II - 3
RKPD Kab Rembang 2014
b. Pertumbuhan Ekonomi, Laju Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Indeks Gini dan Indeks Williamson
b.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi LPE
Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung
menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk mengetahui keberhasilan
pembangunan di masa yang akan datang. Pertumbuhan ekonomi mencerminkan kegiatan ekonomi suatu daerah. Jika pada suatu
periode perekonomian mengalami pertumbuhan positif, berarti kegiatan ekonomi pada periode tersebut mengalami peningkatan.
Sedangkan jika pada suatu periode perekonomian mengalami pertumbuhan negatif, berarti kegiatan ekonomi pada periode tersebut
mengalami penurunan. Beberapa hal yang mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi daerah antara lain ketersediaan tenaga kerja,
sumber daya alam, sumber daya modal dan kondisi sosial masyarakat setempat.
Kinerja sektor Perekonomian Kabupaten Rembang selama lima tahun terakhir mengalami stabilitas pertumbuhan pada kisaran angka
diatas 4 persen. Pada tahun 2009 Laju Pertumbuhan Ekonomi mencapai angka 4,46 dimana pertumbuhan tertinggi berada di
sektor Bangunan 8,16 dan terendah di sektor Industri pengolahan 2,69. Tren kenaikan Laju Pertumbuhan Ekonomi terus berlanjut di
tahun 2010 dimana mencapai 4,45, melambat menjadi 4,40 ditahun 2011 dan meningkat kembali menjadi 4,48 di tahun 2012.
Trend pertumbuhan perekonomian selama dua tahun terakhir masih disokong oleh perkembangan sektor pertanian terutama sub sektor
tanaman pangan dengan indikasi perbaikan produktivitas serta harga komoditas padi dan palawija, disamping perkembangan signifikan
komoditas sub sektor perkebunan dan perikanan. Selain itu terus tumbuhnya kinerja sektor bangunan dengan rata-rata pertumbuhan
7,59 juga turut mempengaruhi kinerja perekonomian Kabupaten Rembang secara keseluruhan.
b.2. Laju Inflasi
Tingkat Inflasi di suatu daerah pada suatu tahun dapat dihitung salah satunya dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen IHK dan
dapat juga dilihat dari besaran perubahan permintaan komoditas. Laju Inflasi di Kabupaten Rembang berfluktuasi dari tahun ke tahun,
dimana perubahan nilai inflasi paling banyak terjadi di kelompok pengeluaran bahan makanan, makanan jadi, minuman, rokok,
tembakau, perumahan, air, listrik dan bahan bakar minyak. Namun demikian laju Inflasi di Kabupaten Rembang tiga tahun terakhir relatif
masih terkendali dibawah angka dua digit.
Pada tahun 2010 angka inflasi berada pada kisaran 6,81, di tahun berikutnya mengalami penurunan
menjadi 2,73 dan sedikit
meningkat kembali menjadi 4,28 di tahun 2012. Angka inflasi di tahun 2010 paling banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal dengan
fenomema anomali cuaca yang berpengaruh terhadap peningkatan biaya produksi pertanian serta kenaikan harga komoditas yang
cenderung tidak terkendali. Pada tahun 2011 kondisi ini mulai mengalami perbaikan dan dengan kondusifnya rantai pasokan pasar
II - 4
RKPD Kab Rembang 2014
terutama di kelompok pengeluaran bahan makanan dan sandang menjadikan nilai inflasi dapat mengalami penurunan.
b.3. Indeks Gini dan Indeks Williamson
Keberhasilan pembangunan biasanya dikaitkan dengan masalah pemerataan pembangunan. Secara logika, adanya ketimpangan
yang semakin lebar antara kelompok penduduk berpenghasilan tinggi dan rendah berarti terjadinya ketidakmerataan pembangunan.
