Evaluasi Agregatif Pembangunan Daerah Kabupaten Rembang

II - 3 RKPD Kab Rembang 2014 b. Pertumbuhan Ekonomi, Laju Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Indeks Gini dan Indeks Williamson

b.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi LPE

Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk mengetahui keberhasilan pembangunan di masa yang akan datang. Pertumbuhan ekonomi mencerminkan kegiatan ekonomi suatu daerah. Jika pada suatu periode perekonomian mengalami pertumbuhan positif, berarti kegiatan ekonomi pada periode tersebut mengalami peningkatan. Sedangkan jika pada suatu periode perekonomian mengalami pertumbuhan negatif, berarti kegiatan ekonomi pada periode tersebut mengalami penurunan. Beberapa hal yang mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi daerah antara lain ketersediaan tenaga kerja, sumber daya alam, sumber daya modal dan kondisi sosial masyarakat setempat. Kinerja sektor Perekonomian Kabupaten Rembang selama lima tahun terakhir mengalami stabilitas pertumbuhan pada kisaran angka diatas 4 persen. Pada tahun 2009 Laju Pertumbuhan Ekonomi mencapai angka 4,46 dimana pertumbuhan tertinggi berada di sektor Bangunan 8,16 dan terendah di sektor Industri pengolahan 2,69. Tren kenaikan Laju Pertumbuhan Ekonomi terus berlanjut di tahun 2010 dimana mencapai 4,45, melambat menjadi 4,40 ditahun 2011 dan meningkat kembali menjadi 4,48 di tahun 2012. Trend pertumbuhan perekonomian selama dua tahun terakhir masih disokong oleh perkembangan sektor pertanian terutama sub sektor tanaman pangan dengan indikasi perbaikan produktivitas serta harga komoditas padi dan palawija, disamping perkembangan signifikan komoditas sub sektor perkebunan dan perikanan. Selain itu terus tumbuhnya kinerja sektor bangunan dengan rata-rata pertumbuhan 7,59 juga turut mempengaruhi kinerja perekonomian Kabupaten Rembang secara keseluruhan.

b.2. Laju Inflasi

Tingkat Inflasi di suatu daerah pada suatu tahun dapat dihitung salah satunya dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen IHK dan dapat juga dilihat dari besaran perubahan permintaan komoditas. Laju Inflasi di Kabupaten Rembang berfluktuasi dari tahun ke tahun, dimana perubahan nilai inflasi paling banyak terjadi di kelompok pengeluaran bahan makanan, makanan jadi, minuman, rokok, tembakau, perumahan, air, listrik dan bahan bakar minyak. Namun demikian laju Inflasi di Kabupaten Rembang tiga tahun terakhir relatif masih terkendali dibawah angka dua digit. Pada tahun 2010 angka inflasi berada pada kisaran 6,81, di tahun berikutnya mengalami penurunan menjadi 2,73 dan sedikit meningkat kembali menjadi 4,28 di tahun 2012. Angka inflasi di tahun 2010 paling banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal dengan fenomema anomali cuaca yang berpengaruh terhadap peningkatan biaya produksi pertanian serta kenaikan harga komoditas yang cenderung tidak terkendali. Pada tahun 2011 kondisi ini mulai mengalami perbaikan dan dengan kondusifnya rantai pasokan pasar II - 4 RKPD Kab Rembang 2014 terutama di kelompok pengeluaran bahan makanan dan sandang menjadikan nilai inflasi dapat mengalami penurunan.

