapat dilihat dari perubahan intelegensi, prestasi, dan kemampuan lainnya.

5. Aspek-aspek Perencanaan Karier

Menurut Jordan (Syamsu Yusuf, 2009:27) aspek-aspek perencanaan karier adalah ―pengetahuan karier, mencari informasi, perencanaan dan keputusan karier‖. Adapun penjelasan dari aspek-aspek di atas sebagai berikut.

a. Pengetahuan karier adalah membantu pribadi untuk mengembangkan dan memberikan gambaran diri serta peranan dalam dunia kerja. Aspek pemahaman karier ini meliputi pengetahuan bakat dan minat yang dimiliki dan berhubungan dengan kepercayaan diri dan pengetahuan tentang manfaat prestasi belajar didalam menunjang perencanaan karier.

b. Mencari informasi, siswa yang memiliki perencanaan karier akan memanfaatkan informasi yang telah didapat dari berbagai sumber atau media untuk dipelajari sehingga setiap siswa memiliki pemahaman


(36)

20

tentang karier. Aspek ini meliputi pencarian informasi yang berkaitan dengan kebutuhan karier yang diinginkan, seperti: mengikuti kursus yang mendukung karier yang diminati dan mendiskusikan pilihan-pilihan karier.

c. Perencanaan dan keputusan karier, merupakan suatu proses untuk menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam menentukan karier untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Aspek ini meliputi kemampuan siswa dalam merencanakan karier dan mengambil keputusan karier.

Menurut Uman Suherman (2009:116) siswa yang mempunyai perencanaan karier memiliki aspek sebagai berikut: (1) Mempelajari informasi karier, (2) Membicarakan karier dengan orang dewasa, (3) Mengikuti pendidikan tambahan atau kursus untuk menambah pengetahuan tentang keputusan karier, (4) Berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakulikuler, (5) Mengikuti pelatihan-pelatihan terkait dengan pekerjaan yang diinginkan, (6) Mengetahui kondisi pekerjaan yang diinginkan, (7) Mengetahui persyaratan pendidikan untuk pekerjaan yang diinginkan, (8) Dapat merencanakan apa yang harus dilakukan setelah tamat sekolah, (9) Mengetahui cara dan kesempatan memasuki dunia kerja yang diinginkan, (10) Mampu mengatur waktu luang secara efektif.

Menurut Winkel dan Sri Hastuti (2004:685) aspek-aspek dalam perencanaan karier yang sesuai yaitu:


(37)

21

a. Pemahaman diri yang jelas mengenai kemampuan otak, bakat, minat, berbagai kelebihan dan kekurangan.

b. Pengetahuan tentang keseluruhan persyaratan yang harus dipenuhi supaya dapat mencapai sukses dalam berbagai pekerjaan, serta tentang dunia kerja dan kesempatan untuk maju dalam berbagai bidang pekerjaan.

c. Berpikir secara rasional guna menemukan kecocokan antara ciri–ciri kepribadian yang relevan terhadap kesuksesan dan kegagalan dalam suatu pekerjaan atau jabatan dengan tuntutan kualifikasi dan kesempatan yang terkandung dalam suatu pekerjaan atau jabatan.

Berdasarkan pendapat tersebut terkait dengan aspek-aspek perencanaan karier, peneliti menyimpulkan bahwa aspek-aspek perencanaan karier meliputi: pemahaman diri, kemampuan mengumpulkan informasi tentang dunia kerja, serta kemampuan memilih tujuan karier yang diinginkan. Kemampuan perencanaan karier yang baik didukung oleh ketiga aspek tersebut.

B. Kajian tentang Bimbingan Kelompok 1. Pengertian Bimbingan Kelompok

Mungin E. Wibowo (2005:17) menyatakan bahwa bimbingan kelompok adalah ―suatu kegiatan kelompok dimana pimpinan kelompok menyediakan informasi-informasi dan mengarahkan diskusi agar anggota kelompok menjadi lebih sosial atau untuk membantu anggota-anggota kelompok untuk mencapai tujuan-tujuan bersama‖. Peran penting


(38)

22

pimpinan kelompok yaitu mengarahkan jalannya diskusi agar tujuan-tujuan dapat tercapai.

Menurut Heru Mugiarso (2010:68) menyatakan bahwa ―layanan bimbingan kelompok terselenggara dengan memanfaatkan dinamika kelompok untuk mencapai tujuan layanan bimbingan‖. Dinamika dalam bimbingan kelompok menjadi penting dalam ketercapaian tujuan layanan.

Dewa Ketut Sukardi (2008:64) bimbingan kelompok yaitu

layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu (terutama dari pembimbing/ konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baik individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok merupakan salah satu layanan yang ada di dalam bimbingan yang beranggotakan 8—10 orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang dipimpin oleh pemimpin kelompok yang didalamnya saling berpendapat, memberikan informasi-informasi dan membahas tentang topik-topik yang sedang hangat dan aktual, diselenggarakan dengan menggunakan format kelompok yang berguna untuk pengembangan pribadi, sosial, karier, dan belajar.

2. Tujuan Bimbingan Kelompok

Menurut Tohirin (2007:172) secara umum layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk pengembangan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi peserta layanan (siswa). Secara


(39)

23

lebih khusus, layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif, yakni peningkatan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun nonverbal. Sedangkan menurut Tatiek Romlah (2006:13) menyatakan bahwa ―tujuan bimbingan kelompok yaitu untuk membantu individu menemukan dirinya sendiri, mengarahkan diri, dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya‖.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan bimbingan kelompok ada dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum bimbingan kelompok adalah (1) membantu individu agar dapat mencapai perkembangan optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat (2) membantu individu menemukan dirinya (3) mengarahkan diri dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya (4) dapat mengembangkan kemampuan sosialisasi terutama dalam berkomunikasi.

