II - 9
RKPD Kab Rembang 2014
Tabel 2.10
Angka Partisipasi Murni Menurut Jenjang Pendidikan Di Kabupaten Rembang Tahun 2010
2012 No
Uraian 2010
2011 2012
1 APM SDMi
83,49 90,75
90,97 2
APM SMPMTs 66,76
66,91 67,06
3 APM SMASMKMA
35,51 41,42
44,44
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2012.
Dari tabel diatas terlihat APM SMPMTS serta APM SMASMKMA belum menunjukkan angka yang optimal. Oleh karena itu akses layanan
pendidikan dasar terutama SMPMTs harus selalu diperbaiki terutama mendekatkan akses layanan pendidikan dasar agar mudah dijangkau
mengingat adanya kebijakan sekolah gratis dan bermutu untuk SD-SMP, agar tingkat partisipasi pada pendidikan dasar dapat meningkat,
demikian pula layanan pendidikan menengah bagi siswa dari keluarga miskin.
Seperti halnya APKAPM, angka kelulusan pada tahun 2012 disemua jenjang pendidikan juga mengalami peningkatan. Berdasarkan data
Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang, pada tahun 2012 angka kelulusan siswa di Kabupaten Rembang untuk tingkat SDMI hampir
mencapai
100, sedangkan angka kelulusan tingkat
SMPMTs mencapai angka 99,03 dan tingkat SMASMKMA mencapai 99,77.
Berikut adalah tabel perkembangan angka kelulusan pada masing- masing jenjang pendidikan di Kabupaten Rembang tahun 2010-2012.
Tabel 2.11
Angka Kelulusan Masing-masing jenjang Pendidikan Di Kabupaten Rembang 2010
2012
Uraian 2010
2011 2012
1. Angka Kelulusan SDMI 99,99
99,99 99,99
2. Angka Kelulusan SMPMTs 99,50
98,50 99,03
3. Angka Kelulusan SMASMKMA 99,36
98,88 99,77
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2012.
Angka transisi atau angka melanjutkan pada tahun 2012 untuk jenjang
pendidikan SMP dan SMA menunjukkan peningkatan, meskipun masih dibawah 100. Hal ini bisa saja menunjukkan masih ada siswa yang
lulus SD serta SMP yang tidak melanjutkan pendidikan, atau juga karena adanya persentase anak yang melanjutkan sekolah ke luar Kabupaten
Rembang. Secara rinci perkembangan Angka Transisi AT tersaji pada tabel berikut:
Tabel 2.12 Angka Transisi SMP dan SMA Tahun 2010
2012 Uraian
2010 2011
2012
1.
Angka Transisi ke SMP 98,99
99,15 99,73
2.
Angka Transisi Ke SMAMASMK 74,02
70,52 82,84
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2012.
Angka putus sekolah di Kabupaten Rembang termasuk kategori rendah mulai tingkat SDMI hingga menengah atas, seiring dengan semakin
meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan serta adanya kebijakan program sekolah gratis di Kabupaten Rembang.
Meskipun demikian pelaksanaan program sekolah gratis masih harus terus dievaluasi karena masih belum maksimalnya capaian Angka
Transisi AT khususnya Angka Transisi ke jenjang pendidikan SMP sederajat. Berikut adalah tabel Angka Putus Sekolah jenjang pendidikan
SD, SMP dan SMA Kabupaten Rembang Tahun 2010
2012.
II - 10
RKPD Kab Rembang 2014
Tabel 2.13 Angka Putus Sekolah Jenjang pendidikan SD, SMP dan SMA
Kabupaten Rembang Tahun 2010 2012
Uraian 2010
2011 2012
1. Angka Putus Sekolah SDMI 0,04
0,03 0,03
2. Angka Putus Sekolah SMPMTs 0,19
0,18 0,16
3. Angka Putus Sekolah SMASMKMA 0,42
0,41 0,38
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2012
Dibidang pendidikan, proses belajar mengajar tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah semata, tetapi merupakan tugas dan
tanggung jawab
masyarakat secara
bersama baik
melalui penyelenggaraan
pendidikan formal
maupun penyelenggaraan
pendidikan non formal. Gambaran umum dibidang pendidikan terlihat dari kondisi prasarana dan sarana pendidikan yang tersedia, sampai
dengan tahun 2012 jumlah sekolah untuk jenjang pendidikan dasar hingga menengah mengalami peningkatan seperti tersaji pada tabel
berikut :
Tabel 2.14 Jumlah Sekolah di Kabupaten Rembang Tahun 2010 -2012
No. Jenjang Pendidikan
2010 2011
2012
1 TK + RA
404 404
405 2
SD + MI 414
415 416
3 SMP+Mts
91 93
94 4
SMA+SMK+MA 48
51 54
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2012
Jumlah murid menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Rembang adalah sebagai berikut:
Tabel 2.15 Jumlah Murid di Kabupaten Rembang Tahun 2010
2012 orang No.
Jenjang Pendidikan 2010
2011 2012
1 SD + MI
61.809 61.162
60.350 2
SMP+Mts 29.406
29.052 29.021
3 SMA+SMK+MA
18.688 20.296
20.716
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2012
Sementara itu, jumlah guru di Kabupaten Rembang selama tahun ajaran 2010 hingga 2012 adalah sebagai berikut :
Tabel 2.16 Jumlah Guru di Kabupaten Rembang Tahun 2010
2012 No.
Jenjang Pendidikan 2010
2011 2012
1 SD + MI
4.273 4.127
4.085 2
SMP+Mts 2.165
2.164 2.141
3 SMA+SMK+MA
1.624 1.698
1.771
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2012
. Tabel di atas menunjukkan jumlah guru di tingkat pendidikan dasar SD
dan SMP selama kurun waktu tahun 2010 2012 mengalami penurunan. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh jumlah guru yang sudah memasuki
masa pensiun. Sedang ratio guru terhadap murid di Kabupaten Rembang tahun ajaran 2010
2012 terlihat pada tabel sebagai berikut :
II - 11
RKPD Kab Rembang 2014
Tabel 2.17 Ratio Guru terhadap Murid Tahun Ajaran 2010
2012
No. Jenjang Pendidikan
2010 2011
2012
1 SD + MI
1:14 1:15
1:15 2
SMP+Mts 1:16
1:14 1:14
3 SMA+SMK+MA
1:12 1:12
1:12 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2012.
Upaya peningkatan mutu pendidikan tidak terlepas dari peran strategis guru. Untuk meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan, maka
ketersediaan jumlah pendidik yang berkualitas dan mencukupi serta distribusi yang merata merupakan persyaratan mutlak yang harus
dipenuhi. Pada jenjang SD, secara nasional rasio guru terhadap siswa idealnya adalah 17 siswa per satu orang guru. Adapun ratio Guru
terhadap Murid di Kabupaten Rembang menunjukkan bahwa di tingkat SDMI pada tahun 2012 satu orang guru rata-rata membimbing 15 orang
murid. Hal ini berarti bahwa ketersediaan guru rata-rata sudah mencukupi, demikian pula pada jenjang pendidikan SMP dan SMA.
Untuk perkembangan ratio kelas terhadap murid sampai dengan 2012 di Kabupaten Rembang dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 2.18 Ratio Kelas Terhadap Murid Tahun Ajaran 2010
2012
No. Jenjang Pendidikan
2010 2011
2012
1 SD + MI
1:24 1:24
1:23 2
SMP+Mts 1:33
1:31 1:27
3 SMA+SMK+MA
1:34 1:33
1:31 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2012
Tabel diatas menunjukkan bahwa di tingkat SDMI pada tahun 2012 satu kelas rata-rata untuk 23 murid, untuk tingkat SMPMTs satu kelas rata
rata untuk 27 murid dan pada SMASMKMA satu kelas rata rata untuk 31 murid. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan ruang kelas juga
sudah cukup memadai. Sedang ratio sekolah terhadap murid sampai dengan 2012 di Kabupaten Rembang dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 2.19 Ratio Sekolah Terhadap Murid Tahun Ajaran 2010
2012
No. Jenjang Pendidikan
2010 2011
2012
1 SD + MI
1:149 1:147
1:145 2
SMP+Mts 1:314
1:304 1:304
3 SMA+SMK+MA
1:365 1:362
1:357
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2012
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa kapasitasdaya tampung sekolah bagi siswa menunjukkan kondisi yang masih ideal. Sedangkan
kondisi sekolah berdasarkan tingkat kerusakan sebagai berikut :
Tabel 2.20 Kondisi Ruang Kelas Masing-masing Satuan Pendidikan
Berdasarkan Tingkat Kerusakan 2010 - 2012 Unit Pendidikan
Kriteria 2010
2011 2012
TK dan RA Baik
527 561
761 Rusak ringan
83 11
24 Rusak berat
19 81
95
Jumlah 629
653 880
SD Baik
1.426 1.471
2.080 Rusak ringan
561 475
431 Rusak berat
500 642
87
Jumlah 2.487
2.588 2.598
II - 12
RKPD Kab Rembang 2014
Pendidikan Kriteria
2010 2011
2012
MI Baik
169 173
181 Rusak ringan
61 73
73 Rusak berat
30 34
40
Jumlah 260
280 294
SMP Baik
502 509
537 Rusak ringan
83 92
91 Rusak berat
29 7
3
Jumlah 614
608 631
MTS Baik
189 222
216 Rusak ringan
48 45
47 Rusak berat
20 23
31
Jumlah 257
290 294
SMA Baik
175 194
212 Rusak ringan
27 15
19 Rusak berat
9 8
5
Jumlah 211
217 236
MA Baik
120 122
139 Rusak ringan
10 13
13 Rusak berat
3 5
Jumlah 133
140 152
SMK Baik
149 143
211 Rusak ringan
25 34
37 Rusak berat
3
Jumlah 174
177 251
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2012
Persentase kondisi ruang kelas untuk semua jenjang pendidikan dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 2.21 Persentase Kondisi Ruang Kelas Masing-masing Satuan Pendidikan
di Kabupaten Rembang Berdasarkan Tingkat Kerusakan 2010-2012 Pendidikan
Kriteria 2010
2011 2012
TK dan RA Baik
86,97 85,91
86,48 Rusak ringan
11,73 1,69
2,73 Rusak berat
1,30 12,40
10,79
Jumlah 100,00
100,00 100,00
SD Baik
55,44 56,84
80,06 Rusak ringan
19,45 18,35
16,59 Rusak berat
25,11 24,80
3,35
Jumlah 100,00
100,00 100,00
MI Baik
65,06 61,78
61,56 Rusak ringan
23,36 26,07
24,83 Rusak berat
11,58 12,14
13,61
Jumlah 100,00
100,00 100,00
SMP Baik
81,76 83,72
85,10 Rusak ringan
13,52 15,13
14,42 Rusak berat
4,72 1,15
0,48
Jumlah 100,00
100,00 100,00
Baik 84,21
76,55 73,47
MTS Rusak ringan
10,53 15,52
15,98 Rusak berat
5,26 7,93
10,55
Jumlah 100,00
100,00 100,00
SMA Baik
82,94 89,40
89,84 Rusak ringan
12,80 6,91
8,05
II - 13
RKPD Kab Rembang 2014
Rusak berat 4,27
3,69 2,11
Jumlah 100,00
100,00 100,00
MA Baik
90,23 87,14
91,44 Rusak ringan
7,56 9,28
5,32 Rusak berat
2,26 3,57
2,24
Jumlah 100,00
100,00 100,00
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2012
Kualitas pendidikan juga ditentukan oleh kualifikasi guru yang mengajar. Semakin banyak guru yang memiliki kualifikasi mengajar diharapkan mutu
pendidikan akan semakin meningkat. Posisi guru yang sedemikian strategis itu, maka di akhir-akhir ini, mereka mendapatkan perhatian
serius. Sebagai bagian peningkatan kualitas itu, guru disertifikasi. Jumlah guru yang sesuai kualifikasi jenjang pendidikan serta jumlah guru yang
bersertifikasi tersaji pada tabel sebagai berikut:
Tabel 2.22 Jumlah Guru Berdasarkan Kualifikasinya Untuk Jenjang Pendidikan SDMI,
SMPMTs dan SMASMKMA di Kabupaten Rembang 2010 2012
Uraian 2010
2011 2012
Ket
1. Persentase Guru SDMI berkualifikasi S1D4
42,99 64,63
71,60
2. Persentase Guru SMPMTs berkualifikasi S1D4
84,78 88,98
92,06
3. Persentase Guru SMASMKMA berkualifikasi S1D4
90,65 88,45
94,32
4. Persentase Guru TK bersertifikasi
0,03 6,68
7,91
5. Persentase Guru SDMI bersertifikasi
23,59 44,05
46,07 MI tidak
termasuk
6. Persentase Guru SMPMTs bersertifikasi
32,17 49,14
48,15 MI tidak
termasuk
7. Persentase Guru SMASMKMA bersertifikasi
42,61 35,69
28,21 MI tidak
termasuk Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2012
Sarana dan prasarana penunjang pembelajaran di semua jenjang pendidikan memiliki nilai strategis dalam layanan peningkatan mutu
pendidikan. Sekolah yang memiliki perpustakaan dan laboratorium standar di Kabupaten Rembang terlihat pada tabel berikut:
Tabel 2.23 Persentase SDMI, SMPMTs dan SMASMKMA yang Memiliki Sarana
Pendukung Pembelajaran di Kabupaten Rembang 2010 2012
Uraian 2010
2011 2012
1. Persentase SDMI yang memiliki sarana perpustakaan standar
29,78 44,20
54,32
2. Persentase SMPMTs yang memiliki perpustakaan standar
68,17 68,17
78,72
3. Persentase SMPMTs yang memiliki lab computer
12,09 12,09
40,74
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2012
Tabel di atas menunjukkan bahwa belum banyak SD yang memiliki perpustakaan standar. Pada tahun 2012, jumlah SD yang memiliki
perpustakaan standar hanya 54,32 . Sedangkan di tingkat SMP sudah cukup banyak SMPMTs yang memiliki perpustakaan standard yaitu
sebesar 78.72, meskipun untuk laboratorium komputer masih dibawah 50. Terkait dengan tatakelola dan pencitraan publik penyelenggaraan
pendidikan dapat dilihat dari persentase sekolah yang telah melaksanakan Manajemen Berbasis Sekolah MBS secara optimal. Manajemen Berbasis
Sekolah MBS adalah model manajemen yang memberikan otonomi lebih
II - 14
RKPD Kab Rembang 2014
ke sekolah-sekolah dan meningkatkan keterlibatan langsung dari komunitas sekolah kepala sekolah, guru, mahasiswa, staf, orang tua dan
masyarakat dalam pengambilan keputusan guna meningkatkan kualitas sekolah.
Persentase SDMI, SMPMTs dan SMASMKMA yang
melaksanakan MBS di Kabupaten Rembang 2010 2012 secara rinci
tersaji pada tabel berikut :
Tabel 2.24 Persentase SDMI, SMPMTs dan SMASMKMA
yang melaksanakan MBS di Kabupaten Rembang 2010 2012
Uraian 2010
2011 2012
1. Persentase SDMI melaksanakan MBS
100,00 100,00
100,00 2.
Persentase SMPMTs melaksanakan MBS 100,00
100,00 100,00
3. Persentase SMASMKMA melaksanakan MBS
100,00 100,00
100,00 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2012
Adapun pencapaian Standart Pelayanan Minimal SPM Bidang Pendidikan di Kabupaten Rembang ditunjukkan oleh tabel sebagai berikut :
Tabel 2.25 Hasil Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan
Di Kabupaten Rembang tahun 2012
No Jenis Pelayanan Indikator
Target Realisasi
Pelayanan Pendidikan Dasar oleh KabupatenKota 1
Tersedianya satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan berjalan kaki yaitu maksimal 3
km untuk SDMI dan 6 km untuk SMPMTs dari kelompok permukiman permanen di daerah
terpencildari Kelompok Permukiman Permanen di daerah terpencil
100 90
2 Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan
belajar untuk SDMI tidak melebihi 32 orang, dan untuk SMPMTs tidak melebihi 36 orang. Untuk
setiap rombongan belajar tersedia 1 satu ruang kelas yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang
cukup untuk peserta didik dan guru, serta papan tulis
100 93
3 Di setiap SMP dan MTs tersedia ruang
laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk 36 peserta didik dan
minimal satu set peralatan praktik IPA untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik
100 64,8
4 Di setiap SDMI dan SMPMTs tersedia satu ruang
guru yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah dan staf
kependidikan lainnya, dan di setiap SMPMTs tersedia ruang kepala sekolah yang terpisah dari
ruang guru 100
100
5 Di setiap SDMI tersedia 1 satu orang guru untuk
setiap 32 peserta didik dan 6 enam guru untuk setiap satuan pendidikan, dan untuk daerah
khusus 4 empat orang guru setiap satuan pendidikan
100 100
6 Di setiap SMPMTs tersedia 1 satu orang guru
untuk setiap mata pelajaran, dan untuk daerah khusus tersedia satu orang guru untuk setiap
rumpun mata pelajaran 100
98
7 Di setiap SDMI tersedia 2 dua orang guru yang
memenuhi kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan 2 dua orang guru yang telah memiliki sertifikat
pendidik 100
100
II - 15
RKPD Kab Rembang 2014
No Jenis Pelayanan Indikator
Target Realisasi
8 Di setiap SMPMTs tersedia guru dengan
kulaifikasi akademik S-1 atau D-IV sebanyak 70 dan separuh diantaranya 35 dari keseluruhan
guru telah memiliki sertifikat pendidik, untuk daerah khusus masing-masing 40 dan 20
100 100
9 Di setiap SMPMTs tersedia guru dengan
kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik masing-masing satu
orang untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris
100 100
10 Di setiap KabupatenKota semua kepala SDMI
berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik
100 100
11 Di setiap kabupatenkota semua kepala SMPMTs
berkualifi kasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifi kat pendidik.
