Evaluasi Kinerja Urusan Kewenangan a. Urusan Wajib

II - 9 RKPD Kab Rembang 2014 Tabel 2.10 Angka Partisipasi Murni Menurut Jenjang Pendidikan Di Kabupaten Rembang Tahun 2010 2012 No Uraian 2010 2011 2012 1 APM SDMi 83,49 90,75 90,97 2 APM SMPMTs 66,76 66,91 67,06 3 APM SMASMKMA 35,51 41,42 44,44 Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2012. Dari tabel diatas terlihat APM SMPMTS serta APM SMASMKMA belum menunjukkan angka yang optimal. Oleh karena itu akses layanan pendidikan dasar terutama SMPMTs harus selalu diperbaiki terutama mendekatkan akses layanan pendidikan dasar agar mudah dijangkau mengingat adanya kebijakan sekolah gratis dan bermutu untuk SD-SMP, agar tingkat partisipasi pada pendidikan dasar dapat meningkat, demikian pula layanan pendidikan menengah bagi siswa dari keluarga miskin. Seperti halnya APKAPM, angka kelulusan pada tahun 2012 disemua jenjang pendidikan juga mengalami peningkatan. Berdasarkan data Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang, pada tahun 2012 angka kelulusan siswa di Kabupaten Rembang untuk tingkat SDMI hampir mencapai 100, sedangkan angka kelulusan tingkat SMPMTs mencapai angka 99,03 dan tingkat SMASMKMA mencapai 99,77. Berikut adalah tabel perkembangan angka kelulusan pada masing- masing jenjang pendidikan di Kabupaten Rembang tahun 2010-2012. Tabel 2.11 Angka Kelulusan Masing-masing jenjang Pendidikan Di Kabupaten Rembang 2010 2012 Uraian 2010 2011 2012 1. Angka Kelulusan SDMI 99,99 99,99 99,99 2. Angka Kelulusan SMPMTs 99,50 98,50 99,03 3. Angka Kelulusan SMASMKMA 99,36 98,88 99,77 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2012. Angka transisi atau angka melanjutkan pada tahun 2012 untuk jenjang pendidikan SMP dan SMA menunjukkan peningkatan, meskipun masih dibawah 100. Hal ini bisa saja menunjukkan masih ada siswa yang lulus SD serta SMP yang tidak melanjutkan pendidikan, atau juga karena adanya persentase anak yang melanjutkan sekolah ke luar Kabupaten Rembang. Secara rinci perkembangan Angka Transisi AT tersaji pada tabel berikut: Tabel 2.12 Angka Transisi SMP dan SMA Tahun 2010 2012 Uraian 2010 2011 2012 1. Angka Transisi ke SMP 98,99 99,15 99,73 2. Angka Transisi Ke SMAMASMK 74,02 70,52 82,84 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2012. Angka putus sekolah di Kabupaten Rembang termasuk kategori rendah mulai tingkat SDMI hingga menengah atas, seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan serta adanya kebijakan program sekolah gratis di Kabupaten Rembang. Meskipun demikian pelaksanaan program sekolah gratis masih harus terus dievaluasi karena masih belum maksimalnya capaian Angka Transisi AT khususnya Angka Transisi ke jenjang pendidikan SMP sederajat. Berikut adalah tabel Angka Putus Sekolah jenjang pendidikan SD, SMP dan SMA Kabupaten Rembang Tahun 2010 2012. II - 10 RKPD Kab Rembang 2014 Tabel 2.13 Angka Putus Sekolah Jenjang pendidikan SD, SMP dan SMA Kabupaten Rembang Tahun 2010 2012 Uraian 2010 2011 2012 1. Angka Putus Sekolah SDMI 0,04 0,03 0,03 2. Angka Putus Sekolah SMPMTs 0,19 0,18 0,16 3. Angka Putus Sekolah SMASMKMA 0,42 0,41 0,38 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2012 Dibidang pendidikan, proses belajar mengajar tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah semata, tetapi merupakan tugas dan tanggung jawab masyarakat secara bersama baik melalui penyelenggaraan pendidikan formal maupun penyelenggaraan pendidikan non formal. Gambaran umum dibidang pendidikan terlihat dari kondisi prasarana dan sarana pendidikan yang tersedia, sampai dengan tahun 2012 jumlah sekolah untuk jenjang pendidikan dasar hingga menengah mengalami peningkatan seperti tersaji pada tabel berikut : Tabel 2.14 Jumlah Sekolah di Kabupaten Rembang Tahun 2010 -2012 No. Jenjang Pendidikan 2010 2011 2012 1 TK + RA 404 404 405 2 SD + MI 414 415 416 3 SMP+Mts 91 93 94 4 SMA+SMK+MA 48 51 54 Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2012 Jumlah murid menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Rembang adalah sebagai berikut: Tabel 2.15 Jumlah Murid di Kabupaten Rembang Tahun 2010 2012 orang No. Jenjang Pendidikan 2010 2011 2012 1 SD + MI 61.809 61.162 60.350 2 SMP+Mts 29.406 29.052 29.021 3 SMA+SMK+MA 18.688 20.296 20.716 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2012 Sementara itu, jumlah guru di Kabupaten Rembang selama tahun ajaran 2010 hingga 2012 adalah sebagai berikut : Tabel 2.16 Jumlah Guru di Kabupaten Rembang Tahun 2010 2012 No. Jenjang Pendidikan 2010 2011 2012 1 SD + MI 4.273 4.127 4.085 2 SMP+Mts 2.165 2.164 2.141 3 SMA+SMK+MA 1.624 1.698 1.771 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2012 . Tabel di atas menunjukkan jumlah guru di tingkat pendidikan dasar SD dan SMP selama kurun waktu tahun 2010 2012 mengalami penurunan. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh jumlah guru yang sudah memasuki masa pensiun. Sedang ratio guru terhadap murid di Kabupaten Rembang tahun ajaran 2010 2012 terlihat pada tabel sebagai berikut : II - 11 RKPD Kab Rembang 2014 Tabel 2.17 Ratio Guru terhadap Murid Tahun Ajaran 2010 2012 No. Jenjang Pendidikan 2010 2011 2012 1 SD + MI 1:14 1:15 1:15 2 SMP+Mts 1:16 1:14 1:14 3 SMA+SMK+MA 1:12 1:12 1:12 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2012. Upaya peningkatan mutu pendidikan tidak terlepas dari peran strategis guru. Untuk meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan, maka ketersediaan jumlah pendidik yang berkualitas dan mencukupi serta distribusi yang merata merupakan persyaratan mutlak yang harus dipenuhi. Pada jenjang SD, secara nasional rasio guru terhadap siswa idealnya adalah 17 siswa per satu orang guru. Adapun ratio Guru terhadap Murid di Kabupaten Rembang menunjukkan bahwa di tingkat SDMI pada tahun 2012 satu orang guru rata-rata membimbing 15 orang murid. Hal ini berarti bahwa ketersediaan guru rata-rata sudah mencukupi, demikian pula pada jenjang pendidikan SMP dan SMA. Untuk perkembangan ratio kelas terhadap murid sampai dengan 2012 di Kabupaten Rembang dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 2.18 Ratio Kelas Terhadap Murid Tahun Ajaran 2010 2012 No. Jenjang Pendidikan 2010 2011 2012 1 SD + MI 1:24 1:24 1:23 2 SMP+Mts 1:33 1:31 1:27 3 SMA+SMK+MA 1:34 1:33 1:31 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2012 Tabel diatas menunjukkan bahwa di tingkat SDMI pada tahun 2012 satu kelas rata-rata untuk 23 murid, untuk tingkat SMPMTs satu kelas rata rata untuk 27 murid dan pada SMASMKMA satu kelas rata rata untuk 31 murid. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan ruang kelas juga sudah cukup memadai. Sedang ratio sekolah terhadap murid sampai dengan 2012 di Kabupaten Rembang dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 2.19 Ratio Sekolah Terhadap Murid Tahun Ajaran 2010 2012 No. Jenjang Pendidikan 2010 2011 2012 1 SD + MI 1:149 1:147 1:145 2 SMP+Mts 1:314 1:304 1:304 3 SMA+SMK+MA 1:365 1:362 1:357 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2012 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa kapasitasdaya tampung sekolah bagi siswa menunjukkan kondisi yang masih ideal. Sedangkan kondisi sekolah berdasarkan tingkat kerusakan sebagai berikut : Tabel 2.20 Kondisi Ruang Kelas Masing-masing Satuan Pendidikan Berdasarkan Tingkat Kerusakan 2010 - 2012 Unit Pendidikan Kriteria 2010 2011 2012 TK dan RA Baik 527 561 761 Rusak ringan 83 11 24 Rusak berat 19 81 95 Jumlah 629 653 880 SD Baik 1.426 1.471 2.080 Rusak ringan 561 475 431 Rusak berat 500 642 87 Jumlah 2.487 2.588 2.598 II - 12 RKPD Kab Rembang 2014 Pendidikan Kriteria 2010 2011 2012 MI Baik 169 173 181 Rusak ringan 61 73 73 Rusak berat 30 34 40 Jumlah 260 280 294 SMP Baik 502 509 537 Rusak ringan 83 92 91 Rusak berat 29 7 3 Jumlah 614 608 631 MTS Baik 189 222 216 Rusak ringan 48 45 47 Rusak berat 20 23 31 Jumlah 257 290 294 SMA Baik 175 194 212 Rusak ringan 27 15 19 Rusak berat 9 8 5 Jumlah 211 217 236 MA Baik 120 122 139 Rusak ringan 10 13 13 Rusak berat 3 5 Jumlah 133 140 152 SMK Baik 149 143 211 Rusak ringan 25 34 37 Rusak berat 3 Jumlah 174 177 251 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2012 Persentase kondisi ruang kelas untuk semua jenjang pendidikan dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 2.21 Persentase Kondisi Ruang Kelas Masing-masing Satuan Pendidikan di Kabupaten Rembang Berdasarkan Tingkat Kerusakan 2010-2012 Pendidikan Kriteria 2010 2011 2012 TK dan RA Baik 86,97 85,91 86,48 Rusak ringan 11,73 1,69 2,73 Rusak berat 1,30 12,40 10,79 Jumlah 100,00 100,00 100,00 SD Baik 55,44 56,84 80,06 Rusak ringan 19,45 18,35 16,59 Rusak berat 25,11 24,80 3,35 Jumlah 100,00 100,00 100,00 MI Baik 65,06 61,78 61,56 Rusak ringan 23,36 26,07 24,83 Rusak berat 11,58 12,14 13,61 Jumlah 100,00 100,00 100,00 SMP Baik 81,76 83,72 85,10 Rusak ringan 13,52 15,13 14,42 Rusak berat 4,72 1,15 0,48 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Baik 84,21 76,55 73,47 MTS Rusak ringan 10,53 15,52 15,98 Rusak berat 5,26 7,93 10,55 Jumlah 100,00 100,00 100,00 SMA Baik 82,94 89,40 89,84 Rusak ringan 12,80 6,91 8,05 II - 13 RKPD Kab Rembang 2014 Rusak berat 4,27 3,69 2,11 Jumlah 100,00 100,00 100,00 MA Baik 90,23 87,14 91,44 Rusak ringan 7,56 9,28 5,32 Rusak berat 2,26 3,57 2,24 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2012 Kualitas pendidikan juga ditentukan oleh kualifikasi guru yang mengajar. Semakin banyak guru yang memiliki kualifikasi mengajar diharapkan mutu pendidikan akan semakin meningkat. Posisi guru yang sedemikian strategis itu, maka di akhir-akhir ini, mereka mendapatkan perhatian serius. Sebagai bagian peningkatan kualitas itu, guru disertifikasi. Jumlah guru yang sesuai kualifikasi jenjang pendidikan serta jumlah guru yang bersertifikasi tersaji pada tabel sebagai berikut: Tabel 2.22 Jumlah Guru Berdasarkan Kualifikasinya Untuk Jenjang Pendidikan SDMI, SMPMTs dan SMASMKMA di Kabupaten Rembang 2010 2012 Uraian 2010 2011 2012 Ket 1. Persentase Guru SDMI berkualifikasi S1D4 42,99 64,63 71,60 2. Persentase Guru SMPMTs berkualifikasi S1D4 84,78 88,98 92,06 3. Persentase Guru SMASMKMA berkualifikasi S1D4 90,65 88,45 94,32 4. Persentase Guru TK bersertifikasi 0,03 6,68 7,91 5. Persentase Guru SDMI bersertifikasi 23,59 44,05 46,07 MI tidak termasuk 6. Persentase Guru SMPMTs bersertifikasi 32,17 49,14 48,15 MI tidak termasuk 7. Persentase Guru SMASMKMA bersertifikasi 42,61 35,69 28,21 MI tidak termasuk Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2012 Sarana dan prasarana penunjang pembelajaran di semua jenjang pendidikan memiliki nilai strategis dalam layanan peningkatan mutu pendidikan. Sekolah yang memiliki perpustakaan dan laboratorium standar di Kabupaten Rembang terlihat pada tabel berikut: Tabel 2.23 Persentase SDMI, SMPMTs dan SMASMKMA yang Memiliki Sarana Pendukung Pembelajaran di Kabupaten Rembang 2010 2012 Uraian 2010 2011 2012 1. Persentase SDMI yang memiliki sarana perpustakaan standar 29,78 44,20 54,32 2. Persentase SMPMTs yang memiliki perpustakaan standar 68,17 68,17 78,72 3. Persentase SMPMTs yang memiliki lab computer 12,09 12,09 40,74 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2012 Tabel di atas menunjukkan bahwa belum banyak SD yang memiliki perpustakaan standar. Pada tahun 2012, jumlah SD yang memiliki perpustakaan standar hanya 54,32 . Sedangkan di tingkat SMP sudah cukup banyak SMPMTs yang memiliki perpustakaan standard yaitu sebesar 78.72, meskipun untuk laboratorium komputer masih dibawah 50. Terkait dengan tatakelola dan pencitraan publik penyelenggaraan pendidikan dapat dilihat dari persentase sekolah yang telah melaksanakan Manajemen Berbasis Sekolah MBS secara optimal. Manajemen Berbasis Sekolah MBS adalah model manajemen yang memberikan otonomi lebih II - 14 RKPD Kab Rembang 2014 ke sekolah-sekolah dan meningkatkan keterlibatan langsung dari komunitas sekolah kepala sekolah, guru, mahasiswa, staf, orang tua dan masyarakat dalam pengambilan keputusan guna meningkatkan kualitas sekolah. Persentase SDMI, SMPMTs dan SMASMKMA yang melaksanakan MBS di Kabupaten Rembang 2010 2012 secara rinci tersaji pada tabel berikut : Tabel 2.24 Persentase SDMI, SMPMTs dan SMASMKMA yang melaksanakan MBS di Kabupaten Rembang 2010 2012 Uraian 2010 2011 2012 1. Persentase SDMI melaksanakan MBS 100,00 100,00 100,00 2. Persentase SMPMTs melaksanakan MBS 100,00 100,00 100,00 3. Persentase SMASMKMA melaksanakan MBS 100,00 100,00 100,00 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2012 Adapun pencapaian Standart Pelayanan Minimal SPM Bidang Pendidikan di Kabupaten Rembang ditunjukkan oleh tabel sebagai berikut : Tabel 2.25 Hasil Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan Di Kabupaten Rembang tahun 2012 No Jenis Pelayanan Indikator Target Realisasi Pelayanan Pendidikan Dasar oleh KabupatenKota 1 Tersedianya satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan berjalan kaki yaitu maksimal 3 km untuk SDMI dan 6 km untuk SMPMTs dari kelompok permukiman permanen di daerah terpencildari Kelompok Permukiman Permanen di daerah terpencil 100 90 2 Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SDMI tidak melebihi 32 orang, dan untuk SMPMTs tidak melebihi 36 orang. Untuk setiap rombongan belajar tersedia 1 satu ruang kelas yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk peserta didik dan guru, serta papan tulis 100 93 3 Di setiap SMP dan MTs tersedia ruang laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk 36 peserta didik dan minimal satu set peralatan praktik IPA untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik 100 64,8 4 Di setiap SDMI dan SMPMTs tersedia satu ruang guru yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah dan staf kependidikan lainnya, dan di setiap SMPMTs tersedia ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru 100 100 5 Di setiap SDMI tersedia 1 satu orang guru untuk setiap 32 peserta didik dan 6 enam guru untuk setiap satuan pendidikan, dan untuk daerah khusus 4 empat orang guru setiap satuan pendidikan 100 100 6 Di setiap SMPMTs tersedia 1 satu orang guru untuk setiap mata pelajaran, dan untuk daerah khusus tersedia satu orang guru untuk setiap rumpun mata pelajaran 100 98 7 Di setiap SDMI tersedia 2 dua orang guru yang memenuhi kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan 2 dua orang guru yang telah memiliki sertifikat pendidik 100 100 II - 15 RKPD Kab Rembang 2014 No Jenis Pelayanan Indikator Target Realisasi 8 Di setiap SMPMTs tersedia guru dengan kulaifikasi akademik S-1 atau D-IV sebanyak 70 dan separuh diantaranya 35 dari keseluruhan guru telah memiliki sertifikat pendidik, untuk daerah khusus masing-masing 40 dan 20 100 100 9 Di setiap SMPMTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik masing-masing satu orang untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris 100 100 10 Di setiap KabupatenKota semua kepala SDMI berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik 100 100 11 Di setiap kabupatenkota semua kepala SMPMTs berkualifi kasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifi kat pendidik. 100 100 12 Di setiap kabupatenkota semua pengawas sekolah dan madrasah memiliki kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifi kat pendidik 100 100 13 Pemerintah kabupatenkota memiliki rencana dan melaksanakan kegiatan untuk membantu satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran yang efektif 100 100 14 Kunjungan pengawas ke satuan pendidikan dilakukan satu kali setiap bulan dan setiap kunjungan dilakukan selama 3 jam untuk melakukan supervisi dan pembinaan. 100 90 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2012 2 Kesehatan Kesehatan merupakan salah satu bidang pelayanan publik yang dalam penyelenggaraannya merupakan wewenang wajib Pemerintah Daerah. Seiring dengan ditetapkannya bidang kesehatan sebagai salah satu kewenangan wajib yang harus dilaksanakan oleh daerah, maka banyak daerah yang berusaha meningkatkan pelayanan dibidang tersebut. Penempatan tenaga medis dan dokter di setiap kecamatan merupakan upaya untuk mempermudah akses layanan kesehatan bagi masyarakat Kabupaten Rembang. Berikut ini adalah tabel jumlah dokter di Kabupaten Rembang tahun 2010-2012. Tabel 2.26 Rasio Jumlah Dokter Terhadap Jumlah Penduduk Tahun 2010-2012 No Uraian 2010 2011 2012 1 Jumlah Dokter 67 73 82 2 Jumlah Penduduk 593.360 597.262 600.277 3 Rasio 0,0113 0,0122 0,0137 Sumber : DKK tahun 2010-2012 Keberadaan tenaga kesehatan dan medis juga merupakan hal yang penting untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat. Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah dokter di Kabupaten Rembang meningkat dari tahun 2010 sampai tahun 2012 demikian pula rasio jumlah dokter persatuan penduduk juga menunjukkan peningkatan dari 0,0113 pada tahun 2010 menjadi 0,0137 pada tahun 2012. Sesuai kriteria WHO, satu orang dokter idealnya melayani 2.500 penduduk, sedangkan kondisi di Kabupaten Rembang pada tahun 2012 satu orang dokter II - 16 RKPD Kab Rembang 2014 melayani 7.320 penduduk, sehingga masih terdapat kekurangan jumlah dokter. Dengan kondisi tersebut yang dapat dilakukan untuk peningkatan pelayanan kesehatan adalah menempatkan semua dokter secara merata di semua kecamatan. Dalam hal perkembangan status gizi balita, pada tahun 2012 menunjukkan adanya peningkatanperbaikan, Walaupun ada satu indikator yaitu Balita Gizi Buruk yang mengalami kenaikan. Jumlah Balita Gizi Buruk terjadi peningkatan yang semula dari 301 pada tahun 2011 menjadi 364 pada tahun 2012. Sedangkan Status Balita Gizi Kurang mengalami penurunan dari 3.654 pada tahun 2011 menjadi 3.461 pada tahun 2012. Adapun Perkembangan Status Gizi Balita PSG di Posyandu secara rinci dijelaskan oleh tabel sebagai berikut : Tabel 2.27 Perkembangan Status Gizi Balita Tahun 2010 - 2012 No Status Gizi Balita 2010 2011 2012 1 Balita Gizi Buruk 374 301 364 2 Balita Gizi Kurang 3.867 3.654 3.461 3 Balita Gizi Baik 29.716 31.453 31.427 4 Balita Gizi Lebih 217 204 232 Jumlah Balita yang ditimbang 34.174 35.616 35.402 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang Tahun 2012 Upaya peningkatan kesehatan bagi anak salah satunya adalah melalui pelayanan posyandu bagi balita. Berikut ini adalah tabel jumlah posyandu dan balita di Kabupaten Rembang tahun 2010-2012. Tabel 2.28 Jumlah Posyandu dan Balita Tahun 2010 2012 No Uraian 2010 2011 2012 1 Jumlah posyandu - 1.231 1.234 2 Jumlah balita 42.584 42.924 43.195 3 Rasio 0,00 2,87 2,86 Sumber : DKK Kab. Rembang tahun 2010-2012 Berdasarkan data diatas diketahui bahwa adanya penurunan rasio jumlah posyandu dengan balita meskipun hanya 0,01. Hal ini disebabkan adanya kenaikan jumlah balita pada tahun 2011 sebanyak 42.924 menjadi 43.195 pada tahun 2012 sedangkan jumlah posyandu hanya bertambah 3 buah pada tahun 2012. Meskipun demikian angka rasio jumlah posyandu dengan jumlah balita pada tabel diatas masih dalam batas yang wajar, artinya pelayanan posyandu masih memadai bagi balita. Kecamatan yang mempunyai rasio terbesar adalah Kecamatan Pancur sebesar 4,70, sedangkan rasio kecil ada di Kecamatan Kragan dan Kaliori masing- masing adalah 2,03 dan 2,07. Rasio jumlah posyandu dengan jumlah balita pada tahun 2012 pada setiap kecamatan seperti tersaji pada tabel berikut : Tabel 2.29 Jumlah Posyandu dan Balita Menurut Kecamatan Tahun 2012 No Kecamatan Jumlah posyandu Jumlah balita Rasio 1 2 3 4 5=43 1 Rembang 197 6.140 3,21 2 Kaliori 61 2.950 2,07 3 Sumber 68 2.410 2,82 4 Sulang 69 2.510 2,75 5 Bulu 56 1.707 3,28 II - 17 RKPD Kab Rembang 2014 No Kecamatan Jumlah posyandu Jumlah balita Rasio 6 Gunem 46 1.358 3,39 7 Pamotan 109 3.418 3,19 8 Pancur 106 2.255 4,70 9 Lasem 100 3.472 2,88 10 Sluke 62 1.981 3,13 11 Kragan 95 4.682 2,03 12 Sedan 97 3.340 2,90 13 Sale 68 2.613 2,60 14 Sarang 100 4.359 2,29 Jumlah 1.234 43.195 2,86 Sumber : DKK tahun 2012 Di bidang pelayanan kesehatan, peningkatan kualitas hidup sehat masyarakat sangat dipengaruhi oleh kualitas sarana dan prasarana kesehatan. Pelayanan kesehatan dasar dilayani puskemas, sedangkan pelayanan kesehatan rujukan dilayani rumah sakit. Sampai dengan tahun 2012 jumlah puskesmas di Kabupaten Rembang sebanyak 16 unit dengan puskemas rawat inap 10 unit dan puskesmas rawat jalan 6 unit. Dari segi jumlah, untuk pelayanan puskesmas sudah cukup memadai, namun dari segi kualitas masih perlu ditingkatkan. Sedangkan jumlah rumah sakit dua unit 1 milik Pemerintah Daerah dan 1 Rumah Sakit Islam Arofah, pondok bersalin 2 unit, balai