Tujuan khusus bimbingan kelompok meliputi: (1) membahas topik-topik hangat atau aktual (2) memberikan orientasi kepada kelompok (3) mengembangkan pengalaman belajar yang berbeda (4) pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap (5) berani mengeluarkan pendapat (6) mampu bertenggang rasa, menghormati orang lain.

3. Bentuk-bentuk Bimbingan Kelompok

Tohirin (2007:290) mengemukakan metode bimbingan kelompok antara lain homeroom program, karyawisata, diskusi kelompok, kegiatan


(40)

24

kelompok, organisasi siswa, sosiodrama, psikodrama, pengajaran remidial. Dari delapan metode bimbingan kelompok di atas, dalam meningkatkan kemampuan perencanaan karier pada siswa, maka peneliti memilih teknik diskusi kelompok sebagai metode untuk membimbing dan melatih siswa. Teknik diskusi kelompok ini dipilih karena melalui teknik ini siswa mendapat kesempatan untuk memecahkan masalah bersama-sama, dengan saling memberikan saran dan pertimbangan untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan perencanaan karier.

C. Kajian tentang Teknik Diskusi 1. Pengertian Diskusi

Menurut Tohirin (2007:291) diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana siswa memperoleh kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Diskusi merupakan proses interaksi dan bertukar pendapat yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk membahas suatu permasalah tertentu. Menurut Tatiek Romlah (2006:89) ―diskusi kelompok merupakan percakapan yang sudah direncanakan antara tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau untuk menjelaskan suatu persoalan, dibawah pimpinan seorang pemimpin‖. Dalam kegiatan ini siswa memperoleh kesempatan untuk mengemukakan pikirannya masing-masing dalam memecahkan masalahnya.

Moh. Uzer Usman (2005:94) menyatakan bahwa ―diskusi kelompok merupakan suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan


(41)

25

berbagi pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan atau pemecahan masalah‖. Siswa saling berbagi pengalaman atau informasi dalam pengambilan kesimpulan atau memecahkan masalah.

Dewa Ketut Sukardi (1987:494) mengartikan bahwa:

Metode diskusi kelompok adalah suatu bentuk pendekatan yang kegiatannya bercirikan suatu keterikatan pada suatu pokok masalah atau pertanyaan, dimana anggota-anggota atau peserta diskusi itu secara jujur berusaha untuk memperoleh kesimpulan setelah mendengarkan dan mempelajari, serta mempertimbangkan pendapat-pendapat yang dikemukakan dalam diskusi.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa diskusi kelompok yaitu suatu cara atau teknik bimbingan yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka, dimana setiap anggota kelompok akan mendapatkan kesempatan untuk mengemukakan pendapat masing-masing serta berbagi pengalaman atau informasi guna pemecahan masalah atau pengambilan keputusan. Dalam diskusi kelompok anggota kelompok menunjuk pimpinan, menentukan tujuan, dan aturan yang harus ditaati.

2. Tujuan Diskusi

Dinkmeyer dan Muro (Tatiek Romlah, 2006:89) menyebutkan tiga macam tujuan diskusi yaitu mengembangkan pengertian terhadap diri sendiri, mengembangkan kesadaran tentang diri dan orang lain, dan mengembangkan pandangan baru mengenai hubungan antara manusia.

Dewa Ketut Sukardi (1994:494) mengatakan bahwa tujuan diskusi kelompok adalah:


(42)

26

Memberi kesempatan peserta untuk saling mengemukakan pendapat dalam mengenal dan memecahkan problema, menciptakan suasansa yang informal dan membuat problema lebih menarik, juga mengantarkan para peserta yang tidak suka bicara untuk mau mengemukakan pendapat mereka.

Prayitno dan Erman Amti (2004:24) menyatakan bahwa diskusi kelompok bertujuan untuk melatih siswa berani mengungkapkan pendapat di hadapan teman-temannya, bersikap terbuka dalam kelompok, membina keakraban bersama temannya maupun teman lain di luar kelompok, mengendalikan diri, bersikap tenggang rasa dengan orang lain, memperoleh keterampilan sosial, mengenali dan memahami dirinya dalam berhubungan dengan yang lainnya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan diskusi adalah siswa dapat bersikap berani ketika mengungkapkan pendapat di hadapan teman-temannya, memperoleh berbagai informasi, wawasan, pemahaman, nilai dan sikap, serta dapat menyelesaikan berbagai permasalahan dan berani mengambil keputusan. Tujuan diskusi memiliki peran penting dalam pembentukan diri siswa.

3. Kelebihan dan Kelemahan Teknik Diskusi

Diskusi merupakan salah satu teknik dalam bimbingan kelompok. Adapun kelebihan dan kelemahan menurut Tatiek Romlah (2006:90-91) kelebihan diskusi adalah (1) anggota kelompok lebih aktif karena tiap anggota mendapat kesempatan berbicara, (2) anggota kelompok dapat saling bertukar pengalaman, pikiran, perasaan, dan nilai-nilai yang akan membuat persoalan yang dibicarakan menjadi lebih jelas, (3) anggota


(43)

27

kelompok belajar mendengarkan dengan baik, (4) meningkatkan pemahaman terhadap diri sendiri dan orang lain (5) anggota belajar menjadi pemimpin, baik dengan menjadi pemimpin kelompok maupun dengan mengamati perilaku pemimpin kelompok. Sedangkan kelemahan diskusi adalah (1) menjadi salah arah apabila pemimpin kelompok tidak melaksanakan fungsi kepemimpinannya dengan baik, (2) ada kemungkinan diskusi dikuasai oleh individu-individu tertentu, (3) membutuhkan banyak waktu dan tempat yang agak luas, terutama untuk diskusi-diskusi kelompok kecil, agar masing-masing kelompok tidak terganggu.