100 100
12 Di setiap kabupatenkota semua pengawas
sekolah dan madrasah memiliki kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifi
kat pendidik 100
100
13 Pemerintah kabupatenkota memiliki rencana dan
melaksanakan kegiatan untuk membantu satuan pendidikan dalam
mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran yang efektif
100 100
14 Kunjungan pengawas ke satuan pendidikan
dilakukan satu kali setiap bulan dan setiap kunjungan dilakukan selama 3 jam untuk
melakukan supervisi dan pembinaan. 100
90
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2012
2 Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu bidang pelayanan publik yang dalam penyelenggaraannya merupakan wewenang wajib Pemerintah Daerah.
Seiring dengan ditetapkannya bidang kesehatan sebagai salah satu kewenangan wajib yang harus dilaksanakan oleh daerah, maka banyak
daerah yang berusaha meningkatkan pelayanan dibidang tersebut. Penempatan tenaga medis dan dokter di setiap kecamatan merupakan
upaya untuk mempermudah akses layanan kesehatan bagi masyarakat Kabupaten Rembang. Berikut ini adalah tabel jumlah dokter di Kabupaten
Rembang tahun 2010-2012.
Tabel 2.26 Rasio Jumlah Dokter Terhadap Jumlah Penduduk Tahun 2010-2012
No Uraian
2010 2011
2012
1 Jumlah Dokter
67 73
82 2
Jumlah Penduduk 593.360
597.262 600.277
3 Rasio
0,0113 0,0122
0,0137
Sumber : DKK tahun 2010-2012
Keberadaan tenaga kesehatan dan medis juga merupakan hal yang penting untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat. Dari
tabel di atas diketahui bahwa jumlah dokter di Kabupaten Rembang meningkat dari tahun 2010 sampai tahun 2012 demikian pula rasio jumlah
dokter persatuan penduduk juga menunjukkan peningkatan dari 0,0113 pada tahun 2010 menjadi 0,0137 pada tahun 2012. Sesuai kriteria
WHO, satu orang dokter idealnya melayani 2.500 penduduk, sedangkan kondisi di Kabupaten Rembang pada tahun 2012 satu orang dokter
II - 16
RKPD Kab Rembang 2014
melayani 7.320 penduduk, sehingga masih terdapat kekurangan jumlah dokter. Dengan kondisi tersebut yang dapat dilakukan untuk peningkatan
pelayanan kesehatan adalah menempatkan semua dokter secara merata di semua kecamatan.
Dalam hal perkembangan status gizi balita, pada tahun 2012 menunjukkan adanya peningkatanperbaikan, Walaupun ada satu indikator yaitu Balita
Gizi Buruk yang mengalami kenaikan. Jumlah Balita Gizi Buruk terjadi
peningkatan yang semula dari 301 pada tahun 2011 menjadi 364 pada tahun 2012. Sedangkan Status Balita Gizi Kurang mengalami penurunan
dari 3.654 pada tahun 2011 menjadi 3.461 pada tahun 2012.
Adapun Perkembangan Status Gizi Balita PSG di Posyandu secara rinci dijelaskan oleh tabel sebagai berikut :
Tabel 2.27 Perkembangan Status Gizi Balita Tahun 2010 - 2012
No Status Gizi Balita
2010 2011
2012
1 Balita Gizi Buruk
374 301
364 2
Balita Gizi Kurang 3.867
3.654 3.461
3 Balita Gizi Baik
29.716 31.453
31.427 4
Balita Gizi Lebih 217
204 232
Jumlah Balita yang ditimbang 34.174
35.616 35.402
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang Tahun 2012
Upaya peningkatan kesehatan bagi anak salah satunya adalah melalui pelayanan posyandu bagi balita. Berikut ini adalah tabel jumlah posyandu
dan balita di Kabupaten Rembang tahun 2010-2012.
Tabel 2.28 Jumlah Posyandu dan Balita Tahun 2010
2012 No
Uraian 2010
2011 2012
1 Jumlah posyandu
- 1.231
1.234 2
Jumlah balita 42.584
42.924 43.195
3 Rasio
0,00 2,87
2,86
Sumber : DKK Kab. Rembang tahun 2010-2012
Berdasarkan data diatas diketahui bahwa adanya penurunan rasio jumlah posyandu dengan balita meskipun hanya 0,01. Hal ini disebabkan
adanya kenaikan jumlah balita pada tahun 2011 sebanyak 42.924 menjadi 43.195 pada tahun 2012 sedangkan jumlah posyandu hanya bertambah 3
buah pada tahun 2012. Meskipun demikian angka rasio jumlah posyandu dengan jumlah balita pada tabel diatas masih dalam batas yang wajar,
artinya pelayanan posyandu masih memadai bagi balita. Kecamatan yang mempunyai rasio terbesar adalah Kecamatan Pancur sebesar 4,70,
sedangkan rasio kecil ada di Kecamatan Kragan dan Kaliori masing- masing adalah 2,03 dan 2,07. Rasio jumlah posyandu dengan jumlah
balita pada tahun 2012 pada setiap kecamatan seperti tersaji pada tabel berikut :
Tabel 2.29 Jumlah Posyandu dan Balita Menurut Kecamatan Tahun 2012
No Kecamatan
Jumlah posyandu
Jumlah balita
Rasio 1
2 3
4 5=43
1 Rembang
197 6.140
3,21 2
Kaliori 61
2.950 2,07
3 Sumber
68 2.410
2,82 4
Sulang 69
2.510 2,75
5 Bulu
56 1.707
3,28
II - 17
RKPD Kab Rembang 2014
No Kecamatan
Jumlah posyandu
Jumlah balita
Rasio
6 Gunem
46 1.358
3,39 7
Pamotan 109
3.418 3,19
8 Pancur
106 2.255
4,70 9
Lasem 100
3.472 2,88
10 Sluke
62 1.981
3,13 11
Kragan 95
4.682 2,03
12 Sedan
97 3.340
2,90 13
Sale 68
2.613 2,60
14 Sarang
100 4.359
2,29
Jumlah 1.234
43.195 2,86
Sumber : DKK tahun 2012
Di bidang pelayanan kesehatan, peningkatan kualitas hidup sehat masyarakat sangat dipengaruhi oleh kualitas sarana dan prasarana
kesehatan. Pelayanan kesehatan dasar dilayani puskemas, sedangkan pelayanan kesehatan rujukan dilayani rumah sakit.
Sampai dengan tahun 2012 jumlah puskesmas di Kabupaten Rembang sebanyak 16
unit dengan puskemas rawat inap 10 unit dan puskesmas rawat jalan 6 unit.
Dari segi jumlah, untuk pelayanan puskesmas sudah cukup memadai, namun dari segi kualitas masih perlu ditingkatkan. Sedangkan
jumlah rumah sakit dua unit 1 milik Pemerintah Daerah dan 1 Rumah Sakit Islam Arofah, pondok bersalin 2 unit, balai pengobatan 6 unit, dan
praktek dokter swasta 171 unit.
Adapun perkembangan jumlah puskesmas, poliklinik, dan pustu di banding jumlah perkembangan jumlah penduduk tersaji pada tabel
berikut ini :
Tabel 2.30 Rasio Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan Pustu Terhadap Jumlah
Penduduk Tahun 2010 s.d 2012
No Uraian
2010 2011
2012
1. Jumlah Puskesmas
16 16
16 2.
Jumlah Poliklinik 47
163 166
3. Jumlah Pustu
69 69
69 4.
Jumlah Penduduk 593.360
597.262 600.277
5. Rasio Puskesmas persatuan
penduduk 0,0027
0,0027 0,0027
6. Rasio
Poliklinik persatuan
penduduk 0,0079
0,0273 0,0277
7. Rasio
Pustu persatuan
penduduk 0,0116
0,0116 0,0115
Sumber : DKK tahun 2010-2012
Tabel di atas menunjukkan rasio puskesmas persatuan penduduk dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012, nilainya tetap yaitu 0,0027.
Sedangkan rasio poliklinik persatuan penduduk pada tahun 2010 sebesar 0,0079 naik menjadi 0,0277 pada tahun 2012, sedangkan rasio pustu
persatuan penduduk mengalami penurunan, dimana pada tahun 2010 dan 2011 sebesar 0,0116 turun menjadi 0,0115 di tahun 2012.
Penurunan jumlah kunjungan di puskesmas baik rawat jalan maupun rawat inap sangat berkaitan jumlah kunjungan JKRS yang juga menurun,
hal ini berkaitan dengan kebijakan perubahan kepesertaan program JKRS dari total coverage seluruh masyarakat menjadi masyarakat miskin yang
tidak tercakup dalam jamkesmas non kuota jamkesmas. Jumlah kunjungan pasien menurut status pasien mengalami peningkatan yang
cukup signifikan. Selengkapnya dijelaskan oleh tabel sebagai berikut :
II - 18
RKPD Kab Rembang 2014
Tabel 2.31 Kunjungan Puskesmas di Kab. Rembang Tahun 2010- 2012
No Status Pasien
Th. 2010 Th. 2011
Th 2012
1 Pasien Umum bayar
106.975 228.443
247.300 2
Pasien peserta JKRS Jamkesda 293.865
21.835 16.346
3 Pasien peserta Askes Sosial
PNS dll 33.714
28.155 28.186
4 Pasien peserta Jamkesmas
136.819 158.874
173.669
Jumlah pasien 571.373
437.307 465.501
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang Tahun 2012
Dari tabel tersebut diatas terlihat bahwa kunjungan pasien umum bayar terjadi peningkatan.
Peningkatan ini menunjukkan bahwa tingkat kemandirian masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di
Puskesmas sudah cukup baik. Hal ini sejalan dengan program Kesehatan Pemerintah Kabupaten Rembang yang terus menerus mengadakan
intervensi dan inovasi kegiatan di Puskesmas diantaranya akreditasi Puskesmas, Puskesmas PONED, Pengadaan dan perbaikan sarana dan
prasarana puskesmas serta
adanya peningkatan mutu pelayanan kesehatan terhadap masyarakat . Program Jaminan Kesehatan Rembang
Sehat JKRS merupakan wujud dari Jaminan Kesehatan Daerah Jamkesda yang bertujuan untuk meningkatkan akses dan mutu
pelayanan kesehatan kepada masyarakat di Kabupaten Rembang. Pada tahun pertama pelaksanaan kebijakan, yaitu pada tahun 2010 JKRS
berlaku bagi semua masyarakat Kabupaten Rembang yang tidak tercover dalam kuota Jamkesmas total coverage, namun dalam perkembangan
hasil evaluasi pelaksaanaan JKRS kemudian hanya diperuntukan bagi masyarakat miskin yang tidak masuk dalam kuota jamkesmas. Hal ini
terlihat pada tabel diatas yang menunjukkan penurunan drastis kunjungan pasien peserta JKRS yang pada tahun 2010 sebanyak 293.865 menjadi
21.835 pada tahun 2011 dan 16.346 pada tahun 2012. Adapun perkembangan jumlah kunjungan rawat di puskesmas dan pustu pada
tahun 2010 - 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.32
Jumlah Kunjungan Rawat di Kab. Rembang Tahun 2010 - 2012 No
Kunjungan Rawat 2010
2011 2012
1 Kunjungan Rawat Jalan
571.373 454.922
465.501 2
Kunjungan Rawat Inap 19.870
14.364 13.369
Jumlah
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang Tahun 2012
Dalam hal perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat Kabupaten Rembang secara keseluruhan mengalami peningkatan,
hal ini ditandai dengan
meningkatnya persentase rumah tangga yang memiliki jamban
pada tahun 2012 mencapai 55,2. Sedangkan persentase rumah tangga sehat pada tahun 2012 mencapai 66,4. Persentase institusi yang dibina
kesehatan lingkungannya mencapai 70,86 , persentase rumah sehat
desa 46,4, Kota 65 , persentase pengguna air sehat mencapai 66 dan persentase rumah tangga yang memiliki SPAL Saluran Pembuangan
Air Limbah mencapai 39,65.
Adapun pencapaian Standart Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten Rembang ditunjukkan oleh tabel sebagai berikut :
II - 19
RKPD Kab Rembang 2014
Tabel 2.33 Hasil Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
Kabupaten Rembang tahun 2012
No Indikator Kinerja
Target Capaian Kinerja Pembilang
Penyebut Hasil
Target Ket
A Kesehatan Dasar
1 Cakupan kunjungan ibu
hamil K4 8.796
10.113 86,98
87 Tercapai
2 Cakupan komplikasi
kebidanan yang ditangani 1.605
1.605 100
85 Tercapai
3 Cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan 9.053
9.654 93,77
85 Tercapai
4 Cakupan pelayanan nifas
8.830 9.654
91,46 85
Tercapai 5
Cakupan nenonatus dengan komplikasi yang
ditangani 792
792 100
65 Tercapai
6 Cakupan kunjungan bayi
8.670 9.197
94,30 80
Tercapai 7
Cakupan desa kelurahan Universal Child
Immunization UCI 288
294 97,96
100 Tercapai
8 Cakupan pelayanan anak
balita 35.404
43.195 80,48
70 Tercapai
9 Cakupan pemberian
makanan pendamping ASI pada anak usia 6
24 bulan keluarga miskin 100
Tidak ada data
10 Balita gizi buruk
mendapat perawatan 364
364 100
100 Tercapai
11 Cakupan penjaringan
kesehatan siswa SD dan setingkat
9.531 9.778
97,47 70
Tercapai 12
Cakupan peserta KB aktif
101.647 126.946
84,8 80
Tercapai 13
Cakupan penemuan dan penanganan penderita
penyakit a. Acute Flacid Paralysis
AFP rate per 100.000 penduduk
3 144.399
0,002 2 per
100 rb Tercapai
b. Penemuan Penderita Pneumonia Balita per
jml perkiraan penderita
8 65.308
0,012 25
Tercapai
c. Penemuan dan pengobatan pasien
baru TB BTA positif CDR
322 644
50 45
Tercapai
d. Penderita DBD yang ditangani
388 388
100 100
Tercapai e. Penemuan penderita
diare semua umur per jml perkiraan
penderita 7.537
66.988 11,25
80 Tercapai
13 Cakupan jaminan
pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin
322.420 322.420
100 100
Tercapai
B Pelayanan Kesehatan Rujukan
1 Cakupan pelayanan
kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin
33.897 33.897
100 100
Tercapai 2
Cakupan pelayanan gawat darurat level 1
yang harus diberikan sarana kesehatan RS di
2 2
100 100
Tercapai
II - 20
RKPD Kab Rembang 2014
No Indikator Kinerja
Target Capaian Kinerja Pembilang
Penyebut Hasil
Target Ket
Kabupaten Rembang
C Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian Luar BiasaKLB
Cakupan desa kelurahan mengalami KLB yang
dilakukan penyelidikan epidemiologi 24 jam.