pengobatan 6 unit, dan praktek dokter swasta 171 unit. Adapun perkembangan jumlah puskesmas, poliklinik, dan pustu di banding jumlah perkembangan jumlah penduduk tersaji pada tabel berikut ini : Tabel 2.30 Rasio Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan Pustu Terhadap Jumlah Penduduk Tahun 2010 s.d 2012 No Uraian 2010 2011 2012 1. Jumlah Puskesmas 16 16 16 2. Jumlah Poliklinik 47 163 166 3. Jumlah Pustu 69 69 69 4. Jumlah Penduduk 593.360 597.262 600.277 5. Rasio Puskesmas persatuan penduduk 0,0027 0,0027 0,0027 6. Rasio Poliklinik persatuan penduduk 0,0079 0,0273 0,0277 7. Rasio Pustu persatuan penduduk 0,0116 0,0116 0,0115 Sumber : DKK tahun 2010-2012 Tabel di atas menunjukkan rasio puskesmas persatuan penduduk dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012, nilainya tetap yaitu 0,0027. Sedangkan rasio poliklinik persatuan penduduk pada tahun 2010 sebesar 0,0079 naik menjadi 0,0277 pada tahun 2012, sedangkan rasio pustu persatuan penduduk mengalami penurunan, dimana pada tahun 2010 dan 2011 sebesar 0,0116 turun menjadi 0,0115 di tahun 2012. Penurunan jumlah kunjungan di puskesmas baik rawat jalan maupun rawat inap sangat berkaitan jumlah kunjungan JKRS yang juga menurun, hal ini berkaitan dengan kebijakan perubahan kepesertaan program JKRS dari total coverage seluruh masyarakat menjadi masyarakat miskin yang tidak tercakup dalam jamkesmas non kuota jamkesmas. Jumlah kunjungan pasien menurut status pasien mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Selengkapnya dijelaskan oleh tabel sebagai berikut : II - 18 RKPD Kab Rembang 2014 Tabel 2.31 Kunjungan Puskesmas di Kab. Rembang Tahun 2010- 2012 No Status Pasien Th. 2010 Th. 2011 Th 2012 1 Pasien Umum bayar 106.975 228.443 247.300 2 Pasien peserta JKRS Jamkesda 293.865 21.835 16.346 3 Pasien peserta Askes Sosial PNS dll 33.714 28.155 28.186 4 Pasien peserta Jamkesmas 136.819 158.874 173.669 Jumlah pasien 571.373 437.307 465.501 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang Tahun 2012 Dari tabel tersebut diatas terlihat bahwa kunjungan pasien umum bayar terjadi peningkatan. Peningkatan ini menunjukkan bahwa tingkat kemandirian masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas sudah cukup baik. Hal ini sejalan dengan program Kesehatan Pemerintah Kabupaten Rembang yang terus menerus mengadakan intervensi dan inovasi kegiatan di Puskesmas diantaranya akreditasi Puskesmas, Puskesmas PONED, Pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas serta adanya peningkatan mutu pelayanan kesehatan terhadap masyarakat . Program Jaminan Kesehatan Rembang Sehat JKRS merupakan wujud dari Jaminan Kesehatan Daerah Jamkesda yang bertujuan untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat di Kabupaten Rembang. Pada tahun pertama pelaksanaan kebijakan, yaitu pada tahun 2010 JKRS berlaku bagi semua masyarakat Kabupaten Rembang yang tidak tercover dalam kuota Jamkesmas total coverage, namun dalam perkembangan hasil evaluasi pelaksaanaan JKRS kemudian hanya diperuntukan bagi masyarakat miskin yang tidak masuk dalam kuota jamkesmas. Hal ini terlihat pada tabel diatas yang menunjukkan penurunan drastis kunjungan pasien peserta JKRS yang pada tahun 2010 sebanyak 293.865 menjadi 21.835 pada tahun 2011 dan 16.346 pada tahun 2012. Adapun perkembangan jumlah kunjungan rawat di puskesmas dan pustu pada tahun 2010 - 2012 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.32 Jumlah Kunjungan Rawat di Kab. Rembang Tahun 2010 - 2012 No Kunjungan Rawat 2010 2011 2012 1 Kunjungan Rawat Jalan 571.373 454.922 465.501 2 Kunjungan Rawat Inap 19.870 14.364 13.369 Jumlah Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang Tahun 2012 Dalam hal perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat Kabupaten Rembang secara keseluruhan mengalami peningkatan, hal ini ditandai dengan meningkatnya persentase rumah tangga yang memiliki jamban pada tahun 2012 mencapai 55,2. Sedangkan persentase rumah tangga sehat pada tahun 2012 mencapai 66,4. Persentase institusi yang dibina kesehatan lingkungannya mencapai 70,86 , persentase rumah sehat desa 46,4, Kota 65 , persentase pengguna air sehat mencapai 66 dan persentase rumah tangga yang memiliki SPAL Saluran Pembuangan Air Limbah mencapai 39,65. Adapun pencapaian Standart Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten Rembang ditunjukkan oleh tabel sebagai berikut : II - 19 RKPD Kab Rembang 2014 Tabel 2.33 Hasil Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kabupaten Rembang tahun 2012 No Indikator Kinerja Target Capaian Kinerja Pembilang Penyebut Hasil Target Ket A Kesehatan Dasar 1 Cakupan kunjungan ibu hamil K4 8.796 10.113 86,98 87 Tercapai 2 Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 1.605 1.605 100 85 Tercapai 3 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan 9.053 9.654 93,77 85 Tercapai 4 Cakupan pelayanan nifas 8.830 9.654 91,46 85 Tercapai 5 Cakupan nenonatus dengan komplikasi yang ditangani 792 792 100 65 Tercapai 6 Cakupan kunjungan bayi 8.670 9.197 94,30 80 Tercapai 7 Cakupan desa kelurahan Universal Child Immunization UCI 288 294 97,96 100 Tercapai 8 Cakupan pelayanan anak balita 35.404 43.195 80,48 70 Tercapai 9 Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 24 bulan keluarga miskin 100 Tidak ada data 10 Balita gizi buruk mendapat perawatan 364 364 100 100 Tercapai 11 Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat 9.531 9.778 97,47 70 Tercapai 12 Cakupan peserta KB aktif 101.647 126.946 84,8 80 Tercapai 13 Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit a. Acute Flacid Paralysis AFP rate per 100.000 penduduk 3 144.399 0,002 2 per 100 rb Tercapai b. Penemuan Penderita Pneumonia Balita per jml perkiraan penderita 8 65.308 0,012 25 Tercapai c. Penemuan dan pengobatan pasien baru TB BTA positif CDR 322 644 50 45 Tercapai d. Penderita DBD yang ditangani 388 388 100 100 Tercapai e. Penemuan penderita diare semua umur per jml perkiraan penderita 7.537 66.988 11,25 80 Tercapai 13 Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin 322.420 322.420 100 100 Tercapai B Pelayanan Kesehatan Rujukan 1 Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin 33.897 33.897 100 100 Tercapai 2 Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan RS di 2 2 100 100 Tercapai II - 20 RKPD Kab Rembang 2014 No Indikator Kinerja Target Capaian Kinerja Pembilang Penyebut Hasil Target Ket Kabupaten Rembang C Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian Luar BiasaKLB Cakupan desa kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi 24 jam. 8 8 100 100 Tercapai D Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Cakupan desa siaga aktif 294 294 100 40 Tercapai Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang Tahun 2012 3 Pekerjaan Umum a Jalan dan Jembatan Panjang jalan yang ada di Kabupaten Rembang terdiri dari jalan Kabupaten sepanjang 642,75 Km, jalan provinsi sepanjang 57,45 Km dan jalan nasional sepanjang 60,81 km. Kondisi jalan Kabupaten Rembang dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.34 Panjang Jalan Kabupaten Rembang Tahun 2010-2012 No Uraian Tahun 2010 2011 2012 Bina Marga 1 Panjang jalan kabupaten Km 642,75 642,75 642,75 Kondisi jalan baik 346,61 321,75 351,58 Kondisi sedang 90,31 161,38 149,81 Kondisi jalan rusak ringan 89,93 83,15 65,85 Kondisi jalan rusak berat 115,9 76,48 75,51 2 Panjang jalan provinsi Km 57,45 57,45 57,45 Kondisi jalan baik 37,45 43,09 45,96 Kondisi sedang 11,00 8,62 6,89 Kondisi jalan rusak ringan 4,00 4,02 2,87 Kondisi jalan rusak berat 5,00 1,72 1,72 3 Panjang jalan Nasional Km 60,81 60,81 60,81 Kondisi jalan baik 40,81 45,61 47,43 Kondisi sedang 5,00 9,12 7,30 Kondisi jalan rusak ringan 6,00 4,26 4,26 Kondisi jalan rusak berat 9,00 1,82 1,82 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Tahun 2012 Kecenderungan sebagian besar jalan di Kabupaten Rembang dari tahun ke tahun menunjukan dalam kondisi sedang, baik dan sebagian kecil rusak. Hal demikian memerlukan pemeliharaan dan peningkatan jalan sesuai kewenangannya karena fungsi jalan sangatlah penting sebagai prasarana utama pergerakan manusia dan barang untuk kegiatan ekonomi dan sosial kemasyarakatan. Berdasarkan fungsinya, jaringan jalan di Kabupaten Rembang terdiri dari: 1. Jalan Arteri Primer Jalan arteri melayani angkutan jarak jauh dengan kecepatan rata- rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien. Jalan arteri primer di Kabupaten Rembang yaitu jalan antar propinsi yang melintasi Kabupaten Rembang di sepanjang jalur pantai utara melalui Kecamatan Kaliori Rembang Lasem Sluke Kragan - II - 21 RKPD Kab Rembang 2014 Sarang. Ruas jalan arteri primer yang melewati di Kota Rembang dan Kota Lasem tidak hanya menghubungkan kota atau jalur regional namun saat ini juga berfungsi sebagai jalur internal kota kolektor, sehingga menyebabkan jalan tersebut padat dan berkecepatan rendah. 2. Jalan Kolektor Primer Jalan kolektor melayani angkutan perjalanan jarak dekat dengan kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk dibatasi. Di Kabupaten Rembang Jalan kolektor primer menghubungkan Kabupaten Rembang dengan Kabupaten Blora melalui Kecamatan Rembang Sulang Bulu dan menghubungkan Kabupaten Rembang dengan Kabupaten Bojonegoro Propinsi Jawa Timur, melalui Kecamatan Lasem Pancur - Pamotan Sedan Sale. 3. Jalan Lokal Primer Jalan lokal melayani angkutan setempat dengan perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. Jalan lokal primer di Kabupaten Rembang yaitu jalan-jalan yang melalui kota-kota kecamatan. Untuk panjang jembatan di Kabupaten Rembang pada tahun terakhir tidak mengalami perubahan. Walaupun sebagian besar jembatan masih dalam kondisi baik, namun perlu diwaspadai karena sebagian jembatan telah berusia tua. Perbaikan kondisi jembatan, tidak hanya di wilayah perkotaan, tetapi juga di wilayah perdesaan sangat diperlukan untuk mendukung aktivitas perekonomian masyarakat. Tabel 2.35 Jumlah dan Panjang Jembatan di Kabupaten Rembang Tahun 2010 2012 No Uraian Tahun 2010 2011 2012 1 Jembatan Kabupaten 126 126 126 Kondisi Jembatan baik unit 96 84 92 Kondisi Jembatan rusak ringan unit 30 38 27 kondisi Jembatan rusak berat unit 4 7 2 Panjang jembatan kabupaten m 1.239,90 1.239,90 1.239,90 3 Panjang jembatan Propinsi m 398,80 398,80 398,80 4 Panjang jembatan Nasional m 627,60 627,60 627,60 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Tahun 2012 b Drainase Jaringan drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan penerima air dan atau ke bangunan resapan buatan, yang harus disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan. Lingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan drainase sesuai ketentuan dan persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan perundangan yang telah berlaku, terutama mengenai tata cara perencanaan umum jaringan drainase lingkungan perumahan di perkotaan. Salah satu ketentuan yang berlaku adalah SNI 02-2406-1991 tentang Tata cara perencanaan umum drainase perkotaan. Bagian dari jaringan drainase meliputi : a. Sarana badan penerima air, meliputi prasarana sumber air di permukaan tanah kaut, sungai dan danau b. Bangunan pelengkap, meliputi gorong-gorong, pertemuan saluran, bangunan terjunan, jembatan, street inlet, pompa dan pintu air. II - 22 RKPD Kab Rembang 2014 Penataan jaringan drainase yang baik di seluruh wilayah Kabupaten, terutama kawasan pemukiman perlu terus dikembangkan di Kabupaten Rembang. Pengembangan jaringan drainase tersebut dilakukan dengan mengikuti kontour tanah, dan sungai sebagai muara akhir. Pada sisi sebelah kanan dan kiri jalan perlu dibangun jaringan drainase agar air hujan langsung dapat disalurkan ke sungai lewat jaringan drainase yang ada. Dengan demikian, jaringan drainase dapat berfungsi secara sempurna dalam pencegahan terjadinya banjir. c Sumber Daya Air Pengelolaan sumberdaya air diarahkan pada penyediaan air baku untuk irigasi, air bersih maupun industri. Air merupakan faktor pembatas serta penentu bagi kehidupan baik manusia hewan maupun tanaman. Ketersediaan air selain menunjang pemenuhan kebutuhan sehari-hari juga menunjang produksi pertanian, dan beragam aktifitas perekonomian masyarakat. Saat ini krisis air merupakan salah satu masalah utama di Kabupaten Rembang, hal ini dikarenakan curah hujan yang relatif rendah, rata-rata 1.179,86 mm pertahun dan masih kurang tersedianya bangunan tampungan yang memadai. Ditambah lagi, masalah banjir yang pernah terjadi mengakibatkan banyak kerugian bagi masyarakat sekitar. Kondisi tersebut menunjukkan adanya potensi air yang masih bisa dimanfaatkan untuk disimpan dalam tampungan embungwaduk dan dimanfaatkan di musim kemarau secara efisien oleh masyarakat Kabupaten Rembang. Untuk pengelolaan prasarana air bersih selama ini dilayani dua instansi, dimana Dinas Pekerjaan Umum menangani sumber-sumber air baku seperti mata air, embung dan pengelolaan air bersih PAB pedesaan, sedang PDAM yang melaksanakan pengelolaan dan pemanfaatan air dalam layanan air minum perkotaan. Selama ini produksi air minum oleh PDAM Kabupaten Rembang memanfaatkan beberapa sumber air baku yang berasal dari berbagai tempat, antara lain sumber air Semen, mata air Mudal Pamotan, Gowak, Kajar Kursi, Kajar Sanggrahan, serta memanfaatkan air embung. Jumlah embung baik besar maupun kecil yang menjadi sumber air bersih di Kabupaten Rembang sebanyak 16 buah. Sumber air baku perlu dipelihara dan dikelola dengan sebaik-baiknya karena wilayah Kabupaten Rembang yang berlokasi di bagian hilir merupakan daerah yang sangat tergantung dengan daerah di atasnya. Upaya peningkatan penyediaan air bersih perlu dilakukan melalui pemanfaatan potensi sumberdaya air yang masih tersedia. Sistem pengeloaan prasarana air bersih sudah tertata baik, tetapi perlu pemeliharaan dan penambahan prasarana, terutama embung sebagai sumber air bersih dan reservoir serta pipa-pipa pendistribusiannya. Kabupaten Rembang memiliki sumber daya air yang potensial untuk dikelola dengan baik melalui pembangunan prasarana sumberdaya air agar dapat terus menerus memberikan manfaat dalam jangka panjang. Prasarana sumberdaya air utamanya digunakan untuk irigasi dan penyediaan air bersih. Prasarana sumberdaya air tersebut meliputi : bendungan, bendung, waduk, embung, checkdam, saluran irigasi, dan bangunan pelengkapnya. II - 23 RKPD Kab Rembang 2014 Wilayah Kabupaten Rembang memiliki 5 lima Daerah aliran Sungai DAS besar yang mempunyai beberapa anak sungai mulai dari hulu sampai hilir yaitu : 1 DAS Randugunting; 2 DAS Karanggeneng; 3 DAS Babagan; 4 DAS Kalipang dan 5 DAS Kali KeningSemen. Pemanfaatan sumber daya air untuk irigasi didukung dengan saluran irigasi primer, sekunder dan tersier. Panjang saluran irigasi primer Kabupaten Rembang pada tahun 2012 adalah 130.953 Km, sedangkan saluran irigasi sekunder 119.499 Km dan saluran irigasi tersier sepanjang 36.588 Km. Dari luas persawahan sebesar 29.702 ha, sawah yang terairi dengan sarana pengairan teknis sebanyak 7,44, sedangkan yang menggunakan sarana irigasi setengah teknis sebanyak 12,1, dan lainnya 80,46 masih tergantung dengan air hujan tadah hujan. Selengkapnya panjang saluran irigasi di Kabupaten Rembang Tahun 2010 2012 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.36 Panjang Saluran Irigasi Kabupaten Rembang Tahun 2010-2012 No Uraian Tahun 2010 2011 2012 1 Saluran Irigasi Primer Km 130,953 130,953 130.953 2 Saluran Irigasi Sekunder Km 119,495 119,499 119.499 3 Saluran Irigasi Tersier Km 36,567 36,588 36.588 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Tahun 2012 Sampai dengan tahun 2012 Kabupaten Rembang memiliki embung sebanyak 25 unit , bendungan 105 unit dan rawa 1 unit, baik skala besar maupun kecil. Embung yang ada di Kabupaten Rembang diantaranya meliputi embung Banyukuwung, embung Lodan, embung Grawan, embung Panohan, embung Lambangan, embung Jatimudo, embung Kerep, embung Kumendung, embung Rowosetro, embung Padaran, embung Kasreman, embung Brogo, embung Kasur, embung Precet, embung Surutan, embung Sumbreng, dan rawa Bolodewo. Melihat kondisi diatas, maka pengelolaan prasarana sumberdaya air perlu terus ditingkatkan baik secara kuantitas maupun kualitas guna meningkatkan luas wilayah tangkapan air, sehingga dapat menambah volume pasokansimpanan air. Peningkatan pengelolaan prasarana sumberdaya air juga dilakukan melalui Program Pengelolaan Sungai Terpadu PPST yang bertujuan agar sungai lebih lama menampung air sehingga tidak cepat mengalir ke laut dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. d Persampahan Kesehatan lingkungan masih dihadapkan pada permasalahan persampahan. Sistem pengolahan sampah di Kabupaten Rembang menggunakan dua sistem yaitu sistem pengolahan sampah on-site pengolahan pada lokasi atau cara tradisional dibakar atau ditimbun, dan sistem pengolahan sampah off-site pengolahan secara terstruktur. Selama ini pengelolaan sampah yang tidak terangkut lebih banyak dilakukan dengan sistem on-site. Sistem pengolahan sampah yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum bidang Kebersihan dan Drainase sampai tahun 2012 baru melayani kecamatan Rembang, Lasem, Pamotan, Kragan, Sarang, Sedan dan Sulang. Sampah telah menjadi permasalahan yang tiada henti. Peningkatan volume produksinya secara umum tidak diimbangi kemampuan menampung dan mengolahnya. Mengingat kecenderungan produksi sampah yang tidak akan menurun, maka Pemerintah Kabupaten II - 24 RKPD Kab Rembang 2014 Rembang terus berupaya meningkatkan proporsi tempat pembuangan sampah TPS per satuan penduduk serta berencana mengadakan alat pengolah sampah berskala besar. Capaian pengelolaan persampahan di Kabupaten Rembang pada tahun 2012 meliputi : persentase penanganan sampah sebesar 13,16, dan tempat pembuangan sampah per satuan penduduk mencapai 0,391 unitjiwa. Upaya penanganan sampah tidak hanya dilakukan secara fisik, namun secara non fisik atau penyadaran kepada masyarakat juga dilakukan melalui penyuluhan-penyuluhan. e Permukiman Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan. Kriteria kawasan permukiman adalah kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk permukiman yang aman dari bahaya bencana alam, sehat, dan mempunyai akses untuk kesempatan berusaha. Kondisi permukiman di wilayah Kabupaten Rembang berada pada kawasan di luar kawasan lindung sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian di daerah perkotaan atau perdesaan dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum. Pengembangan permukiman pada tempat-tempat yang menjadi pusat pelayanan penduduk di sekitarnya, seperti pada pusat desa, ibukota kecamatan, ibukota kabupaten yang dialokasikan di sekitar kawasan permukiman yang bersangkutan atau merupakan perluasan areal permukiman eksisting yang telah ada. Berikut gambaran kondisi permukiman Kabupaten Rembang Tahun 2011-2012 sebagaimana tabel berikut : Tabel 2.37 Kondisi Permukiman di Kabupaten Rembang Tahun 2011 2012 No Uraian 2011 2012 1 Rumah Tangga pengguna air bersih a. Jumlah Rumah Tangga pengguna air bersih b. Jumlah seluruh Rumah Tangga 98.392 188.574 99.868 188.574 2 Lingkungan Permukiman Kumuh a. Luas Lingkungan Permukiman Kumuh b. Luas Wilayah 19.078 101.408.035 18.506 101.408.035 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Tahun 2012 Untuk mendukung perkembangan wilayah perdesaan, diperlukan upaya mendorong pertumbuhan melalui penyediaan infrastruktur yang memadai, sehingga keberadaan fungsi permukiman perdesaan dapat tumbuh sebagai pusat kegiatan di wilayah sekitarnya. Pengaturan permukiman perdesaan yang kondusif dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: a Pengembangan kawasan permukiman diarahkan menyebar terutama pada simpul-simpul kegiatan nodes. b Membuka hubungan pusat-pusat kegiatan dengan kantong-kantong permukiman perdesaan, termasuk penyediaan infrastruktur secara memadai untuk mendukung interaksi desa terhadap wilayah luar. c Menciptakan pola permukiman yang mampu menampung kegiatan pengolahan pertanian baik berupa kerajinan, industri kecil, maupun pariwisata. II - 25 RKPD Kab Rembang 2014 d Permukiman perdesaan akan menjadi penyeimbang pertumbuhan pusat dan wilayah belakang, sehingga tidak terjadi kesenjangan yang semakin melebar antara perdesaan dan perkotaan. e Permukiman perdesaan diarahkan menjadi tempat transformasi fungsi perkotaan. Kawasan perdesaan, akan menjadi pusat distribusi dan koleksi sumberdaya yang diperlukan bagi pengembangan wilayah perdesaan.