Wardani (1983:8-9) lebih lanjut mengemukakan kelebihan dan kelemahan diskusi kelompok. Adapun kelebihan diskusi adalah kelompok memiliki sumber informasi yang lebih kaya daripada yang dimiliki oleh individu sehingga dapat menghasilkan keputusan yang lebih baik, anggota kelompok sering dimotivasi oleh anggota lain, anggota kelompok lebih merasa terikat dalam melaksanakan keputusan kelompok karena terlibat langsung, meningkatkan pemahaman terhadap diri sendiri maupun orang lain. Sedangkan kelemahan diskusi adalah memerlukan waktu yang lebih banyak, memboroskan waktu terutama bila terjadi hal-hal negatif (pengarahan yang kurang tepat, pembicaraan yang berlarut-larut, penyimpangan yang tidak ditegur, dll), ada kalanya diskusi hanya didominasi oleh orang-orang tertentu saja.


(44)

28

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa teknik diskusi merupakan bagian dari bimbingan kelompok. Adapun kelebihannya adalah anggota kelompok menjadi lebih aktif, saling bertukar pengalaman, pikiran, perasaan, dan nilai-nilai, belajar mendengarkan dengan baik, belajar menjadi pemimpin, serta meningkatkan pemahaman terhadap diri sendiri dan orang lain. Sedangkan kelemahan teknik diskusi adalah membutuhkan waktu banyak, kemungkinan satu arah jika pemimpin diskusi tidak berperan dengan baik, kadang didominasi oleh beberapa anggota.

4. Pelaksanaan dan Pembentukan Kelompok dalam Diskusi a. Pelaksanaan Diskusi

Guru pembimbing hanya menjadi koordinator jalannya diskusi kelompok dalam kegiatan diskusi. Dalam menjalankan perannya itu, maka guru atau pembimbing diharapkan memberikan dorongan terhadap siswa, sehingga mereka mempunyai kebebasan untuk berpikir, berbuat serta bereaksi sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan bersama. Pembimbing menerapkan langkah-langkah dalam diskusi kelompok yang nantinya agar diskusi kelompok berjalan dengan baik.

Langkah-langkah dalam melaksanakan diskusi seperti yang dikemukakan oleh Suryobroto (Syaiful Bahri D., 2002:112-113) adalah sebagai berikut:


(45)

29

1) Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya.

2) Dengan pimpinan guru, maka para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi (ketua, sekretaris, mengatur ruangan, sarana, dan sebagainya).

3) Para siswa berdiskusi di dalam kelompoknya masing-masing, sedangkan guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain untuk menjaga ketertiban serta memberikan dorongan dan bantuan sepenuhnya agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dan agar diskusi berjalan lancar.

4) Kemudian tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil yang dilaporkan itu ditanggapi oleh semua siswa (terutama dari kelompok lain). Guru memberi ulasan atau penjelasan terhadap laporan-laporan tersebut.

5) Akhirnya para siswa mencatat hasil diskusi, dan guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari tiap-tiap kelompok sesudah para siswa mencatatnya.

Menurut Wardani (1983:7) agar diskusi dapat berjalan secara efektif, maka perlu juga didahului oleh perencanaan dan persiapan yang matang, mencakup hal-hal sebagai berikut pemilihan topik atau masalah yang akan didiskusikan. Perencanaan dan penyiapan informasi pendahuluan yang berhubungan dengan topik tersebut, guru perlu


(46)

30

mempersiapkan diri sebaik mungkin sebagai pemimpin diskusi, penetapan besar kelompok, serta pengaturan tempat duduk.

Wardani (1983:6) juga mengungkapkan bahwa ―dalam diskusi hendaknya berlangsung dalam iklim terbuka yaitu dalam suasana persahabatan yang ditandai oleh kehangatan hubungan pribadi, kesediaan menerima dan mengenal lebih jauh topik diskusi, keantusiasan berpartisipasi, serta kesediaan menghargai pendapat orang lain, hingga kelompok menganggap diskusi sebagai suatu kegiatan yang menyenangkan‖. Berdasarkan keterangan tersebut, dapat diketahui bahwa dalam melaksanakan diskusi perlu memperhatikan berbagai faktor agar diskusi dapat berjalan efektif. Faktor-faktor tersebut merupakan satu rangkaian yang saling menentukan, dalam arti setiap faktor akan berperan bila didukung oleh faktor-faktor lainnya.

b. Pembentukan Kelompok

Pelaksanaan diskusi kelompok tidak lepas dari kelompok. Oleh karena itu, sebelum diskusi kelompok perlu dibentuk kelompok. Menurut Tatiek Romlah, (2006:114) pembentukan kelompok tersebut dapat dilakukan sesuai dengan alasan atau tujuan tertentu. Dalam pembentukan kelompok biasanya didasarkan pada adanya alat pelajaran yang tidak mencukupi jumlahnya, kemampuan belajar siswa, minat khusus, memperbesar partisipasi siswa, dan kerjasama yang efektif.

Menurut Wardani (1983:22) proses pembentukan kelompok dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:


(47)

31

1) Pembentukan secara otoriter, yaitu cara pembentukan kelompok secara otoriter yaitu pembentukan kelompok yang ditentukan oleh pembimbing atau guru bidang studi, sedangkan peserta didik tidak diberi kesempatan untuk memilih semaunya.

2) Pembentukan secara liberal, cara pembentukan kelompok secara liberal yaitu pembentukan kelompok dimana pembimbing atau guru studi tidak turut campur tangan, sedangkan peserta didik bebas memilih temannya dalam suatu kelompok.

Adapun suatu kelompok yang efektif menurut Wardani (1983:64) memiliki unsur-unsur sebagai berikut:

1) Terdapat bermacam-macam kebutuhan para anggotanya yang dinyatakan dalam bentuk permasalahan.

2) Para anggota mempunyai masalah yang telah dipahami mereka. 3) Masalah-masalah itu diajukan dalam bentuk sejumlah

pertanyaan-pertanyaan tentang nilai yang mengakibatkan timbulnya berbagai jawaban yang berbeda-beda.

4) Kelompok memiliki tujuan tertentu yang sekaligus menjadi tujuan anggota.