b.3. Indeks Gini dan Indeks Williamson

Keberhasilan pembangunan biasanya dikaitkan dengan masalah pemerataan pembangunan. Secara logika, adanya ketimpangan yang semakin lebar antara kelompok penduduk berpenghasilan tinggi dan rendah berarti terjadinya ketidakmerataan pembangunan. Dengan demikian orientasi pemerataan merupakan usaha untuk memangkas kesenjangan kelompok penduduk berpenghasilan tinggi dan rendah. Tolok ukur untuk menghitung tingkat pemerataan pendapatan antara lain dengan Indeks Gini atau Gini Ratio. Adapun kriteria kesenjanganketimpangan adalah G 0,30 berarti ketimpangan rendah, 0,30 G 0,50 berarti ketimpangan sedang dan G 0,50 berarti ketimpangan tinggi. Indeks Gini di Kabupaten Rembang selama tahun 2010-2012 berkisar 0,267 yang menunjukkan bahwa ketimpangan pendapatan penduduk di Kabupaten Rembang adalah rendah, atau distribusi pendapatan penduduk di Kabupaten Rembang semakin merata. Apabila dikaitkan dengan angka pendapatan per kapita yang semakin meningkat dari tahun ke tahun dengan angka indeks Gini yang semakin menurun mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan penduduk Kabupaten Rembang semakin meningkat dan semakin banyak penduduk yang dapat menikmatinya. Sedangkan Indeks Williamson digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan per kapita suatu wilayah pada waktu tertentu. Dari perhitungan yang telah dilakukan, Indeks Williamson secara umum di Kabupaten Rembang bergerak di kisaran 0,203 data tahun 2011, hal ini dapat diartikan bahwa tingkat ketimpangan pembangunan antar wilayah di Kabupaten masih berada di level yang rendah. Meskipun demikian, Pemerintah Kabupaten Rembang selalu berupaya menurunkan Indeks Williamson agar mencapai angka ideal melalui intervensi kebijakan spasial dan mendasarkan pada karakteristik khusus setiap wilayah.

b.4. Nilai Tukar Petani NTP

Nilai Tukar Petani NTP merupakan perbandinganrasio antara Indeks Harga Yang Diterima Petani It dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani Ib. Hubungan Nilai Tukar Petani NTP dengan tingkat kesejahteraan petani sebagai produsen secara nyata terlihat dari posisi It yang berada pada pembilang enumerator dari angka NTP. Apabila harga barangproduk pertanian naik, dengan asumsi volume produksi tidak berkurang, maka penerimaanpendapatan petani dari hasil panennya juga akan bertambah. Disisi lain, untuk melihat tingkat kesejahteraan petani secara utuh perlu juga dilihat faktor pembentuk yang lain yaitu perkembangan jumlah pengeluaranpembelanjaan mereka baik untuk kebutuhan konsumsi maupun untuk produksi. Dalam hal ini petani sebagai produsen dan juga konsumen dihadapkan kepada pilihan dalam mengalokasikan pendapatannya yaitu: Pertama, untuk memenuhi kebutuhan pokok konsumsi demi kelangsungan hidup petani beserta keluarganya. Kedua, pengeluaran untuk produksibudidaya II - 5 RKPD Kab Rembang 2014 pertanian yang merupakan ladang penghidupannya yang mencakup biaya operasional produksi dan investasi atau pembentukan barang modal. Unsur kedua ini hanya mungkin dilakukan apabila kebutuhan pokok petani telah terpenuhi; dengan demikian investasi dan pembentukan barang modal merupakan faktor penentu bagi tingkat kesejahteraan petani. Nilai Tukar Petani NTP Kabupaten Rembang tahun 2010-2012 mengalami perkembangan yang cukup baik meskipun belum mencapai kondisi yang ideal. Tahun 2010, NTP Kabupaten Rembang sebesar 98,00, kemudian tahun 2011 naik menjadi 98,59 sedang pada tahun 2012 naik menjadi menjadi 99,18. Kenaikan Nilai Tukar Petani NTP di Kabupaten Rembang terus diupayakan melalui peningkatan indeks yang diterima petani diantaranya melalui stabilisasi harga komoditas tanaman pangan, insentif usaha tani, fasilitasi permodalan bagi petani dan penguatan kelembagaan dan kemitraan petani dengan stakeholder pertanian. Untuk lebih lengkapnya Laju Pertumbuhan Ekonomi, Nilai Inflasi dan Nilai Tukar Petani NTP dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 2.3 Pertumbuhan Ekonomi, Laju Inflasi dan Nilai Tukar Petani Kabupaten Rembang Tahun 2010-2012 Uraian 2010 2011 2012 Pertumbuhan ekonomi 4,45 4,40 4,48 Laju Inflasi 6,81 2,73 4,28 Nilai Tukar Petani 98,00 98,59 99,18 angka sementara Sumber : BPS Kab. Rembang Bappeda data diolah 2012