Dengan demikian orientasi pemerataan merupakan usaha untuk memangkas kesenjangan kelompok penduduk berpenghasilan tinggi
dan rendah. Tolok ukur untuk menghitung tingkat pemerataan pendapatan antara lain dengan Indeks Gini atau Gini Ratio. Adapun
kriteria kesenjanganketimpangan adalah G 0,30 berarti ketimpangan rendah, 0,30
G 0,50 berarti ketimpangan sedang dan G 0,50 berarti ketimpangan tinggi. Indeks Gini di Kabupaten
Rembang selama
tahun 2010-2012
berkisar 0,267
yang menunjukkan bahwa ketimpangan pendapatan penduduk di
Kabupaten Rembang adalah rendah, atau distribusi pendapatan penduduk di Kabupaten Rembang semakin merata. Apabila dikaitkan
dengan angka pendapatan per kapita yang semakin meningkat dari tahun ke tahun dengan angka indeks Gini yang semakin menurun
mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan penduduk Kabupaten Rembang semakin meningkat dan semakin banyak penduduk yang
dapat menikmatinya.
Sedangkan Indeks Williamson digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan per kapita suatu wilayah pada waktu
tertentu. Dari perhitungan yang telah dilakukan, Indeks Williamson secara umum di Kabupaten Rembang bergerak di kisaran 0,203
data tahun 2011, hal ini dapat diartikan bahwa tingkat ketimpangan pembangunan antar wilayah di Kabupaten masih berada di level
yang rendah. Meskipun demikian, Pemerintah Kabupaten Rembang selalu berupaya menurunkan Indeks Williamson agar mencapai
angka ideal melalui intervensi kebijakan spasial dan mendasarkan pada karakteristik khusus setiap wilayah.
b.4. Nilai Tukar Petani NTP
Nilai Tukar Petani NTP merupakan perbandinganrasio antara Indeks Harga Yang Diterima Petani It dengan Indeks Harga Yang
Dibayar Petani Ib. Hubungan Nilai Tukar Petani NTP dengan tingkat kesejahteraan petani sebagai produsen secara nyata terlihat
dari posisi It yang berada pada pembilang enumerator dari angka NTP. Apabila harga barangproduk pertanian naik, dengan asumsi
volume produksi tidak berkurang, maka penerimaanpendapatan petani dari hasil panennya juga akan bertambah.
Disisi lain, untuk melihat tingkat kesejahteraan petani secara utuh perlu juga dilihat faktor pembentuk yang lain yaitu perkembangan
jumlah pengeluaranpembelanjaan mereka baik untuk kebutuhan konsumsi maupun untuk produksi. Dalam hal ini petani sebagai
produsen dan juga konsumen dihadapkan kepada pilihan dalam mengalokasikan pendapatannya yaitu: Pertama, untuk memenuhi
kebutuhan pokok konsumsi demi kelangsungan hidup petani beserta keluarganya. Kedua, pengeluaran untuk produksibudidaya
II - 5
RKPD Kab Rembang 2014
pertanian yang merupakan ladang penghidupannya yang mencakup biaya operasional produksi dan investasi atau pembentukan barang
modal. Unsur kedua ini hanya mungkin dilakukan apabila kebutuhan pokok petani telah terpenuhi; dengan demikian investasi dan
pembentukan barang modal merupakan faktor penentu bagi tingkat kesejahteraan petani.