5) Setiap individu bertanggungjawab memberikan sumbangan tertentu untuk mencapai tujuan mereka

6) Terdapat proses pertukaran pendapat dan pengalaman dalam kelompok.


(48)

32

Berdasarkan penjelasan di atas, pembentukan kelompok pada penelitian ini dilakukan secara otoriter dengan mempertimbangkan beberapa hal. Hal-hal yang menjadi pertimbangan diantaranya adalah persebaran laki-laki dan perempuan dan tingkat kemampuan perencanaan karier siswa.

D. Kajian Penelitian yang Relevan

1. Hasil penelitian Veroniqa Desy Prihatiningsih (2013:163) memberikan penjelasan bahwa kemampuan perencanaan karier siswa meningkat setelah dilaksanakan tindakan berupa metode mind mapping pada siswa sekolah menengah pertama. Dengan kata lain, hasil penelitian tersebut kemudian menjadi menjadi salah satu dasar bahwa kemampuan perencanaan siswa dapat mengalami peningkatan setelah dilakukan tindakan.

2. Hasil penelitian Ervin Afriwinanda (2012:9) menunjukan bahwa konsep diri sangat erat kaitannya dalam perencanaan karier. Hasil penelitian tersebut menjadi salah satu acuan sebagai bukti penguat bahwa konsep diri dengan arti lain pemahaman diri menjadi salah satu aspek penting dalam perencanaan karier.

3. Hasil Penelitian Rizki Nur Indriyani (2013:121) menjelaskan bahwa pemahaman perencanaan karier siswa mengalami peningkatan setelah diberikan tindakan berupa teknik diskusi kelompok. Penelitian tersebut dilakukan pada subjek tingkat SMA, yang sekaligus juga berada pada tahap transisi menurut teori Ginzberg. Sedangkan subjek yang menjadi penelitian peneliti berada pada tahap kapasitas yaitu tingkat SMP. Dengan


(49)

33

demikian, hasil penelitian tersebut menjadi penguat penelitian peneliti untuk menerapkan layanan bimbingan kelompok teknik diskusi.

E. Kerangka Pikir

Perencanaan karier merupakan kemampuan individu untuk mengidentifikasi tujuan karier yang di dalamnya melibatkan proses berkelanjutan berupa pemahaman diri, pemahaman tentang dunia kerja, serta kemampuan memilih tujuan karier yang diinginkan. Tujuan perencanaan karier adalah untuk mempersiapkan individu dalam memilih suatu alternatif keputusan tentang karier secara rasional, agar dapat direalisasikan dalam kehidupan nyata baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

Aspek perencanaan karier meliputi: pemahaman diri, kemampuan mengumpulkan informasi tentang dunia kerja, serta kemampuan memilih tujuan karier yang diinginkan. Didahului dengan identifikasi pemahaman diri dan lingkungan, nilai dan hambatan yang sesuai dengan fakta yang ada pada diri individu. Dengan adanya kemampuan yang dimiliki siswa dalam membuat perencanaan karier, siswa mampu memutuskan pilihan karier yang tepat dan sesuai dengan keadaan dirinya sehingga meminimalkan kemungkinan terjadi kesalahan yang berat dalam memilih alternatif-alternatif yang tersedia.

Salah satu layanan yang dapat digunakan dalam meningkatkan kemampuan perencanaan karier siswa adalah layanan bimbingan kelompok teknik diskusi. Terkait dengan fungsi pemahaman, teknik diskusi merupakan salah satu layanan bimbingan kelompok yang memungkinkan siswa


(50)

34

menyelesaikan permasalahan secara bersama-sama, terutama mengenai bidang karier. Sehingga dengan diskusi karier tersebut siswa diharapkan dapat memahami diri, memahami lingkungan, mengarahkan diri, membuat pilihan-pilihan, mengambil keputusan, serta memecahkan masalah.

Pemberian layanan bimbingan kelompok teknik diskusi dimaksudkan untuk memberikan wawasan dan pemahaman kepada siswa sehingga dapat menggunakan manfaat tersebut untuk merencanakan hidupnya di masa sekarang dan yang akan datang. Dengan adanya rencana tersebut, maka tujuan yang akan dicapai adalah siswa dapat memahami dirinya mengenai minat, kemampuan, keterampilan, kepribadian, sikap, nilai-nilai, dan cita-cita. Selanjutnya siswa juga dapat mengetahui perkembangan dan kondisi dunia kerja, informasi berbagai jenis sebagai bahan pertimbangan siswa dalam membuat perencanaan karier yang sesuai dengan bakat dan potensi yang dimilikinya.

Berdasarkan pemahaman-pemahaman tersebut, siswa mampu merencanakan kariernya sesuai dengan keadaan diri masing-masing. Menurut uraian tersebut, maka upaya meningkatkan kemampuan perencanaan karier diharapkan dapat dilakukan dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok teknik diskusi.


(51)

35

Gambar 1. Diagram Kerangka Pikir

F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang telah diuraikan, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah bimbingan kelompok teknik diskusi dapat meningkatkan perencanaan karier siswa kelas VIII H di SMP Negeri 3 Kebumen.


(52)

36 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penilitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Menurut Suharsimi Arikunto, dkk., (2007:3) ―penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama‖. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan pada siswa. Penelitian ini bukan hanya terbatas di kelas saja, tetapi dapat di sekolah, di lapangan, di bengkel, atau di tempat-tempat lain, asal sesuai dengan bidang tugasnya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh seorang guru atau peneliti dalam kelas yang mengalami suatu permasalahan terkait dengan perkembangan siswa. Alasan peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu untuk mengatasi permasalahan siswa terkait dengan perencanaan karier. Mengetahui bukti nyata dan tidak nyata peningkatan perencanaan karier maka peneliti menggunakan bimbingan kelompok teknik diskusi dalam melaksanakan penelitian. Bimbingan kelompok teknik diskusi diharapkan dapat membantu siswa mengatasi permasalahan siswa terkait dengan perencanaan karier siswa agar berkembang secara optimal.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung pendekatan kualitatif. Peneliti akan terlibat langsung dalam pelaksanaan tindakan mulai dari perencanaan hingga pemantauan. Penelitian ini


(53)

37

menggunakan model dari Suharsimi Arikunto (2010:17) dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. Model Penelitian Tindakan Kelas

Adapun penjelasan mengenai empat tahapan dalam satu siklus penelitian sebagai berikut:

1. Menyusun Rancangan Tindakan (Planning)

Tahap penyusunan reancangan ini peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapat perhatian khusus untuk diamati. Kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.