4 Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup merupakan suatu sistem yang meliputi lingkungan alam hayati, lingkungan alam non hayati, lingkungan buatan, dan lingkungan sosial. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup. Sehubungan dengan pemanfaatan sumber daya alam, agar lingkungan tetap lestari, harus diperhatikan tatanantata cara lingkungan itu sendiri. Perlindungan dan konservasi sumber daya alam merupakan salah satu program peningkatan fungsi kawasan lindung di luar kawasan hutan dan daerah tangkapan air. Pada tahun 2012 luasan lahan kritis terus mengalami penurunan dan sebaliknya luasan lahan yang tereboisasi meningkat. Hal ini adalah indikasi penting bahwa kehutanan tidak semata-mata pembangunan yang berorientasi produksi dan profit, namun manfaat dan fungsi lingkungan adalah hal lain yang tidak kalah penting dalam proses pembangunan kehutanan di Kabupaten Rembang yang saat ini memang baru memasuki tahap pemulihan kondisi hutan. Berdasarkan hasil pengamatan Citra Satelit yang dilakukan oleh Balai Pengelolaan DAS Pemali Jratun menunjukkan bahwa di Kabupaten Rembang pada tahun 2012 terdapat 8.329 Ha lahan kritis. Ruang terbuka hijau di kota Rembang terdiri dari jalur hijau, taman kota dan alun-alun kota dengan luas total 5,208 ha. Untuk mengoptimalkan fungsi ruang terbuka hijau, dilakukan pemeliharaan rutin, yaitu dengan perawatan, penyiraman dan penggantian pohon yang mati, melalui Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau. Kegiatan yang menimbulkan dampak lingkungan perlu dilengkapi dokumen pengelolaan lingkungan hidup. Dokumen lingkungan yang harus disusun sebelum kegiatan fisik dilaksanakan namun tidak berdampak besar adalah dokumen UKLUPL. Kebijakan pembangunan lingkungan hidup diarahkan pada upaya pencegahan, pengendalian, serta penyelamatan fungsi SDA dan lingkungan hidup agar tetap bermanfaat secara optimal bagi kesejahteraan masyarakat. Capaian pelaksanaan pembangunan lingkungan hidup di Kabupaten Rembang pada tahun 2012 meliputi : Cakupan penghijauan wilayah rawan longsor dan sumber mata air sebesar 17 , cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan Amdal sebesar 100, dan penegakan hukum lingkungan dengan diterbitkannya Peraturan Daerah Nomor 5 tahun 2012 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Upaya pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan bersinergi dengan upaya meningkatkan peran aktif dan kesadaran masyarakat terhadap peran penting fungsi SDA dan lingkungan hidup. II - 26 RKPD Kab Rembang 2014 5 Penatan Ruang Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Perihal perencanaan tata ruang daerah, Pemerintah Kabupaten Rembang telah menetapkan Perda Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Rembang Tahun 2011-2031. Rencana tata ruang wilayah kabupaten adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah kabupatenkota, yang merupakan penjabaran dari RTRW provinsi, dan yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah kabupatenkota, rencana struktur ruang wilayah kabupatenkota, rencana pola ruang wilayah kabupatenkota, penetapan kawasan strategis kabupatenkota, arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupatenkota, dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupatenkota. Pendetailan RTRW Kabupaten Rembang tersebut saat ini telah dan sedang disusun Rencana Detail Tata Ruang Kota dan Peraturan Zonasi Kecamatan dan Kawasan Strategis Kabupaten sebagai materi teknis dalam penyusunan dan Penetapan Perda RDTR dan PZ Kecamatan se-Kabupaten Rembang. Perihal pemanfaatan ruang daerah, secara berturut-turut pemanfaatan ruang daerah untuk kegiatan pembangunan pada peruntukan kawasan budidaya meliputi pertanian, kehutanan, pertambangan, permukiman, industri, pariwisata, pesisir dan pulau-pulau kecil. Sementara itu kegiatan pengelolaan lingkungan hidup terus dilakukan guna menjaga keseimbangan pembangunan daerah Kabupaten Rembang. Pemanfaatan kawasan budidaya mengacu pada peraturan zonasi RTRW Kabupaten maupun RDTRK. Kecenderungan minat investasi industri di wilayah Kabupaten Rembang yang terus meningkat maka perlu menjaga keseimbangan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup melalui pengelolaan kawasan lindung secara berkelanjutan meliputi mempertahankan kawasan resapan air, penegasan kawasan sempadan, perluasan ruang terbuka hijau, pemantapan kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya, serta penanganan kawasan rawan bencana alam. Perihal pengendalian pemanfaatan ruang daerah, pasca penetapan Perda Nomor 14 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Rembang Tahun 2011-2031 membawa konsekuensi semua perizinan sesuai prosedur yang berlaku sebagaimana diatur dalam Pasal 53 yaitu ketentuan perijinan pemanfaatan ruang adalah proses administrasi dan teknis yang harus dipenuhi sebelum kegiatan pemanfaatan ruang dilaksanakan dan untuk menjamin kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang meliputi: izin prinsip; izin lokasi; izin penggunaan pemanfaatan tanah; izin mendirikan bangunan; dan izin lainnya. Perangkat pengendalian tata ruang daerah melalui pembentukan Kelembagaan Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah BKPRD Kabupaten Rembang merujuk Permendagri Nomor 50 Tahun 2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah yaitu dalam rangka mengkoordinasikan penyelenggaraan penataan ruang dan kerjasama antar sektorantar daerah bidang penataan ruang dibentuk BKPRD. Rekapitulasi pemberian rekomendasi penerbitan izin prinsip pada tahun 2011 dan 2012 sebagai berikut : II - 27 RKPD Kab Rembang 2014 Tabel 2.38 Pemberian Rekomendasi Penerbitan Izin Prinsip BKPRD Kabupaten Rembang Tahun 2011-2012 No. Sektor Usaha Jumlah Keterangan 2011 2012 1 Pertanian - 1 Pemberian Rekomendasi izin prinsip berlaku untuk pengurusan izin lainnya yang harus dilengkapi. 2 Pertambangan dan Penggalian 3 8 3 Industri Pengolahan - 5 4 Lstrik, Gas, BBM, AB - 3 5 Bangunan 4 26 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2 4 7 Angkutan dan Komunikasi 1 1 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan - - 9 Jasa-Jasa - - Jumlah 10 48

6 Perencanaan Pembangunan

Kebijakan perencanaan pembangunan daerah diarahkan pada upaya pemantapan partisipasi masyarakat dalam setiap proses perencanaan pembangunan, peningkatan kualitas rencana pembangunan yang mewadahi dinamika permasalahan, mengembangkan sistem teknologi informasi dalam perencanaan pembangunan, peningkatan penelitian yang berkualitas guna mendukung perencanaan di segala bidang. Proses penyusunan perencanaan pembangunan daerah dilakukan dengan memadukan pendekatan politik, teknokratik, partisipatif, atas- bawah top down dan bawah atas bottom up, yang mencakup proses penyusunan kebijakan, penyusunan program dan kegiatan, dan penyusunan alokasi pembiayaan program. Proses perencanaan dilaksanakan dengan memasukkan prinsip pemberdayaan, pemerataan, demokratis, transparansi, akuntabel, responsif dan partisipatif dengan melibatkan seluruh unsur lembaga pemerintah, masyarakat dan para pelaku pembangunan. Sasaran pertama ini diarahkan agar para stakeholders mampu menyalurkan aspirasi untuk selanjutnya dapat diproses dalam pembuatan perencanaan pembangunan di Kabupaten Rembang, melalui musyawarah perencanaan pembangunan yang difasilitasi oleh Bappeda Kabupaten Rembang. Musrenbang dilaksanakan mulai tingkat desa, tingkat kecamatan, forum SKPD dan forum gabungan SKPD. Selanjutnya musrenbang dilaksanakan pada tingkat kabupaten dan untuk usulan kegiatan yang diusulkan melalui pendanaan APBD Provinsi dan APBN dilaksanakan musrenbang pada tingkat provinsi dan nasional. Guna sinergitas dan sinkronisasi proses perencanaan pembangunan antar wilayah dan antar kewenangan urusan pembangunan dalam proses perencanaan dan penyusunan dokumen selalu memperhatikan hasil evaluasi kinerja pembangunan yang telah dicapai pada tahun sebelumnya serta capaian indikator pada masing-masing urusan. Selain itu juga memperhatikan Rencana Kerja Pemerintah RKP dan RKPD Provinsi Jawa Tengah, program prioritas nasional dan prioritas provinsi serta capaian indikator amanat afirmatif seperti percepatan Tujuan Pembangunan Millennium MDGs, pencapaian kesepakatan pendidikan untuk semua education for all, implementasi Standar Pelayanan Minimal SPM, Program Keluarga Harapan PKH. Penyusunan RKPD tahun 2014 juga mempertimbangkan sinergitas pembangunan antara pusat dan daerah, menampung aspirasi masyarakat dan dunia usaha, mengacu pada peningkatan keterpaduan II - 28 RKPD Kab Rembang 2014 dan sinkronisasi kebijakan program kegiatan yang pro poor, pro job, pro growth dan pro environment. Selanjutnya dalam rangka melaksanakan pembangunan daerah diperlukan dokumen perencanaan pembangunan berkualitas yang dapat diaplikasikan sebagai acuan bagi pelaksanaan pembangunan. Dokumen perencanaan yang berkualitas tersebut dapat terwujud apabila didukung oleh kualitas SDM perencana yang handal mampu membuat kebijakan perencanaan pembangunan yang mampu mensejahterakan masyarakat. Selain itu juga dilaksanakan fasilitasi, koordinasi dengan para stakeholders, kerjasama dengan NGO dan kelompok masyarakat, sehingga dokumen yang dihasilkan mampu mengakomodasi semua pihak-pihak yang berkepentingan dalam pelaksanakan pembangunan di Kabupaten Rembang. Untuk mewujudkan sasaran tersebut di atas, pada tahun 2012 telah dilaksanakan Program Perencanaan Pembangunan Daerah, Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Program Kerjasama Pembangunan. Dalam rangka sinergitas perencanaan program pembangunan daerah agar lebih terarah serta terukur dilaksanakan beberapa penyusunan dokumen perencanaan yang meliputi tersusunnya Kajian Dampak Ekonomi Program Pemberdayaan Masyarakat, Tersusunnya Dokumen Rencana Induk Pengembangan Air Baku Kabupaten Rembang, Tersusunnya Dokumen Rencana Umum Pengembangan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Kabupaten Rembang, Tersusunnya Dokumen Rencana Tata Ruang Laut di Kabupaten Rembang dan Tersusunnya Dokumen Rencana Rinci Ruang Terbuka Hijau RTH di Kawasan Perkotaan Rembang serta dokumen perencanaan pembangunan daerah lainnya. Untuk menjamin agar pelaksanaan pembangunan sesuai yang direncanakan, dilaksanakan monitoring dan evaluasi pembangunan sebagai masukan dalam perencanaan pembangunan periode berikutnya. Setiap tahun Bappeda Kabupaten Rembang melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan pembangunan daerah yang dilaksanakan oleh SKPD. Hasil monitoring dan evaluasi ini juga digunakan untuk bahan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban LKPJ Bupati Rembang dan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan AMJ Bupati kepada DPRD Kabupaten Rembang di akhir masa jabatan.