8 8
100 100
Tercapai
D Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Cakupan desa siaga aktif 294
294 100
40 Tercapai
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang Tahun 2012
3 Pekerjaan Umum a Jalan dan Jembatan
Panjang jalan yang ada di Kabupaten Rembang terdiri dari jalan Kabupaten sepanjang 642,75 Km, jalan provinsi sepanjang 57,45 Km
dan jalan nasional sepanjang 60,81 km. Kondisi jalan Kabupaten Rembang dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.34 Panjang Jalan Kabupaten Rembang Tahun 2010-2012
No Uraian
Tahun 2010
2011 2012
Bina Marga
1
Panjang jalan kabupaten Km
642,75 642,75
642,75
Kondisi jalan baik 346,61
321,75 351,58
Kondisi sedang 90,31
161,38 149,81
Kondisi jalan rusak ringan 89,93
83,15 65,85
Kondisi jalan rusak berat 115,9
76,48 75,51
2 Panjang jalan provinsi Km
57,45 57,45
57,45
Kondisi jalan baik 37,45
43,09 45,96
Kondisi sedang 11,00
8,62 6,89
Kondisi jalan rusak ringan 4,00
4,02 2,87
Kondisi jalan rusak berat 5,00
1,72 1,72
3 Panjang jalan Nasional Km
60,81 60,81
60,81 Kondisi jalan baik
40,81 45,61
47,43 Kondisi sedang
5,00 9,12
7,30 Kondisi jalan rusak ringan
6,00 4,26
4,26 Kondisi jalan rusak berat
9,00 1,82
1,82
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Tahun 2012
Kecenderungan sebagian besar jalan di Kabupaten Rembang dari tahun ke tahun menunjukan dalam kondisi sedang, baik dan sebagian kecil
rusak. Hal demikian memerlukan pemeliharaan dan peningkatan jalan sesuai kewenangannya karena fungsi jalan sangatlah penting sebagai
prasarana utama pergerakan manusia dan barang untuk kegiatan ekonomi dan sosial kemasyarakatan. Berdasarkan fungsinya, jaringan
jalan di Kabupaten Rembang terdiri dari:
1. Jalan Arteri Primer
Jalan arteri melayani angkutan jarak jauh dengan kecepatan rata- rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien. Jalan
arteri primer di Kabupaten Rembang yaitu jalan antar propinsi yang melintasi Kabupaten Rembang di sepanjang jalur pantai utara
melalui Kecamatan Kaliori
Rembang Lasem
Sluke Kragan -
II - 21
RKPD Kab Rembang 2014
Sarang. Ruas jalan arteri primer yang melewati di Kota Rembang dan Kota Lasem tidak hanya menghubungkan kota atau jalur
regional namun saat ini juga berfungsi sebagai jalur internal kota kolektor, sehingga
menyebabkan jalan tersebut padat dan berkecepatan rendah.
2. Jalan Kolektor Primer
Jalan kolektor melayani angkutan perjalanan jarak dekat dengan kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk dibatasi. Di
Kabupaten Rembang Jalan kolektor primer menghubungkan Kabupaten Rembang dengan Kabupaten Blora melalui Kecamatan
Rembang
Sulang Bulu dan menghubungkan Kabupaten
Rembang dengan Kabupaten Bojonegoro Propinsi Jawa Timur, melalui Kecamatan Lasem
Pancur - Pamotan Sedan
Sale. 3.
Jalan Lokal Primer Jalan lokal melayani angkutan setempat dengan perjalanan jarak
dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. Jalan lokal primer di Kabupaten Rembang yaitu jalan-jalan
yang melalui kota-kota kecamatan.
Untuk panjang jembatan di Kabupaten Rembang pada tahun terakhir tidak mengalami perubahan. Walaupun sebagian besar jembatan masih
dalam kondisi baik, namun perlu diwaspadai karena sebagian jembatan telah berusia tua. Perbaikan kondisi jembatan, tidak hanya di wilayah
perkotaan, tetapi juga di wilayah perdesaan sangat diperlukan untuk mendukung aktivitas perekonomian masyarakat.
Tabel 2.35 Jumlah dan Panjang Jembatan di Kabupaten Rembang
Tahun 2010 2012
No Uraian
Tahun 2010
2011 2012
1 Jembatan Kabupaten
126 126
126 Kondisi Jembatan baik unit
96 84
92 Kondisi Jembatan rusak ringan unit
30 38
27 kondisi Jembatan rusak berat unit
4 7
2 Panjang jembatan kabupaten m
1.239,90 1.239,90
1.239,90 3
Panjang jembatan Propinsi m 398,80
398,80 398,80
4 Panjang jembatan Nasional m
627,60 627,60
627,60
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Tahun 2012
b Drainase
Jaringan drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan penerima air dan atau ke bangunan resapan
buatan, yang harus disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan. Lingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan drainase
sesuai ketentuan dan persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan perundangan yang telah berlaku, terutama mengenai tata cara
perencanaan umum jaringan drainase lingkungan perumahan di perkotaan. Salah satu ketentuan yang berlaku adalah SNI 02-2406-1991
tentang Tata cara perencanaan umum drainase perkotaan. Bagian dari jaringan drainase meliputi :
a. Sarana badan penerima air, meliputi prasarana sumber air di
permukaan tanah kaut, sungai dan danau b. Bangunan pelengkap, meliputi gorong-gorong, pertemuan saluran,
bangunan terjunan, jembatan, street inlet, pompa dan pintu air.
II - 22
RKPD Kab Rembang 2014
Penataan jaringan drainase yang baik di seluruh wilayah Kabupaten, terutama kawasan pemukiman perlu terus dikembangkan di Kabupaten
Rembang. Pengembangan jaringan drainase tersebut dilakukan dengan mengikuti kontour tanah, dan sungai sebagai muara akhir. Pada sisi
sebelah kanan dan kiri jalan perlu dibangun jaringan drainase agar air hujan langsung dapat disalurkan ke sungai lewat jaringan drainase yang
ada. Dengan demikian, jaringan drainase dapat berfungsi secara sempurna dalam pencegahan terjadinya banjir.
c Sumber Daya Air
Pengelolaan sumberdaya air diarahkan pada penyediaan air baku untuk irigasi, air bersih maupun industri. Air merupakan faktor pembatas serta
penentu bagi kehidupan baik manusia hewan maupun tanaman. Ketersediaan air selain menunjang pemenuhan kebutuhan sehari-hari
juga
menunjang produksi
pertanian, dan
beragam aktifitas
perekonomian masyarakat. Saat ini krisis air merupakan salah satu masalah utama di Kabupaten
Rembang, hal ini dikarenakan curah hujan yang relatif rendah, rata-rata 1.179,86 mm pertahun dan masih kurang tersedianya bangunan
tampungan yang memadai. Ditambah lagi, masalah banjir yang pernah terjadi mengakibatkan banyak kerugian bagi masyarakat sekitar. Kondisi
tersebut menunjukkan adanya potensi air yang masih bisa dimanfaatkan untuk disimpan dalam tampungan embungwaduk dan
dimanfaatkan di musim kemarau secara efisien oleh masyarakat Kabupaten Rembang.
Untuk pengelolaan prasarana air bersih selama ini dilayani dua instansi, dimana Dinas Pekerjaan Umum menangani sumber-sumber air baku
seperti mata air, embung dan pengelolaan air bersih PAB pedesaan, sedang PDAM yang melaksanakan pengelolaan dan pemanfaatan air
dalam layanan air minum perkotaan. Selama ini produksi air minum oleh PDAM Kabupaten Rembang memanfaatkan beberapa sumber air baku
yang berasal dari berbagai tempat, antara lain sumber air Semen, mata air Mudal Pamotan, Gowak, Kajar Kursi, Kajar Sanggrahan, serta
memanfaatkan air embung. Jumlah embung baik besar maupun kecil yang menjadi sumber air bersih di Kabupaten Rembang sebanyak 16
buah.
Sumber air baku perlu dipelihara dan dikelola dengan sebaik-baiknya karena wilayah Kabupaten Rembang yang berlokasi di bagian hilir
merupakan daerah yang sangat tergantung dengan daerah di atasnya. Upaya peningkatan penyediaan air bersih perlu dilakukan melalui
pemanfaatan potensi sumberdaya air yang masih tersedia. Sistem pengeloaan prasarana air bersih sudah tertata baik, tetapi perlu
pemeliharaan dan penambahan prasarana, terutama embung sebagai sumber air bersih dan reservoir serta pipa-pipa pendistribusiannya.
Kabupaten Rembang memiliki sumber daya air yang potensial untuk dikelola dengan baik melalui pembangunan prasarana sumberdaya air
agar dapat terus menerus memberikan manfaat dalam jangka panjang. Prasarana sumberdaya air utamanya digunakan untuk irigasi dan
penyediaan air bersih. Prasarana sumberdaya air tersebut meliputi : bendungan, bendung, waduk, embung, checkdam, saluran irigasi, dan
bangunan pelengkapnya.
II - 23
RKPD Kab Rembang 2014
Wilayah Kabupaten Rembang memiliki 5 lima Daerah aliran Sungai DAS besar yang mempunyai beberapa anak sungai mulai dari hulu
sampai hilir yaitu : 1 DAS Randugunting; 2 DAS Karanggeneng; 3 DAS Babagan; 4 DAS Kalipang dan 5 DAS Kali KeningSemen.
Pemanfaatan sumber daya air untuk irigasi didukung dengan saluran irigasi primer, sekunder dan tersier. Panjang saluran irigasi primer
Kabupaten Rembang pada tahun 2012 adalah 130.953 Km, sedangkan saluran irigasi sekunder 119.499 Km dan saluran irigasi tersier
sepanjang 36.588 Km.
Dari luas persawahan sebesar 29.702 ha, sawah yang terairi dengan sarana pengairan teknis sebanyak 7,44, sedangkan yang
menggunakan sarana irigasi setengah teknis sebanyak 12,1, dan lainnya 80,46 masih tergantung dengan air hujan tadah hujan.
Selengkapnya panjang saluran irigasi di Kabupaten Rembang Tahun 2010
2012 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.36 Panjang Saluran Irigasi Kabupaten Rembang Tahun 2010-2012
No Uraian
Tahun 2010
2011 2012
1 Saluran Irigasi Primer Km
130,953 130,953
130.953 2
Saluran Irigasi Sekunder Km 119,495
119,499 119.499
3 Saluran Irigasi Tersier Km
36,567 36,588
36.588
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Tahun 2012
Sampai dengan tahun 2012 Kabupaten Rembang memiliki embung
sebanyak 25 unit , bendungan 105 unit dan rawa 1 unit, baik skala besar maupun kecil. Embung yang ada di Kabupaten Rembang diantaranya
meliputi embung Banyukuwung, embung Lodan, embung Grawan, embung Panohan, embung Lambangan, embung Jatimudo, embung
Kerep, embung Kumendung, embung Rowosetro, embung Padaran, embung Kasreman, embung Brogo, embung Kasur, embung Precet,
embung Surutan, embung Sumbreng, dan rawa Bolodewo. Melihat kondisi diatas, maka pengelolaan prasarana sumberdaya air
perlu terus ditingkatkan baik secara kuantitas maupun kualitas guna meningkatkan luas wilayah tangkapan air, sehingga dapat menambah
volume pasokansimpanan air. Peningkatan pengelolaan prasarana sumberdaya air juga dilakukan melalui Program Pengelolaan Sungai
Terpadu PPST yang bertujuan agar sungai lebih lama menampung air sehingga tidak cepat mengalir ke laut dan dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat. d Persampahan
Kesehatan lingkungan
masih dihadapkan
pada permasalahan
persampahan. Sistem pengolahan sampah di Kabupaten Rembang menggunakan dua sistem yaitu sistem pengolahan sampah on-site
pengolahan pada lokasi atau cara tradisional dibakar atau ditimbun, dan sistem pengolahan sampah off-site pengolahan secara terstruktur.
Selama ini pengelolaan sampah yang tidak terangkut lebih banyak dilakukan dengan sistem on-site. Sistem pengolahan sampah yang
dilakukan Dinas Pekerjaan Umum bidang Kebersihan dan Drainase sampai tahun 2012 baru melayani kecamatan Rembang, Lasem,
Pamotan, Kragan, Sarang, Sedan dan Sulang. Sampah telah menjadi permasalahan yang tiada henti. Peningkatan
volume produksinya secara umum tidak diimbangi kemampuan menampung dan mengolahnya. Mengingat kecenderungan produksi
sampah yang tidak akan menurun, maka Pemerintah Kabupaten
II - 24
RKPD Kab Rembang 2014
Rembang terus berupaya meningkatkan proporsi tempat pembuangan sampah TPS per satuan penduduk serta berencana mengadakan alat
pengolah sampah berskala besar. Capaian pengelolaan persampahan di Kabupaten Rembang pada tahun 2012 meliputi : persentase penanganan
sampah sebesar 13,16, dan tempat pembuangan sampah per satuan penduduk mencapai 0,391 unitjiwa. Upaya penanganan sampah tidak
hanya dilakukan secara fisik, namun secara non fisik atau penyadaran kepada masyarakat juga dilakukan melalui penyuluhan-penyuluhan.
e Permukiman
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas
umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan. Kriteria kawasan permukiman
adalah kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk permukiman yang aman dari bahaya bencana alam, sehat, dan mempunyai akses
untuk kesempatan berusaha. Kondisi permukiman di wilayah Kabupaten Rembang berada pada kawasan di luar kawasan lindung sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian di daerah perkotaan atau perdesaan dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum.
Pengembangan permukiman pada tempat-tempat yang menjadi pusat pelayanan penduduk di sekitarnya, seperti pada pusat desa, ibukota
kecamatan, ibukota kabupaten yang dialokasikan di sekitar kawasan permukiman yang bersangkutan atau merupakan perluasan areal
permukiman eksisting yang telah ada. Berikut gambaran kondisi permukiman Kabupaten Rembang Tahun 2011-2012 sebagaimana tabel
berikut :
Tabel 2.37 Kondisi Permukiman di Kabupaten Rembang Tahun 2011
2012
No Uraian
2011 2012
1 Rumah Tangga pengguna air bersih
a. Jumlah Rumah Tangga pengguna air bersih
b. Jumlah seluruh Rumah Tangga 98.392
188.574 99.868
188.574 2
Lingkungan Permukiman Kumuh a. Luas Lingkungan Permukiman Kumuh
b. Luas Wilayah 19.078
101.408.035 18.506
101.408.035
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Tahun 2012
Untuk mendukung perkembangan wilayah perdesaan, diperlukan upaya mendorong pertumbuhan melalui penyediaan infrastruktur yang
memadai, sehingga keberadaan fungsi permukiman perdesaan dapat tumbuh sebagai pusat kegiatan di wilayah sekitarnya. Pengaturan
permukiman perdesaan yang kondusif dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a Pengembangan kawasan permukiman diarahkan menyebar terutama pada simpul-simpul kegiatan nodes.
b Membuka hubungan pusat-pusat kegiatan dengan kantong-kantong permukiman perdesaan, termasuk penyediaan infrastruktur secara
memadai untuk mendukung interaksi desa terhadap wilayah luar. c
Menciptakan pola permukiman yang mampu menampung kegiatan pengolahan pertanian baik berupa kerajinan, industri kecil, maupun
pariwisata.
II - 25
RKPD Kab Rembang 2014
d Permukiman perdesaan akan menjadi penyeimbang pertumbuhan pusat dan wilayah belakang, sehingga tidak terjadi kesenjangan yang
semakin melebar antara perdesaan dan perkotaan. e Permukiman perdesaan diarahkan menjadi tempat transformasi
fungsi perkotaan. Kawasan perdesaan, akan menjadi pusat distribusi dan koleksi sumberdaya yang diperlukan bagi pengembangan
wilayah perdesaan.
4 Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup merupakan suatu sistem yang meliputi lingkungan alam hayati, lingkungan alam non hayati, lingkungan buatan, dan
lingkungan sosial. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan,
pengendalian, pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup. Sehubungan dengan pemanfaatan sumber daya alam, agar lingkungan
tetap lestari, harus diperhatikan tatanantata cara lingkungan itu sendiri. Perlindungan dan konservasi sumber daya alam merupakan salah satu
program peningkatan fungsi kawasan lindung di luar kawasan hutan dan daerah tangkapan air.
Pada tahun 2012 luasan lahan kritis terus mengalami penurunan dan sebaliknya luasan lahan yang tereboisasi meningkat. Hal ini adalah
indikasi penting bahwa kehutanan tidak semata-mata pembangunan yang berorientasi produksi dan profit, namun manfaat dan fungsi
lingkungan adalah hal lain yang tidak kalah penting dalam proses pembangunan kehutanan di Kabupaten Rembang yang saat ini memang
baru memasuki tahap pemulihan kondisi hutan. Berdasarkan hasil pengamatan Citra Satelit yang dilakukan oleh Balai Pengelolaan DAS
Pemali Jratun menunjukkan bahwa di Kabupaten Rembang pada tahun 2012 terdapat 8.329 Ha lahan kritis. Ruang terbuka hijau di kota
Rembang terdiri dari jalur hijau, taman kota dan alun-alun kota dengan luas total 5,208 ha.