2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Tahap kedua dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu memberikan tindakan di kelas. Peneliti memberikan perlakuan kepada siswa berupa kegiatan ataupun pembelajaran untuk perbaikan ke arah yang lebih baik.


(54)

38 3. Pengamatan (Observing)

Tahap ketiga yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan, jadi kedua tahap tersebut berlangsung pada waktu yang sama.

4. Refleksi (Reflecting)

Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan selama proses tindakan berlangsung. Dalam refleksi ini dianalisis apakah proses tindakan yang dilakukan sudah berhasil sesuai yang diharapkan atau belum sehingga bisa diketahui kekurangannya. Jika belum sesuai yang diharapkan, maka dibuat rencana pembelajaran untuk siklus selanjutnya, begitu seterusnya sampai mencapai hasil yang diinginkan. Refleksi dapat dilakukan apabila peneliti merasa sudah mantap mendapat pengalaman, dalam arti sudah memperoleh informasi yang diperlukan untuk memperbaiki cara yang telah dicoba.

Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk membentuk siklus, yaitu satu kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula. Jadi satu siklus adalah dari tahap penyusunan rancangan sampai dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi. Dalam penelitian tindakan minimal harus melakukan dua siklus tindakan, baru penelitian dianggap sah. Penelitian tindakan kelas dinyatakan berhasil jika sudah tercapai target yang diharapkan.


(55)

39

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kemampuan perencanaan karier siswa. Melalui siklus tindakan siswa bisa diarahkan dan dibimbing dengan menggunakan metode yang tepat, dan apabila tindakan siklus pertama belum berhasil dapat dilanjutkan ke siklus berikut sampai akhir kemampuan perencanaan karier yang rendah dapat lebih meningkat.

B. Subjek Penelitian

Suharsimi Arikunto (2010:173) menyatakan populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Jika seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VIII H SMP Negeri 3 Kebumen yang berjumlah 32 siswa. Dengan karakteristik subjek sebagai berikut:

1. Subjek rata-rata berkemampuan perencanaan karier rendah dan sedang, datanya diperoleh melalui skala perencanaan karier pada pre-test.

2. Subjek rata-rata mengalami kesulitan dalam perencanaan karier yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan guru pembimbing.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian mengambil setting penelitian di SMP Negeri 3 Kebumen. Hal ini dikarenakan pada setiap kelas yang dibagikan IKMS pasti akan didapatkan beberapa siswa yang berkemampuan perencanaan karier rendah. Jumlah keseluruhan siswa yang mengalami keadaan dan memenuhi kriteria yang telah ditentukan adalah 32 siswa. Semua siswa kelas VIII H yang


(56)

40

memiliki kemampuan perencanaan karier rendah dan sedang ini akan dibentuk kelompok kecil untuk melakukan bimbingan kelompok teknik diskusi. Apabila melihat kondisi SMP Negeri 3 Kebumen yang memiliki rata-rata kemampuan psikologis kuat, sedangkan keadaan siswa berkemampuan merencanakan karier rendah seperti ini tidaklah ideal. Oleh karena itu, peneliti tertarik mengadakan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kemampuan perencanaan karier bagi siswa tersebut melalui layanan bimbingan kelompok teknik diskusi.

Penelitian ini diadakan pada bulan Agustus hingga September tahun 2016. Lamanya waktu penelitian ini diharapkan dapat benar-benar meningkatkan kemampuan siswa dalam perencanaan kariernya.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional digunakan untuk membatasi variabel sehingga tidak terjadi salah pengertian. Terdapat beberapa definisi operasional dalam penelitian tindakan kelas ini, berikut merupakan penjabarannya:

1. Perencanaan karier merupakan kemampuan individu untuk mengidentifikasi tujuan karier yang didalamnya melibatkan proses berkelanjutan berupa pemahaman diri, pemahaman tentang dunia kerja, serta kemampuan memilih tujuan karier yang diinginkan. Kemampuan perencanaan karier yang tinggi, diharapkan individu berhasil melaksanakan tugas perkembangan seputar karier.

2. Bimbingan kelompok teknik diskusi merupakan suatu teknik bimbingan yang melibatkan sekelompok individu dalam interaksi tatap muka, dan


(57)

41

setiap anggota mendapatkan kesempatan untuk mengemukakan pendapat masing-masing serta berbagi pengalaman atau informasi guna mencari pemecahan masalah atau pengambilan keputusan. Dengan individu mampu berinteraksi dengan sesama anggota kelompok, diharapkan individu dapat terbantu menghadapi permasalahan seputar perencanaan kariernya.