7 Perumahan

Kebijakan pembangunan daerah di bidang perumahan diarahkan pada upaya meningkatkan pemenuhan kebutuhan rumah dan terciptanya lingkungan permukiman yang sehat, aman, nyaman dan lestari sesuai dengan peruntukan dan fungsinya melalui menumbuhkembangkan potensi pembiayaan yang berasal dari swadaya masyarakat, kredit mikro perumahan serta pemerataan pembangunan prasarana sarana dasar permukiman. 8 Kepemudaan dan Olah Raga Perkembangan bidang pemuda dan olah raga di Kabupaten Rembang selama kurun waktu 2010 2012 dapat dilihat dari beberapa indikator antara lain data organisasi kepemudaan, ketersediaan sarana dan prasarana olah raga, jenis club dan cabang olah raga, jenis cabang olah raga unggulan, organisasi olah raga yang ada dan prestasi atlet . selengkapnya dapat terlihat dalam tabel-tabel berikut : II - 29 RKPD Kab Rembang 2014 Tabel 2.39 Data Organisasi Kepemudaan di Kabupaten Rembang Tahun 2010 - 2012 No Jumlah Organisasi Kepemudaan Jumlah 2010 2011 2012 1 KNPI 1 1 1 2 AMPI 1 1 1 3 Pemuda Ansor 1 1 1 4 Pemuda Muhammadiyah 1 1 1 5 Pramuka 1 1 1 6 KUPPKWP Kelompok Wirausaha Pemuda 20 22 22 7 KOSGORO 1 1 1 8 Rembang Bangkit Foundontion 1 1 1 9 Gerakan Pemuda Nusantara 1 1 1 10 Purna Prakarya Muda Indonesia PPMI 1 1 1 Jumlah 29 31 31 Sumber : Dinbudparpora Tahun 2012 Tabel 2.40 Data Sarana dan Prasarana Olahraga di Kabupaten Rembang Tahun 2010-2012 No Jumlah Sarana dan Prasarana Olahraga Jumlah 2010 2011 2012 1 Lapangan Sepak Bola 252 252 252 2 Lapangan Basket 44 44 46 3 Lapangan Volley 272 272 276 4 Lapngan Bulu Tangkis 34 34 38 5 Kolam Renang 2 2 2 6 GelanggangBalai RemajaSerbaguna 8 16 19 Sumber : Dinbudparpora Tahun 2012 Tabel 2.41 Jenis dan Klub Cabang Olahraga di Kabupaten Rembang Tahun 2010- 2012 No Jenis dan Klub Cabang Olahraga di Kabupaten Rembang Jumlah 2010 2011 2012 1 Sepak Bola 14 16 18 2 Bola Volley 9 10 10 3 Bulutangkis 11 12 12 4 Senam 2 2 2 5 Sepak Takraw 3 3 3 6 Atletik 3 3 3 7 Bola Basket 8 8 8 8 Karate 4 4 4 9 Pencak Silat 14 14 14 10 Tae Kwon Do 2 2 2 11 Panahan 1 1 1 12 Catur 16 16 16 13 Tenis Meja 2 2 2 14 Tenis Lapangan 2 2 2 15 Panjat Tebing 2 2 2 16 Bridge 3 3 3 17 Wushu 2 2 2 18 Dayung 1 1 1 Jumlah 99 103 105 Sumber : Dinbudparpora Tahun 2012 II - 30 RKPD Kab Rembang 2014 Tabel 2.42 Jenis Cabang Olahraga Unggulan di Kabupaten Rembang Tahun 2010 - 2012 No Jenis Cabang Olah Raga Unggulan Kabupaten Rembang Jumlah 2010 2011 2012 1 Sepak Bola 14 14 14 2 Senam 2 2 2 3 Atletik 3 3 3 4 Sepak Takraw 3 3 3 5 Catur 16 16 16 6 Wushu 2 2 2 7 Panjat Tebing 2 2 2 Sumber : Dinbudparpora Tahun 2012 Tabel 2.43 Organisasi Olahraga di Kabupaten Rembang Tahun 2010 - 2012 No Ketersediaan Organisasi Olahraga di Kabupaten Rembang Jumlah 2010 2011 2012 1 PSSI 1 1 1 2 PASI 1 1 1 3 PRSI 1 1 1 4 PERSANI 1 1 1 5 IPSI 1 1 1 6 PERCASI 1 1 1 7 GABSI 1 1 1 8 PBVSI 1 1 1 9 PERBASI 1 1 1 10 PBSI 1 1 1 11 TAE KWON DO 1 1 1 12 WUSHU 1 1 1 13 PERPANI 1 1 1 14 PTMSI 1 1 1 15 FORKI 1 1 1 16 FPTI 1 1 1 17 PSTI 1 1 1 Jumlah 18 18 18 Sumber : Dinbudparpora Tahun 2012 Tabel 2.44 Prestasi Atlet menurut Cabang Olahraga Kabupaten Rembang Tahun 2010-2012 No Prestasi Atlet menurut Cabang Olahraga Jumlah 2010 2011 2012 1 Sepak Bola 1 2 3 2 Senam 2 3 4 3 Atletik 3 5 7 4 Sepak Takraw 1 2 3 5 Catur 2 4 6 6 Wushu 2 2 3 7 Panjat Tebing 2 2 2 Jumlah 13 15 17 Sumber : Dinbudparpora Tahun 2012

9 Penanaman Modal

Kebijakan Pemerintah Kabupaten Rembang di bidang penanaman modal secara umum diarahkan pada upaya meningkatkan iklim investasi yang semakin kondusif dengan mendorong terwujudnya kepercayaan dunia usaha melalui penguatan dan penyederhanaan pelayanan penanaman II - 31 RKPD Kab Rembang 2014 modal, mengembangkan kebijakan pro penanaman modal, peningkatan infrastruktur ekonomi yang baik dan menekan ekonomi biaya tinggi. Ketersediaan iklim investasi yang kondusif dapat ditingkatkan melalui upaya-upaya berkesinambungan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Rembang dan para stakeholder dalam hal-hal berikut ini: 1 Memberikan kepastian hukum atas peraturan-peraturan di daerah serta menghasilkan produk hukum yang berkaitan dengan kegiatan penanaman modal sehingga tidak memberatkan beban tambahan pada biaya produksi usaha; 2 Memelihara keamanan dari potensi gangguan kriminalitas oleh oknum masyarakat terhadap aset-aset berharga perusahaan, terhadap jalur distribusi barang dan gudang serta pada tempat-tempat penyimpanan barang jadi maupun setengah jadi; 3 Memberikan kemudahan yang paling mendasar atas pelayanan yang ditujukan pada para investor, meliputi perijinan investasi, imigrasi, kepabeanan, perpajakan dan pertahanan wilayah; 4 Memberikan secara selektif rangkaian paket insentif investasi yang bersaing; 5 Menjaga kondisi iklim ketenagakerjaan yang menunjang kegiatan usaha secara berkelanjutan. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Rembang dalam mewujudkan Rembang yang pro investasi adalah dengan melakukan akselerasi pemberian ijin investasi yang membuka peluang penerimaan tenaga kerja bagi warga Kabupaten Rembang. Dalam kurun waktu 3 tiga tahun terakhir telah dikeluarkan beberapa perijinan oleh kantor KPPT Kabupaten Rembang sebagai berikut: Tabel 2.45 Pelayanan Perijinan Di Kabupaten Rembang Tahun 2010-2012 No Jenis pelayanan KPPT Jumlah 2010 2011 2012 1. Ijin Lokasi 8 15 2. Ijin HO 357 328 258 3. TDP 480 379 456 4. SIUP 431 328 440 5. TDI IUI 48 5 264 6. TDG 6 1 7. Pengesahan Akte Koperasi 8. Ijin Eksploitasi Pertambangan 51 9. Ijin Pengolahan Pemurnian 5 10. Ijin Air Bawah Tanah ABT 11. Ijin Mendirikan Bangunan IMB 419 498 648 12. Ijin Reklame 47 13. Ijin Pariwisata 3 14. Ijin SK Trayek 15. Ijin Usaha Angkutan 16. Ijin Insidentil 17. Kartu Pengawasan 18. Ijin Tebang 23 19. Ijin Kubur 147 73 137 20. IMB Kubur 25 19 23 21. Pelayanan AK.I Kartu Kuning 3.112 1.617 1.971 22. Ijin Penarikan Undian Berhadiah 23. Sertifikat Laik Sehat 4 76 24. Ijin Praktek 336 183 73 Sumber : kantor pelayanan perijinan Terpadu 2012 II - 32 RKPD Kab Rembang 2014 Salah satu upaya akselerasi implementasi kebijakan penanaman modal adalah sikronisasi paket kebijakan penanaman modal dan koordinasi lintas sektoral serta penetapan kebijakan dasar penanaman modal untuk mendorong terciptanya iklim usaha yang kondusif bagi penanaman modal serta mempercepat peningkatan penanaman modal melalui pemberian perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing baik dalam bentuk Penanaman Modal Asing Langsung Foreign Direct InvesmentFDI maupun dalam bentuk portofolio investasi, menjamin kepastian hukum, kepastian berusaha, dan keamanan berusaha bagi penanam modal sejak proses pengurusan perijinan sampai dengan berakhirnya kegiatan penanaman modal. Keberhasilan implementasi kebijakan, termasuk dalam hal ini kebijakan penanaman modal, sangat ditentukan oleh dua variabel besar, yakni variabel content of policy dan context of policy . Variabel content of policy antara lain mencakup: a sejauhmana kepentingan kelompok sasaran atau target groups termuat dalam isi kebijakan b jenis manfaat yang diterima oleh target groups; c sejauhmana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan. Suatu program yang bertujuan merubah sikap dan perilaku kelompok sasaran relatif lebih sulit diimplementasikan daripada program yang sekedar memberikan bantuan kredit atau beras kepada kelompok masyarakat miskin; d apakah letak sebuah program sudah tepat; e apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan rinci; f apakah sebuah program didukung oleh sumber daya yang memadai. Sedangkan variabel context of policy lingkungan kebijakan mencakup: a seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan; b karakteristik institusi dan rejim yang sedang berkuasa; c tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran. Implementasi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 sebagai pendorong akselerasi implementasi paket kebijakan bidang penanaman modal diharapkan dapat menciptakan iklim investasi yang kondusif dan dapat meningkatkan realisasi investasi, baik PMA maupun PMDN. Disamping itu dalam rangka menghadapi perubahan perekonomian nasional dan regional dalam berbagai kerja sama antar daerah serta untuk penguatan daya saing perekonomian daerah, perlu diciptakan iklim penanaman modal yang kondusif, promotif, memberikan kepastian hukum, keadilan, dan efisien dengan tetap memperhatikan kepentingan ekonomi daerah. Dengan penciptaan iklim penanaman modal yang kondusif tersebut, diharapkan akan dapat meningkatan penanaman modal untuk mengolah potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan modal yang berasal baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Berkaitan dengan hal tersebut, penanaman modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian daerah dan ditempatkan sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi daerah, mendorong pembangunan ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya saing. Upaya pengembangan potensi penanaman modal baik di bidang pertambangan antara lain pasir kuarsa, batu gamping, bentonite, tanah liatlempung, dll, industri kelautan dan perikanan antara lain galangan kapal kayu, garam krosokrakyat, teri nasi dan rajungan, II - 33 RKPD Kab Rembang 2014 pengolahan ikan kering dll, industri pengolahan mebel kayu, kerajinan kuningantembaga maupun batik tulis dilakukan dengan memperhatikan dampak lingkungan dan daya dukung serta sarana prasarana yang diarahkan pada keberlanjutan pemanfaatannya. Skala pengusahaan baik skala besar, menengah maupun kecil diharapkan tetap menjaga ketersediaan air tanah, keberlanjutan ketersediaan tambang, perikanan kelautan, kayu maupun bahan baku lainnya. Adapun perkembangan nilai investasi di Kabupaten Rembang selama kurun waktu 3 tahun terakhir yang dilakukan pihak swasta baik investor dalam negeri maupun asing ditunjukkan oleh tabel berikut : Tabel 2.46 Perkembangan Nilai Realisasi Investasi Swasta PMAPMDN di Kabupaten Rembang Tahun 2010-2012 No NAMA PERUSAHAAN NILAI INVESTASI Rp KET 2010 2011 2012 1 PT. CENTRAL PERTIWI BAHARI 4.073.789.678 4.073.789.678 3.539.253.614 PMA 2 PT. OMYA INDONESIA - - 78.189.048.000 PMA 3 PT. PERUSAHAAN DAGANG DAN INDUSTRI TRESNO 31.305.155.533 77.227.648.336 149.163.589.800 PMDN 4 PT. HOLI MINA JAYA 35.000.000.000 46.500.000.000 242.921.259.294 PMDN 5 CV. KARYA MINA PUTRA 15.000.000.000 35.000.000.000 35.000.000.000 PMDN 6 PT. SEMEN INDONESIA Persero Tbk - - 42.523.774.000 PMDN Jumlah 85.378.945.211 162.801.438.014 551.336.924.708 Sumber : kantor pelayanan perijinan Terpadu 2012 10 Koperasi dan UMKM Pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah UMKM dan Koperasi merupakan langkah yang strategis dalam meningkatkan dan memperkuat dasar kehidupan perekonomian dari sebagian terbesar warga Kabupaten Rembang, khususnya melalui penyediaan lapangan kerja dan mengurangi kesenjangan dan tingkat kemiskinan. Dengan demikian upaya untuk memberdayakan UMKM harus terencana, sistematis dan menyeluruh baik pada tataran makro dan mikro yang meliputi 1 penciptaan iklim usaha dalam rangka membuka kesempatan berusaha seluas-luasnya, serta menjamin kepastian usaha disertai adanya efisiensi ekonomi; 2 pengembangan sistem pendukung usaha bagi UMKM untuk meningkatkan akses kepada sumber daya produktif sehingga dapat memanfaatkan kesempatan yang terbuka dan potensi sumber daya, terutama sumber daya lokal yang tersedia; 3 pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif usaha kecil dan menengah UKM; dan 4 pemberdayaan usaha skala mikro untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang bergerak dalam kegiatan usaha ekonomi di sektor informal yang berskala usaha mikro, terutama yang masih berstatus keluarga miskin. Selain itu, peningkatan kualitas koperasi untuk berkembang secara sehat sesuai dengan jati dirinya dan membangun efisiensi kolektif terutama bagi pengusaha mikro dan kecil. Kebijakan pembangunan koperasi dan usaha kecil menengah diarahkan pada upaya pemberdayaan koperasi dan UMKM melalui penumbuhan wirausaha baru, peningkatan kompetensi dan perkuatan kewirausahaan, peningkatan produktivitas, pemanfaatan hasil inovasi dan penerapan II - 34 RKPD Kab Rembang 2014 teknologi dalam iklim usaha yang sehat, serta optimalisasi peran lembaga keuangan dan perbankan melalui peningkatan peran sertanya dalam pengembangan agrobisnis, penyediaan permodalan bagi koperasi dan UMKM. Perkembangan koperasi dan UMKM di Kabupaten Rembang tahun 2010- 2012 dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 2.47 Perkembangan Koperasi dan UKM di Kabupaten Rembang Tahun 2010-2012 No. Jenis Data 2010 2011 2012 1. Koperasi - Koperasi Aktif - Koperasi Tdk Aktif 518 392 126 532 410 122 548 431 117 2. UKM 16.847 20.826 26.167 Sumber : Dinindagkop dan UMKM Tahun 2012 11 Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kebijakan pembangunan di bidang kependudukan dan catatan sipil diarahkan pada upaya memberikan pelayanan kepada masyarakat tentang kependudukan dan pencatatan sipil dengan cepat, murah dan transparan. Cakupan layanan administrasi kependudukan dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.48 Cakupan Pelayanan Administrasi kependudukan Kabupaten Rembang Tahun 2010 2012 No Uraian Tingkat Perkembangan Tahunan 2010 2011 2012 1 Pelayanan KTPKK - KTP lembar - KK lembar 77.476 60.117 69.303 50.662 67.887 60.311 2 Penerbitan Akta Catatan Sipil 22.144 13.478 9.780 Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Tahun 2012 Beberapa permasalahan yang ada dalam cakupan layanan kependudukan lebih dikarenakan sebagian besar masyarakat di Kabupaten Rembang belum mengetahui persyaratan mendapatkan akte kelahiran baik akte kelahiran baru maupun perbaikanralat akte sesuai perda No. 4 Tahun 2009, selain itu kesadaran masyarakat terhadap pengurusan akte kelahiran masih kurang. Dan masih banyaknya masyarakat yang mengurus akte, baik akte baru, kutipan dan perubahan akte kelahiran kebanyakan masih melalui perantara. Adapun Capaian pelayanan bidang kependudukan dan catatan sipil dapat dilihat dari perkembangan data jumlah penduduk yang memiliki KTP, KK dan Akte Lahir sebagaimana tersaji dalam tabel berikut : Tabel 2.49 Jumlah Penduduk Menurut Kepemilikan KTP, KK, Akte Lahir Tahun 2010-2012 No Tahun Jumlah Penduduk Menurut Kepemilikan KTP KK Akte lahir Sudah Belum Sudah Belum Sudah Belum 1 2010 295.264 199.949 168.962 18.772 378.598 274.480 2 2011 355.554 144.007 171.325 19.037 394.257 271.968 3 2012 394.356 136.101 185.549 20.616 413.881 275.427 Sumber : Dindukcapil Kab. Rembang, 2010-2012 II - 35 RKPD Kab Rembang 2014 Data tabel diatas menunjukkan sampai sejauh mana implementasi kebijakan terhadap pelayanan kependudukan dan pencatatan sipil yang merupakan salah satu tugas pemerintahan dibidang pelayanan publik. Selama kurun waktu 3 tahun dari tahun 2010 sampai 2012 telah ada peningkatan terhadap pelayanan kependudukan dan pencatatan sipil. Dari data jumlah kepemilikan KTP pada tahun 2010 sebanyak 295.264 60 menjadi 394.356 74. Untuk kepemilikan Kartu Keluarga KK pada tahun 2010 sampai tahun 2012 sudah 90 penduduk yang memiliki KK dimana pada tahun 2010 sebanyak 168.962 penduduk dan tahun 2012 sebanyak 185.549. Demikian pula untuk kepemilikan akte kelahiran secara total meningkat dari 58 pada tahun 2010 menjadi 60 pada tahun 2012 seperti tersaji pada tabel, dimanapada tahun 2010 ada 378.598 penduduk yang memiliki akte kelahiran menjadi 413.881 pada tahun 2012. Memperhatikan pentingnya dokumen kependudukan bagi setiap Warga Negara, diharapkan semua penduduk Kabupaten Rembang memiliki dokumen kependudukan tersebut. Sementara itu guna mendukung Program Sistem Informasi Administrasi Kependudukan SIAK tahun 2012 telah tersedia jaringan data online dan pemutakhiran database kependudukan. Terhadap program tersebut perlu adanya peningkatan sosialisasi bersama instansilembaga terkait, sehingga masyarakat lebih paham akan arti pentingnya akta kelahiran. 12 Ketenagakerjaan Pada tahun 2012 tercatat angka pencari kerja yang ditempatkan sebesar 293 orang. Pada tahun 2012 penempatan kerja terbanyak pada AKAD yang mencapai 182 orang AKAN 8 orang dan AKL sebanyak 103 orang. Tingkat pengangguran terbuka pada tahun 2010 sebesar 4,89, tahun 2011 sebesar 5,92. Sedangkan tahun 2012 sebesar 5,80 . D ata selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.50 Kondisi Ketenagakerjaan di Kabupaten Rembang Tahun 2010-2012 No Kondisi Ketenagakerjaan 2010 2011 2012 1 Angkatan Kerja Orang 330.064 330.650 Na 2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 71.37 72.26 Na 3 Pencari kerja yang ditempatkan orang 436 325 293 4 Tingkat Pengangguran Terbuka TPT 4,89 5,92 5,80 5 Penempatan Tenaga Kerja : a. AKL orang 99 56 103 b. AKAD orang 122 177 182 c. AKAN orang 215 92 8 6 Proporsi UMK terhadap KHL 93 96 98 Sumber : Dinsosnakertrans Kab. Rembang Tahun 2012 Tingkat pendidikan pencari kerja di Kabupaten Rembang pada tahun 2010 didominasi oleh lulusan SMA sebanyak 1.023 orang dan pada tahun 2011 tingkat pencari kerja juga masih didominasi lulusan SMA sebanyak 1.188 orang. Untuk Tahun 2012 kondisi tersebut tidak jauh beda yaitu didominasi lulusan SMA sebanyak 1.010 orang . II - 36 RKPD Kab Rembang 2014 Tabel 2.51 Tingkat Pendidikan Pencari Kerja Tahun 2010-2012 orang No Tingkat Pendidikan Pencari Kerja 2010 2011 2012 1 Sekolah Dasar SD 7 17 7 2 Sekolah Menengah Tingkat Pertama SMP 79 115 84 3 Sekolah Menengah Tingkat Atas SMA 1.023 1.188 1.010 4 Diploma 70 199 281 5 Sarjana 112 398 637 6 Pasca Sarjana 1 3 7 Sumber : Dinsosnakertrans Kab. Rembang Tahun 2012 Untuk meningkatkan kualitas pencari kerja, Balai Latihan Kerja mengadakan berbagai jenis pelatihan. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.52 Jenis dan Jumlah Peserta Pelatihan di BLK Kabupaten Rembang Tahun 2010-2012 No Jenis Ketrampilan Kejuruan 2010 2011 2012 L P Jml L P Jml L P Jml 1 Menjahit 4 12 16 5 27 32 1 47 48 2 Montir Sepeda Motor 36 36 - - - 32 - 32 3 Operator Komputer 6 30 36 8 8 16 11 21 32 4 Las Listrik 16 16 16 - 16 48 - 48 6 RadioTV - - - 16 - 16 - - - 7 Mobil Bensin - - - 16 - 16 - - - 8 Ukir Kayu - - - - - - - - - 9 Bordir - - - - - - - - - 10 Tata Rias Pengantin - - - - - - - - - 11 Tata Rias Rambut - - - - 16 16 - 32 32 12 Teknik Pendingin - - - - - - - - - 13 Mebeleir - - - - - - - - - 14 Elektro 5 - 5 - - - 48 - 48 16 Weekel - - - 16 - 16 - - - 17 Prosesing Pertanian - - - 2 30 32 - 48 48 18 Prosesing Perternakan - - - - - - - - - 19 Ukir Kayu - - - 16 - 16 - - - 20 Teknik Pendingin - - - 16 - 16 32 - 32 21 Mebeleir - - - 16 - 16 32 - 32 22 Las Karbit - - - - - - - - - 23 Elektro - - - - - - - - - 24 Teknik Batik 10 6 16 3 13 16 3 29 32 25 Ternak Kambing - - - - - - - - - Jumlah 77 48 125 130 94 224 207 177 384 Sumber : Dinsosnakertrans Kab. Rembang Tahun 2012 II - 37 RKPD Kab Rembang 2014 13 Ketahanan Pangan Upaya mewujudkan ketahanan pangan tidak terlepas dari kebijakan umum pembangunan pertanian dalam mendukung penyediaan pangan terutama dari produksi domestik. Secara umum, kebijakan ketahanan pangan yang dapat mewadahi berbagai macam kepentingan yang berkembang menurut pelaku ekonomi dan segenap stakeholders adalah berlandaskan falsafah dasar kemandirian pangan, yang berdimensi ketersediaan pangan, aksesibilitas dan stabilitas harga pangan dan utilisasi pangan. Dimensi ketersediaan dapat dipenuhi dengan konsistensi strategi peningkatan produksi pangan di dalam negeri, untuk mengurangi ketergantungan kepada pangan impor, sekaligus meningkatkan kemandirian dan kedaulatan pangan bangsa. Dimensi aksesibilitas dapat dipenuhi dengan strategi kecukupan pangan food adequacy, untuk menjamin ketersediaan dan kecukupan pangan di seluruh wilayah, yang dapat dijangkau dan aman dikonsumsi masyarakat luas. Dimensi stabilitas dapat dipenuhi dengan implementasi kebijakan stabilisasi harga, baik dengan dukungan penuh anggaran pemerintah daerah, maupun dengan pembenahan aspek kelembagaan dari pasar pangan lokal. Selain itu dalam rangka mengurangi ketergantungan terhadap beras, yang saat ini tergolong masih sangat tinggi dan sering mempengaruhi tekanan permintaan terhadap beras, maka strategi diversifikasi pangan secara lebih spesifik perlu terus diupayakan dengan berfalsafah pada pemenuhan pangan beragam dan gizi seimbang sebagai pintu masuk strategi diversifikasi pangan yang bersumber dari pangan lokal yang mudah diperoleh dari pelosok pedesaan. Secara keseluruhan Neraca Bahan Makanan 6 Bahan makanan pokok masyarakat di Kabupaten Rembang pada tahun 2011 dan 2012 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.53 Perkembangan Neraca Bahan Makanan 6 Bahan Makanan Pokok Masyarakat di Kabupaten Rembang Tahun 2011 2012 2011 No Komoditas Ketersediaan Ton Kebutuhan Ton Selisih Surplus Minus 1 Beras 123.738,746 49.800,705 73.938,041 Surplus 2 Jagung 96.517,234 1.946,221 94.571,013 Surplus 3 Kedelai 4.868,679 13.653,214 - 8.784,535 Minus 4 Kacang tanah 4.950,784 326,348 4.624,436 Surplus 5 Ketela Rambat 4.140,615 1.139,251 3.001,364 Surplus 6 Ketela Pohon 27.275,313 5.073,228 22.202,085 Surplus 2012 No Komoditas Ketersediaan Ton Kebutuhan Ton Selisih Surplus Minus 1 Beras 113.804,074 50.128,200 63.675,875 Surplus 2 Jagung 128.676,306 1.959,019 126.717,286 Surplus 3 Kedelai 4.142,499 13.742,999 9.600,500 Minus 4 Kacang tanah 4.503,530 328,494 4.175,036 Surplus 5 Ketela Rambat 2.441,222 1.146,743 1.294,479 Surplus 6 Ketela Pohon 22.570,577 5.106,590 17.463,987 Surplus Sumber : BKP4K Kab. Rembang Tahun 2012 II - 38 RKPD Kab Rembang 2014 Terlihat dari tabel diatas bahwa bahan makanan kedelai selama 2 tahun terakhir tergolong minus belum sepenuhnya terpenuhi dari produksi lokal, sedangkan 5 bahan makanan pokok lainnya dalam kondisi surplus. Sementara dari tingkat kerentanan pangan di Kabupaten Rembang selama 2 tahun terakhir tergolong rendah sampai dengan cukup rendah. Penyelenggaran SPM Ketahanan pangan mencakup tiga aspek penting yang digunakan sebagai indikator pencapaian standar pelayanan ketahanan pangan, yaitu a ketersediaan pangan, yang diartikan bahwa pangan tersedia cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, baik jumlah maupun mutunya serta aman, b distribusi pangan, adalah pasokan pangan yang dapat menjangkau keseluruh wilayah sehingga harga stabil dan terjangkau oleh rumah tangga, dan c konsumsi pangan, adalah setiap rumah tangga dapat mengakses pangan yang cukup dan mampu mengelola konsumsi yang beragam, bergizi dan seimbang serta preferensinya. Dari ketiga aspek ketahanan pangan tersebut di atas, maka Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan terdiri dari 4 empat jenis pelayanan dasar : 1 Bidang ketersediaan dan cadangan pangan; 2. Bidang distribusi dan akses pangan; 3. Bidang penganekaragaman dan keamanan pangan; 4.Bidang penanganan kerawanan pangan. Adapun capaian Capaian Standar Pelayanan Minimal SPM Bidang Ketahanan Pangan di Kabupaten Rembang Tahun 2012 ditunjukkan oleh tabel sebagai berikut : Tabel 2.54 Matrik Capaian Standar Pelayanan Minimal SPM Bidang Ketahanan Pangan Kabupaten Rembang Tahun 2012 No Jenis Pelayanan Dasar Bidang Indikator Target Realisasi 2012 A. Ketersediaan dan Cadangan Pangan Ketersediaan Energi dan Protein per kapita 70 87 124 Penguatan Cadangan Pangan 30 25 83 B. Distribusi dan Akses Pangan Ketersediaan Informasi Pasokan, Harga dan Akses Pangan di Daerah 60 42 70 Stabilitas Harga dan Pasokan Pangan 75 83 110 C. Penganekaragaman dan Keamanan Pangan Skor Pola Pangan Harapan 80 85,9 107.3 Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan 50 35 70 D. Penanganan Kerawanan Penanganan Daerah Rawan Pangan 30 64 210 Sumber : BKP4K Kab.Rembang Tahun 2012 14 Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Pengarusutamaan gender dalam pembangunan nasional sebagaimana diamanatkan Inpres No. 9 tahun 2000 adalah upaya secara terencana untuk mewujudkan kesetaraan dan keadian gender di Kabupaten Rembang. Indikator yang digunakan untuk mengukur kesetaran gender adalah Indeks Pembangunan Gender IPG dan Indeks Pemberdayaan Gender IDG. Indeks Pembangunan Gender merupakan nilai komposit Indeks Pembangunan Manusia IPM yang terpilah laki-laki dan perempuan meliputi tiga sub indikator yaitu angka harapan hidup, angka melek huruf, angka lama sekolah dan pendapatan. II - 39 RKPD Kab Rembang 2014 Di Kabupaten Rembang masih terdapat kesenjangan gender dalam memperoleh akses, partisipasi dan manfaat pembangunan. Dalam hal kedudukan perempuan dalam jabatan politik pada lembaga legislatif masih rendah yaitu sebanyak 10 orang atau sekitar 22,2, masih dibawah jumlah ketentuan peraturan perundangan yang ada sebesar 30. Dalam proses pembangunan, semua rakyat pada hakeketnya mempunyai hak dan kewajiban yang sama, baik laki-laki maupun perempuan. Selama ini peran kuat perempuan nampak di sektor domestik atau di dalam rumah tangga. Peran perempuan di sektor publik masih perlu ditingkatkan. Tolok ukur yang dipakai untuk mengukur partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan publik adalah dengan menggunakan ukuran pemberdayaan gender diantaranya adalah jumlah perempuan dalam lembaga pemerintahan maupun swasta. Berikut adalah tabel persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah tahun 2010-2012 dan partisipasi perempuan di lembaga swasta tahun 2010-2012. Tabel 2.55 Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah dan swasta Tahun 2010-2012 NO Uraian 2010 2011 2012 1 Jumlah perempuan yang menempati jabatan eselon II 1 1 1 2 Jumlah perempuan yang menempati jabatan eselon III 24 25 24 3 Jumlah perempuan yang menempati jabatan eselon IV 96 103 124 4 Pekerja perempuan di pemerintah 3.893 3.789 3.701 5 Persentase pekerja perempuan di lembaga pemerintah 42,10 42,31 42,94 6 Jumlah perempuan yang bekerja di lembaga swasta 3.581 6.053 6.086 Sumber : BKD dan Dinsosnakertrans Kab. Rembang tahun 2010-2012 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa persentase perempuan yang bekerja di lembaga pemerintahan pada tahun 2010-2012 menunjukkan adanya peningkatan, demikian pula jumlah perempuan yang menempati eselon IV juga meningkat cukup banyak dari tahun 2010 sebanyak 96 orang menjadi 124 orang pada tahun 2012. Adapun yang menempati eselon III dan II cenderung tetap. Jumlah perempuan yang bekerja di lembaga swasta dari tahun 2010 sampai tahun 2012 menunjukkan peningkatan jumlah yang cukup signifikan yaitu dari sejumlah 3.581 orang pada tahun 2010 menjadi 6.086 pada tahun 2012. Tabel 2.56 Jumlah Kasus KDRT Tahun 2010-2012 No Uraian 2010 2011 2012 1 Jumlah KDRT 21 18 15 2 Jumlah Rumah Tangga 165.551 176.294 180.035 3 Rasio KDRT 0,013 0,01 0,008 sumber : BPMPKB tahun 2010-2012 Jumlah kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga KDRT yang terjadi di Kabupaten Rembang pada tahun 2010 sampai tahun 2012 semakin berkurang terlihat dari data tabel diatas dimana pada tahun 2010 terdapat 21 kasus KDRT dan berkurang menjadi 15 kasus pada tahun 2012. Persebaran kasus KDRT di Kabupaten Rembang tahun 2012 pada setiap kecamatan ditunjukkan oleh tabel berikut : II - 40 RKPD Kab Rembang 2014 Tabel 2.57 Jumlah Kasus KDRT Menurut Kecamatan Tahun 2012 No Kecamatan Jumlah KDRT Jumlah RT 1 Kaliori 1 11.188 2 Sumber 2 11.504 3 Bulu 8.109 4 Sulang 1 11.034 5 Rembang 6 22.945 6 Gunem 1 6.718 7 Pamotan 12.803 8 Pancur 1 7.600 9 Sedan 2 14.701 10 Sale 19.738 11 Lasem 11.845 12 Sluke 1 7.946 13 Kragan 17.478 14 Sarang 16.426 Jumlah 15 180.035 Sumber: BPMPKB 2012 Pada tabel diatas tercatat 15 kasus kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi di tahun 2012. Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 14 kecamatan di Kabupaten Rembang kasus KDRT masih terjadi pada 8 kecamatan. Jumlah terbanyak terjadi di Kecamatan Rembang sebanyak 6 kasus, kemudian Kecamatan Sumber dan Sedan masing-masing ada 2 kasus. Sedangkan 5 kecamatan lainnya yaitu Kaliori, Sluke, Pancur, Gunem, dan Sulang masing-masing menyumbangkan 1 angka kasus KDRT. Sedangkan penanganan perempuan dan anak korban kekerasan, mengacu pada Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak No. 01 tahun 2010 ditunjukkan oleh Matrik Capaian Performance Standar Pelayanan Minimal SPM Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan sebagai berikut : Tabel 2.58 Matrik Capaian Standar Pelayanan Minimal SPM Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan Kabupaten Rembang Tahun 2010-2012 Uraian Capaian Performance 2010 2011 2012 a. Penanganan pengaduanlaporan korban kekerasan terhadap perempuan dan anak,dengan indikator SPM, sbb: 1 Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapat penanganan pengaduan oleh petugas terlatih di dalam unit pelayanan terpadu 100 100 100 2 Cakupan ketersediaan petugas di unit pelayanan terpadu yang memilikikemampuan untuk menindaklanjuti pengaduanlaporan masyarakat 50 50 75 b. Pelayanan kesehatan bagi perempuan dan anak korban kekerasan 1 Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapat layanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih di Pukesmas mampu tatalaksana KtPA dan PPTPKT di Rumah Sakit 100 100 100 2 Cakupan Pukesmas mampu tatalaksana kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak KtPA 100 100 100 3 Cakupan RSU VertikalRSUDRS SwastaRS Polri yang melaksanakan pelayanan terpadu bagi perempuan dan anak korban kekerasan 50 50 100 4 Cakupan tenaga kesehatan terlatih tentang tatalaksana kasus korban kekerasan terhadap 100 100 100 II - 41 RKPD Kab Rembang 2014 Uraian Capaian Performance 2010 2011 2012 perempuan dan anak KtPA di Puskesmas 5 Cakupan tenaga kesehatan terlatih tentang tatalaksanan kasus korban kekerasan terhadap perempuan dan anak di Rumah Sakit 100 100 100 c. Rehabilitasi sosial bagi perempuan dan anak korban kekerasan 1 Cakupan layanan rehabilitasi sosial yang diberikan oleh petugas rehabilitasi sosial terlatih bagi perempuan dan anak korban kekerasan di dalam unit pelayanan terpadu 42 58 58 2 Cakupan petugas rehabilitasi sosial yang terlatih 29 29 50 3 Cakupan layanan bimbingan rohani yang di berikan oleh petugas bimbingan rohani terlatih bagi perempuan dan anak korban kekerasan di dalam unit pelayanan terpadu 50 50 65 4 Cakupan petugas bimbingan rohani terlatih dalam melakukan bimbingan rohani 100 100 100 d. Penegakan dan bantuan hukum bagi perempuan dan anak korban kekerasan 1 Cakupan penegakan hukum dari tingkat penyidikan sampai dengan putusan pengadilan atas kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak 57 62 100 2 Cakupan Penyelesaian penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di tingkat kepolisisn 27 41 100 3 Cakupan ketersediaan Unit Pelayanan Perempuan dan Anak UPPA di Polres 100 100 100 4 Cakupan ketersediaan sarana dan prasarana di UPPA 100 100 50 5 Cakupan ketersediaan polisi yang terlatih dalam memberikan layanan yang sensitive gender 60 50 100 6 Cakupan ketersediaan Jaksa yang terlatih dalam penuntutan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak 100 100 100 7 Cakupan ketersediaan hakim yang terlatih dalam menanganai perkara kekerasan terhadap perempuan dan anak 100 100 100 8 Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan layanan bantuan hukum 100 100 30 9 Cakupan ketersediaan petugas pendamping hukum atau advokat yang mempunyai kemampuan pendamping pada seksi danatau korban kekerasan terhadap perempuan dan anak 60 60 30 e. Pelayanan pemulangan dan reintegrasi sosial bagi perempuan dan anak korban kekerasan 1 Cakupan layanan reintegrasi sosial bagi perempuan dan anak korban kekerasan NA NA 60 2 Cakupan ketersediaan petugas terlatih untuk melakukan rintegrasi sosial 43 71 60 Sumber : BPMPKB Kab.Rembang Tahun 2012 15 Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Kebijakan pembangunan bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera diarahkan pada upaya menggerakkan dan mendayakan seluruh masyarakat dalam program KB, menata pengelola program KB, memperkuat SPM operasional program KB, serta meningkatkan pembinaan program KB. Di bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera, Total Fertility Rate TFR pada tahun 2010,2011 dan 2012 tetap sebesar 2,03. Berikut gambaran perkembangan pembangunan di bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera di Kabupaten Rembang tahun 2010 2012: II - 42 RKPD Kab Rembang 2014 Tabel 2.59 Perkembangan Pembangunan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Tahun 2010 2012 Indikator 2010 2011 2012 Total Fertility rate TFR 2,03 2,03 2,03 Prevalensi peserta KB aktif 83,07 83,86 84,06 Keluarga Pra Sejahtera 97.352 96,998 95.017 Keluarga Sejahtera I 12.965 10.929 18.822 Laki-laki ber KB 1,29 1,47 1,30 Persentase Unmetneed 7,81 9,15 7,04 Jumlah peserta KB baru 15.679 18.711 15.984 Jumlah peserta KB Drop Out 13.507 17.674 12.964 Sumber : BPMPKB Kab.Rembang Tahun 2012 16 Perhubungan Kebijakan pembangunan bidang perhubungan di Kabupaten Rembang diarahkan pada upaya meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan jasa perhubungan, komunikasi dan informatika; meningkatkan aksesibilitas pelayanan angkutan umum; meningkatkan pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan jasa perhubungan, komunikasi dan informatika; meningkatkan peranan swasta dalam rangka peningkatan pelayanan jasa perhubungan, komunikasi dan informatika; pengembangan infrastruktur perhubungan, komunikasi dan informatika di kawasan pesisir dan pulau- pulau kecil untuk wewujudkan Sea Front City di Kabupaten Rembang. Di bidang layanan perhubungan, untuk memperlancar kegiatan transportasi pada simpul-simpul jalur transportasi disediakan fasilitas terminal. Berdasarkan jenis angkutannya maka terminal dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :  Terminal angkutan penumpang  Terminal angkutan barang Terminal yang tersedia terdiri dari dua terminal kelas B yaitu Terminal Lasem dan Terminal Rembang, dan tujuh terminal kelas C yang menghubungkan wilayah perkotaan dengan wilayah perdesaan di Kabupaten Rembang, yaitu Rembang, Lasem, Sulang, Gunem, Sarang, Pamotan, dan Sumber. Sampai saat ini pelayanan terminal di Kabupaten Rembang sudah berfungsi sesuai dengan peruntukkannya, meskipun masih memerlukan perbaikan. Selain angkutan umum dan kendaraan pribadi, di Kabupaten Rembang juga banyak dilintasi kendaraan angkutan barang. Angkutan barang ini sangat berkontribusi terhadap kerusakan jalan dan jembatan, serta kemacetan lalu lintas. Selama ini kontrol terhadap angkutan barang masih kurang, masih banyak angkutan barang yang membawa muatan melebihi daya angkut yang ditetapkan, dimana kewenangan dimiliki oleh Provinsi Jawa Tengah. Banyak pula angkutan barang yang berhenti di pangkalan truk ilegal di Desa Manggar, Sumbersari Kragan, Cikalan Lasem, Pancur, dan Wuwur. Selain itu banyak pula yang berhenti di sembarang tempat, sehingga menghambat arus lalu lintas jalan raya. Dengan melihat kondisi tersebut, diperlukan peningkatan pelayanan terhadap angkutan barang dengan melakukan pengontrolan beban muatan angkutan barang, khususunya angkutan barang yang melalui jaringan jalan Kabupaten Rembang kelas II dan kelas III. Selain itu, diperlukan pula pengembangan rest area atau pool truck yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat istirahat pengendara angkutan barang. II - 43 RKPD Kab Rembang 2014 Kondisi perhubungan laut di Kabupaten Rembang dimana Pelabuhan Rembang eksisting merupakan pelabuhan pengumpan yang berada di Desa Tasik Agung Kecamatan Rembang, yang secara keruangan lokasinya berdekatan dengan pelabuhan perikanan pantai pada Kawasan Sentra Perikanan Kabupaten Rembang. Oleh karena itu maka Pelabuhan Tasik Agung saat ini dan kedepan lebih dikembangkan untuk pelabuhan perikanan pantai sebagai bagian dari pengembangan Kawasan Sentra Perikanan Terpadu. Sedangkan Pelabuhan Rembang, mengingat berada pada posisi strategis di antara dua pelabuhan besar yaitu Tanjung Mas Semarang dan Tanjung Perak Jawa Timur, pada tahapan pembangunan jangka menengah dan jangka panjang, dikembangkan melalui pembangunan terminal pelabuhan Tanjung Bendo Sluke sebagai pelabuhan pengumpan yang selanjutnya diproyeksikan menjadi pelabuhan pengumpul dan pelabuhan utama. Pengembangan terminal pelabuhan Sluke di Desa Sendangmulyo Kecamatan Sluke diharapkan menjadi infrastruktur pemicu bagi pertumbuhan ekonomi wilayah dengan membuka pintu gerbang akses transportasi laut guna mengangkut arus barang komoditas dan hasil olahan hinterland Kabupaten Rembang dengan peluang kegiatan antara lain : 1. Mendorong pengembangan industri berbasis bahan galian tambang dan pengolahan produk pertanian. 2. Mengoptimalkan terminal pelabuhan niaga antar pulau dan ekspor impor. 3. Penyediaan fasilitas terminal curah cair dalam rangka pengolahan dan distribusi minyak Blok Cepu dan Blok Randugunting Rembang. 