bimbingan kelompok. Seorang konselor sangat berperan terhadap keefektifan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling disekolah pada umumnya dan
keefektifan pelaksanaan layanan bimbingan kelompok pada khususnya, Efektif atau tidaknya pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling disekolah dapat
dilihat dari kinerja yang ditampilkan oleh konselor, apakah konselor tersebut memiliki kemampuan yang baik dan berkompeten dalam penyelenggaraan
bimbingan dan konseling karena seorang konselor harus memenuhi kriteria dan persyaratan khusus yang sudah ditetapkan untuk dapat melaksanakan tugasnya
disekolah. Dalam penelitian kali ini yang menjadi faktor internal adalah: Latar
belakang pendidikan konselor, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Sosial, dan Kompetensi Profesional.
2.3.1.1 Latar Belakang Pendidikan Konselor
Seorang konselor sekolah untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dan dapat menampilkan kinerja yang berkualitas, ia harus
memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan kualifikasi yang sudah ditentukan. Hal ini selaras dengan pendapat Prayitno 2004: 6 bahwa konselor
adalah seorang ahli dalam bidang konseling, yang memiliki kewenangan dan mandat secara profesional untuk melaksanakan kegiatan pelaksanaan konseling.
Wingkel 2006: 167 mengungkapkan, konselor sekolah adalah seorang tenaga profesional yang menempuh pendidikan khusus diperguruan tinggi dan
mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan bimbingan dan konseling. Hikamawati 2011: 43 juga mengungkapkan bahwa konselor pendidikan adalah
konselor yang bertugas dan bertanggung jawab memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik disuatu pendidikan.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat diartikan bahwa konselor sekolah adalah seorang tenaga profesional dalam bimbingan dan
konseling yang bertugas dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling disekolah.
Konselor sekolah dengan menempuh pendidikan perguruan tinggi jurusan Bimbingan dan Konseling, diharapkan memiliki karakteristik konselor yang
mempengaruhi bimbingan dan konseling seperti yang dijelaskan oleh Syamsu Yusuf dan Nurihsan 2006: 37 sebagai berikut:
1. Pemahaman Diri Self-Knowledge
Pengetahuan diri sendiri mempunyai makna bahwa konselor mengetahui secara baik tentang dirinya, apa yang dilakukan mengapa melakukan itu, masalah
yang dihadapi, dan masalah klien yang terkait dengan konseling. 2.
Kompeten Kompeten adalah memiliki makna sebagai kualitas fisik, intelektual,
emosional, sosial, dan moral yang harus dimiliki oleh konselor untuk membantu klien.
3. Kesehatan Psikologis
Karakteristik konselor yang memiliki kesehatan psikologis yang baik antara lain:
a. Mencapai pemuasan kebutuhan seperti kebutuhan rasa aman, cinta, kekuatan,
dan seks.
b. Dapat mengatasi masalah pribadi yang dihadapinya.
c. Menyadari kelemahan atau keterbatasan kemampuan dirinya.
d. Tidak hanya mecapai kelestarian hidup, tetapi mencapai kehidupan dalam
kondisi yang baik. 4.
Dapat Dipercaya Dapat dipercaya mempunyai makna bahwa konselor bukan sebagai satu
ancaman bagi klien dalam konseling, akan tetapi sebagai pihak yang memberi rasa aman.
5. Jujur
Kejujuran yang mutlak mempunyai makna bahwa seorang konselor harus terbuka, autentik, dan sejati dalam penampilannya.
6. Kekuatan
Keberanian konselor untuk melakukan apa yang dikatakan oleh dirinya yang paling dalam, dapat membantu konselor dalam keseluruhan konseling.
7. Bersikap Hangat
Kehangatan mempunyai makna bahawa suatu kondisi yang mampu menjadi pihak yang ramah, peduli, dan dapat menghibur orang lain.
8. Pendengar Aktif
Konselor sebagai pendengar yang aktif dalam proses konseling bersifat dinamis,
tidak pasif.
Melalui respon
yang aktif
konselor dapat
mengkomunikasikan perhatian dirinya terhadap kebutuhan konseli. 9.
Sabar
Melalui kesabaran konselor dalam proses konseling dapat membantu konseli untuk mengembangkan dirinya secara alami. Sikap sabar konselor
menunjukan lebih memperhatikan diri konseli, konselor yang cenderung menampilkan kualitas sikap dan perilaku yang tidak tergesa-gesa.
10. Kepekaan
Kepekaan mempunyai makna bahwa konselor sadar akan kehalusan dinamika yang timbul dalam diri konselor dan konseli.
11. Kesadaran Holistik
Konselor yang memiliki kesadaran holistik cenderung menampilkan karakteristik sebagai berikut:
a. Menyadari secara akurat tentang dimensi-dimensi kepribadian yang
kompleks. b.
Menemukan cara memberikan konsultasi yang tepat dan mempertimbangkan tentang perlunya referral rujukan.
c. Akrab dan terbuka terhadap berbagai teori.
Pada rambu-rambu penyelenggaraan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 3 disebutkan bahwa
“konselor adalah sarjana pendidikan S-1 bidang bimbingan dan konseling dan telah menyelesaikan
program pendidikan profesi konselor PPK”. Berdasarkan rambu-rambu penyelenggaraan bimbingan dan konseling, profesi konselor telah
diakui secara undang-undang dan merupakan profesi yang profesional karena tidak dapat sembarang jurusan yang menjadi konselor akan tetapi hanya yang
memiliki ketrampilan dan berlatarbelakang bimbingan dan konseling yang dapat menjalankan tugas sebagai konselor di sekolah.
Berdasarkan penjelasan di atas maka konselor sekolah tidak dapat diperoleh dari luar jurusan bimbingan dan konseling yang kemudian
melaksanakan tugas ganda, hal ini dapat menyebabkan kesalahan dalam kinerja konselor di sekolah. Pembentukan kompetensi akademik konselor ini merupakan
proses pendidikan formal jenjang strata satu S-1 bidang Bimbingan dan Konseling, yang bermuara pada penganugerahan ijazah akademik Sarjana
Pendidikan S.Pd bidang Bimbingan dan Konseling.
2.2.8.1 Kompetensi Konselor