E. Rencana Tindakan

Penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif yang artinya bahwa penelitian dilakukan berkolaborasi dengan guru pembimbing. Penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan dalam beberapa siklus meliputi; perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Secara lebih rinci langkah-langkah dalam setiap siklus dijabarkan sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan (Planning)

Tahap perencanaan pada penelitian ini diawali dengan peneliti melakukan observasi. Observasi pada tahap ini merupakan tahap awal peneliti menemukan masalah dan merencanakan sebuah solusi yang tepat untuk pemecahannya melalui sebuah tindakan. Kegiatan yang akan dilakukan peneliti pada tahap ini antara lain:

a. Melakukan need assessment pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Kebumen dengan menyebarkan lembar identifikasi kebutuhan masalah siswa pada 2 kelas secara acak. Berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan masalah siswa tersebut peneliti menemukan masalah yang terjadi di sekolah tersebut ialah rendahnya kemampuan perencanaan


(58)

42

karier. Selain menyebarkan identifikasi kebutuhan masalah siswa, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru pembimbing mengenai permasalahan terkait rendahnya kemampuan perencanaan karier siswa.

b. Menetapkan solusi atau tindakan atas permasalahan yang terjadi. Peneliti memilih layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi guna meningkatkan kemampuan perencanaan karier kelas VIII H tersebut.

c. Menyusun instrumen dan pedoman pengumpulan data. Peneliti membuat skala likert, membuat pedoman observasi dan pedoman wawancara dalam pengumpulan data agar mendukung hasil penelitian ini.

d. Melakukan koordinasi dengan guru pembimbing berupa, menentukan topik atau tema diskusi, mempersiapkan alat pendukung, dan menyusun jadwal pelaksanaan tindakan.

e. Membuat skenario tindakan untuk meningkatkan perencanaan karier siswa melalui layanan bimbingan kelompok teknik diskusi pada siswa kelas VIII H di SMP Negeri 3 Kebumen.

2. Tahap Tindakan dan Pengamatan (Acting and Observing)

Tahap tindakan dan pengamatan merupakan tahap yang tidak bisa dipisahkan. Sebelum melakukan tindakan peneliti terlebih dahulu melakukan pre-test. Data pre-test tersebut digunakan untuk mengukur perubahan kemampuan perencanaan karier pada siswa.


(59)

43

Keseluruhan tindakan dalam PTK bertujuan untuk mengadakan perbaikan layanan guna meningkatkan kemampuan perencanaan karier melalui bimbingan kelompok teknik diskusi. Satu siklus terbagi dalam 3 pertemuan, 1 kali pertemuan 1 jam layanan, 1 jam layanan sama dengan 45 menit. Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif dengan guru pembimbing bapak Ibnu Nadzir, M.Pd.

Pengamatan dalam proses kegiatan diskusi kelompok dilakukan selama pelaksanaan berlangsung untuk melihat tingkat keberhasilan teknik dengan tujuan, yaitu (1) mengetahui kesesuaian tindakan dengan rencana tindakan, (2) melihat seberapa besar keberhasilan teknik yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan perencanaan karier siswa.

3. Refleksi (Reflecting)

Refleksi merupakan tahap dimana peneliti melakukan kajian keberhasilan dan kegagalan atas tindakan yang telah dilakukan. Tahap ini juga dilakukan untuk memahami sejauh mana layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan perencanaan karier siswa. Guna melihat pengaruh tersebut peneliti menggunakan skala yang berfungsi sebagai post-test.

F. Skenario Siklus

Skenario siklus yang dilakukan dalam penelitian ini dijabarkan dalam skenario sebagai berikut:


(60)

44 1. Perencanaan

a. Mengidentifikasi masalah yang akan menjadi topik yang perlu perhatian khusus dan merupakan topik penelitian ini.

b. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL), peneliti dan guru pembimbing berkolaborasi merancang RPL. RPL sebagai acuan untuk melaksanakan kegiatan layanan di kelas, di dalam RPL terdapat juga rancangan kegiatan bimbingan kelompok teknik diskusi.

c. Guru pembimbing dan peneliti sependapat, jika topik atau tema diskusi dipilih dan dikembangkan berdasarkan masa perkembangan karier subjek, yakni masa tentatif terutama tahap minat dan kapasitas. d. Menyiapkan sarana dan media yang akan digunakan dalam layanan,

dalam hal ini peneliti mempersiapkan sarana yang berfungsi untuk pelengkap kegiatan layanan.

e. Peneliti menyiapkan instrumen penelitian, yaitu pedoman observasi untuk merekam proses tindakan.

2. Tindakan dan Observasi

a. Guru pembimbing membuka kegiatan dengan doa dan memberi salam.

b. Guru pembimbing memberikan salah satu pengantar topik atau tema diskusi yang dipilih dan dikembangkan dari minat dan kapasitas yakni: 1) Pemahaman diri tentang potensi, minat, dan kepribadian, 2) mengenal sekolah lanjutan, dan 3) mengenal perguruan tinggi.


(61)

45

c. Jika dilanjutkan pada siklus kedua, topik yang dipilih guru pembimbing dan peneliti yaitu: 1) mengenal dunia kerja, 2) merencanakan karier melalui analisis SWOT, dan 3) perencanaan karier untuk kesuksesan masa depan

d. Siswa diberikan kasus atau tugas berdasarkan topik, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam proses tindakan.

e. Guru pembimbing memilih pemimpin diskusi, serta membagi kelas dalam 4 (empat) kelompok dengan jumlah anggota delapan siswa. f. Kelompok diberi waktu 15 hingga 20 menit untuk berdiskusi.

g. Setelah diskusi selesai, perwakilan kelompok mempresentasikan di hadapan kelompok besar. Siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya atau memberikan pendapat.

h. Penutupan, siswa diminta untuk mengungkapkan manfaat yang didapatkan setelah diberi tindakan.

i. Guru pembimbing memberikan motivasi.

j. Proses kegiatan ditutup dengan doa bersama dan salam.

Pengamatan dalam proses kegiatan diskusi dilakukan untuk melihat tingkat keberhasilan teknik diskusi, serta bahan pertimbangan dalam refleksi. Kegiatan observasi ini mempunyai dua tujuan, yaitu (1) mengetahui kesesuaian tindakan dengan rencana tindakan, (2) melihat seberapa besar keberhasilan teknik yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan perencanaan karier siswa.


(62)

46 3. Refleksi

Kegiatan refleksi dilakukan peneliti sesudah melakukan tindakan. Guru pembimbing dengan peneliti melakukan diskusi dan mengevaluasi tindakan dalam proses layanan. Hasil evaluasi dikaji dan direnungkan kembali kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Jika masih ditemukan masalah atau hambatan sehingga tujuan penelitan belum tercapai, maka akan dilakukan langkah perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus kedua.