4. Pengembangan pelabuhan terintegrasi dengan pembangunan kawasan industri Kabupaten Rembang. Selanjutnya perkembangan pelayanan bidang perhubungan di Kabupaten Rembang sampai dengan tahun 2012 dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 2.60 Data Bidang Perhubungan Kabupaten Rembang Tahun 2010 2012 No Uraian Tahun 2010 2011 2012 1 Pelanggaran Ijin Trayek 101 98 34 2 Pelanggaran Uji 110 107 71 3 Pelanggaran Kendaraan Bukan Peruntukannya 9 22 1 4 Kendaraan Bermotor Wajib Uji 4.027 4.382 4.998 5 Kendaaan Bermotor Yang Diuji 8.187 8.756 9.232 6 Pelanggaran Jalur Penangkapan Pelayaran 3 - - 7 Pelanggaran Alat Penangkapan Ikan 3 - - 8 Pelanggaran Pencurian Ekosistem Laut Yang Dilindungi 2 - - 9 Pelanggaran Kelengkapan Dokumen Kapal 51 10 105 10 Jumlah Angkutan Darat 546 579 614 11 Jumlah Pelabuhan : - Perikanan - Regional 1 1 1 1 1 1 12 Kecelakaan Di laut - 5 1 13 Sambungan Telepon SST 4.600 5.452 6.053 14 Jumlah Warnet 43 60 72 15 Jumlah Domain Website Pemda 1 1 1 16 Jumlah Paket Lelang LPSE paket - 3 39 17 Nilai Paket Lelang LPSE Rp. - - 103.086.464.000 Total HPS Rp. - - 101.700.592.000 Nilai Lelang Rp. - - 97.538.026.090 Efisiensi Rp. - - 4.162.565.910 Sumber : Dinhubkominfo Kab.Rembang Tahun 2012 II - 44 RKPD Kab Rembang 2014 17 Komunikasi dan Informatika Penyelenggaraan bidang komunikasi dan informatika bertujuan untuk mewujudkan masyarakat sadar informasi dan terjaminnya hak masyarakat terhadap informasi yang luas dan transparan, melalui peningkatan kesadaran terhadap kebutuhan informasi, pelayanan informasi multi media, serta perluasan jaringan sarana dan prasarana informasi seluruh kecamatan. Pencapaian kinerja penyelengaraan bidang komunikasi dan informatika adalah operasi dan pemeliharaan website Pemerintah Kabupaten Rembang yakni rembangkab.go.id sebagai media untuk terjalinnya komunikasi yang harmonis antar pelaku pembangunan, dan dalam mendukung globalisasi informasi di berbagai bidang, serta turut serta mendukung penyelengaraan pameran Rembang Expo. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang No.14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, maka Pemerintah Kabupaten terus berupaya membangun dan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi untuk mengelola informasi publik secara baik dan efisien sehingga dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat. Kewenangan pemerintah daerah dalam penyelenggaran urusan komunikasi dan informatika mencakup bidang pos dan telekomunikasi, sarana komunikasi dan deseminasi informasi. Terkait dengan penyelenggaraan pos dan telekomunikasi, saat ini di Kabupaten Rembang terdapat 10 kantor pos. Dilihat perkembangannya pelayanan pos masih cukup diperhitungkan terutama dalam hal layanan pengiriman surat dan paket pos baik lokal, regional maupun nasional. 18 Pertanahan Bidang pertanahan mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan daerah dan memiliki fungsi ekonomis serta sosial. Karena mengandung fungsi ekonomis dan sosial maka kepemilikan tanah perlu dibuktikan dengan sertifikat kepemilikan tanah dengan status yang jelas. Bukti kepemilikan tanah tersebut antara lain sertifikat tanah dengan status Hak Milik HM, Hak Guna Bangunan HGB, Hak Guna Usaha HGU dan Hak Pakai HP. Saat ini upaya peningkatan kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya status hukum tanah dilakukan melalui kegiatan penyuluhan maupun peningkatan pelayanan administrasi pertanahan di Kabupaten Rembang yang masih perlu terus ditingkatkan. Adapun perkembangan data status tanah bersertifikasi di Kabupaten Rembang dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ditunjukkan oleh tabel sebagai berikut : Tabel 2.61 Data Status Tanah Bersertifikasi di Kabupaten Rembang Tahun 2010 2012 No Uraian Tingkat Perkembangan Tahunan 2010 2011 2012 1. Jumlah Tanah Bersertifikasi Hak Milik HM 119.961 123.320 126.675 Hak Guna Bangunan HGB 5.222 5.455 5.482 Hak Guna Usaha HGU - - Hak Pakai HP 2.841 2.856 2.894 2. Jumlah Tanah belum bersertifikat - 233.197 230.727 Sumber : Kantor Pertanahan Kabupaten Rembang Tahun 2012 II - 45 RKPD Kab Rembang 2014 Pemerintah Kabupaten mempunyai sejumlah kewenangan dalam penyelenggaraan bidang pertanahan, hal ini sesuai dengan amanat Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional Bidang Pertanahan. Dalam pasal 2 ayat 2 kewenangan Pemerintah KabupatenKota dalam bidang pertanahan adalah 1 pemberian ijin lokasi, 2 penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan, 3 penyelesaian sengketa tanah garapan, 4 penyelesaian masalah ganti kerugian dan santunan tanah untuk pembangunan, 5 penetapan subyek dan obyek redistribusi tanah, serta ganti kerugian tanah kelebihan maksimum dan tanah absentee, 6 penetapan dan penyelesaian masalah tanah ulayat, 7 pemanfaatan dan penyelesaian masalah tanah kosong, 8 pemberian ijin membuka tanah dan 9 perencanaan penggunaan tanah wilayah KabupatenKota. 19 Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Kondisi stabilitas keamanan daerah salah satunya ditunjukkan adanya gangguan keamanan baik oleh masyarakat maupun oleh sekelompok orang. Selama ini kondisi stabilitas keamanan cukup baik, meskipun jumlah kasus pelanggaran hukum adanya peningkatan dari tahun 2010 sebanyak 117 perkara pidana dan 27 perkara perdata, pada tahun 2011 sebanyak 157 perkara pidana dan 20 Perkara perdata, sedang pada tahun 2012 sebanyak 170 perkara pidana dan 159 Perkara perdata. Kemudian dalam rangka menciptakan iklim investasi yang kondusif, diupayakan melalui pembangunan di bidang politik, keamanan dan ketentraman lingkungan. Dalam hal Keamanan dan ketertiban lingkungan, kondisi di Kabupaten Rembang relatif stabil dan terkendali. Hal ini ditunjukkan dengan sedikitnya gangguan keamanan baik oleh masyarakat maupun oleh sekelompok orang. Kejadian unjuk rasa di Kabupaten Rembang selama tahun 2010 terjadi 7 kali, pada tahun 2011 sebanyak 7 kali dan pada tahun 2012 sebanyak 9 Kali. Pada tahun 2012 dengan rasio satpol PP dan Linmas yang sama pada tahun sebelumnya, keberhasilan capaian pada upaya pelayanan ketentraman dan ketertiban di Kabupaten Rembang meningkat, hal ini ditunjukkan dengan menurunnya angka kriminalitas secara keseluruhan pada tahun 2012 dari tahun 2011 meskipun masih lebih tinggi apabila dibandingkan pada tahun 2010. Berikut adalah tabel Angka Kriminalitas Kabupaten Rembang tahun 2010-2012. Tabel 2.62 Angka Kriminalitas Kabupaten Rembang tahun 2010-2012 No Jenis Kriminal 2010 2011 2012 1. Jumlah kasus Narkoba - 5 2 2. Jumlah kasus Pembunuhan - - 1 3. Jumlah Kejahatan Seksual 8 14 9 4. Jumlah kasus Penganiayaan 37 45 44 5. Jumlah kasus Pencurian 99 99 79 6. Jumlah kasus Penipuan 21 31 45 7. Jumlah kasus Pemalsuan uang 3 - - 8. Jumlah Tindak Kriminal Selama 1 Tahun 297 357 341 9. Jumlah Penduduk 593.360 597.262 600.277 10. Angka Kriminalitas 89 0,0501 0,0598 0,0568 Sumber : Polres tahun 2010-2012 Kondisi keamanan di Kabupaten Rembang dapat dilihat dari perkembangan angka kriminalitas pada tahun 2010-2012 seperti tersaji pada tabel diatas. Dari data diketahui bahwa terjadi kenaikan tindak kriminalitas 60 kasus dimana pada tahun 2010 sebanyak 297 menjadi II - 46 RKPD Kab Rembang 2014 357 pada tahun 2011 dan berkurang sebanyak 16 kasus menjadi 341 pada tahun 2012. Angka kriminalitas yang mengalami peningkatan adalah kasus penipuan yang dari tahun 2010 sebanyak 21 kasus menjadi 45 kasus pada tahun 2012, selain itu adanya kasus pembunuhan pada tahun 2012 juga menjadi perhatian bagi keamanan di Kabupaten Rembang. Penyelenggaraan ketertiban dan ketenteraman masyarakat dibentuk Satuan Polisi Pamong Praja. Satpol PP mempunyai tugas menegakkan Perda dan menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat serta perlindungan masyarakat. Untuk mengoptimalkan kinerja Satpol PP perlu dibangun kelembagaan Satpol PP yang mampu mendukung terwujudnya kondisi daerah yang tenteram, tertib, dan teratur. Penataan kelembagaan Satpol PP tidak hanya mempertimbangkan kriteria kepadatan jumlah penduduk di suatu daerah, tetapi juga beban tugas dan tanggung jawab yang diemban, budaya, sosiologi, serta risiko keselamatan polisi pamong praja. Tabel 2.63 Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja Tahun 2010-2012 No Uraian 2010 2011 2012 1. Jumlah polisi pamong praja 108 103 98 2. Jumlah penduduk 593.360 597.262 600.277 3. Rasio jumlah polisi pamong praja per satuan jumlah penduduk 0,00018 0,00017 0,00016 Sumber : SATPOL PP, 2010-2012 Berdasarkan data diatas diketahui bahwa jumlah polisi pamong praja pada tahun 2010 hingga 2012 mengalami pengurangan. Pada tahun 2010 ada 108 orang polisi PP tetapi pada tahun 2012 berkurang menjadi 98 orang. Hal ini terjadi kerena adanya polisi PP yang telah memasuki masa pensiun dan belum ada pergantian personil. Meskipun demikian apabila dilihat rasio jumlah polisi pamong praja per satuan jumlah penduduk penurunan jumlah personil polisi PP tidak terlalu signifikan dimana pada tahun 2010 menunjukkan angka 0,00018 kemudian pada tahun 2011 menurun menjadi 0,00017 dan pada tahun 2012 menjadi 0,00016. Perlindungan masyarakat memiliki peran dan fungsi yang sangat srategis dalam membantu aparat pemerintah dan aparat keamanan guna terwujudnya ketertiban umum, ketentraman masyarakat serta penanggulangan bencana. Hal ini tidak lepas dari kemampuan dan kinerja kelembagaan linmas yang positif dalam pengerahan potensi masyarakat dan tugas linmas di kampung dan kelurahan merupakan unsur terdepan yang melaksanakan tugas sesuai fungsi, untuk itu satuan linmas perlu di bentuk di setiap kampung dengan anggota 10 orang atau dapat di sesuaikan dengan kondisi daerah. Tabel 2.64 Rasio Jumlah Linmas Per 10.000 Penduduk Tahun 2010-2012 No Uraian 2010 2011 2012 1. Jumlah Linmas 7.812 6.040 6.033 2. Jumlah Penduduk 593.360 597.262 600.277 3. Rasio jumlah Linmas Per 10.000 Penduduk 131,66 101,33 100,50 Sumber : Kesbangpolinmas Kab. Rembang 2010-2012 Data tabel diatas menunjukkan adanya pengurangan jumlah linmas selama tiga tahun terakhir. Pada tahun 2010 terdapat 7.812 personil kemudian berkurang menjadi 6.040 orang pada tahun 2011 dan menjadi 6.033 pada tahun 2012. Demikian pula rasio jumlah linmas per satuan II - 47 RKPD Kab Rembang 2014 penduduk juga mengalami penurunan selaras dengan berkurangnya jumlah personil linmas. Menjaga keamanan lingkungan merupakan tanggung jawab bersama sebagai warga negara yang baik. Salah satu bagian terpenting dalam pemeliharan keamanan lingkungan adalah peran serta masyarakat. Dalam hal ini bentuk partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan diwujudkan dalam bentuk Sistem Keamanan Lingkungan. Siskamling dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan moral dan disiplin warga. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat lepas dari interaksinya dengan manusia lain. Dalam interaksinya dengan manusia lain, maka tercipta suatu masyarakat dan suatu peradapan serta kebudayaan manusia yang didalamnya terdapat nilai-nilai yang mendasari dan menuntun tindakan-tindakan dalam hidup bermasyarakat Tabel 2.65 Rasio Jumlah Pos Siskamling Per Kecamatan Tahun 2010-2012 No Kecamatan 2010 2011 2012 Jmlh Siskam pling Jmlh Desa Rasio Jmlh Siskam pling Jmlh Desa Rasio Jmlh Siskam pling Jmlh Desa Rasio 1 2 3 4 5=34 6 7 8=67 9 10 11=910 1 Rembang 267 34 7,9 267 34 7,9 267 34 7,9 2 Kaliori 132 23 5,7 132 23 5,7 132 23 5,7 3 Sumber 126 18 7,0 126 18 7,0 142 18 7,9 4 Sulang 79 21 3,8 79 21 3,8 79 21 3,8 5 Bulu 84 16 5,3 84 16 5,3 84 16 5,3 6 Lasem 122 20 6,1 122 20 6,1 140 20 7,0 7 Pancur 91 23 4,0 91 23 4,0 91 23 4,0 8 Pamotan 125 23 5,4 125 23 5,4 95 23 4,1 9 Gunem 150 16 9,4 150 16 9,4 148 16 9,3 10 Sale 82 15 5,5 82 15 5,5 99 15 6,6 11 Sedan 98 21 4,7 98 21 4,7 96 21 4,6 12 Sluke 118 14 8,4 118 14 8,4 118 14 8,4 13 Kragan 76 27 2,8 76 27 2,8 73 27 2,7 14 Sarang 117 23 5,1 117 23 5,1 117 23 5,1 Jumlah 1.667 294 80,9 1.667 294 80,9 1.681 294 82,2 Sumber : Kesbangpolinmas Kab. Rembang 2010-2012 Data tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah siskamping hanya sedikit mengalami penambahan dari tahun 2010 sampai tahun 2012. Dari 294 desa terdapat 1.667 buah siskamling pada tahun 2010 dan 2011 kemudian bertambah menjadi 1.681 pada tahun 2012. Dilihat dari rasio jumlah siskamling dengan jumlah desa maka rasio terbesar ada di Kecamatan Gunem sebesar 9,3, kemudian disusul Kecamatan Sluke 8,4, Kecamatan Sumber dan Kecamatan Rembang masing-masing 7,9. 20 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian 1 Otonomi Daerah Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagaimana diamanatkan Undang Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah Kabupaten Rembang harus melaksanakan urusan yang telah dilimpahkan kepada kabupaten yaitu sebanyak 26 urusan wajib dan 8 urusan pilihan. Pelimpahan urusan tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah KabupatenKota. Penyelenggaraan urusan tersebut setiap tahun dilaporkan kepada pemerintah provinsi dan pusat serta masyarakat dalam bentuk Laporan II - 48 RKPD Kab Rembang 2014 Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah LPPD, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban LKPJ dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah ILPPD seperti yang disebut dalam PP Nomor 3 tahun 2007 tentang Pedoman Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada DPRD dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat. Penyelenggaraan urusan kewenangan tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan pembiayaan, sumberdaya manusia, kelembagaan daerah dan potensi lain yang dimiliki daerah. Penyelenggaraan pemerintahan daerah menyangkut segenap urusan kewenangan pemerintah, urusan dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Dalam rangka mewujudkan sistem pemerintahan yang baik telah disusun Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati. Pada tahun 2012 telah tersusun Peraturan Daerah sebanyak 7 tujuh buah, Peraturan Bupati sebanyak 52 lima puluh dua buah. Pembaruan Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam rangka tertib hukum dan perundangan di daerah. Agar dalam penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan dan penyelenggaraan pelayanan publik dapat dipertanggungjawabkan dan lebih terjamin. Dengan kelengkapan perangkat hukum di daerah baik Perda dan Perbub maka masyarakat lebih terlindungi dalam mendapatkan pelayanan publik. Upaya penegakkan peraturan perundangan di masa mendatang menjadi prasyarat penting bagi penegakkan hukum dan perlindungan terhadap hak asasi manusia HAM di daerah. Tujuan pelaksanaan otonomi daerah adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat dan demokratisasi di daerah yang dicapai melalui penerapan prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik. Untuk mencapai tujuan otonomi daerah dibutuhkan kelembagaan pemerintahan daerah yang mantap dan berprinsip pada good and clean government, aparatur pemerintah daerah yang profesional, penetapan standar kinerja pemerintahan daerah, baik dengan penerapan Standar Pelayanan Minimal SPM bagi urusan kewenangan wajib dan standar kinerja bagi urusan pilihan. PP No. 65 tahun 2005 menyatakan bahwa pemerintah pusat akan menetapkan pedoman penyusunan standar pelayanan minimal dan pemerintah daerah provinsi serta kabupatenkota akan melaksanakannya sebagai perwujudan dari kepemerintahan yang baik. Sampai dengan tahun 2012 standar pelayanan minimal yang telah dirumuskan oleh pemerintah pusat sebanyak lima belas SPM, Sedangkan di Kabupaten Rembang telah disusun sembilan Peraturan Bupati tentang Standar Pelayanan Minimal SPM. Dalam peningkatan pelayanan publik maka masyarakat dapat berpartisipasi dalam penilaian kinerja penyelenggaraan urusan melalui monitoring capaian SPM dan dengan pengukuran Indek Kepuasan Masyarakat IKM dalam pelayanan yang diterima masyarakat secara langsung. Tingkat kepuasan layanan masyarakat atas pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Rembang IKM pada tahun 2012 cukup baik. II - 49 RKPD Kab Rembang 2014 2 Pemerintahan Umum Penyelenggaraan pemerintahan umum mengacu pada reformasi birokrasi dan penyelenggaraan kepemerintahan yang baik, ketentuan sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang No 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Penyelenggaraan pelayanan publik yang akuntabel, transparan dan partisipatif bertumpu pada prinsip prinsip penyelenggaraan kepemerintahan yang baik. Peningkatan pelayanan publik yang lebih berkualitas dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Rembang dengan membentuk pelayanan perijinan terpadu dalam bentuk Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu One Stop ServicesOSS telah melayani lebih kurang 16 perijinan. Selain itu, upaya peningkatan pelayanan bidang-bidang lainnya semakin ditingkatkan, antara lain pelayanan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil, pelayanan air bersih, pelayanan persampahan dan lain sebagainya. Beberapa kendala dalam optimalisasi pelayanan publik adalah terbatasnya prasarana dan sarana, kesiapan aparatur pemerintah daerah, peningkatan pelayanan publik secara digital e-governance dan kesenjangan antar perdesaan dengan perkotaan. Keterbatasan ini menyebabkan pelayanan publik memerlukan waktu yang lebih lama, sehingga kecepatan dan ketepatan pelayanan belum dapat dilaksanakan secara optimal. 