Untuk mengoptimalkan
fungsi ruang
terbuka hijau,
dilakukan pemeliharaan rutin, yaitu dengan perawatan, penyiraman dan
penggantian pohon yang mati, melalui Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau. Kegiatan yang menimbulkan dampak lingkungan perlu
dilengkapi dokumen pengelolaan lingkungan hidup. Dokumen lingkungan yang harus disusun sebelum kegiatan fisik dilaksanakan namun tidak
berdampak besar adalah dokumen UKLUPL. Kebijakan pembangunan lingkungan hidup diarahkan pada upaya pencegahan, pengendalian,
serta penyelamatan fungsi SDA dan lingkungan hidup agar tetap bermanfaat secara optimal bagi kesejahteraan masyarakat.
Capaian pelaksanaan pembangunan lingkungan hidup di Kabupaten Rembang pada tahun 2012 meliputi : Cakupan penghijauan wilayah
rawan longsor dan sumber mata air sebesar 17 , cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan Amdal sebesar 100, dan penegakan hukum
lingkungan dengan diterbitkannya Peraturan Daerah Nomor 5 tahun 2012 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Upaya
pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan bersinergi dengan upaya meningkatkan peran aktif dan kesadaran masyarakat terhadap peran
penting fungsi SDA dan lingkungan hidup.
II - 26
RKPD Kab Rembang 2014
5 Penatan Ruang
Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Perihal
perencanaan tata ruang daerah, Pemerintah Kabupaten Rembang telah menetapkan Perda Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Rembang Tahun 2011-2031. Rencana tata ruang wilayah kabupaten adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari
wilayah kabupatenkota, yang merupakan penjabaran dari RTRW provinsi, dan yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang
wilayah kabupatenkota, rencana struktur ruang wilayah kabupatenkota, rencana pola ruang wilayah kabupatenkota, penetapan kawasan
strategis
kabupatenkota, arahan
pemanfaatan ruang
wilayah kabupatenkota, dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
kabupatenkota. Pendetailan RTRW Kabupaten Rembang tersebut saat ini telah dan sedang disusun Rencana Detail Tata Ruang Kota dan
Peraturan Zonasi Kecamatan dan Kawasan Strategis Kabupaten sebagai materi teknis dalam penyusunan dan Penetapan Perda RDTR dan PZ
Kecamatan se-Kabupaten Rembang.
Perihal pemanfaatan ruang daerah, secara berturut-turut pemanfaatan ruang daerah untuk kegiatan pembangunan pada peruntukan kawasan
budidaya meliputi pertanian, kehutanan, pertambangan, permukiman, industri, pariwisata, pesisir dan pulau-pulau kecil. Sementara itu kegiatan
pengelolaan
lingkungan hidup
terus dilakukan
guna menjaga
keseimbangan pembangunan
daerah Kabupaten
Rembang. Pemanfaatan kawasan budidaya mengacu pada peraturan zonasi RTRW
Kabupaten maupun RDTRK. Kecenderungan minat investasi industri di wilayah Kabupaten Rembang yang terus meningkat maka perlu menjaga
keseimbangan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup melalui pengelolaan
kawasan lindung
secara berkelanjutan
meliputi mempertahankan kawasan resapan air, penegasan kawasan sempadan,
perluasan ruang terbuka hijau, pemantapan kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya, serta penanganan kawasan rawan
bencana alam.
Perihal pengendalian pemanfaatan ruang daerah, pasca penetapan Perda Nomor 14 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Rembang
Tahun 2011-2031 membawa konsekuensi semua perizinan sesuai prosedur yang berlaku sebagaimana diatur dalam Pasal 53 yaitu
ketentuan perijinan pemanfaatan ruang adalah proses administrasi dan teknis yang harus dipenuhi sebelum kegiatan pemanfaatan ruang
dilaksanakan dan untuk menjamin kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang meliputi: izin prinsip; izin lokasi; izin
penggunaan pemanfaatan tanah; izin mendirikan bangunan; dan izin lainnya. Perangkat pengendalian tata ruang daerah melalui pembentukan
Kelembagaan Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah BKPRD Kabupaten Rembang merujuk Permendagri Nomor 50 Tahun 2009
tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah yaitu dalam rangka mengkoordinasikan penyelenggaraan penataan ruang dan
kerjasama antar sektorantar daerah bidang penataan ruang dibentuk BKPRD. Rekapitulasi pemberian rekomendasi penerbitan izin prinsip
pada tahun 2011 dan 2012 sebagai berikut :
II - 27
RKPD Kab Rembang 2014
Tabel 2.38 Pemberian Rekomendasi Penerbitan Izin Prinsip BKPRD
Kabupaten Rembang Tahun 2011-2012
No. Sektor Usaha
Jumlah Keterangan
2011 2012
1 Pertanian
- 1
Pemberian Rekomendasi
izin prinsip
berlaku untuk pengurusan
izin lainnya
yang harus
dilengkapi. 2
Pertambangan dan Penggalian 3
8 3
Industri Pengolahan -
5 4
Lstrik, Gas, BBM, AB -
3 5
Bangunan 4
26 6
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2
4 7
Angkutan dan Komunikasi 1
1 8
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan -
- 9
Jasa-Jasa -
-
Jumlah 10
48
6 Perencanaan Pembangunan
Kebijakan perencanaan pembangunan daerah diarahkan pada upaya pemantapan partisipasi masyarakat dalam setiap proses perencanaan
pembangunan, peningkatan kualitas rencana pembangunan yang mewadahi dinamika permasalahan, mengembangkan sistem teknologi
informasi dalam perencanaan pembangunan, peningkatan penelitian yang berkualitas guna mendukung perencanaan di segala bidang.
Proses penyusunan perencanaan pembangunan daerah dilakukan dengan memadukan pendekatan politik, teknokratik, partisipatif, atas-
bawah top down dan bawah atas bottom up, yang mencakup proses penyusunan kebijakan, penyusunan program dan kegiatan, dan
penyusunan alokasi pembiayaan program. Proses perencanaan dilaksanakan dengan memasukkan prinsip pemberdayaan,
pemerataan, demokratis, transparansi, akuntabel, responsif dan partisipatif dengan melibatkan seluruh unsur lembaga pemerintah,
masyarakat dan para pelaku pembangunan. Sasaran pertama ini diarahkan agar para stakeholders mampu menyalurkan aspirasi untuk
selanjutnya
dapat diproses
dalam pembuatan
perencanaan pembangunan
di Kabupaten
Rembang, melalui
musyawarah perencanaan pembangunan yang difasilitasi oleh Bappeda Kabupaten
Rembang. Musrenbang dilaksanakan mulai tingkat desa, tingkat kecamatan, forum SKPD dan forum gabungan SKPD.
Selanjutnya musrenbang dilaksanakan pada tingkat kabupaten dan untuk usulan kegiatan yang diusulkan melalui pendanaan APBD Provinsi dan
APBN dilaksanakan musrenbang pada tingkat provinsi dan nasional. Guna sinergitas dan sinkronisasi proses perencanaan pembangunan
antar wilayah dan antar kewenangan urusan pembangunan dalam proses perencanaan dan penyusunan dokumen selalu memperhatikan
hasil evaluasi kinerja pembangunan yang telah dicapai pada tahun sebelumnya serta capaian indikator pada masing-masing urusan.
Selain itu juga memperhatikan Rencana Kerja Pemerintah RKP dan RKPD Provinsi Jawa Tengah, program prioritas nasional dan prioritas
provinsi serta capaian indikator amanat afirmatif seperti percepatan Tujuan Pembangunan Millennium MDGs, pencapaian kesepakatan
pendidikan untuk semua education for all, implementasi Standar Pelayanan Minimal SPM, Program Keluarga Harapan PKH.
Penyusunan RKPD tahun 2014 juga mempertimbangkan sinergitas pembangunan antara pusat dan daerah, menampung aspirasi
masyarakat dan dunia usaha, mengacu pada peningkatan keterpaduan
II - 28
RKPD Kab Rembang 2014
dan sinkronisasi kebijakan program kegiatan yang pro poor, pro job, pro growth dan pro environment.
Selanjutnya dalam rangka melaksanakan pembangunan daerah diperlukan dokumen perencanaan pembangunan berkualitas yang dapat
diaplikasikan sebagai acuan bagi pelaksanaan pembangunan. Dokumen perencanaan yang berkualitas tersebut dapat terwujud apabila didukung
oleh kualitas SDM perencana yang handal mampu membuat kebijakan perencanaan pembangunan yang mampu mensejahterakan masyarakat.
Selain itu juga dilaksanakan fasilitasi, koordinasi dengan para stakeholders, kerjasama dengan NGO dan kelompok masyarakat,
sehingga dokumen yang dihasilkan mampu mengakomodasi semua pihak-pihak yang berkepentingan dalam pelaksanakan pembangunan di
Kabupaten Rembang.
Untuk mewujudkan sasaran tersebut di atas, pada tahun 2012 telah dilaksanakan Program Perencanaan Pembangunan Daerah, Program
Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Program Kerjasama Pembangunan.
Dalam rangka sinergitas perencanaan program pembangunan daerah agar lebih terarah serta terukur dilaksanakan beberapa penyusunan
dokumen perencanaan yang meliputi tersusunnya Kajian Dampak Ekonomi Program Pemberdayaan Masyarakat, Tersusunnya Dokumen
Rencana Induk Pengembangan Air Baku Kabupaten
Rembang, Tersusunnya Dokumen Rencana Umum Pengembangan Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil di Kabupaten Rembang, Tersusunnya Dokumen Rencana Tata Ruang Laut di Kabupaten Rembang dan Tersusunnya
Dokumen Rencana Rinci Ruang Terbuka Hijau RTH di Kawasan Perkotaan Rembang serta dokumen perencanaan pembangunan daerah
lainnya. Untuk menjamin agar pelaksanaan pembangunan sesuai yang direncanakan, dilaksanakan monitoring dan evaluasi pembangunan
sebagai masukan dalam perencanaan pembangunan periode berikutnya. Setiap tahun Bappeda Kabupaten Rembang melakukan kegiatan
monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan pembangunan daerah yang dilaksanakan oleh SKPD. Hasil monitoring dan evaluasi ini
juga digunakan untuk bahan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban LKPJ Bupati Rembang dan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan
AMJ Bupati kepada DPRD Kabupaten Rembang di akhir masa jabatan.
7 Perumahan
Kebijakan pembangunan daerah di bidang perumahan diarahkan pada upaya meningkatkan pemenuhan kebutuhan rumah dan terciptanya
lingkungan permukiman yang sehat, aman, nyaman dan lestari sesuai dengan peruntukan dan fungsinya melalui menumbuhkembangkan
potensi pembiayaan yang berasal dari swadaya masyarakat, kredit mikro perumahan serta pemerataan pembangunan prasarana sarana dasar
permukiman.
8 Kepemudaan dan Olah Raga
Perkembangan bidang pemuda dan olah raga di Kabupaten Rembang selama kurun waktu 2010
2012 dapat dilihat dari beberapa indikator antara lain data organisasi kepemudaan, ketersediaan sarana dan
prasarana olah raga, jenis club dan cabang olah raga, jenis cabang olah raga unggulan, organisasi olah raga yang ada dan prestasi atlet .
selengkapnya dapat terlihat dalam tabel-tabel berikut :
II - 29
RKPD Kab Rembang 2014
Tabel 2.39 Data Organisasi Kepemudaan di Kabupaten Rembang Tahun 2010 - 2012
No Jumlah Organisasi Kepemudaan
Jumlah 2010
2011 2012
1 KNPI
1 1
1 2
AMPI 1
1 1
3 Pemuda Ansor
1 1
1 4
Pemuda Muhammadiyah 1
1 1
5 Pramuka
1 1
1 6
KUPPKWP Kelompok Wirausaha Pemuda 20
22 22
7 KOSGORO
1 1
1 8
Rembang Bangkit Foundontion 1
1 1
9 Gerakan Pemuda Nusantara
1 1
1 10
Purna Prakarya Muda Indonesia PPMI 1
1 1
Jumlah 29
31 31
Sumber : Dinbudparpora Tahun 2012
Tabel 2.40 Data Sarana dan Prasarana Olahraga di Kabupaten Rembang
Tahun 2010-2012 No
Jumlah Sarana dan Prasarana Olahraga
Jumlah 2010
2011 2012
1 Lapangan Sepak Bola
252 252
252 2
Lapangan Basket 44
44 46
3 Lapangan Volley
272 272
276 4
Lapngan Bulu Tangkis 34
34 38
5 Kolam Renang
2 2
2 6
GelanggangBalai RemajaSerbaguna 8
16 19
Sumber : Dinbudparpora Tahun 2012
Tabel 2.41 Jenis dan Klub Cabang Olahraga di Kabupaten Rembang
Tahun 2010- 2012 No
Jenis dan Klub Cabang Olahraga di Kabupaten Rembang
Jumlah 2010
2011 2012
1 Sepak Bola
14 16
18 2
Bola Volley 9
10 10
3 Bulutangkis
11 12
12 4
Senam 2
2 2
5 Sepak Takraw
3 3
3 6
Atletik 3
3 3
7 Bola Basket
8 8
8 8
Karate 4
4 4
9 Pencak Silat
14 14
14 10
Tae Kwon Do 2
2 2
11 Panahan
1 1
1 12
Catur 16
16 16
13 Tenis Meja
2 2
2 14
Tenis Lapangan 2
2 2
15 Panjat Tebing
2 2
2 16
Bridge 3
3 3
17 Wushu
2 2
2 18
Dayung 1
1 1
Jumlah 99
103 105
Sumber : Dinbudparpora Tahun 2012
II - 30
RKPD Kab Rembang 2014
Tabel 2.42 Jenis Cabang Olahraga Unggulan di Kabupaten Rembang
Tahun 2010 - 2012 No
Jenis Cabang Olah Raga Unggulan Kabupaten Rembang
Jumlah 2010
2011 2012
1 Sepak Bola
14 14
14 2
Senam 2
2 2
3 Atletik
3 3
3 4
Sepak Takraw 3
3 3
5 Catur
16 16
16 6
Wushu 2
2 2
7 Panjat Tebing
2 2
2
Sumber : Dinbudparpora Tahun 2012
Tabel 2.43 Organisasi Olahraga di Kabupaten Rembang Tahun 2010 - 2012
No Ketersediaan Organisasi Olahraga di
Kabupaten Rembang Jumlah
2010 2011
2012
1 PSSI
1 1
1 2
PASI 1
1 1
3 PRSI
1 1
1 4
PERSANI 1
1 1
5 IPSI
1 1
1 6
PERCASI 1
1 1
7 GABSI
1 1
1 8
PBVSI 1
1 1
9 PERBASI
1 1
1 10
PBSI 1
1 1
11 TAE KWON DO
1 1
1 12
WUSHU 1
1 1
13 PERPANI
1 1
1 14
PTMSI 1
1 1
15 FORKI
1 1
1 16
FPTI 1
1 1
17 PSTI
1 1
1
Jumlah 18
18 18
Sumber : Dinbudparpora Tahun 2012
Tabel 2.44 Prestasi Atlet menurut Cabang Olahraga
Kabupaten Rembang Tahun 2010-2012 No
Prestasi Atlet menurut Cabang Olahraga
Jumlah 2010
2011 2012
1 Sepak Bola
1 2
3 2
Senam 2
3 4
3 Atletik
3 5
7 4
Sepak Takraw 1
2 3
5 Catur
2 4
6 6
Wushu 2
2 3
7 Panjat Tebing
2 2
2
Jumlah 13
15 17
Sumber : Dinbudparpora Tahun 2012
9 Penanaman Modal
Kebijakan Pemerintah Kabupaten Rembang di bidang penanaman modal secara umum diarahkan pada upaya meningkatkan iklim investasi yang
semakin kondusif dengan mendorong terwujudnya kepercayaan dunia usaha melalui penguatan dan penyederhanaan pelayanan penanaman
II - 31
RKPD Kab Rembang 2014
modal, mengembangkan kebijakan pro penanaman modal, peningkatan infrastruktur ekonomi yang baik dan menekan ekonomi biaya tinggi.