Nilai Tukar Petani NTP Kabupaten Rembang tahun 2010-2012 mengalami perkembangan yang cukup baik meskipun belum
mencapai kondisi yang ideal. Tahun 2010, NTP Kabupaten Rembang sebesar 98,00, kemudian tahun 2011 naik menjadi 98,59 sedang
pada tahun 2012 naik menjadi menjadi 99,18. Kenaikan Nilai Tukar Petani NTP di Kabupaten Rembang terus diupayakan melalui
peningkatan indeks yang diterima petani diantaranya melalui stabilisasi harga komoditas tanaman pangan, insentif usaha tani,
fasilitasi permodalan bagi petani dan penguatan kelembagaan dan kemitraan petani dengan stakeholder pertanian. Untuk lebih
lengkapnya Laju Pertumbuhan Ekonomi, Nilai Inflasi dan Nilai Tukar Petani NTP dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 2.3 Pertumbuhan Ekonomi, Laju Inflasi dan Nilai Tukar Petani
Kabupaten Rembang Tahun 2010-2012 Uraian
2010 2011
2012
Pertumbuhan ekonomi 4,45
4,40 4,48
Laju Inflasi 6,81
2,73 4,28
Nilai Tukar Petani 98,00
98,59 99,18
angka sementara
Sumber :
BPS Kab. Rembang
Bappeda data diolah 2012
c. Produk Domestik Regional Bruto PDRB
Kinerja perekonomian Kabupaten Rembang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sektor yang memiliki nilai PDRB terbesar adalah sektor
pertanian dengan rata-rata nilai PDRB per tahun sebesar 1.069.354,17 juta rupiah 47,67 persen dari nilai PDRB. Sektor yang memiliki nilai rata-
rata PDRB terkecil adalah sektor listrik, gas, dan air bersih sebesar 11.183,67 juta rupiah 0,47 persen. Pada tahun 2012 jumlah PDRB
ADHK 2000 Kabupaten Rembang mencapai Rp 2.491.385,34 juta, dimana jumlah tersebut tumbuh 4,48 dibandingkan tahun 2011
sebesar Rp 2.384.459,23 juta. Nilai PDRB ADHK 2000 pada tahun 2012 didominasi oleh 3 sektor primer yaitu pertanian sebesar Rp. 1.099.058,48
juta, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp 414.997,56 juta dan sektor jasa-jasa Rp 395.157,87 juta. Selengkapnya dijelaskan tabel
berikut :
Tabel 2.4
Produk Domestik Regional Bruto PDRB Berdasarkan Harga Konstan 2000 Kabupaten Rembang Tahun 2010-2012 Juta Rupiah
No. Lapangan Usaha
2010 2011
2012
1. Pertanian
1.041.093,96 1.067.912,90
1.099.058,48 2.
Pertambangan dan penggalian
46.868,19 45.179,47
44.906,99 3.
Industri pengolahan 89.829,79
95.039,15 98.649,82
4. Listrik, gas dan air
bersih 10.258,39
11.327,89 12.584,28
5. Bangunan
199.356,98 214.875,36
228.292,64 6.
Perdagangan, hotel, dan restoran
383.594,88 397.761,78
414.997,56
II - 6
RKPD Kab Rembang 2014
No. Lapangan Usaha
2010 2011
2012
7. Angkutan dan
komunikasi 122.336.89
129.402,24 137.068,88
8. Keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan 53.818,41
57.130,28 60.668,82
9. Jasa-jasa
336.808,22 365.830,16
395.157,87 10
Jumlah PDRB 2.283.965,70
2.384.459,23 2.491.385,34
Laju Pertumbuhan 4,45
4,40 4,48
angka sementara Sumber: BPS Kab. Rembang Bappeda data diolah 2012
Perekonomian yang terus tumbuh dan stabil di Kabupaten Rembang dapat juga dilihat dari PDRB Atas Dasar Harga Berlaku. Dalam kurun waktu 2010 -
2012 perekonomian Kabupaten Rembang rata-rata tumbuh 9,5 per tahun. Kenaikan ini banyak dipengaruhi oleh membaiknya harga komoditas
pertanian, meningkatnya volume perdagangan dan jasa. PDRB ADHB pada tahun 2011 mencapai Rp. 5.440.169,44 juta dan pada tahun 2012 meningkat
menjadi sebesar Rp.5.995.822,46 juta. Tiga sektor perekonomian Kabupaten Rembang yang memberikan kontribusi terbesar adalah sektor pertanian
sebesar Rp. 2.645.089,88 juta, perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp. 1.063,995,46 juta, dan sektor jasa-jasa sebesar Rp. 915.021,77 juta.
Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.5 Produk Domestik Regional Bruto PDRB Berdasarkan Harga Berlaku
Kabupaten Rembang Tahun 2010-2012 Juta Rupiah
No. Lapangan Usaha
2010 2011
2012
1. Pertanian
2.261.475,99 2.434.732,96
2.645.089,88 2.