G. Kriteria Keberhasilan

Bimbingan kelompok teknik diskusi dilakukan untuk meningkatan kemampuan perencanaan karier di SMP Negeri 3 Kebumen. Teknik diskusi yang dilakukan dalam kelompok kecil diharapkan dapat memberikan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman mengenai bagaimana cara merencanakan karier yang efektif. Menentukan keberhasilan bimbingan kelompok teknik diskusi, maka peneliti menentukan beberapa kriteria keberhasilan yaitu:

1. Adanya peningkatan skor yang diperoleh siswa dengan membandingkan skor sebelum pelaksanaan bimbingan kelompok teknik diskusi, pada saat siklus pertama, dan setelah siklus kedua.

2. Nilai atau skor siswa yang diperoleh dari skala perencanaan karier siswa rata-rata berada pada kriteria tinggi atau sebesar 114 poin lebih.


(63)

47 H. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara (Sugiyono, 2013:224). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut: 1. Skala

Skala merupakan salah satu alat untuk memahami individu secara tes untuk mengungkap suatu tingkah laku ataupun sikap. Penelitian ini menggunakan skala perencanaan karier untuk mengukur sejauh mana peningkatan pengetahuan dan pemahaman tentang bagaimana cara merencanakan karier yang benar setelah melakukan bimbingan kelompok teknik diskusi.

Skala diberikan sebelum pelaksanaan bimbingan kelompok untuk mengukur kemampuan perencanaan karier awal siswa. Pelaksanaan bimbingan kelompok teknik diskusi siklus I digunakan untuk mengetahui perbandingan kemampuan perencanaan karier dan pelaksanaan bimbingan kelompok siklus II digunakan untuk mengetahui peningkatan perencanaan karier siswa.

Penelitian ini menggunakan angket dalam check list, sebuah daftar. Skala yang disusun dalam penelitian ini menggunakan empat alternatif jawaban, yaitu: sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan


(64)

48

sangat tidak sesuai (STS). Subjek diminta memilih salah satu alternatif jawaban sesuai dengan keadaan subjek yang benar.

Skor yang digunakan dalam rencana penelitian ini disediakan empat alternatif pilihan jawaban untuk setiap item mempunyai nilai terdiri dari 4 sampai dengan 1, mulai dari sangat sesuai (4) sampai dengan sangat tidak sesuai (1). Pertanyaan favorable (item pernyataan yang mendukung obyek yang ingin diukur) bergerak dari 4, 3, 2, 1 dan bila unfavorable (item pertanyaan tidak mendukung obyek yang ingin diukur) bergerak dari 1, 2, 3, dan 4. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Skor Jawaban Responden terhadap Instrumen

No Alternatif Jawaban Skor Jawaban

Favorable Unfavorable

1 Sangat Sesuai 4 1

2 Sesuai 3 2

3 Tidak Sesuai 2 3

4 Sangat Tidak Sesuai 1 4 2. Observasi

Jonathan Sarwono (2006:224) menyatakan bahwa ―kegiatan observasi meliputi: melakukan pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku objek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan‖. Observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses tindakan yang dilaksanakan. Diskusi kelompok yang


(65)

49

dilakukan apakah sudah tepat dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah.

3. Wawancara

Menurut Sudaryono G. Margono dan Wardani Rahayu (2013:35) ―wawancara adalah suatu metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya‖. Wawancara dilakukan apabila ingin mendapatkan informasi secara mendalam mengenai keadaan sumber. Pertanyaan dalam wawancara bisa mencakup fakta, data, pengetahuan, konsep, pendapat, persepsi, atau evaluasi sumber.

Penelitian ini, wawancara merupakan metode pengumpulan data pendukung. Wawancara dilakukan pada saat refleksi setelah siklus II berakhir. Wawancara dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perasaan dan pengetahuan siswa mengenai masalah perencanaan karier. Wawancara akan ditujukan langsung kepada beberapa subjek penelitian setelah bimbingan kelompok teknik diskusi dilakukan.

I. Instrumen Penelitian 1. Skala

Menutur Sugiyono (2013:93) ―skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial‖. Berkaitan dengan sikap dalam penelitian ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Menggunakan skala likert, maka variabel yang


(66)

50

akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang berupa pernyataan.

Skala dalam penelitian diberikan pada siswa dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan perencanaan karier sebelum maupun setelah dilakukan tindakan. Langkah-langkah untuk membuat skala kemampuan perencanaan karier adalah sebagai berikut:

a. Kisi-kisi Skala Kemampuan Perencanaan Karier

Kisi-kisi skala kemampuan perencanaan karier dibuat berdasarkan definisi operasional yang telah dikemukakan di atas. Adapun kisi-kisi skala perencanaan karier dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Kisi-kisi Skala Perencanaan Karier

Variabel Aspek Indikator

Perencanaan Karier

1. Pemahaman Diri a. Mengetahui bakat yang dimiliki b. Mengetahui minat yang dimiliki c. Mampu menilai kemampuan

akademik

d. Mengetahui sifat-sifat kepribadian yang mempunyai relevansi terhadap partisipasi dalam karier

e. Mengetahui kelebihan dan kelemahan yang dimiliki f. Memiliki cita-cita masa depan 2. Kemampuan

mengumpulkan informasi tentang dunia kerja

a. Mengetahui informasi dan

persyaratan dalam suatu pekerjaan b. Mengetahui jenis-jenis pekerjaan 3. Kemampuan

memilih tujuan karier yang diinginkan

a. Mengetahui kemungkinan pekerjaan yang sesuai dengan keadaan dirinya b. Memiliki kemampuan merencanakan


(67)

51

b. Penyusunan Item Skala berdasarkan Kisi-kisi

Sistem penilaian ini menggunakan pengukuran dengan skala likert. Saifuddin Azwar (2015:72) menyatakan bahwa ―respon terhadap skala psikologi, diberi skor melalui proses penskalaan (scaling). Pemberian skor setiap respon positif terhadap aitem favorabel (positif) akan diberi bobot yang lebih tinggi daripada respon negatif. Sebaliknya untuk aitem unfavorabel, respon positif akan diberi skor yang bobotnya lebih rendah daripada respon negatif‖.