Ketersediaan iklim investasi yang kondusif dapat ditingkatkan melalui upaya-upaya berkesinambungan yang dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten Rembang dan para stakeholder dalam hal-hal berikut ini:
1 Memberikan kepastian hukum atas peraturan-peraturan di daerah serta menghasilkan produk hukum yang berkaitan dengan kegiatan
penanaman modal sehingga tidak memberatkan beban tambahan pada biaya produksi usaha;
2 Memelihara keamanan dari potensi gangguan kriminalitas oleh oknum masyarakat terhadap aset-aset berharga perusahaan, terhadap jalur
distribusi barang dan gudang serta pada tempat-tempat penyimpanan barang jadi maupun setengah jadi;
3 Memberikan kemudahan yang paling mendasar atas pelayanan yang ditujukan pada para investor, meliputi perijinan investasi, imigrasi,
kepabeanan, perpajakan dan pertahanan wilayah; 4 Memberikan secara selektif rangkaian paket insentif investasi yang
bersaing; 5 Menjaga kondisi iklim ketenagakerjaan yang menunjang kegiatan
usaha secara berkelanjutan. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Rembang
dalam mewujudkan Rembang yang pro investasi adalah dengan melakukan akselerasi pemberian ijin investasi yang membuka peluang
penerimaan tenaga kerja bagi warga Kabupaten Rembang. Dalam kurun waktu 3 tiga tahun terakhir telah dikeluarkan beberapa perijinan oleh
kantor KPPT Kabupaten Rembang sebagai berikut:
Tabel 2.45 Pelayanan Perijinan Di Kabupaten Rembang Tahun 2010-2012
No Jenis pelayanan KPPT
Jumlah 2010
2011 2012
1. Ijin Lokasi
8 15
2. Ijin HO
357 328
258 3.
TDP 480
379 456
4. SIUP
431 328
440 5.
TDI IUI 48
5 264
6. TDG
6 1
7. Pengesahan Akte Koperasi
8. Ijin Eksploitasi Pertambangan
51 9.
Ijin Pengolahan Pemurnian 5
10. Ijin Air Bawah Tanah ABT
11. Ijin Mendirikan Bangunan IMB
419 498
648 12.
Ijin Reklame 47
13. Ijin Pariwisata
3 14.
Ijin SK Trayek 15.
Ijin Usaha Angkutan 16.
Ijin Insidentil 17.
Kartu Pengawasan 18.
Ijin Tebang 23
19. Ijin Kubur
147 73
137 20.
IMB Kubur 25
19 23
21. Pelayanan AK.I Kartu Kuning
3.112 1.617
1.971 22.
Ijin Penarikan Undian Berhadiah 23.
Sertifikat Laik Sehat 4
76 24.
Ijin Praktek 336
183 73
Sumber : kantor pelayanan perijinan Terpadu 2012
II - 32
RKPD Kab Rembang 2014
Salah satu upaya akselerasi implementasi kebijakan penanaman modal adalah sikronisasi paket kebijakan penanaman modal dan koordinasi
lintas sektoral serta penetapan kebijakan dasar penanaman modal untuk mendorong terciptanya iklim usaha yang kondusif bagi penanaman
modal serta mempercepat peningkatan penanaman modal melalui pemberian perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri dan
penanam modal asing baik dalam bentuk Penanaman Modal Asing Langsung Foreign Direct InvesmentFDI maupun dalam bentuk
portofolio investasi, menjamin kepastian hukum, kepastian berusaha, dan keamanan berusaha bagi penanam modal sejak proses pengurusan
perijinan sampai dengan berakhirnya kegiatan penanaman modal.
Keberhasilan implementasi kebijakan, termasuk dalam hal ini kebijakan penanaman modal, sangat ditentukan oleh dua variabel besar, yakni
variabel content of policy dan context of policy . Variabel content of policy antara lain mencakup: a sejauhmana kepentingan kelompok
sasaran atau target groups termuat dalam isi kebijakan b jenis manfaat yang diterima oleh target groups; c sejauhmana perubahan yang
diinginkan dari sebuah kebijakan. Suatu program yang bertujuan merubah sikap dan perilaku kelompok sasaran relatif lebih sulit
diimplementasikan daripada program yang sekedar memberikan bantuan kredit atau beras kepada kelompok masyarakat miskin; d apakah letak
sebuah program sudah tepat; e apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan rinci; f apakah sebuah program
didukung oleh sumber daya yang memadai. Sedangkan variabel context of policy
lingkungan kebijakan mencakup: a seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang
terlibat dalam implementasi kebijakan; b karakteristik institusi dan rejim yang sedang berkuasa; c tingkat kepatuhan dan responsivitas
kelompok sasaran.
Implementasi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 sebagai pendorong akselerasi implementasi paket kebijakan bidang penanaman
modal diharapkan dapat menciptakan iklim investasi yang kondusif dan dapat meningkatkan realisasi investasi, baik PMA maupun PMDN.
Disamping itu dalam rangka menghadapi perubahan perekonomian nasional dan regional dalam berbagai kerja sama antar daerah serta
untuk penguatan daya saing perekonomian daerah, perlu diciptakan iklim penanaman modal yang kondusif, promotif, memberikan kepastian
hukum, keadilan, dan efisien dengan tetap memperhatikan kepentingan ekonomi daerah. Dengan penciptaan iklim penanaman modal yang
kondusif tersebut, diharapkan akan dapat meningkatan penanaman modal untuk mengolah potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil
dengan menggunakan modal yang berasal baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Berkaitan dengan hal tersebut, penanaman
modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian daerah dan ditempatkan sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi
daerah, menciptakan
lapangan kerja,
meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan
kemampuan teknologi daerah, mendorong pembangunan ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu
sistem perekonomian yang berdaya saing.
Upaya pengembangan potensi penanaman modal baik di bidang pertambangan antara lain pasir kuarsa, batu gamping, bentonite, tanah
liatlempung, dll, industri kelautan dan perikanan antara lain galangan kapal kayu, garam krosokrakyat, teri nasi dan rajungan,
II - 33
RKPD Kab Rembang 2014
pengolahan ikan kering dll, industri pengolahan mebel kayu, kerajinan kuningantembaga maupun batik tulis dilakukan dengan memperhatikan
dampak lingkungan dan daya dukung serta sarana prasarana yang diarahkan pada keberlanjutan pemanfaatannya. Skala pengusahaan baik
skala besar, menengah maupun kecil diharapkan tetap menjaga ketersediaan air tanah, keberlanjutan ketersediaan tambang, perikanan
kelautan, kayu maupun bahan baku lainnya.
Adapun perkembangan nilai investasi di Kabupaten Rembang selama kurun waktu 3 tahun terakhir yang dilakukan pihak swasta baik investor
dalam negeri maupun asing ditunjukkan oleh tabel berikut :
Tabel 2.46 Perkembangan Nilai Realisasi Investasi Swasta PMAPMDN
di Kabupaten Rembang Tahun 2010-2012
No NAMA
PERUSAHAAN NILAI INVESTASI Rp
KET 2010
2011 2012
1 PT. CENTRAL
PERTIWI BAHARI 4.073.789.678
4.073.789.678 3.539.253.614
PMA 2
PT. OMYA INDONESIA
- -
78.189.048.000 PMA
3 PT. PERUSAHAAN
DAGANG DAN INDUSTRI
TRESNO 31.305.155.533
77.227.648.336 149.163.589.800
PMDN
4 PT. HOLI MINA
JAYA 35.000.000.000
46.500.000.000 242.921.259.294
PMDN 5
CV. KARYA MINA PUTRA
15.000.000.000 35.000.000.000
35.000.000.000 PMDN
6 PT. SEMEN
INDONESIA Persero Tbk
- -
42.523.774.000 PMDN
Jumlah 85.378.945.211
162.801.438.014 551.336.924.708
Sumber : kantor pelayanan perijinan Terpadu 2012
10 Koperasi dan UMKM
Pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah UMKM dan Koperasi merupakan langkah yang strategis dalam meningkatkan dan memperkuat
dasar kehidupan perekonomian dari sebagian terbesar warga Kabupaten Rembang, khususnya melalui penyediaan lapangan kerja dan
mengurangi kesenjangan dan tingkat kemiskinan. Dengan demikian upaya untuk memberdayakan UMKM harus terencana, sistematis dan
menyeluruh baik pada tataran makro dan mikro yang meliputi 1 penciptaan iklim usaha dalam rangka membuka kesempatan berusaha
seluas-luasnya, serta menjamin kepastian usaha disertai adanya efisiensi ekonomi; 2 pengembangan sistem pendukung usaha bagi UMKM untuk
meningkatkan akses kepada sumber daya produktif sehingga dapat memanfaatkan kesempatan yang terbuka dan potensi sumber daya,
terutama sumber daya lokal yang tersedia; 3 pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif usaha kecil dan menengah
UKM; dan 4 pemberdayaan usaha skala mikro untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang bergerak dalam kegiatan usaha ekonomi di
sektor informal yang berskala usaha mikro, terutama yang masih berstatus keluarga miskin. Selain itu, peningkatan kualitas koperasi untuk
berkembang secara sehat sesuai dengan jati dirinya dan membangun efisiensi kolektif terutama bagi pengusaha mikro dan kecil.
Kebijakan pembangunan koperasi dan usaha kecil menengah diarahkan pada upaya pemberdayaan koperasi dan UMKM melalui penumbuhan
wirausaha baru, peningkatan kompetensi dan perkuatan kewirausahaan, peningkatan produktivitas, pemanfaatan hasil inovasi dan penerapan
II - 34
RKPD Kab Rembang 2014
teknologi dalam iklim usaha yang sehat, serta optimalisasi peran lembaga keuangan dan perbankan melalui peningkatan peran sertanya
dalam pengembangan agrobisnis, penyediaan permodalan bagi koperasi dan UMKM.
Perkembangan koperasi dan UMKM di Kabupaten Rembang tahun 2010- 2012 dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 2.47 Perkembangan Koperasi dan UKM di Kabupaten Rembang
Tahun 2010-2012 No.
Jenis Data 2010
2011 2012
1. Koperasi
- Koperasi Aktif - Koperasi Tdk Aktif
518 392
126 532
410 122
548 431
117
2. UKM
16.847 20.826
26.167
Sumber : Dinindagkop dan UMKM Tahun 2012
11 Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kebijakan pembangunan di bidang kependudukan dan catatan sipil diarahkan pada upaya memberikan pelayanan kepada masyarakat
tentang kependudukan dan pencatatan sipil dengan cepat, murah dan transparan. Cakupan layanan administrasi kependudukan dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 2.48 Cakupan Pelayanan Administrasi kependudukan Kabupaten Rembang
Tahun 2010 2012
No Uraian
Tingkat Perkembangan Tahunan 2010
2011 2012
1 Pelayanan KTPKK
- KTP lembar - KK lembar
77.476 60.117
69.303 50.662
67.887 60.311
2 Penerbitan Akta Catatan Sipil
22.144 13.478
9.780
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Tahun 2012
Beberapa permasalahan
yang ada
dalam cakupan
layanan kependudukan lebih dikarenakan sebagian
besar masyarakat di Kabupaten Rembang belum mengetahui persyaratan mendapatkan akte
kelahiran baik akte kelahiran baru maupun perbaikanralat akte sesuai perda No. 4 Tahun 2009, selain itu kesadaran masyarakat terhadap
pengurusan akte kelahiran
masih kurang. Dan masih banyaknya masyarakat yang mengurus akte, baik akte baru, kutipan dan perubahan
akte kelahiran kebanyakan masih melalui perantara. Adapun Capaian pelayanan bidang kependudukan dan catatan sipil
dapat dilihat dari perkembangan data jumlah penduduk yang memiliki KTP, KK dan Akte Lahir sebagaimana tersaji dalam tabel berikut :
Tabel 2.49 Jumlah Penduduk Menurut Kepemilikan KTP, KK, Akte Lahir
Tahun 2010-2012
No
Tahun
Jumlah Penduduk Menurut Kepemilikan KTP
KK Akte lahir
Sudah Belum
Sudah Belum
Sudah Belum
1 2010
295.264 199.949
168.962 18.772
378.598 274.480
2 2011
355.554 144.007
171.325 19.037
394.257 271.968
3 2012
394.356 136.101
185.549 20.616
413.881 275.427
Sumber : Dindukcapil Kab. Rembang, 2010-2012
II - 35
RKPD Kab Rembang 2014
Data tabel diatas menunjukkan sampai sejauh mana implementasi kebijakan terhadap pelayanan kependudukan dan pencatatan sipil yang
merupakan salah satu tugas pemerintahan dibidang pelayanan publik.
Selama kurun waktu 3 tahun dari tahun 2010 sampai 2012 telah ada peningkatan terhadap pelayanan kependudukan dan pencatatan sipil.
Dari data jumlah kepemilikan KTP pada tahun 2010 sebanyak 295.264 60 menjadi 394.356 74. Untuk kepemilikan Kartu Keluarga KK
pada tahun 2010 sampai tahun 2012 sudah 90 penduduk yang memiliki KK dimana pada tahun 2010 sebanyak 168.962 penduduk dan tahun
2012 sebanyak 185.549. Demikian pula untuk kepemilikan akte kelahiran secara total meningkat dari 58 pada tahun 2010 menjadi 60
pada tahun 2012 seperti tersaji pada tabel, dimanapada tahun 2010 ada 378.598 penduduk yang memiliki akte kelahiran menjadi 413.881 pada
tahun 2012. Memperhatikan pentingnya dokumen kependudukan bagi setiap Warga Negara, diharapkan
semua penduduk Kabupaten
Rembang memiliki dokumen kependudukan tersebut. Sementara itu guna mendukung Program Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan SIAK tahun 2012 telah tersedia jaringan data
online dan pemutakhiran database kependudukan. Terhadap program tersebut perlu adanya peningkatan sosialisasi bersama instansilembaga
terkait, sehingga masyarakat lebih paham akan arti pentingnya akta kelahiran.
12 Ketenagakerjaan
Pada tahun 2012 tercatat angka pencari kerja yang ditempatkan sebesar 293 orang. Pada tahun 2012 penempatan kerja terbanyak pada AKAD
yang mencapai 182 orang AKAN 8 orang dan AKL sebanyak 103 orang. Tingkat pengangguran terbuka pada tahun 2010 sebesar 4,89, tahun
2011
sebesar 5,92. Sedangkan tahun 2012 sebesar 5,80 .
D
ata selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.50 Kondisi Ketenagakerjaan di Kabupaten Rembang Tahun 2010-2012
No Kondisi Ketenagakerjaan
2010 2011 2012
1 Angkatan Kerja Orang
330.064 330.650
Na
2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
71.37 72.26
Na
3 Pencari kerja yang ditempatkan orang
436 325
293
4 Tingkat Pengangguran Terbuka TPT
4,89 5,92
5,80
5 Penempatan Tenaga Kerja :
a. AKL orang
99 56
103
b. AKAD orang
122 177
182
c. AKAN orang
215 92
8
6 Proporsi UMK terhadap KHL
93 96
98
Sumber : Dinsosnakertrans Kab. Rembang Tahun 2012
Tingkat pendidikan pencari kerja di Kabupaten Rembang pada tahun 2010 didominasi oleh lulusan SMA sebanyak 1.023 orang dan pada
tahun 2011 tingkat pencari kerja juga masih didominasi lulusan SMA sebanyak 1.188 orang. Untuk Tahun 2012 kondisi tersebut tidak jauh
beda yaitu didominasi lulusan SMA sebanyak 1.010 orang .