c. Produk Domestik Regional Bruto PDRB

Kinerja perekonomian Kabupaten Rembang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sektor yang memiliki nilai PDRB terbesar adalah sektor pertanian dengan rata-rata nilai PDRB per tahun sebesar 1.069.354,17 juta rupiah 47,67 persen dari nilai PDRB. Sektor yang memiliki nilai rata- rata PDRB terkecil adalah sektor listrik, gas, dan air bersih sebesar 11.183,67 juta rupiah 0,47 persen. Pada tahun 2012 jumlah PDRB ADHK 2000 Kabupaten Rembang mencapai Rp 2.491.385,34 juta, dimana jumlah tersebut tumbuh 4,48 dibandingkan tahun 2011 sebesar Rp 2.384.459,23 juta. Nilai PDRB ADHK 2000 pada tahun 2012 didominasi oleh 3 sektor primer yaitu pertanian sebesar Rp. 1.099.058,48 juta, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp 414.997,56 juta dan sektor jasa-jasa Rp 395.157,87 juta. Selengkapnya dijelaskan tabel berikut : Tabel 2.4 Produk Domestik Regional Bruto PDRB Berdasarkan Harga Konstan 2000 Kabupaten Rembang Tahun 2010-2012 Juta Rupiah No. Lapangan Usaha 2010 2011 2012 1. Pertanian 1.041.093,96 1.067.912,90 1.099.058,48 2. Pertambangan dan penggalian 46.868,19 45.179,47 44.906,99 3. Industri pengolahan 89.829,79 95.039,15 98.649,82 4. Listrik, gas dan air bersih 10.258,39 11.327,89 12.584,28 5. Bangunan 199.356,98 214.875,36 228.292,64 6. Perdagangan, hotel, dan restoran 383.594,88 397.761,78 414.997,56 II - 6 RKPD Kab Rembang 2014 No. Lapangan Usaha 2010 2011 2012 7. Angkutan dan komunikasi 122.336.89 129.402,24 137.068,88 8. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 53.818,41 57.130,28 60.668,82 9. Jasa-jasa 336.808,22 365.830,16 395.157,87 10 Jumlah PDRB 2.283.965,70 2.384.459,23 2.491.385,34 Laju Pertumbuhan 4,45 4,40 4,48 angka sementara Sumber: BPS Kab. Rembang Bappeda data diolah 2012 Perekonomian yang terus tumbuh dan stabil di Kabupaten Rembang dapat juga dilihat dari PDRB Atas Dasar Harga Berlaku. Dalam kurun waktu 2010 - 2012 perekonomian Kabupaten Rembang rata-rata tumbuh 9,5 per tahun. Kenaikan ini banyak dipengaruhi oleh membaiknya harga komoditas pertanian, meningkatnya volume perdagangan dan jasa. PDRB ADHB pada tahun 2011 mencapai Rp. 5.440.169,44 juta dan pada tahun 2012 meningkat menjadi sebesar Rp.5.995.822,46 juta. Tiga sektor perekonomian Kabupaten Rembang yang memberikan kontribusi terbesar adalah sektor pertanian sebesar Rp. 2.645.089,88 juta, perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp. 1.063,995,46 juta, dan sektor jasa-jasa sebesar Rp. 915.021,77 juta. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.5 Produk Domestik Regional Bruto PDRB Berdasarkan Harga Berlaku Kabupaten Rembang Tahun 2010-2012 Juta Rupiah No. Lapangan Usaha 2010 2011 2012 1. Pertanian 2.261.475,99 2.434.732,96 2.645.089,88 2. Pertambangan dan penggalian 87.414,89 91.071,97 94.900,26 3. Industri pengolahan 188.896,99 206.853,03 226.805,53 4. Listrik, gas dan air bersih 20.339,94 24.423,58 27.065,37 5. Bangunan 452.464,07 502.571,81 559.736,41 6. Perdagangan, hotel, dan restoran 851.112,20 945.299,76 1.063.995,46 7. Angkutan dan komunikasi 278.101,31 300.131,51 325.437,53 8. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 114.070,20 125.292,97 137.770,24 9. Jasa-jasa 715.903,35 809.791,84 915.021,77 Produk Domestik Regional Bruto 4.969.778,94 5.440.169.44 5.995.822,46 Laju Pertumbuhan 11,54 9,47 10,20 angka sementara Sumber: BPS Kab. Rembang Bappeda data diolah 2012 Nilai Produk Domestik Regional Bruto PDRB Perkapita ADHB Kabupaten Rembang mengalami peningkatan dari tahun 2010 sebesar Rp. 8.399.451,25 meningkat di tahun 2011 menjadi Rp. 9.186.651,14 dan pada tahun 2012 meningkat lagi menjadi Rp. 9.988.426,00 atau meningkat rata-rata 8,72 per tahun.Selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 2.6 PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 dan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010-2012 Rupiah No. Uraian 2010 2011 2012 1. PDRB Perkapita ADHB rupiah 8.399.451,25 9.186.651,14 9.988.426,00 2. PDRB Perkapita ADHK Tahun 2000 rupiah 3.860.143,25 4.026.564,86 4.193.630,00 angka sementara Sumber: BPS Kab. Rembang Bappeda data diolah 2012 II - 7 RKPD Kab Rembang 2014