Pertambangan dan penggalian 87.414,89
91.071,97 94.900,26
3. Industri pengolahan
188.896,99 206.853,03
226.805,53 4.
Listrik, gas dan air bersih 20.339,94
24.423,58 27.065,37
5. Bangunan
452.464,07 502.571,81
559.736,41 6.
Perdagangan, hotel, dan restoran
851.112,20 945.299,76
1.063.995,46 7.
Angkutan dan komunikasi 278.101,31
300.131,51 325.437,53
8. Keuangan, persewaan dan
jasa perusahaan 114.070,20
125.292,97 137.770,24
9. Jasa-jasa
715.903,35 809.791,84
915.021,77 Produk Domestik Regional Bruto
4.969.778,94 5.440.169.44
5.995.822,46
Laju Pertumbuhan 11,54
9,47 10,20
angka sementara Sumber: BPS Kab. Rembang Bappeda data diolah 2012
Nilai Produk Domestik Regional Bruto PDRB Perkapita ADHB Kabupaten Rembang mengalami peningkatan dari tahun 2010 sebesar Rp. 8.399.451,25
meningkat di tahun 2011 menjadi Rp. 9.186.651,14 dan pada tahun 2012 meningkat lagi menjadi Rp. 9.988.426,00 atau meningkat rata-rata 8,72 per
tahun.Selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 2.6 PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 dan
Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010-2012 Rupiah
No. Uraian
2010 2011
2012
1. PDRB
Perkapita ADHB
rupiah 8.399.451,25
9.186.651,14 9.988.426,00
2. PDRB
Perkapita ADHK
Tahun 2000 rupiah 3.860.143,25
4.026.564,86 4.193.630,00
angka sementara Sumber: BPS Kab. Rembang
Bappeda data diolah 2012
II - 7
RKPD Kab Rembang 2014
d. Penduduk Miskin dan Pengangguran
Berdasarkan data jumlah penduduk miskin yang ada sampai dengan tahun 2011 cenderung fluktuatif, dimana pada tahun 2010 jumlah penduduk miskin
di Kabupaten Rembang sebesar 138.569 jiwa atau sebesar 23,40 meningkat menjadi 140.377 jiwa atau sebesar 23,71 pada tahun 2011.
selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.7 Data Penduduk Miskin dan Tingkat Pengangguran Terbuka
di Kabupaten Rembang Tahun 2010-2012 Uraian
2010 2011
2012
Jumlah Penduduk Miskin 138.569
140.377 N.a
Persentase Jumlah Penduduk Miskin 23,41
23,71 N.a
Tingkat Pengangguran Terbuka 4,89
5,92 5,80
angka sementara Sumber: BPS Prov. Jawa Tengah
Kemiskinan merupakan masalah yang kompleks dan bersifat dinamis, mengingat faktor eksternal yang berpengaruh terhadap kemampuan belanja
masyarakat juga bergerak dinamis disamping berbagai faktor internal yang mempengaruhi daya tahan masyarakat terhadap gejolak ekonomi yang
terjadi. Apabila dilihat dari data lima tahun terakhir, tingkat kemiskinan di Kabupaten Rembang mempunyai kecenderungan yang tidak stabil naik
turun. Kenaikan jumlah penduduk miskin dan Tingkat Pengangguran Terbuka di tahun 2011 dibandingkan tahun sebelumnya diakibatkan karena
kondisi perekonomian nasional maupun daerah yang kurang stabil.
Pertumbuhan ekonomi di berbagai sektor yang terjadi pada tahun 2010 - 2012 mendorong terciptanya lapangan kerja baru. Idealnya pertumbuhan
lapangan kerja baru dapat lebih tinggi dari pertumbuhan angkatan kerja, sehingga tingkat pengangguran akan terkurangi setiap tahunnya. Angka
pengangguran merupakan salah satu indikator penting dalam mewujudkan kemandirian di Kabupaten Rembang. Pengangguran yang terjadi di
Kabupaten Rembang disebabkan oleh angkatan kerja yang pada umumnya tenaga kerja non formal, kurang terdidik dan minat generasi muda bekerja
dibidang pertanian masih rendah. Oleh karena itu dibutuhkan perhatian khusus dari Pemerintah Daerah. Pada tahun 2012 Tingkat Pengangguran
Terbuka di Kabupaten Rembang diperkirakan sebesar 5,80 .