II - 36
RKPD Kab Rembang 2014
Tabel 2.51 Tingkat Pendidikan Pencari Kerja Tahun 2010-2012 orang
No Tingkat Pendidikan Pencari Kerja
2010 2011
2012
1 Sekolah Dasar SD
7 17
7 2
Sekolah Menengah Tingkat Pertama SMP
79 115
84
3 Sekolah Menengah Tingkat Atas
SMA 1.023
1.188 1.010
4 Diploma
70 199
281 5
Sarjana 112
398 637
6 Pasca Sarjana
1 3
7
Sumber : Dinsosnakertrans Kab. Rembang Tahun 2012
Untuk meningkatkan kualitas pencari kerja, Balai Latihan Kerja
mengadakan berbagai jenis pelatihan. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.52 Jenis dan Jumlah Peserta Pelatihan di BLK Kabupaten Rembang
Tahun 2010-2012
No Jenis
Ketrampilan Kejuruan
2010 2011
2012 L
P Jml
L P
Jml L
P Jml
1 Menjahit
4 12
16 5
27 32
1 47
48 2
Montir Sepeda
Motor 36
36 -
- -
32 -
32 3
Operator Komputer
6 30
36 8
8 16
11 21
32 4
Las Listrik 16
16 16
- 16
48 -
48 6
RadioTV -
- -
16 -
16 -
- -
7 Mobil
Bensin -
- -
16 -
16 -
- -
8 Ukir Kayu
- -
- -
- -
- -
- 9
Bordir -
- -
- -
- -
- -
10 Tata Rias
Pengantin -
- -
- -
- -
- -
11 Tata Rias
Rambut -
- -
- 16
16 -
32 32
12 Teknik
Pendingin -
- -
- -
- -
- -
13 Mebeleir
- -
- -
- -
- -
- 14
Elektro 5
- 5
- -
- 48
- 48
16 Weekel
- -
- 16
- 16
- -
- 17
Prosesing Pertanian
- -
- 2
30 32
- 48
48 18
Prosesing Perternakan
- -
- -
- -
- -
- 19
Ukir Kayu -
- -
16 -
16 -
- -
20 Teknik
Pendingin -
- -
16 -
16 32
- 32
21 Mebeleir
- -
- 16
- 16
32 -
32 22
Las Karbit -
- -
- -
- -
- -
23 Elektro
- -
- -
- -
- -
- 24
Teknik Batik 10
6 16
3 13
16 3
29 32
25 Ternak
Kambing -
- -
- -
- -
- -
Jumlah 77
48 125
130 94
224 207
177 384
Sumber : Dinsosnakertrans Kab. Rembang Tahun 2012
II - 37
RKPD Kab Rembang 2014
13 Ketahanan Pangan
Upaya mewujudkan ketahanan pangan tidak terlepas dari kebijakan umum pembangunan pertanian dalam mendukung penyediaan pangan terutama
dari produksi domestik. Secara umum, kebijakan ketahanan pangan yang dapat mewadahi berbagai macam kepentingan yang berkembang menurut
pelaku ekonomi dan segenap stakeholders adalah berlandaskan falsafah dasar kemandirian pangan, yang berdimensi ketersediaan pangan,
aksesibilitas dan stabilitas harga pangan dan utilisasi pangan. Dimensi ketersediaan dapat dipenuhi dengan konsistensi strategi peningkatan
produksi pangan di dalam negeri, untuk mengurangi ketergantungan kepada pangan impor, sekaligus meningkatkan kemandirian
dan kedaulatan pangan bangsa. Dimensi aksesibilitas dapat dipenuhi dengan
strategi kecukupan pangan food adequacy, untuk menjamin ketersediaan dan kecukupan pangan di seluruh wilayah, yang dapat dijangkau dan
aman dikonsumsi masyarakat luas.
Dimensi stabilitas dapat dipenuhi dengan implementasi kebijakan stabilisasi harga, baik dengan dukungan penuh anggaran pemerintah
daerah, maupun dengan pembenahan aspek kelembagaan dari pasar pangan lokal.
Selain itu dalam rangka mengurangi ketergantungan terhadap beras, yang saat ini tergolong masih sangat tinggi dan sering
mempengaruhi tekanan permintaan terhadap beras, maka strategi diversifikasi pangan secara lebih spesifik perlu terus diupayakan dengan
berfalsafah pada pemenuhan pangan beragam dan gizi seimbang sebagai pintu masuk strategi diversifikasi pangan yang bersumber dari pangan
lokal yang mudah diperoleh dari pelosok pedesaan.
Secara keseluruhan Neraca Bahan Makanan 6 Bahan makanan pokok masyarakat di Kabupaten Rembang pada tahun 2011 dan 2012 dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.53 Perkembangan Neraca Bahan Makanan 6 Bahan
Makanan Pokok Masyarakat di Kabupaten Rembang Tahun 2011 2012
2011 No
Komoditas Ketersediaan
Ton Kebutuhan
Ton Selisih
Surplus Minus
1 Beras
123.738,746 49.800,705
73.938,041 Surplus
2 Jagung
96.517,234 1.946,221
94.571,013 Surplus
3 Kedelai
4.868,679 13.653,214
- 8.784,535 Minus
4 Kacang tanah
4.950,784 326,348
4.624,436 Surplus
5
Ketela Rambat
4.140,615 1.139,251
3.001,364 Surplus
6 Ketela Pohon
27.275,313 5.073,228
22.202,085 Surplus
2012 No
Komoditas Ketersediaan
Ton Kebutuhan
Ton Selisih
Surplus Minus
1 Beras
113.804,074 50.128,200
63.675,875 Surplus
2 Jagung
128.676,306 1.959,019
126.717,286 Surplus
3 Kedelai
4.142,499 13.742,999
9.600,500 Minus
4 Kacang tanah
4.503,530 328,494
4.175,036 Surplus
5
Ketela Rambat
2.441,222 1.146,743
1.294,479 Surplus
6 Ketela Pohon
22.570,577 5.106,590
17.463,987 Surplus
Sumber : BKP4K Kab. Rembang Tahun 2012
II - 38
RKPD Kab Rembang 2014
Terlihat dari tabel diatas bahwa bahan makanan kedelai selama 2 tahun terakhir tergolong minus belum sepenuhnya terpenuhi dari produksi lokal,
sedangkan 5 bahan makanan pokok lainnya dalam kondisi surplus. Sementara dari tingkat kerentanan pangan di Kabupaten Rembang
selama 2 tahun terakhir tergolong rendah sampai dengan cukup rendah. Penyelenggaran SPM Ketahanan pangan mencakup tiga aspek penting
yang digunakan sebagai indikator pencapaian standar pelayanan ketahanan pangan, yaitu a ketersediaan pangan, yang diartikan bahwa
pangan tersedia cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, baik jumlah maupun mutunya serta aman, b distribusi pangan, adalah
pasokan pangan yang dapat menjangkau keseluruh wilayah sehingga harga stabil dan terjangkau oleh rumah tangga, dan c konsumsi pangan,
adalah setiap rumah tangga dapat mengakses pangan yang cukup dan mampu mengelola konsumsi yang beragam, bergizi dan seimbang serta
preferensinya.
Dari ketiga aspek ketahanan pangan tersebut di atas, maka Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan terdiri dari 4 empat jenis
pelayanan dasar : 1 Bidang ketersediaan dan cadangan pangan; 2. Bidang distribusi dan akses pangan; 3. Bidang penganekaragaman dan
keamanan pangan; 4.Bidang penanganan kerawanan pangan. Adapun capaian Capaian Standar Pelayanan Minimal SPM Bidang Ketahanan
Pangan di Kabupaten Rembang Tahun 2012 ditunjukkan oleh tabel sebagai berikut :
Tabel 2.54 Matrik Capaian Standar Pelayanan Minimal SPM
Bidang Ketahanan Pangan Kabupaten Rembang Tahun 2012
No Jenis Pelayanan
Dasar Bidang Indikator
Target Realisasi
2012
A. Ketersediaan dan
Cadangan Pangan Ketersediaan Energi dan
Protein per kapita 70
87 124
Penguatan Cadangan Pangan
30 25
83 B.
Distribusi dan Akses Pangan
Ketersediaan Informasi Pasokan, Harga dan
Akses Pangan di Daerah 60
42 70
Stabilitas Harga dan Pasokan Pangan
75 83
110 C.
Penganekaragaman dan Keamanan
Pangan Skor Pola Pangan
Harapan 80
85,9 107.3
Pengawasan dan Pembinaan Keamanan
Pangan 50
35 70
D. Penanganan
Kerawanan Penanganan Daerah
Rawan Pangan 30
64 210
Sumber : BKP4K Kab.Rembang Tahun 2012
14 Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Pengarusutamaan gender dalam pembangunan nasional sebagaimana diamanatkan Inpres No. 9 tahun 2000 adalah upaya secara terencana
untuk mewujudkan kesetaraan dan keadian gender di Kabupaten Rembang. Indikator yang digunakan untuk mengukur kesetaran gender
adalah Indeks Pembangunan Gender IPG dan Indeks Pemberdayaan Gender IDG. Indeks Pembangunan Gender merupakan nilai komposit
Indeks Pembangunan Manusia IPM yang terpilah laki-laki dan perempuan meliputi tiga sub indikator yaitu angka harapan hidup, angka
melek huruf, angka lama sekolah dan pendapatan.
II - 39
RKPD Kab Rembang 2014
Di Kabupaten Rembang masih terdapat kesenjangan gender dalam memperoleh akses, partisipasi dan manfaat pembangunan. Dalam hal
kedudukan perempuan dalam jabatan politik pada lembaga legislatif masih rendah yaitu sebanyak 10 orang atau sekitar 22,2, masih dibawah
jumlah ketentuan peraturan perundangan yang ada sebesar 30.
Dalam proses pembangunan, semua rakyat pada hakeketnya mempunyai hak dan kewajiban yang sama, baik laki-laki maupun perempuan. Selama
ini peran kuat perempuan nampak di sektor domestik atau di dalam rumah tangga. Peran perempuan di sektor publik masih perlu ditingkatkan. Tolok
ukur yang dipakai untuk mengukur partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan publik adalah dengan menggunakan ukuran
pemberdayaan gender diantaranya adalah jumlah perempuan dalam lembaga pemerintahan maupun swasta. Berikut adalah tabel persentase
partisipasi perempuan di lembaga pemerintah
tahun 2010-2012 dan partisipasi perempuan di lembaga swasta tahun 2010-2012.
Tabel 2.55 Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah dan swasta
Tahun 2010-2012
NO Uraian
2010 2011
2012
1 Jumlah perempuan yang menempati
jabatan eselon II 1
1 1
2 Jumlah perempuan yang menempati
jabatan eselon III 24
25 24
3 Jumlah perempuan yang menempati
jabatan eselon IV 96
103 124
4 Pekerja perempuan di pemerintah
3.893 3.789
3.701 5
Persentase pekerja perempuan di lembaga pemerintah
42,10 42,31
42,94 6
Jumlah perempuan yang bekerja di lembaga swasta
3.581 6.053
6.086 Sumber : BKD dan Dinsosnakertrans Kab. Rembang tahun 2010-2012
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa persentase perempuan yang bekerja di lembaga pemerintahan pada tahun 2010-2012 menunjukkan
adanya peningkatan, demikian pula jumlah perempuan yang menempati eselon IV juga meningkat cukup banyak dari tahun 2010 sebanyak 96
orang menjadi 124 orang pada tahun 2012. Adapun yang menempati eselon III dan II cenderung tetap. Jumlah perempuan yang bekerja di
lembaga swasta dari tahun 2010 sampai tahun 2012 menunjukkan peningkatan jumlah yang cukup signifikan yaitu dari sejumlah 3.581
orang pada tahun 2010 menjadi 6.086 pada tahun 2012.
Tabel 2.56 Jumlah Kasus KDRT Tahun 2010-2012
No Uraian
2010 2011
2012
1 Jumlah KDRT
21 18
15 2
Jumlah Rumah Tangga 165.551
176.294 180.035
3 Rasio KDRT
0,013 0,01
0,008 sumber : BPMPKB tahun 2010-2012
Jumlah kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga KDRT yang terjadi di Kabupaten Rembang pada tahun 2010 sampai tahun 2012 semakin
berkurang terlihat dari data tabel diatas dimana pada tahun 2010 terdapat 21 kasus KDRT dan berkurang menjadi 15 kasus pada tahun 2012.
Persebaran kasus KDRT di Kabupaten Rembang tahun 2012 pada setiap kecamatan ditunjukkan oleh tabel berikut :
II - 40
RKPD Kab Rembang 2014
Tabel 2.57 Jumlah Kasus KDRT Menurut Kecamatan Tahun 2012
No Kecamatan
Jumlah KDRT Jumlah RT
1 Kaliori
1 11.188
2 Sumber
2 11.504
3 Bulu
8.109 4
Sulang 1
11.034 5
Rembang 6
22.945 6
Gunem 1
6.718 7
Pamotan 12.803
8 Pancur
1 7.600
9 Sedan
2 14.701
10 Sale
19.738 11
Lasem 11.845
12 Sluke
1 7.946
13 Kragan
17.478 14
Sarang 16.426
Jumlah 15
180.035
Sumber: BPMPKB 2012
Pada tabel diatas tercatat 15 kasus kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi di tahun 2012. Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 14
kecamatan di Kabupaten Rembang kasus KDRT masih terjadi pada 8 kecamatan. Jumlah terbanyak terjadi di Kecamatan Rembang sebanyak 6
kasus, kemudian Kecamatan Sumber dan Sedan masing-masing ada 2 kasus. Sedangkan 5 kecamatan lainnya yaitu Kaliori, Sluke, Pancur,
Gunem, dan Sulang masing-masing menyumbangkan 1 angka kasus KDRT.
Sedangkan penanganan perempuan dan anak korban kekerasan, mengacu pada Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak No. 01 tahun 2010 ditunjukkan oleh Matrik Capaian Performance Standar Pelayanan Minimal SPM Bidang Layanan Terpadu
Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan sebagai berikut :
Tabel 2.58 Matrik Capaian Standar Pelayanan Minimal SPM
Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan Kabupaten Rembang Tahun 2010-2012
Uraian Capaian Performance
2010 2011
2012
a. Penanganan pengaduanlaporan korban kekerasan terhadap perempuan dan anak,dengan indikator SPM, sbb:
1 Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapat penanganan pengaduan oleh petugas
terlatih di dalam unit pelayanan terpadu 100
100 100
2 Cakupan ketersediaan petugas di unit pelayanan terpadu yang memilikikemampuan untuk
menindaklanjuti pengaduanlaporan masyarakat 50
50 75
b. Pelayanan kesehatan bagi perempuan dan anak korban kekerasan 1 Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan
yang mendapat layanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih di Pukesmas mampu tatalaksana
KtPA dan PPTPKT di Rumah Sakit 100
100 100
2 Cakupan Pukesmas mampu tatalaksana kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak KtPA
100 100
100 3 Cakupan RSU VertikalRSUDRS SwastaRS Polri
yang melaksanakan pelayanan terpadu bagi perempuan dan anak korban kekerasan
50 50
100 4 Cakupan tenaga kesehatan terlatih tentang
tatalaksana kasus korban kekerasan terhadap 100
100 100
II - 41
RKPD Kab Rembang 2014
Uraian Capaian Performance
2010 2011
2012
perempuan dan anak KtPA di Puskesmas 5 Cakupan tenaga kesehatan terlatih tentang
tatalaksanan kasus korban kekerasan terhadap perempuan dan anak di Rumah Sakit
100 100
100 c. Rehabilitasi sosial bagi perempuan dan anak korban kekerasan
1 Cakupan layanan rehabilitasi sosial yang diberikan oleh petugas rehabilitasi sosial terlatih bagi perempuan
dan anak korban kekerasan di dalam unit pelayanan terpadu
42 58
58 2 Cakupan petugas rehabilitasi sosial yang terlatih
29 29
50 3 Cakupan layanan bimbingan rohani yang di berikan
oleh petugas bimbingan rohani terlatih bagi perempuan dan anak korban kekerasan di dalam unit pelayanan
terpadu 50
50 65
4 Cakupan petugas bimbingan rohani terlatih dalam melakukan bimbingan rohani
100 100
100 d. Penegakan dan bantuan hukum bagi perempuan dan anak korban kekerasan
1 Cakupan penegakan hukum dari tingkat penyidikan sampai dengan putusan pengadilan atas kasus-kasus
kekerasan terhadap perempuan dan anak 57
62 100
2 Cakupan Penyelesaian penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di tingkat
kepolisisn 27
41 100
3 Cakupan ketersediaan Unit Pelayanan Perempuan dan Anak UPPA di Polres
100 100
100 4 Cakupan ketersediaan sarana dan prasarana di
UPPA 100
100 50
5 Cakupan ketersediaan polisi yang terlatih dalam memberikan layanan yang sensitive gender
60 50
100 6 Cakupan ketersediaan Jaksa yang terlatih dalam
penuntutan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak
100 100
100 7 Cakupan ketersediaan hakim yang terlatih dalam
menanganai perkara kekerasan terhadap perempuan dan anak
100 100
100 8 Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan
yang mendapatkan layanan bantuan hukum 100
100 30
9 Cakupan ketersediaan petugas pendamping hukum atau advokat yang mempunyai kemampuan
pendamping pada seksi danatau korban kekerasan terhadap perempuan dan anak
60 60
30 e. Pelayanan pemulangan dan reintegrasi sosial bagi perempuan dan anak korban
kekerasan 1 Cakupan layanan reintegrasi sosial bagi perempuan
dan anak korban kekerasan NA
NA 60
2 Cakupan ketersediaan petugas terlatih untuk melakukan rintegrasi sosial
43 71
60 Sumber : BPMPKB Kab.Rembang Tahun 2012
15 Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Kebijakan pembangunan bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera diarahkan pada upaya menggerakkan dan mendayakan seluruh
masyarakat dalam program KB, menata pengelola program KB, memperkuat SPM operasional program KB, serta meningkatkan
pembinaan program KB. Di bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera, Total Fertility Rate TFR pada tahun 2010,2011 dan 2012 tetap
sebesar 2,03. Berikut gambaran perkembangan pembangunan di bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera di Kabupaten Rembang
tahun 2010
2012:
II - 42
RKPD Kab Rembang 2014
Tabel 2.59 Perkembangan Pembangunan Keluarga Berencana
dan Keluarga Sejahtera Tahun 2010 2012
Indikator 2010
2011 2012
Total Fertility rate TFR 2,03
2,03 2,03
Prevalensi peserta KB aktif 83,07
83,86 84,06
Keluarga Pra Sejahtera 97.352
96,998 95.017
Keluarga Sejahtera I 12.965
10.929 18.822
Laki-laki ber KB 1,29
1,47 1,30
Persentase Unmetneed 7,81
9,15 7,04
Jumlah peserta KB baru 15.679
18.711 15.984
Jumlah peserta KB Drop Out 13.507
17.674 12.964
Sumber : BPMPKB Kab.Rembang Tahun 2012
16 Perhubungan
Kebijakan pembangunan bidang perhubungan di Kabupaten Rembang diarahkan pada upaya meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan
jasa perhubungan, komunikasi dan informatika; meningkatkan aksesibilitas pelayanan angkutan umum; meningkatkan pengawasan dan pengendalian
penyelenggaraan jasa perhubungan, komunikasi dan informatika; meningkatkan peranan swasta dalam rangka peningkatan pelayanan jasa
perhubungan, komunikasi dan informatika; pengembangan infrastruktur perhubungan, komunikasi dan informatika di kawasan pesisir dan pulau-
pulau kecil untuk wewujudkan Sea Front City di Kabupaten Rembang.