d. Penduduk Miskin dan Pengangguran

Berdasarkan data jumlah penduduk miskin yang ada sampai dengan tahun 2011 cenderung fluktuatif, dimana pada tahun 2010 jumlah penduduk miskin di Kabupaten Rembang sebesar 138.569 jiwa atau sebesar 23,40 meningkat menjadi 140.377 jiwa atau sebesar 23,71 pada tahun 2011. selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2.7 Data Penduduk Miskin dan Tingkat Pengangguran Terbuka di Kabupaten Rembang Tahun 2010-2012 Uraian 2010 2011 2012 Jumlah Penduduk Miskin 138.569 140.377 N.a Persentase Jumlah Penduduk Miskin 23,41 23,71 N.a Tingkat Pengangguran Terbuka 4,89 5,92 5,80 angka sementara Sumber: BPS Prov. Jawa Tengah Kemiskinan merupakan masalah yang kompleks dan bersifat dinamis, mengingat faktor eksternal yang berpengaruh terhadap kemampuan belanja masyarakat juga bergerak dinamis disamping berbagai faktor internal yang mempengaruhi daya tahan masyarakat terhadap gejolak ekonomi yang terjadi. Apabila dilihat dari data lima tahun terakhir, tingkat kemiskinan di Kabupaten Rembang mempunyai kecenderungan yang tidak stabil naik turun. Kenaikan jumlah penduduk miskin dan Tingkat Pengangguran Terbuka di tahun 2011 dibandingkan tahun sebelumnya diakibatkan karena kondisi perekonomian nasional maupun daerah yang kurang stabil. Pertumbuhan ekonomi di berbagai sektor yang terjadi pada tahun 2010 - 2012 mendorong terciptanya lapangan kerja baru. Idealnya pertumbuhan lapangan kerja baru dapat lebih tinggi dari pertumbuhan angkatan kerja, sehingga tingkat pengangguran akan terkurangi setiap tahunnya. Angka pengangguran merupakan salah satu indikator penting dalam mewujudkan kemandirian di Kabupaten Rembang. Pengangguran yang terjadi di Kabupaten Rembang disebabkan oleh angkatan kerja yang pada umumnya tenaga kerja non formal, kurang terdidik dan minat generasi muda bekerja dibidang pertanian masih rendah. Oleh karena itu dibutuhkan perhatian khusus dari Pemerintah Daerah. Pada tahun 2012 Tingkat Pengangguran Terbuka di Kabupaten Rembang diperkirakan sebesar 5,80 . Dalam jangka panjang, Pemerintah Kabupaten Rembang telah memformulasi kebijakan dan berkomitmen penuh bahwa pembangunan sumber daya manusia merupakan kunci utama bagi pengentasan persoalan pengangguran yang perlu terus ditangani melalui perbaikan kualitas pendidikan. Selain itu peningkatan kapasitas, kualitas, produktifitas dan daya saing angkatan kerja perlu terus dipacu agar menghasilkan tenaga kerja yang handal, terlatih dan siap bersaing serta mampu menciptakan lapangan kerja baru ditengah- tengah masyarakat.