3 Keuangan Daerah Kondisi keuangan daerah dari tahun 2010 2012 menunjukkan pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan PAD dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.66 Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah PAD Kabupaten Rembang Tahun 2010 2012 No Tahun PAD Pertumbuhan 1 2010 78.227.428.000 34,2 2 2011 83.354.852.000 6,6 3 2012 95.041.791.800 14,0 Sumber : DPPKAD Kab. Rembang Tahun 2012 Berdasarkan tabel di atas, diketahui PAD Kabupaten Rembang meningkat cukup baik dari tahun 2010-2012. Namun demikian kualitas PAD tersebut sebenarnya terletak pada proporsi PAD terhadap APBD tahun yang bersangkutan. Proporsi PAD terhadap APBD tahun 2010 2012, terlihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 2.67 Proporsi Pendapatan Asli Daerah PAD terhadap APBD Kabupaten Rembang 2010 2012 No Tahun PAD APBD Proporsi terhadap APBD 1 2010 78.227.428.000 696.509.030.000 11,23 2 2011 83.297.698.000 876.405.451.000 9,50 3 2012 95.041.791.800 1.017.768.984.800 9,34 Sumber : DPPKAD Kab. Rembang Tahun 2012 Dilihat dari besarnya proporsi, ternyata pertumbuhan PAD yang relatif besar belum cukup berarti apabila dibandingkan dengan besarnya APBD Kabupaten Rembang. Kemampuan membiayai daerah atau kapasitas daerah dalam membiayai pembangunan hanya berkisar sebesar 9 11 saja, dalam tiga tahun terakhir. II - 50 RKPD Kab Rembang 2014 4 Aparatur Daerah Aparatur daerah merupakan perangkat daerah yang menjadi pelaksana semua urusan penyelenggaraan pemerintahan. Melalui aparatur daerah semua urusan yang diserahkan kepada pemerintah daerah dilaksanakan untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat. Kondisi saat ini penyelenggaraan urusan di Kabupaten Rembang dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD sebanyak 29 unit. Untuk dapat meningkatkan pelayanan umum dan efektivitas pemerintahan secara administratif dibagi menjadi 14 kecamatan, 287 desa dan 7 kelurahan. Peningkatan aparatur pemerintah desakelurahan di masa mendatang perlu semakin ditingkatkan, terutama dalam pelayanan umum, kamtibmas dan pembangunan desakelurahan. Peningkatan kinerja aparatur semakin mendapatkan perhatian sejalan dengan program reformasi birokrasi dan profesionalisme PNS di daerah. Berdasarkan PP No. 53 tahun 2010 tentang Displin Pegawai Negeri Sipil PNS yang baru, diharapkan disiplin PNS di masa mendatang semakin meningkat. 5 Kepegawaian Sumberdaya manusia dalam penyelenggaraan pemerintahan adalah pegawai negeri sipil PNS. Kondisi saat ini jumlah PNS di Kabupaten Rembang pada tahun 2012 berjumlah 8.587 orang. Tabel 2.68 Jumlah PNS Dirinci Menurut Strata Pendidikan PNS Per Golongan Pemerintah Kabupaten Rembang tahun 2012 No Golongan Strata Pendidikan JUMLAH SD SLTP SLTA Diploma S1 S2 S3 1 Golongan I 164 201 365 2 Golongan II 72 224 1096 793 8 2.193 3 Golongan III 1 634 396 1.853 52 2.936 4 Golongan IV 122 1.300 1.614 57 3.093 JUMLAH 236 426 1.852 2.489 3.475 109 8.587 Sumber: BKD Kabupaten Rembang Tahun 2012 Berdasarkan kepangkatan dan golongan kepegawaian PNS di Kabupaten Rembang tahun 2012 sumber daya aparatur pemerintah daerah termasuk baik sekali, karena sebagian besar termasuk dalam Golongan III dan Golongan IV dari jumlah aparatur yang ada, kualitas PNS terlihat dari tingkat pendidikan yang ditamatkan. Tabel berikut menggambarkan tingkat pendidikan PNS berdasarkan strata pendidikan jabata eselon pada pemerintah Kabupaten Rembang tahun 2012: Tabel 2.69 Strata Pendidikan Jabatan Eselon Pada Pemerintah Kabupaten Rembang tahun 2012 No Eselon Strata Pendidikan Jumlah SLTA D1 D2 D3 D4 S1 S2 S3 1 Eselon I 2 Eselon II.a - - - - - - 1 - 1 3 Eselon II.b - - - - - 15 10 - 25 4 Eselon III.a - - - - 1 40 13 - 54 5 Eselon III.b - - - 6 1 63 15 - 85 6 Eselon IV.a 49 - - 20 13 241 43 - 366 7 Eselon IV.b 47 1 - 4 1 34 - - 87 8 Eselon V.a 25 1 1 1 - 10 - - 38 Jumlah 121 2 1 31 16 403 82 - 656 Sumber: BKD Kabupaten Rembang Tahun 2012 II - 51 RKPD Kab Rembang 2014 Dalam upaya peningkatan profesionalisme aparatur pemerintah daerah, maka dilaksanakan Diklat bagi PNS, baik melalui Diklat Pra Jabatan PNS Golongan I dan II serta untuk Golongan III, Diklatpim dan Diklat Teknis Fungsional sebagai upaya meningkatkan kapasitas dalam pelayanan kepada masyarakat. Pada tahun 2012 diklat teknis fungsional sebanyak 51 orang,sedang untuk diklat struktural bagi PNSD sebanyak 43 orang. 6 Persandian Urusan persandian merupakan salah satu kewenangan untuk melakukan komunikasi secara vertikal yaitu dengan pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupatenkota. Kabupaten Rembang sudah memiliki pelayanan persandian yang merupakan bagian dari Bagian Umum Setda. Bagian persandian ini belum optimal dalam mengelola persandian karena belum sepenuhnya dipahami dan diterapkan sehingga persandian masih sebatas sarana komunikasi antar pemerintah, baik secara vertikal dan antar SKPD di Kabupaten Rembang. 21 Statistik Data statistik yang wajib disediakan untuk mendukung perencanaan pembangunan daerah menurut pasal 152 ayat 1 dan 2 UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, antara lain : 1 data penyelenggaraan pemerintahan daerah; 2 organisasi dan tata laksana pemerintahan daerah; 3 kepala daerah, DPRD, perangkat daerah dan PNS daerah; 4 keuangan daerah; 5 potensi sumberdaya daerah; 6 produk hukum daerah; 7 kependudukan; 8 informasi dasar kewilayahan; dan 9 informasi lain terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Penyediaan datainformasi yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan merupakan salah satu indikator keberhasilan penyelenggaraan pemerintah daerah dan menentukan kualitas kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah. Kelengkapan data statistik dapat memberikan gambaran yang lebih mendalam tentang permasalahan dan tantangan pembangunan daerah. Statistik diselenggarakan untuk mendukung pembangunan daerah, mengembangkan sistem statistik nasional yang handal, efektif dan efisien, meningkatkan kesadaran masyarakat akan arti dan kegunaan statistik, mendukung pengembangan ilmu pengetahuan sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 16 tahun 1997 tentang Statistik. Kemudahan dalam memperoleh datainformasi tersebut sesuai dengan Undang-Undang No. 16 Tahun 1997 tentang Statistik, yaitu bahwa segenap stakeholder pembangunan, baik SKPD, kalangan dunia usaha maupun masyarakat dapat mengakses dan memanfaatkan data untuk berbagai kepentingan. Badan Pusat Statistik BPS Kabupaten Rembang sebagai instansi vertikal dalam kurun waktu lima tahun terakhir secara rutin melaksanakan tugas sensus dan survei, antara lain Sensus Penduduk, Sensus Pertanian, Sensus Ekonomi, Survei Sosial Ekonomi Nasional SUSENAS, Survei Potensi Desa PODES, dan kegiatan penyediaan data statistik dasar lainnya. BPS Kabupaten Rembang bersinergi dan berkoordinasi dengan SKPD terkait telah menyusun publikasi setiap tahun yaitu Kabupaten Rembang Dalam Angka, Produk Domestik Regional Bruto PDRB, Survei Angkatan Kerja Daerah Sakerda, Indikator Sosial Ekonomi, Sakerda, Statistik Gender dan Indeks Harga Konsumen serta Inflasi dan penyediaan data statistik lainnya untuk memenuhi kebutuhan perencanaan pembangunan daerah II - 52 RKPD Kab Rembang 2014 dan nasional. Proses penyusunan tersebut melibatkan dinas atau instansi terkait, yang dilakukan melalui rapat koordinasi secara terpadu dan terprogram, sehingga diharapkan penyusunan buku-buku statistik tersebut dapat memberikan data yang benar-benar akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. 22 Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Pemberdayaan masyarakat dan desa merupakan upaya yang strategis dalam mewujudkan keberhasilan pelaksanaan pembangunan, dengan pemberdayaan masyarakat dan desa dapat mewujudkan kemandirian masyarakat desa dalam menggali potensi untuk memecahkan masalah- masalah yang dihadapi. Dalam upaya pemberdayaan masyarakat dan desa, telah ditempuh beberapa program, diantaranya melalui program- program PNPM baik perdesaan maupun perkotaan serta PNPM Kelautan dan Perikanan juga PNPM Pariwisata. Disamping itu juga dilakukan proses pembinaan melalui PKK, program PLAN dan sebagainya. Adapun perkembangan kelembagaan terkait dengan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat dan desa seperti tersaji pada tabel berikut : Tabel 2.70 Lembaga Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Rembang Tahun 2010-2012 Indikator 2010 2011 2012 Jumlah BUMDes 55 55 55 Jumlah Kelompok Lembaga Ekonomi Masyarakat 176 176 190 Jumlah Posyantek 3 3 3 Sumber : BPMPKB Kab. Rembang 2012 Lembaga Pemberdayaan Masyarakat LPM merupakan salah satu lembaga kemasyarakatan sebagai mitra kerja pemerintah desa untuk mengelola, merencanakan dan melaksanakan pembangunan dengan menggali swadaya gotong royong masyarakat desa. Pembangunan desa merupakan upaya pembangunan yang dilaksanakan di desa dengan ciri utama adanya partisipasi aktif masyarakat dan kegiatannya meliputi seluruh aspek kehidupan baik fisik material maupun mental spiritual. Berikut ini merupakan data yang menunjukkan jumlah kelompok binaan LPM tahun 2010-2012 pada masing-masing kecamatan. Tabel 2.71 Kelompok Binaan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat LPM Tahun 2010-2012 No Kecamatan 2010 2011 2012 Jml LPM Jml klp Binaan Rata- rata Jml LPM Jml LPM Jml klp Binaan Rata- rata Jml LPM Jml LPM Jml klp Binaan Rata- rata Jml LPM 1 2 3 4 5=43 6 7 8=76 9 10 11=10 9 1. Kecamatan Gunem 1 191 191 1 191 191 1 174 174 2. Kecamatan Kaliori 1 209 209 1 306 306 1 323 323 3. Kecamatan Sumber 1 226 226 1 229 229 1 255 255 4. Kecamatan Sedan 1 214 214 1 262 262 1 291 291 5. Kecamatan Pancur 1 202 202 1 198 198 1 205 205 6. Kecamatan Kragan 1 98 98 1 262 262 1 342 342 II - 53 RKPD Kab Rembang 2014 No Kecamatan 2010 2011 2012 Jml LPM Jml klp Binaan Rata- rata Jml LPM Jml LPM Jml klp Binaan Rata- rata Jml LPM Jml LPM Jml klp Binaan Rata- rata Jml LPM 7. Kecamatan Sarang 1 254 254 1 247 247 1 244 244 8. Kecamatan Bulu 1 116 116 1 141 141 1 209 209 9. Kecamatan Sluke 1 284 284 1 436 436 1 593 593 10. Kecamatan Sale 1 140 140 1 155 155 1 185 185 11. Kecamatan Pamotan 1 252 252 1 257 257 1 247 247 12. Kecamatan Sulang 1 120 120 1 120 120 1 201 201 13. Kecamatan Lasem 1 100 100 1 102 102 1 120 120 Jumlah Se kecamatan 13 2.406 2.406 13 2.906 2.906 13 3.389 3.389 Sumber : BPMPKB 2010-2012 Berdasarkan data tabel diatas diketahui bahwa jumlah kelompok binaan LPM dari tahun 2010 sampai tahun 2012 mengalami peningkatan hampir 30. Pada tahun 2010 ada 2.406 kelompok binaan LPM, kemudian meningkat menjadi 2.906 pada tahun 2011 dan mengalami peningkatan menjadi 3.389 pada tahun 2012. Data diatas juga menunjukkan peningkatan jumlah kelompok binaan LPM hampir terjadi pada semua kecamatan. Hanya ada 3 tiga kecamatan yang jumlah kelompok binaan LPM ini mengalami penurunan yaitu Kecamatan Gunem, Sarang dan Pamotan. 23 Sosial Di bidang sosial, jumlah penyandang masalah sosial berdasarkan jenis PMKS Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial yang ada di Kabupaten Rembang pada tahun 2010-2012 ditunjukkan oleh tabel berikut : Tabel 2.72 Jenis PMKS Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Kabupaten Rembang Tahun 2010- 2012 No Uraian 2010 2011 2012 1 Anak Balita Terlantar 2836 1477 1486 2 Anak Terlantar 7890 2602 2855 3 Anak Nakal 584 53 179 4 Anak dengan masalah hukum 11 27 5 Anak Jalanan 416 262 51 6 Wanita Rawan Sosial Ekonomi WRSE 5920 3594 4050 7 Anak Korban tindak Kekerasan 1095 250 14 8 Lanjut Usia Terlantar 7420 4188 5554 9 Penyandang Cacat Anak 1261 788 941 10 Penyandang Cacat Dewasa 3625 2337 2558 11 Pengemis 135 63 57 12 Gelandangan 7 11 8 13 Korban Bencana 232 158 13 14 Penyandang HIVAids 2 Sumber: Dinsosnakertrans Kab. Rembang Tahun 2012 Dari tabel diatas diketahui bahwa masih banyak permasalah anak yang perlu mendapat perhatian. Hal ini bisa dilihat dari jumlah anak balita terlantar, anak nakal dan anak yang bermasalah dengan hukum. Oleh II - 54 RKPD Kab Rembang 2014 karena itu kebijakan menuju Kabupaten Layak Anak dalam implemntasinya harus selalu dioptimalkan dengan melibatkan seluruh sumberdaya terutama keluarga, masyarakat, pemerintah dan dunia usaha. Guna mendukung terselenggaranya penanganan masalah kesejahteraan sosial dan PMKS, maka diperlukan peran aktif segenap partisipasi sosial masyarakat yang tercakup dalam Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial PSKS. PSKS tersebut meliputi Pekerja Sosial Masyarakat PSM, Karang Taruna KT, Organisasi Sosial ORSOS, Wanita Pemimpin Kesejahteraan Sosial WPKS, Dunia Usaha serta Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat WKSBM. Sesuai Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia No 129Huk2008 telah ditetapkan SPM 2008 -2015 yang mengatur masalah PMKS yang menerima bantuan, pemberdayaan sosial melalui Kelompok Usaha Bersama KUBE, panti sosial yang menyediakan sarana dan prasana, bantuan sosial bagi korban bencana, penanganan korban bencana, penyandang cacat fisik dan mental, serta lanjut usia tidak potensial yang menerima bantuan. 24 Kebudayaan Kesenian yang ada di Kabupaten Rembang antara lain kethoprak, Wayang kulit, Sholawatan, Campursari, Thong-thong Lek, Pathol, Dangdut Campursari, Karawitan, Tayub, Emprak, Orek-orek, Barongan, Reyog, Rodhat, Keroncong, Hadroh, Sanggar Tari, Sanggar LukisSeni Rupa, Rebana Modern dan solo organ. Kesenian tersebut merupakan aset budaya dan kekayaan Kabupaten Rembang. Banyaknya kesenian yang ada di Kabupaten Rembang memang merupakan potensi, namun demikian pembinaan kelompok-kelompok kesenian tersebut belum optimal. Kelompok kesenian tersebut berkembang secara alamiah di tengah masyarakat tanpa pembinaan secara intensif oleh Pemerintah Kabupaten Rembang. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.73 Data Jenis Kesenian Tradisional di Kabupaten Rembang Tahun 2012 No Jumlah Kelompok Kesenian Tradisional Jumlah 1. Kethoprak 42 2. Wayang Kulit 41 3. Dangdut Campursari 54 4. Karawitan 67 5. Tayub 5 6. Emprak 2 7. Pathol 1 8. Barongan 12 9. Reyog 1 10. Keroncong 4 11. Sanggar Tari 15 12. Rebana Modern 8 13. Thong Thong Lek 23 Sumber : Dinbudparpora Tahun 2012 Kabupaten Rembang juga memiliki banyak kegiatan budaya. Beberapa kegiatan budaya yang setiap tahun diselenggarakan di Kabupaten Rembang dapat dilihat pada tabel berikut: II - 55 RKPD Kab Rembang 2014 Tabel 2.74 Kegiatan TradisiKeagamaanBudaya di Kabupaten Rembang Tahun 2012 No Kegiatan Tradisi Keagamaan Budaya Keterangan 1 Sedekah Bumi 14 event 2 Sedekah Desa 14 event 3 Sedekah Laut Larungan setiap 7 Syawal 6 event 4 Hari Kartini setiap 21 April 14 event 5 Hari Jadi Kabupaten Rembang setiap 27 Juli 14 event 6 Malam Syuro setiap malam 1 Syuro 14 event 7 SyawalanKupatanLomban 1 - 10 Syawal 14 event 8 Penjamasan Bende Becak 10 Dzulhijah Idul Adha 1 event 9 Haul Sunan Bonang bulan SeloDulkangidah hari Rabu Pahing kalau tidak ada pada hari Jumat Legi 1 event 10 Haul Sultan MinangkabauMahmud malam Jum at Wage 1 event 11 Haul KH.Abdullah Chafidz 27 Rabiul Awal 1 event 12 Haul KH.Syayid Hamzah A.Syato 23 Syuro 1 event 13 Haul KH. Bisri Mustofa. 5 Rabiul Awal 1 event 14 Haul KH. Ma shum Ahmad 6 Rabiul Awal 1 event 15 Haul KH. Baidlawi 15 Syawal 1 event 16 Festival Thong Thong Lek Menjelang Idul Fitri 1event Sumber : Dinbudparpora Tahun 2012 Tabel 2.75 Data Bidang Kebudayaan Tahun 2010 -2012 No Jenis Data 2010 2011 2012 1 Jumlah penyelenggaraan festival seni dan budaya 3 kali 3 kali 3 kali 2 Jumlah sarana penyelenggaraan festival seni dan budaya 2 buah 2 buah 2 buah 3 Jumlah benda, situs dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan 28 buah 43 buah 47 buah 4 Jumlah benda, situs dan kawasan cagar budaya yang dimiliki daerah 28 buah 43 buah 47 buah Sumber : Dinbudparpora Tahun 2012 25 Perpustakaan dan Kearsipan Kebijakan pembangunan perpustakaan di Kabupaten Rembang diarahkan pada upaya meningkatkan minat baca masyarakat melalui peningkatan pembinaan dan peningkatan kapasitas perpustakaan sekolah dan masyarakat, serta peningkatan kualitas dan kuantitas layanan perpustakaan sekolah dan masyarakat. Perkembangan pengelolaan dan capaian bidang perpustakaan dan kearsipan daerah Kabupaten Rembang tahun 2010 -2012 dapat dilihat pada tabel berikut : II - 56 RKPD Kab Rembang 2014 Tabel 2.76 Jumlah Koleksi Buku, Kunjungan di Perpustakaan Daerah, Data Kerasipan Tahun 2010-2012 No Uraian 2010 2011 2012 1. Jumlah koleksi judul buku yang tersedia di perpustakaan daerah 11.837 11.933 12.330 2. Jumlah koleksi jumlah buku yang tersedia di perpustakaan daerah 24.190 24.382 25.260 3. Jumlah kunjungan ke perpustakaan selama 1 tahun 16.523 16.084 15.330 4. Jumlah orang dalam populasi yang harus dilayani 567.606 569.384 571.184 5. Jumlah koleksi digital Keping CD 282 282 282 6. Pelestarian dokumen arsip berkas 94.500 102.451 120.000 7. Arsip yang terdokumentasikan berkas 80.000 96.000 105.000 8. Jumlah Arsip Non Tekstual Arsip kaset tipe 75 buah 75 buah 75 buah Arsip kaset video 34 buah 34 buah 34 buah Arsip foto 6.633 buah 6.633 buah 6.633 buah Sumber : Kantor Pustasip Tahun 2012