Di bidang layanan perhubungan, untuk memperlancar kegiatan transportasi pada simpul-simpul jalur transportasi disediakan fasilitas
terminal. Berdasarkan
jenis angkutannya
maka terminal
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :
Terminal angkutan penumpang Terminal angkutan barang
Terminal yang tersedia terdiri dari dua terminal kelas B yaitu Terminal Lasem dan Terminal Rembang, dan tujuh terminal kelas C yang
menghubungkan wilayah perkotaan dengan wilayah perdesaan di Kabupaten Rembang, yaitu Rembang, Lasem, Sulang, Gunem, Sarang,
Pamotan, dan Sumber. Sampai saat ini pelayanan terminal di Kabupaten Rembang sudah berfungsi sesuai dengan peruntukkannya, meskipun
masih memerlukan perbaikan. Selain angkutan umum dan kendaraan pribadi, di Kabupaten Rembang juga banyak dilintasi kendaraan angkutan
barang. Angkutan barang ini sangat berkontribusi terhadap kerusakan jalan dan jembatan, serta kemacetan lalu lintas. Selama ini kontrol
terhadap angkutan barang masih kurang, masih banyak angkutan barang yang membawa muatan melebihi daya angkut yang ditetapkan, dimana
kewenangan dimiliki oleh Provinsi Jawa Tengah. Banyak pula angkutan barang yang berhenti di pangkalan truk ilegal di Desa Manggar,
Sumbersari Kragan, Cikalan Lasem, Pancur, dan Wuwur. Selain itu banyak pula yang berhenti di sembarang tempat, sehingga menghambat
arus lalu lintas jalan raya. Dengan melihat kondisi tersebut, diperlukan peningkatan pelayanan terhadap angkutan barang dengan melakukan
pengontrolan beban muatan angkutan barang, khususunya angkutan barang yang melalui jaringan jalan Kabupaten Rembang kelas II dan kelas
III. Selain itu, diperlukan pula pengembangan rest area atau pool truck yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat istirahat pengendara angkutan
barang.
II - 43
RKPD Kab Rembang 2014
Kondisi perhubungan laut di Kabupaten Rembang dimana Pelabuhan Rembang eksisting merupakan pelabuhan pengumpan yang berada di
Desa Tasik Agung Kecamatan Rembang, yang secara keruangan lokasinya berdekatan dengan pelabuhan perikanan pantai pada Kawasan
Sentra Perikanan Kabupaten Rembang. Oleh karena itu maka Pelabuhan Tasik Agung saat ini dan kedepan lebih dikembangkan untuk pelabuhan
perikanan pantai sebagai bagian dari pengembangan Kawasan Sentra Perikanan Terpadu. Sedangkan Pelabuhan Rembang, mengingat berada
pada posisi strategis di antara dua pelabuhan besar yaitu Tanjung Mas Semarang
dan Tanjung Perak Jawa Timur, pada tahapan pembangunan jangka menengah dan jangka panjang, dikembangkan
melalui pembangunan terminal pelabuhan Tanjung Bendo Sluke sebagai pelabuhan pengumpan yang selanjutnya diproyeksikan menjadi pelabuhan
pengumpul dan pelabuhan utama.
Pengembangan terminal pelabuhan Sluke di Desa Sendangmulyo Kecamatan Sluke diharapkan menjadi infrastruktur pemicu bagi
pertumbuhan ekonomi wilayah dengan membuka pintu gerbang akses transportasi laut guna mengangkut arus barang komoditas dan hasil
olahan hinterland Kabupaten Rembang dengan peluang kegiatan antara lain :
1. Mendorong pengembangan industri berbasis bahan galian tambang dan
pengolahan produk pertanian. 2. Mengoptimalkan terminal pelabuhan niaga antar pulau dan ekspor
impor. 3. Penyediaan fasilitas terminal curah cair dalam rangka pengolahan dan
distribusi minyak Blok Cepu dan Blok Randugunting Rembang. 4. Pengembangan pelabuhan terintegrasi dengan pembangunan kawasan
industri Kabupaten Rembang. Selanjutnya perkembangan pelayanan bidang perhubungan di Kabupaten
Rembang sampai dengan tahun 2012 dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 2.60 Data Bidang Perhubungan Kabupaten Rembang Tahun 2010
2012
No Uraian
Tahun 2010
2011 2012
1 Pelanggaran Ijin Trayek
101 98
34 2
Pelanggaran Uji 110
107 71
3 Pelanggaran Kendaraan Bukan
Peruntukannya 9
22 1
4 Kendaraan Bermotor Wajib Uji
4.027 4.382
4.998 5
Kendaaan Bermotor Yang Diuji 8.187
8.756 9.232
6 Pelanggaran Jalur Penangkapan
Pelayaran 3
- -
7 Pelanggaran Alat Penangkapan Ikan
3 -
- 8
Pelanggaran Pencurian Ekosistem Laut Yang Dilindungi
2 -
- 9
Pelanggaran Kelengkapan Dokumen Kapal
51 10
105 10
Jumlah Angkutan Darat 546
579 614
11 Jumlah Pelabuhan :
- Perikanan
- Regional
1 1
1 1
1 1
12 Kecelakaan Di laut
- 5
1 13
Sambungan Telepon SST 4.600
5.452 6.053
14 Jumlah Warnet
43 60
72 15
Jumlah Domain Website Pemda 1
1 1
16 Jumlah Paket Lelang LPSE paket
- 3
39 17
Nilai Paket Lelang LPSE Rp. -
- 103.086.464.000
Total HPS Rp. -
- 101.700.592.000
Nilai Lelang Rp. -
- 97.538.026.090
Efisiensi Rp. -
- 4.162.565.910
Sumber : Dinhubkominfo Kab.Rembang Tahun 2012
II - 44
RKPD Kab Rembang 2014
17 Komunikasi dan Informatika
Penyelenggaraan bidang komunikasi dan informatika bertujuan untuk mewujudkan masyarakat sadar informasi dan terjaminnya hak
masyarakat terhadap informasi yang luas dan transparan, melalui peningkatan kesadaran terhadap kebutuhan informasi, pelayanan
informasi multi media, serta perluasan jaringan sarana dan prasarana informasi seluruh kecamatan. Pencapaian kinerja penyelengaraan bidang
komunikasi dan informatika adalah operasi dan pemeliharaan website Pemerintah Kabupaten Rembang yakni rembangkab.go.id sebagai media
untuk terjalinnya komunikasi yang harmonis antar pelaku pembangunan, dan dalam mendukung globalisasi informasi di berbagai bidang, serta
turut serta mendukung penyelengaraan pameran Rembang Expo.
Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang No.14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, maka Pemerintah Kabupaten
terus berupaya membangun dan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi untuk mengelola informasi publik secara baik dan efisien
sehingga dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.
Kewenangan pemerintah daerah dalam penyelenggaran urusan komunikasi dan informatika mencakup bidang pos dan telekomunikasi,
sarana komunikasi dan deseminasi informasi. Terkait dengan penyelenggaraan pos dan telekomunikasi, saat ini di Kabupaten
Rembang terdapat 10 kantor pos. Dilihat perkembangannya pelayanan pos masih cukup diperhitungkan terutama dalam hal layanan pengiriman
surat dan paket pos baik lokal, regional maupun nasional.
18 Pertanahan
Bidang pertanahan
mempunyai peran
yang strategis
dalam pembangunan daerah dan memiliki fungsi ekonomis serta sosial.
Karena mengandung fungsi ekonomis dan sosial maka kepemilikan tanah perlu dibuktikan dengan sertifikat kepemilikan tanah dengan status
yang jelas. Bukti kepemilikan tanah tersebut antara lain sertifikat tanah dengan status Hak Milik HM, Hak Guna Bangunan HGB, Hak Guna
Usaha HGU dan Hak Pakai HP. Saat ini upaya peningkatan kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya status hukum tanah
dilakukan melalui kegiatan penyuluhan maupun peningkatan pelayanan administrasi pertanahan di Kabupaten Rembang yang masih perlu terus
ditingkatkan. Adapun perkembangan data status tanah bersertifikasi di Kabupaten Rembang dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ditunjukkan
oleh tabel sebagai berikut :
Tabel 2.61 Data Status Tanah Bersertifikasi di Kabupaten Rembang
Tahun 2010 2012
No Uraian
Tingkat Perkembangan Tahunan 2010
2011 2012
1. Jumlah Tanah Bersertifikasi
Hak Milik HM 119.961
123.320 126.675
Hak Guna Bangunan HGB 5.222
5.455 5.482
Hak Guna Usaha HGU -
- Hak Pakai HP
2.841 2.856
2.894 2.
Jumlah Tanah belum bersertifikat
- 233.197
230.727
Sumber : Kantor Pertanahan Kabupaten Rembang Tahun 2012
II - 45
RKPD Kab Rembang 2014 Pemerintah
Kabupaten mempunyai
sejumlah kewenangan
dalam penyelenggaraan bidang pertanahan, hal ini sesuai dengan amanat Keputusan
Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional Bidang Pertanahan. Dalam pasal 2 ayat 2 kewenangan Pemerintah KabupatenKota
dalam bidang pertanahan adalah 1 pemberian ijin lokasi, 2 penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan, 3 penyelesaian sengketa
tanah garapan, 4 penyelesaian masalah ganti kerugian dan santunan tanah untuk pembangunan, 5 penetapan subyek dan obyek redistribusi tanah, serta
ganti kerugian tanah kelebihan maksimum dan tanah absentee, 6 penetapan dan penyelesaian masalah tanah ulayat, 7 pemanfaatan dan penyelesaian
masalah tanah kosong, 8 pemberian ijin membuka tanah dan 9 perencanaan penggunaan tanah wilayah KabupatenKota.
19 Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Kondisi stabilitas keamanan daerah salah satunya ditunjukkan adanya gangguan keamanan baik oleh masyarakat maupun oleh sekelompok
orang. Selama ini kondisi stabilitas keamanan cukup baik, meskipun
jumlah kasus pelanggaran hukum adanya peningkatan dari tahun 2010 sebanyak 117 perkara pidana dan 27 perkara perdata, pada tahun 2011
sebanyak 157 perkara pidana dan 20 Perkara perdata, sedang pada
tahun 2012 sebanyak 170 perkara pidana dan 159 Perkara perdata. Kemudian dalam rangka menciptakan iklim investasi yang kondusif,
diupayakan melalui pembangunan di bidang politik, keamanan dan ketentraman lingkungan. Dalam hal Keamanan dan ketertiban
lingkungan, kondisi di Kabupaten Rembang relatif stabil dan terkendali. Hal ini ditunjukkan dengan sedikitnya gangguan keamanan baik oleh
masyarakat maupun oleh sekelompok orang. Kejadian unjuk rasa di Kabupaten Rembang selama tahun 2010 terjadi 7 kali, pada tahun 2011
sebanyak 7 kali dan pada tahun 2012 sebanyak 9 Kali.
Pada tahun 2012 dengan rasio satpol PP dan Linmas yang sama pada tahun
sebelumnya, keberhasilan capaian pada upaya pelayanan ketentraman dan ketertiban di Kabupaten Rembang meningkat, hal ini
ditunjukkan dengan menurunnya angka kriminalitas secara keseluruhan pada tahun 2012 dari tahun 2011 meskipun masih lebih tinggi apabila
dibandingkan pada tahun 2010. Berikut adalah tabel Angka Kriminalitas Kabupaten Rembang tahun 2010-2012.
Tabel 2.62 Angka Kriminalitas Kabupaten Rembang tahun 2010-2012
No
Jenis Kriminal 2010
2011 2012
1. Jumlah kasus Narkoba
- 5
2 2.
Jumlah kasus Pembunuhan -
- 1
3. Jumlah Kejahatan Seksual
8 14
9 4.
Jumlah kasus Penganiayaan 37
45 44
5. Jumlah kasus Pencurian
99 99
79 6.
Jumlah kasus Penipuan 21
31 45
7. Jumlah kasus Pemalsuan uang
3 -
- 8.
Jumlah Tindak Kriminal Selama 1 Tahun
297 357
341 9.
Jumlah Penduduk 593.360
597.262 600.277
10. Angka Kriminalitas 89 0,0501 0,0598 0,0568
Sumber : Polres tahun 2010-2012
Kondisi keamanan di Kabupaten Rembang dapat dilihat dari perkembangan angka kriminalitas pada tahun 2010-2012 seperti tersaji
pada tabel diatas. Dari data diketahui bahwa terjadi kenaikan tindak kriminalitas 60 kasus dimana pada tahun 2010 sebanyak 297 menjadi
II - 46
RKPD Kab Rembang 2014
357 pada tahun 2011 dan berkurang sebanyak 16 kasus menjadi 341 pada tahun 2012. Angka kriminalitas yang mengalami peningkatan
adalah kasus penipuan yang dari tahun 2010 sebanyak 21 kasus menjadi 45
kasus pada tahun 2012, selain itu adanya kasus pembunuhan pada tahun 2012 juga menjadi perhatian bagi keamanan di
Kabupaten Rembang. Penyelenggaraan ketertiban dan ketenteraman masyarakat
dibentuk Satuan Polisi Pamong Praja. Satpol
PP mempunyai
tugas menegakkan
Perda dan menyelenggarakan
ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat serta perlindungan masyarakat.
Untuk mengoptimalkan
kinerja Satpol
PP perlu
dibangun kelembagaan Satpol
PP yang
mampu mendukung
terwujudnya kondisi
daerah yang tenteram, tertib, dan teratur.
Penataan kelembagaan Satpol PP tidak hanya mempertimbangkan kriteria kepadatan jumlah penduduk di suatu daerah, tetapi juga beban
tugas dan tanggung jawab yang diemban, budaya, sosiologi, serta risiko keselamatan polisi pamong praja.
Tabel 2.63 Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja Tahun 2010-2012
No
Uraian 2010
2011 2012
1. Jumlah polisi pamong praja
108 103
98 2.
Jumlah penduduk 593.360
597.262 600.277
3. Rasio jumlah polisi pamong praja
per satuan jumlah penduduk 0,00018
0,00017 0,00016
Sumber : SATPOL PP, 2010-2012
Berdasarkan data diatas diketahui bahwa jumlah polisi pamong praja pada tahun 2010 hingga 2012 mengalami pengurangan. Pada tahun
2010 ada 108 orang polisi PP tetapi pada tahun 2012 berkurang menjadi 98 orang. Hal ini terjadi kerena adanya polisi PP yang telah memasuki
masa pensiun dan belum ada pergantian personil. Meskipun demikian apabila dilihat rasio jumlah polisi pamong praja per satuan jumlah
penduduk penurunan jumlah personil polisi PP tidak terlalu signifikan dimana pada tahun 2010 menunjukkan angka 0,00018 kemudian pada
tahun 2011 menurun menjadi 0,00017 dan pada tahun 2012 menjadi 0,00016.