2. Pedoman Observasi

Observasi atau yang biasa disebut pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra (Suharsimi Arikunto, 2002:133). Observasi yang dilakukan untuk memperoleh data tentang proses pelaksanaan layanan bimbingan kelompok teknik diskusi yang diberikan dalam peningkatan kemampuan perencanaan karier siswa pada setiap siklus tindakan. (Pedoman terlampir). 3. Pedoman Wawancara

Menurut Sugiyono (2013:137) wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam, dan jumlah respondennya sedikit atau kecil. Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data dengan cara tanya-jawab lisan yang dilakukan secara sistematis guna mencapai tujuan penelitian. Wawancara digunakan dalam penelitian ini bertujuan


(68)

52

untuk mengetahui pengaruh layanan bimbingan kelompok teknik diskusi yang diberikan dalam meningkatkan kemampuan perencanaan karier pada siswa. (Pedoman terlampir).

J. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Uji Validitas Instrumen

Validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai (Nana Sudjana, 2009:13). Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 2013:121).

Validitas yang peneliti gunakan adalah validitas isi (content validity). Menurut Sugiyono (2007:352) untuk menguji validitas isi maka dapat digunakan pendapat dari ahli (experts judgment). Cara menggunakan validitas isi ialah dengan membandingkan antara isi skala dengan kisi-kisi skala. Pada kisi-kisi terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolok ukur dan item merupakan penjabaran dari indikator, agar uji validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis. Expert judgment yang menjadi penguji validitas isi skala adalah dosen pembimbing, dosen pembimbing memiliki keahlian dalam bidang bimbingan karier.

Angket diujicobakan kepada subjek uji coba terlebih dahulu. Adapun subjek yang diambil adalah 30 siswa kelas VIII G di SMP Negeri 3 Kebumen. Uji coba instrumen ini dimaksudkan untuk mengetahui validitas


(69)

53

dari tiap-tiap butir pernyataan. Data yang diperoleh kemudian diuji validitasnya menggunakan program SPSS.

Adapun untuk mengetahui dari tiap-tiap butir pernyataan dapat menggunakan rumus product moment sebagai berikut:

r

xy=

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi antara X dan Y N = Jumlah responden

∑x

= Sigma atau jumlah X (skor butir) ∑X2

= Sigma X kuadrat ∑y = Sigma Y (skor total) ∑y2

= Sigma Y kuadrat

∑XY= Jumlah perkalian antara X dan Y

Apabila hasil perhitungan koefisien rxy≥ p, maka butir pernyataan dari instrumen dikatakan valid, sebaliknya jika rxy< p, maka butir pernyataan dari instrumen dikatakan tidak valid. Item-item yang valid digunakan dalam penelitian. Menurut Cronbach (Saifuddin Azwar, 2015:143) koefisien validitas yang berkisaran 0.3 sampai dengan 0.5 telah dapat memberikan kontribusi yang baik. Dengan demikian, semua pernyataan yang memiliki korelasi dengan koefisien kurang dari 0.3 harus disisihkan dan pernyataan-pernyataan yang diikuti dalam angket


(70)

54

kemampuan perencanaan karier ini adalah yang memiliki koefisien korelasi > 0.3.

Hasil pengujian validitas mendapatkan koefisien korelasi product

moment pada beberapa pernyataan antara -0.072—0.207 para item

pernyataan 15, 24, 26, 30, dan 36. Perolehan kurang dari 0.3 menandakan item bersangkutan gugur. Sedangkan untuk pernyataan lainnya mendapatkan koefisien korelasi antara 0.367—0.693, menunjukan lebih dari 0.3 yang berarti valid atau memiliki ketepatan dan kecermatan dalam fungsi ukurnya (Saifuddin Azwar, 2012:173).

Hasil pengujian dengan program SPSS didapatkan dari 43 butir soal terdapat 38 butir soal yang dinyatakan valid dengan p ≥ 0.361 dan 5 butir soal yang dinyatakan gugur dengan p ≤ 0.361.

Adapun rangkuman item yang valid dan gugur tercantum dapat dilihat pada tabel berikut:


(1)

160

Gambar 4. Pemberian Materi dari Guru Pembimbing

Gambar 5. Pelaksanaan Diskusi Kelompok di dalam kelas


(2)

161 Lampiran 15. Surat Perizinan Penelitian


(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA TERHADAP KEGIATAN KEPRAMUKAAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 1 DEMAK TAHUN 2012 2013

4 81 216

PENGARUH PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BELAJAR SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 17 MEDAN TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 3 26

UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA MELALUI PEMBERIAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI KELAS VIII-1 SMP NEGERI 6 PERCUT SEI TUAN TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 1 18

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK DISKUSI KELOMPOK TERHADAPKEBIASAAN BELAJAR SISWA YANG BERPRESTASI RENDAH KELAS VIII SMP SANTO THOMAS 3 MEDAN TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 2 22

Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Juwana Tahun Pelajaran 2009/2010.

0 0 1

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS X.5 DI SMA NEGERI 2 UNGARAN.

0 5 97

PENINGKATAN KOHESIVITAS KELOMPOK MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK HOMEROOM PADA SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 14 YOGYAKARTA.

1 7 176

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN DIRI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK PERMAINAN ULARTANGGA PADA SISWA KELAS VIII E DI SMP NEGERI 3 SEMARANG TAHUN AJARAN 2015 2016. -

2 9 59

View of PENGARUH TEKNIK DISKUSI DALAM BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA KELAS VII H SMP NEGERI 21 SURABAYA

0 1 8

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VIII E SMP N 2 JAKEN

0 1 26