b. Urusan Pilihan 1 Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Rembang terletak diwilayah pesisir pantai utara Jawa Tengah dengan panjang pantai mencapai ± 63 km. Dengan pantai yang terbentang dari Kecamatan Kaliori sd Kecamatan Sarang menjadikan Kabupaten Rembang memiliki potensi perikanan tangkap dan budidaya yang luarbiasa besarnya. Sebagian potensi perikanan dan kelautan tersebut antara lain ikan layang, ikan tambang, ikan kembung, ikan selar, ikan tongkol, cumi-cumi, ikan kurisi, ikan teri, ikan manyung, ikan layur, ikan kakap, dan rajungan. Jumlah produksi perikanan laut dalam kurun waktu 2010-2012 menunjukkan perkembangan tren positif dimana total produksi komoditas perikanan pada tahun 2010 sebanyak 34.617,671 ton dengan nilai Rp189.288.287.070,- kemudian meningkat 46,5 menjadi 50.264,166 ton atau senilai Rp. 277.318.359.250,- pada tahun 2011 dan pada tahun 2012 meningkat lagi menjadi 58.621,302 ton dengan nilai Rp.336.198.863.000,-. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Rembang di sektor perikanan kelautan diarahkan agar mampu memainkan peranan utama dalam perbaikan perekonomian daerah, dalam arti dapat memposisikan sebagai penggerak pembangunan ekonomi daerah dan membudayakan masyarakat pembudidaya ikannelayan agar mampu mandiri dalam melaksanakan usahanya yang meliputi: a Pemberdayaan Masyarakat dan Aparatur Kelautan dan Perikanan, b Pengembangan Teknologi Budidaya Perikanan, Teknologi Penangkapan Ikan dan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan, c Peningkatan Pengawasan dan Pengendalian terhadap Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan, d Peningkatan dan Pengembangan.Sarana dan Prasarana Kelautan dan Perikanan.Adapun perkembangan jumlah produksi perikanan laut di Kabupaten Rembang selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut : II - 57 RKPD Kab Rembang 2014 Tabel 2.77 Jumlah Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Laut Kabupaten Rembang Tahun 2010 - 2012 No Tahun Produksi Perikanan Tangkap Ton Nilai Perikanan Tangkap Rupiah 1 2010 34.617,671 189.288.287.070 2 2011 50.264,166 277.318.359.250 3 2012 58.621,302 336.198.863.000 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Rembang Tahun 2012 Di Kabupaten Rembang sampai dengan tahun 2012 terdapat Pelabuhan Perikanan Pantai PPP sebanyak 1 unit berlokasi di Kelurahan Tasik Agung, dan Tempat Pelelangan Ikan TPI sebanyak 10 unit, tersebar di sepanjang pantai Rembang sejak Kecamatan Kaliori sampai Kecamatan Sarang. Potensi perikanan darat di Kabupaten Rembang juga cukup besar, dengan jenis komoditas perikanan yang dibudidayakan antara lain Udang Windu, Udang Vanamei dan ikan Bandeng. Jumlah produksi perikanan darat menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Perkembangan jumlah dan nilai produksi perikanan darat selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.78 Jumlah dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Air Payau Di Kabupaten Rembang Tahun 2010-2012 No Tahun Total Produksi Ton Nilai Rupiah 1 2010 1.028,820 17.093.031.000 2 2011 1.561,464 25.241.091.000 3 2012 1.571,237 27.977.844.000 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Rembang Tahun 2012 Kabupaten Rembang juga memiliki potensi mangrove seluas 221,54 ha yang potensial untuk dikembangkan menjadi obyek wisata bahari. 2 Pertanian dan Peternakan Produksi gabah di Kabupaten Rembang selama periode 2010-2012 mengalami trend yang fluktuatif. Luas area produksi gabah pada tahun 2010 seluas 41.587 Ha, dengan jumlah produksi sebesar 226.856 ton. Pada tahun 2011 terjadi peningkatan, baik luas area maupun jumlah produksi yaitu seluas 45.131 Ha dengan jumlah produksi sebesar 246.654 ton. Sedangkan tahun 2012 terjadi penurunan dimana luas area produksi sebesar 40.410 Ha dengan jumlah produksi sebesar 225.476 ton. Produksi jagung di Kabupaten Rembang selama periode 2010-2012 juga mengalami trend yang fluktuatif. Luas area produksi jagung pada tahun 2010 seluas 37.722 Ha, dengan jumlah produksi sebesar 178.569 ton dan jumlah konsumsi sebesar 9.796 tonthn per tahun. Kemudian pada tahun 2011 terjadi penurunan baik luas area maupun jumlah produksi dimana luas area panen 23.126 Ha dengan jumlah produksi 109.897 ton dan jumlah konsumsi sebesar 9.861 tonthn. Kemudian pada tahun 2012, terjadi peningkatan dengan luas lahan 26.729 Ha, dengan jumlah produksi sebesar 121.327 ton dan kebutuhan konsumsi 9.935 tonthn. Apabila dibanding dengan jumlah konsumsi jagung di Kabupaten Rembang maka untuk produksi jagung lebih besar dari pada konsumsi sehingga terjadi surplus. Produksi jagung yang cukup besar tersebut merupakan potensi yang perlu dikembangkan ke arah peningkatan nilai tambah produk melalui introduksi teknologi prosesing II - 58 RKPD Kab Rembang 2014 jagung untuk mengolah jagung menjadi bahan setengah jadi atau barang jadi sehingga produksi olahan komoditas jagung memiliki nilai tambah bagi petani dan pelaku usaha pertanian lainnya. Adapun perkembangan sektor pertanian Kabupaten Rembang dalam kurun waktu Tahun 2010 -2012 ditunjukkan tabel berikut : Tabel 2.79 Perkembangan Sektor Pertanian Kabupaten Rembang Tahun 2010 -2012 No U r a i a n 2010 2011 2012 1 Luas Lahan PadiGabah Ha 41.587 45.131 40.410 Produksi PadiGabah Ton 226.856 246.654 225.476 Kebutuhan Konsumsi beras tonth 59.787 60.180 60.633 2 Luas Lahan Jagung Ha 37.722 23.126 26.729 Produksi Jagung Ton 178.569 109.897 121.327 Kebutuhan Konsumsi Jagung tonth 9.796 9.861 9.935 3 Luas Lahan Kedelai Ha 6.788 4.407 3.507 Produksi Kedelai Ton 9.349 4.583 3.718 Kebutuhan Konsumsi Kedelai tonth 6.290 6.331 6.379 4 Luas Panen Ubi Kayu Ha 4.931 5.687 7.179 Jumlah Produksi Ton 54.622 79.088 99.078 5 Luas Panen Kacang Tanah Ha 4.299 4.682 4.142 Jumlah Produksi Kacang Tanah Ton 5.152 4.975 4.693 6 Luas Perkebunan Tebu Ha 7.808 7.497 8.053 7 Jumlah Produksi Tebu Ton a. Gula Kristal 31.764 26.463 25.584 b. Gula Tumbu - 11.541 12.109 8 Luas Perkebunan Kelapa Ha 7.255 7.226 7.138 Jumlah Produksi Kelapa Ton 4.811 4.146 4.290 9 Luas Perkebunan Kopi Ha 94 94 90 Jumlah Produksi Kopi Ton 13,7 9,09 13,95 10 Luas Perkebunan Tembakau Ha 79 78 1.200 Jumlah Produksi Tembakau Ton 32 94 1.425 Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Tahun 2012 Pada sektor peternakan, kelompok ruminansia didominasi oleh usaha peternakan sapi potong, dimana Jumlah populasinya terus meningkat dengan pertumbuhan sebesar 21. Jumlah populasi pada tahun 2010 sebanyak 120.060 ekor, meningkat menjadi 152.680 ekor di tahun 2011 dan meningkat lagi di tahun 2012 menjadi164.803 ekor. Sedang jumlah pemotongan per tahun juga mengalami peningkatan yaitu 4.566 pada tahun 2010 meningkat menjadi 4.639 tahun 2011 dan meningkat lagi menjadi 5.662 di tahun 2012. Untuk rata-rata kepemilikan sebanyak 2 ekor per petani. Peternakan lain yang cukup berkembang adalah ternak kambing dan ternak domba. Jenis peternakan unggas yang cukup berkembang dan cenderung mengalami peningkatan baik jumlah populasi maupun produksi adalah ayam buras, petelur, pedaging, itik dan burung puyuh. Perkembangan sektor peternakan di Kabupaten Rembang dalam kurun waktu Tahun 2010 -2012 ditunjukkan tabel berikut : II - 59 RKPD Kab Rembang 2014 Tabel 2.80 Perkembangan Sektor Peternakan Kabupaten Rembang Tahun 2010 -2012 No Uraian 2010 2011 2012 1 Ternak Sapi Potong 1 Jumlah populasi ekor 120.060 152.680 164.803 2 Jumlah pemotongan per tahun ekor 4.566 4.639 5.662 3 Laju pertumbuhan populasi per tahun 4,03 1,60 22,05 4 Rata-rata kepemilikan ekorPetani 3 2 2 2 Ternak Sapi perah 1 Jumlah populasi ekor 7 6 6 2 Jumlah produksi susu per tahun ribu lt 4,9 1,5 6,15 3 Laju pertumbuhan populasi per tahun -14,29 4 Rata-rata kepemilikan ekorPetani 4 3 1 5 Rata-rata produktivitas per ekorhari lt 2,5 5 3 3 Ternak Kambing 1. Jumlah populasi ekor 126.372 136.219 144.000 4 Ternak Domba 1. Jumlah Populasi ekor 97.314 107.045 120.317 5 Unggas 1 Jumlah ayam Buras - jumlah populasi ekor 605.500 629.720 650.399 2 Ayam Ras Petelur - jumlah populasi ekor 5.000 5.000 2.500 - jumlah produksi telur kg 42.657 85.314 31.176 - rata-rata kepemilikan per peternak ekorPetani 5.000 5.000 2.500 3 Ayam pedaging - jumlah populasi ekor 367.200 217.300 165.000 - jumlah produksi daging tonbulan 39.046 277.275 210.540 - rata-rata kepemilikan per peternak ekorPetani 6.331 5.173 5.893 4 Itik - jumlah populasi ekor 93.031 102.333 119.389 - produksi kg 696.468 36.080 36.187 - rata-rata kepemilikan per peternak ekorPetani 38 40 48 Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Tahun 2012 3 Kehutanan Untuk produksi kayu rakyat pada tahun 2012 mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Untuk luasan lahan kritis juga menurun dari tahun sebelumnya, sebaliknya luasan lahan yang tereboisasi meningkat. Hal ini adalah indikasi penting bahwa kehutanan tidak semata-mata pembangunan yang berorientasi produksi dan profit, namun manfaat dan fungsi lingkungan adalah hal lain yang tidak kalah penting dalam proses pembangunan kehutanan di Kabupaten Rembang yang saat ini memang baru memasuki tahap pemulihan kondisi hutan. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut : II - 60 RKPD Kab Rembang 2014 Tabel 2.81 Pembangunan Kehutanan di Kabupaten Rembang Tahun 2010 - 2012 No U r a i a n 2010 2011 2012 1 Produksi Kayu Rakyat Kayu bulat m3 756.800 745.770 1.198 2 Luas Lahan Kritis Ha 11.605 9.598 8.329 3 Luas Lahan reboisasi Ha 1.378 872 1.007 4 Luas lahan penghijauan Ha 600 500 1.589 5 Luas kebakaran hutan Ha 193,27 80,75 6 Industri pengolahan Hasil Hutan unit 190 190 215 Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Tahun 2012 Kerusakan hutan yang disebabkan penjarahan kayu yang terjadi pada awal-awal masa reformasi terus mengancam kelangsungan produksi kayu khususnya jati. Sementara itu kebutuhan material kayu baik untuk bangunan maupun mebelair setiap tahun terus meningkat. Dari kondisi tersebut perlu terus diusahakan pengembangan hutan rakyat. Pengembangan hutan rakyat disamping menjaga kelestarian lingkungan, juga dapat memberikan keuntungan ekonomi masyarakat. 4 Energi Sumber Daya Mineral Di bidang energi dan sumber daya mineral, potensi pertambangan di Kabupaten Rembang cukup besar utamanya pertambangan mineral, produksinya dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang fluktuatif, meliputi batu andesit, batu kapur, tanah liat, pasir kuarsa, phospat, tras, sirtu maupun tanah uruk. Pada tahun 2010 produksi mineral yang diekplorasi sebesar 2.020.461,75 ton turun pada tahun 2011 menjadi 1.941.667,67 ton dan pada tahun 2012 turun lagi menjadi 836.049,91 ton. Sedangkan pengolahannya pada tahun 2012 sebanyak 50.621,64 ton, kondisi ini menurun dari tahun 2011 yang mencapai 53.106,24 ton. Luas tambang yang dieksploitasi sampai dengan tahun 2012 mencapai 4.798.179,53 ha. Sedangkan jumlah SIPDIUP yang terlayani pada tahun 2012 tercatat sebanyak 229 buah, WIUP sebanyak 81 buah dan IUJP sebanyak 5 buah, dengan sumbangan PAD sebesar Rp.10.299.752.384. Terkait penggunaan energi alternatif, Secara kuantitatif memang masih sedikit rumah tangga yang memanfaatkan energi alternatif dalam hal ini tenaga surya. Namun di masa depan hal ini sangat potensial untuk dikembangkan mengingat semakin mahalnya energi dari minyak dan gas. Data tahun 2012 menunjukkan ada sejumlah 805 KK sebagai pemanfaat listrik tenaga surya di Kabupaten Rembang. Untuk menunjang hal tersebut dilaksanakan program Pembinaan Pengembangan Bidang Ketenagalistrikan dengan kegiatan Koordinasi Pengembangan Ketenagalistrikan, melalui Pengembangan Listrik Alternatif dan Kegiatan Pendampingan pembangunan PLTS. 5 Pariwisata Perkembangan sektor pariwisata di Kabupaten Rembang menunjukkan peningkatan. Data Jumlah obyek wisata di kabupaten rembang sampai dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut : II - 61 RKPD Kab Rembang 2014 Tabel 2.82 Data Obyek Wisata di Kabupaten Rembang Tahun 2012 No Nama Obyek Wisata 1 Museum Kamar Pengabadian RA Kartini 2 Mei 1964 2 Masjid Jami 1814 dg :  Makam Pangeran Condrodiningrat 1289 H  Makam Adipati Pangeran Sedolaut 1757 1831 M 3 Klenteng Mak Co Tjoe Hwie Kiong 1841 4 Pelabuhan Lama Pangkalan AL Kolonial 1816 5 Taman Rekreasi Pantai Kartini dg :  Gereja Peninggalan Belanda Arst.Eropa 1811  Jangkar Dampo Awang  Pulau Gorekan 6 Pantai Pasir Putih Tasikharjo dg :  Pulau Gede  Pulau Marongan 7 Petilasan dan Makam Sunan Bonang 8 Pasujudan Sunan Bonang dan Makam Putri Cempo 9 Bukit Jejeruk dan Makam Sultan MahmudMinangkabau 10 Situs Goa dan Batu Prasasti Kajar 11 Masjid Jami 1588 dan Makam Adipati Tejokusumo V 12 Klenteng Mak Co Thian Siang Sing Bo Dasun abad 15 13 Klenteng Poo An Bio Karangturi 1740 14 Galangan Kapal Dasun Jaman Majapahit pra abad XVI 15 Makam R.Panji Margono Tan Pan Ciang Dorokandang 16 Makam Nyi Ageng Maloko Kakak Sunan Bonang 17 Makam Santi Puspo Sayid Abubakar Caruban 18 Pulau Putri dan Karang Gosong 19 Agrowisata Watu Layar 20 Kawasan BBS Rest Stop Area Resort Area 21 Makam Putri Sarijati 22 Makam Sukowati di Pantai Suko 23 Makam Sunan Langgar Ds Langar 24 Makam Pangeran Alas G.Lengis Ds. Sanetan 25 Megalitikum Terjan dan Selodiri 26 Situs Plawangan 27 Pantai dan Tugu Pendaratan Jepang 28 Embung Lodan 29 Hutan Wisata Sumber Semen 30 Makam RA Kartini 31 Wana Wisata Kartini Mantingan 32 Embung Banyukuwung 33 Karangsari Park Sumber : Dinbudparpora Tahun 2012 Sedang kunjungan wisata pada tahun 2012 meningkat dibanding tahun sebelumnya, sebagaimana terlihat dalam tabel berikut : Tabel 2.83 Jumlah Kunjungan Obyek Wisata Tahun 2010-2012 No Nama Obyek Wisata 2010 2011 2012 1 TRP. Kartini 269.387 391.341 1.182.313 2 Museum RA.Kartini 4.562 3.027 8.384 3 WW.Kartini Mantingan 5.135 21.851 10.388 4 Makam RA.Kartini 19.185 16.452 22.689 Jumlah 298.185 432.671 1.223.774 Sumber : Dinbudparpora Tahun 2012 II - 62 RKPD Kab Rembang 2014 6 Perdagangan dan Perindustrian Kebijakan pembangunan di bidang perdagangan diarahkan pada upaya optimalisasi perdagangan melalui peningkatan sarana prasarana perdagangan, sistem distribusi dan informasi pasar untuk menjamin ketersediaan kebutuhan pokok masyarakat dengan harga yang terjangkau dan penguatan akses jaringan perdagangan ekspor. Pada tahun 2012 kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB mencapai 16,68 , yaitu sebesar 415.594,20 Juta dari total total PDRB sebesar Rp 2.491.364.48. Sedang pembangunan bidang industri di Kabupaten Rembang diarahkan pada pengembangan sektor agroindustri berbasis industri kecil dan menengah melalui kemitraan yang sehat dengan usaha-usaha ekonomi lokal sebagai leading sektor dalam perekonomian Kabupaten Rembang, melalui penguatan klaster industri berbasis kekayaan alam daerah dan penguatan kemitraan usaha- usaha ekonomi lokal dengan usaha agro industri. Pada tahun 2012, kontribusi sektor Industri terhadap total PDRB ADHK mencapai 3,96 , sebesar Rp. 98.649,82 juta dari total total PDRB ADHK sebesar Rp 2.491.364,48 juta. Pada sektor Perdagangan dan industri melalui program peningkatan dan perbaikan sarana pasar tradisional, diharapkan usaha perdagangan di pedesaaan akan terus meningkat dan pada sisi lain akan menarik industri untuk berkembang. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah: Tabel 2.84 Jumlah Sarana Perdagangan dan Industri Kabupaten Rembang Tahun 2010 - 2012 No Uraian 2010 2011 2012 1 Sarana Perdagangan - Pasar Tradisional 37 37 40 2 Jumlah Usaha Perdagangan 6.289 6.376 6.798 3 Jumlah Industri Besar 33 33 36 4 Jumlah Industri Menengah 1.303 1.319 1.327 5 Jumlah Industri Kecil 4.029 4.064 4.078 6. Jumlah Industri Rumah Tangga 6.090 6.190 Sumber : Dinindagkop dan UMKM 2012 Peningkatan jumlah UMKM terutama menunjukkan bahwa kegiatan Promosi Investasi dan Produk Unggulan Daerah telah menunjukan konstribusi yang positif dalam memasarkan produk unggulan daerah seperti batik, pengolahan hasil perikanan krupuk, trasi, dll, gula tumbu, dan hasil-hasil pertanian buah-buahan serta meubel. Selain itu, peran FEDEP Forum economic Development and Employment Promotion Kabupaten Rembang sebagai promotor pembangunan ekonomi lokal juga telah memberikan andil yang signifikan dalam meningkatkan kapasitas dan memperkuat jejaring usaha UMKM dan klaster. Sehingga peningkatan jumlah UMKM ini tidak hanya dari segi kuantitas namun juga dari segi kualitasnya. Dengan demikian diharapkan, keberadaan industri, usaha dagang dan UMKM di Kabupaten Rembang dapat menjadi pemacu tumbuhnya usaha usaha ekonomi produktif lainnya dan membangkitkan backward dan forward linkage-nya. Hal lain yang perlu mendapatkan dukungan kebijakan adalah fasilitasi dan perlindungan usaha bagi pedagang sektor informal, perdagangan skala kecil dan menengah sejalan dengan berlakunya perdagangan bebas mulai 2010 berdasarkan kesepakatan C-AFTA 2010 dan NAFTA pada tahun 2015 serta perdagangan bebas sesuai dengan persetujuan dalam World Trade Organizaion WTO. II - 63 RKPD Kab Rembang 2014 7 Transmigrasi Untuk perkembangan sektor pelayanan ketransmigrasian, dapat dilihat dari berapa banyak pengiriman transmigran dan penduduk yang mendaftar sebagai calon transmigran. Pada tahun 2012 dari 96 KK yang mendaftar hanya 14 KK atau 15 yang bisa dilayani, hal ini karena ketersediaan kuota transmigrasi yang diberikan untuk Kabupaten Rembang hanya 14 KK. Sedang untuk tahun 2011 dari 90 KK yang mendaftar hanya 10 KK yang bisa dilayani. Dari tahun 2010 sampai tahun 2012 transmigran yang berangkat hampir semua berprofesi sebagai petani, sedangkan untuk transmigran yang berprofesi lain relatif sedikit karena di daerah tujuan transmigrasi ketrampilan yang dibutuhkan adalah di bidang pertanianperkebunan. Hal ini yang menyebabkan rendahnya minat calon transmigran yang berprofesi selain bertani untuk bertransmigrasi.

C. PermasalahanIsu Pembangunan Daerah

Memasuki tahun 2014 strategi pembangunan daerah disusun berdasarkan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan mengacu pada permasalahan yang menonjol sebagai isu strategis di kabupaten Rembang. Berdasarkan kondisi umum yang ada serta prediksi perkembangan permasalahan, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahanisu daerah yang berhubungan dengan prioritas dan sasaran pembangunan daerah yang perlu menjadi perhatian bersama pada tahun 2014 sebagai berikut: a. Kualitas sumber daya manusia dan pelayanan sosial dasar masih rendah. Hal ini ditandai dengan kondisi capaian kinerja pelaksanaan pembangunan sampai dengan tahun 2011, nilai IPM 72,45 dan IPG 64,87 atau masih berada dibawah rata-rata capaian provinsi Jawa Tengah. b. Jumlah penduduk dibawah garis kemiskinan masih tinggi. Tingkat kemiskinan sampai dengan tahun 2011 masih diatas angka provinsi, yaitu 23,71 . c. Kualitas dan kuantitas infrastruktur dan pelayanan publik yang belum memadai. Hal ini terlihat dengan belum memadainya kondisi sarana prasarana untuk pemenuhan kebutuhan dasar seperti sektor pendidikan, kesehatan, air minum, drainase, persampahan maupun air limbah, pengelolaan sumber daya air permukaan yang mampu menampung kelebihan air pada musim hujan. Selain itu juga terlihat pada infrastruktur wilayah yang berhubungan dengan resiko terjadinya berbagai bencana seperti bencana banjir, gelombang pasangabrasi, tanah longsor. d. Pertumbuhan ekonomi daerah masih lambat, pendapatan perkapita masih rendah. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Rembang rata-rata selama 3 tiga tahun terakhir masih dibawah pertumbuhan ekonomi propinsi dan nasional, yaitu sebesar rata-rata 4,43 , bahkan ada kecenderungan penurunan pertumbuhan ekonomi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. e. Investasi dan kemitraan di daerah masih belum optimal. f. Pengelolaan sumberdaya alam belum optimal, terutama sumberdaya pesisir. Keberadaan kawasan hutan mangrove, terumbu karang dan pulau-pulau kecil serta ditemukannya situs-situs sejarah maritim yang belum dikembangkan dalam konsep pembangunan komprehensif dan terpadu dan sejalan dengan upaya pemberdayaan masyarakat pesisir khususnya masyarakat nelayan, termasuk dalam penyediaan dan peningkatan infrastruktur di kawasan pesisir Kabupaten Rembang. II - 64 RKPD Kab Rembang 2014 g. Terjadinya degradasi lingkungan hidup Perubahan iklim yang cukup ekstrim, serta pemanfaatan sumber daya alam yang demikian pesat, baik sumber daya pesisir maupun sumber daya mineral akan dapat menimbulkan degradasi lingkungan hidup h. Pemanfaatan peluang globalisasi dan perdagangan bebas belum optimal. Terutama pada fasilitasi dan perlindungan usaha bagi pedagang sektor informal, perdagangan skala kecil dan menengah sejalan dengan berlakunya perdagangan bebas mulai 2010 berdasarkan kesepakatan C-AFTA 2010 dan NAFTA pada tahun 2015 serta perdagangan bebas sesuai dengan persetujuan dalam World Trade Organizaion. Selain itu juga terkait Adanya agenda dan target capaian millenium development goals MDG s 2015, ecolabelling, ISO, Kyoto Protokol.