Dalam jangka panjang, Pemerintah Kabupaten Rembang telah memformulasi kebijakan dan berkomitmen penuh bahwa pembangunan sumber daya
manusia merupakan kunci utama bagi pengentasan persoalan pengangguran yang perlu terus ditangani melalui perbaikan kualitas pendidikan. Selain itu
peningkatan kapasitas, kualitas, produktifitas dan daya saing angkatan kerja perlu terus dipacu agar menghasilkan tenaga kerja yang handal, terlatih dan
siap bersaing serta mampu menciptakan lapangan kerja baru ditengah- tengah masyarakat.
e. IPG dan IDG
Besarnya IPG Kabupaten Rembang terus mengalami kenaikan, pada tahun 2010 sebesar 64,11 meningkat menjadi 64,87 pada tahun 2011.
Peningkatan IPG terutama didukung oleh meningkatnya tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan perempuan serta sumbangan perempuan dalam
ekonomi rumah tangga.
Besarnya nilai IDG Kabupaten Rembang juga terus mengalami kenaikan, pada tahun 2010 IDG Kabupaten Rembang menjadi 68,00, meningkat di
tahun 2011 menjadi 69,97. Meningkatnya nilai IDG Kabupaten Rembang
II - 8
RKPD Kab Rembang 2014
terutama didukung oleh meningkatnya jumlah tenaga kerja perempuan, jumlah perempuan yang bekerja pada posisi puncak manajer dan
keterlibatan perempuan di parlemen serta sumbangan perempuan dalam pendapatan kerja. Besarnya nilai IPG dan IDG Kabupaten Rembang
selengkapnya dapat dilihat dari data berikut ini :
Tabel 2.8 Capaian IPG dan IDG Kabupaten Rembang Tahun 2010-2011
No Indeks
2010 2011
1 Indeks Pembangunan Gender IPG
64,11 64,87
2 Indeks Pemberdayaan Gender IDG
68,00 69,97
Sumber : Kementerian Pemberdayaan Perempuan
2. Evaluasi Kinerja Urusan Kewenangan a. Urusan Wajib
Evaluasi kinerja penyelenggaraan pemerintahan untuk urusan wajib adalah sebagai berikut :
1 Pendidikan
Tingkat pemerataan dan perluasan akses pembangunan pendidikan dapat dilihat melalui indikator Angka Partisipasi Kasar APK dan Angka
Partisipasi Murni APM. Semakin tinggi APK berarti semakin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu jenjang pendidikan pada
suatu wilayah. Begitu pula dengan APM, semakin tinggi APM berarti semakin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu daerah
pada tingkat pendidikan tertentu. APK untuk semua jenjang pendidikan pada kurun waktu 2010 2012 menunjukkan kecenderungan meningkat.
Secara rinci perkembangan APK semua jenjang pendidikan terlihat pada tabel berikut:
Tabel 2.9 Angka Partisipasi Kasar Menurut Jenjang Pendidikan
di Kabupaten Rembang Tahun 2010 2012
No APK
2010 2011
2012
1 PAUD
63,96 73,04
77,07 2
SDMI 96,86
98,10 99,67
3 SMPMTs
95,53 96,91
96,98 4
SMASMKMA 54,52
64,93 65,86
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2012.
Angka partisipasi kasar APK pada semua jenjang pendidikan mulai dari pendidikan anak usia dini PAUD, sekolah dasar SD hingga Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas SLTA mengalami peningkatan.