e. IPG dan IDG

Besarnya IPG Kabupaten Rembang terus mengalami kenaikan, pada tahun 2010 sebesar 64,11 meningkat menjadi 64,87 pada tahun 2011. Peningkatan IPG terutama didukung oleh meningkatnya tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan perempuan serta sumbangan perempuan dalam ekonomi rumah tangga. Besarnya nilai IDG Kabupaten Rembang juga terus mengalami kenaikan, pada tahun 2010 IDG Kabupaten Rembang menjadi 68,00, meningkat di tahun 2011 menjadi 69,97. Meningkatnya nilai IDG Kabupaten Rembang II - 8 RKPD Kab Rembang 2014 terutama didukung oleh meningkatnya jumlah tenaga kerja perempuan, jumlah perempuan yang bekerja pada posisi puncak manajer dan keterlibatan perempuan di parlemen serta sumbangan perempuan dalam pendapatan kerja. Besarnya nilai IPG dan IDG Kabupaten Rembang selengkapnya dapat dilihat dari data berikut ini : Tabel 2.8 Capaian IPG dan IDG Kabupaten Rembang Tahun 2010-2011 No Indeks 2010 2011 1 Indeks Pembangunan Gender IPG 64,11 64,87 2 Indeks Pemberdayaan Gender IDG 68,00 69,97 Sumber : Kementerian Pemberdayaan Perempuan