Meskipun demikian, beberapa masalah yang masih perlu mendapat perhatian, antara lain menyangkut masih rendahnya kesadaran orang
tua untuk memasukkan anak khususnya usia 0-4 di lembaga PAUD, serta anak-anak yang tidak melanjutkan jenjang pendidikan menengah
atas. APM mengukur proporsi anak yang bersekolah tepat waktu, yang dibagi dalam tiga kelompok jenjang pendidikan yaitu SD untuk penduduk
usia 7-12 tahun, SMP untuk penduduk usia 13-15 tahun, dan SMA untuk penduduk usia 16-18 tahun.
Secara umum capaian APM periode tahun 2010-2012 menunjukkan peningkatan di semua jenjang pendidikan seperti tersaji pada tabel berikut :
II - 9
RKPD Kab Rembang 2014
Tabel 2.10
Angka Partisipasi Murni Menurut Jenjang Pendidikan Di Kabupaten Rembang Tahun 2010
2012 No
Uraian 2010
2011 2012
1 APM SDMi
83,49 90,75
90,97 2
APM SMPMTs 66,76
66,91 67,06
3 APM SMASMKMA
35,51 41,42
44,44
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2012.
Dari tabel diatas terlihat APM SMPMTS serta APM SMASMKMA belum menunjukkan angka yang optimal. Oleh karena itu akses layanan
pendidikan dasar terutama SMPMTs harus selalu diperbaiki terutama mendekatkan akses layanan pendidikan dasar agar mudah dijangkau
mengingat adanya kebijakan sekolah gratis dan bermutu untuk SD-SMP, agar tingkat partisipasi pada pendidikan dasar dapat meningkat,
demikian pula layanan pendidikan menengah bagi siswa dari keluarga miskin.
Seperti halnya APKAPM, angka kelulusan pada tahun 2012 disemua jenjang pendidikan juga mengalami peningkatan. Berdasarkan data
Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang, pada tahun 2012 angka kelulusan siswa di Kabupaten Rembang untuk tingkat SDMI hampir
mencapai
100, sedangkan angka kelulusan tingkat
SMPMTs mencapai angka 99,03 dan tingkat SMASMKMA mencapai 99,77.
Berikut adalah tabel perkembangan angka kelulusan pada masing- masing jenjang pendidikan di Kabupaten Rembang tahun 2010-2012.
Tabel 2.11
Angka Kelulusan Masing-masing jenjang Pendidikan Di Kabupaten Rembang 2010
2012
Uraian 2010
2011 2012
1. Angka Kelulusan SDMI 99,99
99,99 99,99
2. Angka Kelulusan SMPMTs 99,50
98,50 99,03
3. Angka Kelulusan SMASMKMA 99,36
98,88 99,77
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2012.
Angka transisi atau angka melanjutkan pada tahun 2012 untuk jenjang
pendidikan SMP dan SMA menunjukkan peningkatan, meskipun masih dibawah 100. Hal ini bisa saja menunjukkan masih ada siswa yang
lulus SD serta SMP yang tidak melanjutkan pendidikan, atau juga karena adanya persentase anak yang melanjutkan sekolah ke luar Kabupaten
Rembang. Secara rinci perkembangan Angka Transisi AT tersaji pada tabel berikut:
Tabel 2.12 Angka Transisi SMP dan SMA Tahun 2010
2012 Uraian
2010 2011
2012
1.
Angka Transisi ke SMP 98,99
99,15 99,73
2.
Angka Transisi Ke SMAMASMK 74,02
70,52 82,84
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2012.
Angka putus sekolah di Kabupaten Rembang termasuk kategori rendah mulai tingkat SDMI hingga menengah atas, seiring dengan semakin
meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan serta adanya kebijakan program sekolah gratis di Kabupaten Rembang.
Meskipun demikian pelaksanaan program sekolah gratis masih harus terus dievaluasi karena masih belum maksimalnya capaian Angka
Transisi AT khususnya Angka Transisi ke jenjang pendidikan SMP sederajat. Berikut adalah tabel Angka Putus Sekolah jenjang pendidikan
SD, SMP dan SMA Kabupaten Rembang Tahun 2010
2012.