2. Evaluasi Kinerja Urusan Kewenangan a. Urusan Wajib

Evaluasi kinerja penyelenggaraan pemerintahan untuk urusan wajib adalah sebagai berikut : 1 Pendidikan Tingkat pemerataan dan perluasan akses pembangunan pendidikan dapat dilihat melalui indikator Angka Partisipasi Kasar APK dan Angka Partisipasi Murni APM. Semakin tinggi APK berarti semakin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu jenjang pendidikan pada suatu wilayah. Begitu pula dengan APM, semakin tinggi APM berarti semakin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu daerah pada tingkat pendidikan tertentu. APK untuk semua jenjang pendidikan pada kurun waktu 2010 2012 menunjukkan kecenderungan meningkat. Secara rinci perkembangan APK semua jenjang pendidikan terlihat pada tabel berikut: Tabel 2.9 Angka Partisipasi Kasar Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Rembang Tahun 2010 2012 No APK 2010 2011 2012 1 PAUD 63,96 73,04 77,07 2 SDMI 96,86 98,10 99,67 3 SMPMTs 95,53 96,91 96,98 4 SMASMKMA 54,52 64,93 65,86 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2012. Angka partisipasi kasar APK pada semua jenjang pendidikan mulai dari pendidikan anak usia dini PAUD, sekolah dasar SD hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTA mengalami peningkatan. Meskipun demikian, beberapa masalah yang masih perlu mendapat perhatian, antara lain menyangkut masih rendahnya kesadaran orang tua untuk memasukkan anak khususnya usia 0-4 di lembaga PAUD, serta anak-anak yang tidak melanjutkan jenjang pendidikan menengah atas. APM mengukur proporsi anak yang bersekolah tepat waktu, yang dibagi dalam tiga kelompok jenjang pendidikan yaitu SD untuk penduduk usia 7-12 tahun, SMP untuk penduduk usia 13-15 tahun, dan SMA untuk penduduk usia 16-18 tahun. Secara umum capaian APM periode tahun 2010-2012 menunjukkan peningkatan di semua jenjang pendidikan seperti tersaji pada tabel berikut : II - 9 RKPD Kab Rembang 2014 Tabel 2.10 Angka Partisipasi Murni Menurut Jenjang Pendidikan Di Kabupaten Rembang Tahun 2010 2012 No Uraian 2010 2011 2012 1 APM SDMi 83,49 90,75 90,97 2 APM SMPMTs 66,76 66,91 67,06 3 APM SMASMKMA 35,51 41,42 44,44 Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2012. Dari tabel diatas terlihat APM SMPMTS serta APM SMASMKMA belum menunjukkan angka yang optimal. Oleh karena itu akses layanan pendidikan dasar terutama SMPMTs harus selalu diperbaiki terutama mendekatkan akses layanan pendidikan dasar agar mudah dijangkau mengingat adanya kebijakan sekolah gratis dan bermutu untuk SD-SMP, agar tingkat partisipasi pada pendidikan dasar dapat meningkat, demikian pula layanan pendidikan menengah bagi siswa dari keluarga miskin. Seperti halnya APKAPM, angka kelulusan pada tahun 2012 disemua jenjang pendidikan juga mengalami peningkatan. Berdasarkan data Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang, pada tahun 2012 angka kelulusan siswa di Kabupaten Rembang untuk tingkat SDMI hampir mencapai 100, sedangkan angka kelulusan tingkat SMPMTs mencapai angka 99,03 dan tingkat SMASMKMA mencapai 99,77. Berikut adalah tabel perkembangan angka kelulusan pada masing- masing jenjang pendidikan di Kabupaten Rembang tahun 2010-2012. Tabel 2.11 Angka Kelulusan Masing-masing jenjang Pendidikan Di Kabupaten Rembang 2010 2012 Uraian 2010 2011 2012 1. Angka Kelulusan SDMI 99,99 99,99 99,99 2. Angka Kelulusan SMPMTs 99,50 98,50 99,03 3. Angka Kelulusan SMASMKMA 99,36 98,88 99,77 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2012. Angka transisi atau angka melanjutkan pada tahun 2012 untuk jenjang pendidikan SMP dan SMA menunjukkan peningkatan, meskipun masih dibawah 100. Hal ini bisa saja menunjukkan masih ada siswa yang lulus SD serta SMP yang tidak melanjutkan pendidikan, atau juga karena adanya persentase anak yang melanjutkan sekolah ke luar Kabupaten Rembang. Secara rinci perkembangan Angka Transisi AT tersaji pada tabel berikut: Tabel 2.12 Angka Transisi SMP dan SMA Tahun 2010 2012 Uraian 2010 2011 2012 1. Angka Transisi ke SMP 98,99 99,15 99,73 2. Angka Transisi Ke SMAMASMK 74,02 70,52 82,84 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2012. Angka putus sekolah di Kabupaten Rembang termasuk kategori rendah mulai tingkat SDMI hingga menengah atas, seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan serta adanya kebijakan program sekolah gratis di Kabupaten Rembang. Meskipun demikian pelaksanaan program sekolah gratis masih harus terus dievaluasi karena masih belum maksimalnya capaian Angka Transisi AT khususnya Angka Transisi ke jenjang pendidikan SMP sederajat. Berikut adalah tabel Angka Putus Sekolah jenjang pendidikan SD, SMP dan SMA Kabupaten Rembang Tahun 2010 2012.