Perlindungan masyarakat memiliki peran dan fungsi yang sangat srategis dalam membantu aparat pemerintah dan aparat keamanan guna
terwujudnya ketertiban
umum, ketentraman
masyarakat serta
penanggulangan bencana. Hal ini tidak lepas dari kemampuan dan kinerja kelembagaan linmas yang positif dalam pengerahan potensi
masyarakat dan tugas linmas di kampung dan kelurahan merupakan unsur terdepan yang melaksanakan tugas sesuai fungsi, untuk itu satuan
linmas perlu di bentuk di setiap kampung dengan anggota 10 orang atau dapat di sesuaikan dengan kondisi daerah.
Tabel 2.64 Rasio Jumlah Linmas Per 10.000 Penduduk Tahun 2010-2012
No Uraian
2010 2011
2012
1. Jumlah Linmas
7.812 6.040
6.033 2.
Jumlah Penduduk 593.360
597.262 600.277
3. Rasio jumlah Linmas Per
10.000 Penduduk 131,66
101,33 100,50
Sumber : Kesbangpolinmas Kab. Rembang 2010-2012
Data tabel diatas menunjukkan adanya pengurangan jumlah linmas selama tiga tahun terakhir. Pada tahun 2010 terdapat 7.812 personil
kemudian berkurang menjadi 6.040 orang pada tahun 2011 dan menjadi 6.033 pada tahun 2012. Demikian pula rasio jumlah linmas per satuan
II - 47
RKPD Kab Rembang 2014
penduduk juga mengalami penurunan selaras dengan berkurangnya jumlah personil linmas.
Menjaga keamanan lingkungan merupakan tanggung jawab bersama sebagai warga negara yang baik. Salah satu bagian terpenting dalam
pemeliharan keamanan lingkungan adalah peran serta masyarakat. Dalam hal ini bentuk partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan
lingkungan diwujudkan dalam bentuk Sistem Keamanan Lingkungan. Siskamling dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan moral dan
disiplin warga. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat lepas dari interaksinya dengan manusia lain. Dalam interaksinya dengan manusia
lain, maka tercipta suatu masyarakat dan suatu peradapan serta kebudayaan manusia yang didalamnya terdapat nilai-nilai yang
mendasari dan menuntun tindakan-tindakan dalam hidup bermasyarakat
Tabel 2.65 Rasio Jumlah Pos Siskamling Per Kecamatan Tahun 2010-2012
No Kecamatan
2010 2011
2012
Jmlh Siskam
pling
Jmlh Desa
Rasio
Jmlh Siskam
pling
Jmlh Desa
Rasio
Jmlh Siskam
pling
Jmlh Desa
Rasio 1
2 3
4 5=34
6 7
8=67 9
10 11=910
1 Rembang
267 34
7,9 267
34 7,9
267 34
7,9 2
Kaliori 132
23 5,7
132 23
5,7 132
23 5,7
3 Sumber
126 18
7,0 126
18 7,0
142 18
7,9 4
Sulang 79
21 3,8
79 21
3,8 79
21 3,8
5 Bulu
84 16
5,3 84
16 5,3
84 16
5,3 6
Lasem 122
20 6,1
122 20
6,1 140
20 7,0
7 Pancur
91 23
4,0 91
23 4,0
91 23
4,0 8
Pamotan 125
23 5,4
125 23
5,4 95
23 4,1
9 Gunem
150 16
9,4 150
16 9,4
148 16
9,3 10
Sale 82
15 5,5
82 15
5,5 99
15 6,6
11 Sedan
98 21
4,7 98
21 4,7
96 21
4,6 12
Sluke 118
14 8,4
118 14
8,4 118
14 8,4
13 Kragan
76 27
2,8 76
27 2,8
73 27
2,7 14
Sarang 117
23 5,1
117 23
5,1 117
23 5,1
Jumlah 1.667
294 80,9
1.667 294
80,9 1.681
294 82,2
Sumber : Kesbangpolinmas Kab. Rembang 2010-2012
Data tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah siskamping hanya sedikit mengalami penambahan dari tahun 2010 sampai tahun 2012. Dari 294
desa terdapat 1.667 buah siskamling pada tahun 2010 dan 2011 kemudian bertambah menjadi 1.681 pada tahun 2012. Dilihat dari rasio
jumlah siskamling dengan jumlah desa maka rasio terbesar ada di Kecamatan Gunem sebesar 9,3, kemudian disusul Kecamatan Sluke
8,4, Kecamatan Sumber dan Kecamatan Rembang masing-masing 7,9.
20 Otonomi Daerah,
Pemerintahan Umum,
Keuangan Daerah,
Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian 1 Otonomi Daerah
Dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah
sebagaimana diamanatkan
Undang Undang No.
32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah Kabupaten Rembang harus
melaksanakan urusan yang telah dilimpahkan kepada kabupaten yaitu sebanyak 26 urusan wajib dan 8 urusan pilihan. Pelimpahan urusan
tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan
Daerah
Provinsi dan
Pemerintahan Daerah
KabupatenKota. Penyelenggaraan urusan tersebut setiap tahun dilaporkan kepada
pemerintah provinsi dan pusat serta masyarakat dalam bentuk Laporan
II - 48
RKPD Kab Rembang 2014
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah LPPD, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban LKPJ dan Informasi Laporan Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah ILPPD seperti yang disebut dalam PP Nomor 3 tahun 2007 tentang Pedoman Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada DPRD dan Informasi Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat. Penyelenggaraan urusan kewenangan tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan
pembiayaan, sumberdaya manusia, kelembagaan daerah dan potensi lain yang dimiliki daerah. Penyelenggaraan pemerintahan daerah
menyangkut segenap urusan kewenangan pemerintah, urusan dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang harus dilaksanakan dengan
penuh tanggung jawab. Dalam rangka mewujudkan sistem pemerintahan yang baik telah disusun Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati. Pada
tahun 2012 telah tersusun Peraturan Daerah sebanyak 7 tujuh buah, Peraturan Bupati sebanyak 52 lima puluh dua buah.
Pembaruan Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam rangka tertib hukum dan perundangan di
daerah. Agar dalam penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan dan penyelenggaraan pelayanan publik dapat dipertanggungjawabkan dan
lebih terjamin. Dengan kelengkapan perangkat hukum di daerah baik Perda dan Perbub maka masyarakat lebih terlindungi dalam
mendapatkan
pelayanan publik.
Upaya penegakkan
peraturan perundangan di masa mendatang menjadi prasyarat penting bagi
penegakkan hukum dan perlindungan terhadap hak asasi manusia HAM di daerah.
Tujuan pelaksanaan otonomi daerah adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat dan demokratisasi di daerah yang dicapai melalui penerapan
prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik. Untuk mencapai tujuan otonomi daerah dibutuhkan kelembagaan pemerintahan daerah yang
mantap dan berprinsip pada good and clean government, aparatur pemerintah daerah yang profesional, penetapan standar kinerja
pemerintahan daerah, baik dengan penerapan Standar Pelayanan Minimal SPM bagi urusan kewenangan wajib dan standar kinerja bagi
urusan pilihan.
PP No. 65 tahun 2005 menyatakan bahwa pemerintah pusat akan menetapkan pedoman penyusunan standar pelayanan minimal dan
pemerintah daerah
provinsi serta
kabupatenkota akan
melaksanakannya sebagai perwujudan dari kepemerintahan yang baik. Sampai dengan tahun 2012 standar pelayanan minimal yang telah
dirumuskan oleh pemerintah pusat sebanyak lima belas SPM,
Sedangkan di Kabupaten Rembang telah disusun sembilan Peraturan Bupati tentang Standar Pelayanan Minimal SPM. Dalam peningkatan
pelayanan publik maka masyarakat dapat berpartisipasi dalam penilaian kinerja penyelenggaraan urusan melalui monitoring capaian SPM dan
dengan pengukuran Indek Kepuasan Masyarakat IKM dalam pelayanan yang diterima masyarakat secara langsung. Tingkat
kepuasan layanan masyarakat atas pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Rembang IKM pada
tahun 2012 cukup baik.
II - 49
RKPD Kab Rembang 2014
2 Pemerintahan Umum
Penyelenggaraan pemerintahan umum mengacu pada reformasi birokrasi dan penyelenggaraan kepemerintahan yang baik, ketentuan
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang No 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Penyelenggaraan pelayanan publik yang
akuntabel, transparan dan partisipatif bertumpu pada prinsip prinsip penyelenggaraan kepemerintahan yang baik.
Peningkatan pelayanan publik yang lebih berkualitas dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Rembang dengan membentuk pelayanan
perijinan terpadu dalam bentuk Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu One Stop ServicesOSS telah melayani lebih kurang 16 perijinan.
Selain itu, upaya peningkatan pelayanan bidang-bidang lainnya semakin ditingkatkan, antara lain pelayanan administrasi kependudukan dan
pencatatan sipil, pelayanan air bersih, pelayanan persampahan dan lain sebagainya. Beberapa kendala dalam optimalisasi pelayanan publik
adalah terbatasnya prasarana dan sarana, kesiapan aparatur pemerintah daerah, peningkatan pelayanan publik secara digital
e-governance dan kesenjangan antar perdesaan dengan perkotaan.
Keterbatasan ini menyebabkan pelayanan publik memerlukan waktu yang lebih lama, sehingga kecepatan dan ketepatan pelayanan belum
dapat dilaksanakan secara optimal.
3 Keuangan Daerah
Kondisi keuangan daerah dari tahun 2010 2012
menunjukkan pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan PAD dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2.66
Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah PAD Kabupaten Rembang Tahun 2010 2012
No Tahun
PAD Pertumbuhan
1 2010
78.227.428.000 34,2
2 2011
83.354.852.000 6,6
3 2012
95.041.791.800 14,0
Sumber : DPPKAD Kab. Rembang Tahun 2012
Berdasarkan tabel di atas, diketahui PAD Kabupaten Rembang meningkat cukup baik dari tahun 2010-2012. Namun demikian kualitas
PAD tersebut sebenarnya terletak pada proporsi PAD terhadap APBD tahun yang bersangkutan. Proporsi PAD terhadap APBD tahun 2010
2012, terlihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 2.67
Proporsi Pendapatan Asli Daerah PAD terhadap APBD Kabupaten Rembang 2010 2012
No Tahun
PAD APBD
Proporsi terhadap APBD
1 2010
78.227.428.000 696.509.030.000
11,23 2
2011 83.297.698.000
876.405.451.000 9,50
3 2012
95.041.791.800 1.017.768.984.800
9,34
Sumber : DPPKAD Kab. Rembang Tahun 2012
Dilihat dari besarnya proporsi, ternyata pertumbuhan PAD yang relatif besar belum cukup berarti apabila dibandingkan dengan besarnya APBD
Kabupaten Rembang. Kemampuan membiayai daerah atau kapasitas daerah dalam membiayai pembangunan hanya berkisar sebesar 9
11 saja, dalam tiga tahun terakhir.
II - 50
RKPD Kab Rembang 2014
4 Aparatur Daerah
Aparatur daerah merupakan perangkat daerah yang menjadi pelaksana semua urusan penyelenggaraan pemerintahan. Melalui aparatur daerah
semua urusan yang diserahkan kepada pemerintah daerah dilaksanakan untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat. Kondisi saat ini
penyelenggaraan urusan di Kabupaten Rembang dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD sebanyak 29 unit. Untuk dapat
meningkatkan pelayanan umum dan efektivitas pemerintahan secara administratif dibagi menjadi 14 kecamatan, 287 desa dan 7 kelurahan.
Peningkatan aparatur pemerintah desakelurahan di masa mendatang perlu semakin ditingkatkan,
terutama dalam pelayanan umum, kamtibmas dan pembangunan desakelurahan. Peningkatan kinerja
aparatur semakin mendapatkan perhatian sejalan dengan program reformasi birokrasi dan profesionalisme PNS di daerah. Berdasarkan PP
No. 53 tahun 2010 tentang Displin Pegawai Negeri Sipil PNS yang baru, diharapkan disiplin PNS di masa mendatang semakin meningkat.
5 Kepegawaian
Sumberdaya manusia dalam penyelenggaraan pemerintahan adalah pegawai negeri sipil PNS. Kondisi saat ini jumlah PNS di Kabupaten
Rembang pada tahun 2012 berjumlah 8.587 orang.
Tabel 2.68 Jumlah PNS Dirinci Menurut Strata Pendidikan PNS Per Golongan
Pemerintah Kabupaten Rembang tahun 2012
No Golongan
Strata Pendidikan JUMLAH
SD SLTP
SLTA Diploma
S1 S2
S3
1 Golongan I
164 201
365
2 Golongan II
72 224
1096 793
8 2.193
3 Golongan III
1 634
396 1.853
52 2.936
4 Golongan IV
122 1.300
1.614 57
3.093
JUMLAH
236 426
1.852 2.489
3.475 109
8.587
Sumber: BKD Kabupaten Rembang Tahun 2012
Berdasarkan kepangkatan dan golongan kepegawaian PNS di Kabupaten Rembang tahun 2012 sumber daya aparatur pemerintah
daerah termasuk baik sekali, karena sebagian besar termasuk dalam Golongan III dan Golongan IV dari jumlah aparatur yang ada, kualitas
PNS terlihat dari tingkat pendidikan yang ditamatkan. Tabel
berikut menggambarkan tingkat pendidikan PNS berdasarkan strata pendidikan
jabata eselon pada pemerintah Kabupaten Rembang tahun 2012:
Tabel 2.69 Strata Pendidikan Jabatan Eselon
Pada Pemerintah Kabupaten Rembang tahun 2012
No Eselon
Strata Pendidikan Jumlah
SLTA D1
D2 D3
D4 S1
S2 S3
1 Eselon I
2 Eselon II.a
- -
- -
- -
1 -
1 3
Eselon II.b -
- -
- -
15 10
- 25
4 Eselon III.a
- -
- -
1 40
13 -
54 5
Eselon III.b -
- -
6 1
63 15
- 85
6 Eselon IV.a
49 -
- 20
13 241
43 -
366 7
Eselon IV.b 47
1 -
4 1
34 -
- 87
8 Eselon V.a
25 1
1 1
- 10
- -
38 Jumlah
121 2
1 31
16 403
82 -
656
Sumber: BKD Kabupaten Rembang Tahun 2012
II - 51
RKPD Kab Rembang 2014 Dalam upaya peningkatan profesionalisme aparatur pemerintah daerah, maka
dilaksanakan Diklat bagi PNS, baik melalui Diklat Pra Jabatan PNS Golongan I dan II serta untuk Golongan III, Diklatpim dan Diklat Teknis Fungsional sebagai
upaya meningkatkan kapasitas dalam pelayanan kepada masyarakat. Pada tahun 2012
diklat teknis fungsional sebanyak 51 orang,sedang untuk diklat struktural bagi PNSD sebanyak 43 orang.
6 Persandian
Urusan persandian merupakan salah satu kewenangan untuk melakukan komunikasi secara vertikal yaitu dengan pemerintah pusat, pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupatenkota. Kabupaten Rembang sudah memiliki pelayanan persandian yang merupakan bagian dari Bagian
Umum Setda. Bagian persandian ini belum optimal dalam mengelola persandian karena belum sepenuhnya dipahami dan diterapkan sehingga
persandian masih sebatas sarana komunikasi antar pemerintah, baik secara vertikal dan antar SKPD di Kabupaten Rembang.
21 Statistik
Data statistik yang wajib disediakan untuk mendukung perencanaan pembangunan daerah menurut pasal 152 ayat 1 dan 2 UU No. 32
tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, antara lain : 1 data penyelenggaraan pemerintahan daerah; 2 organisasi dan tata laksana
pemerintahan daerah; 3 kepala daerah, DPRD, perangkat daerah dan PNS daerah; 4 keuangan daerah; 5 potensi sumberdaya daerah; 6
produk hukum daerah; 7 kependudukan; 8 informasi dasar kewilayahan; dan 9 informasi lain terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Penyediaan datainformasi yang akurat dan dapat dipertanggung
jawabkan merupakan salah satu indikator keberhasilan penyelenggaraan pemerintah daerah dan menentukan kualitas kebijakan yang diambil
oleh pemerintah daerah. Kelengkapan data statistik dapat memberikan gambaran yang lebih mendalam tentang permasalahan dan tantangan
pembangunan daerah. Statistik diselenggarakan untuk mendukung pembangunan daerah, mengembangkan sistem statistik nasional yang
handal, efektif dan efisien, meningkatkan kesadaran masyarakat akan arti
dan kegunaan
statistik, mendukung
pengembangan ilmu
pengetahuan sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 16 tahun 1997 tentang Statistik.
Kemudahan dalam memperoleh datainformasi tersebut sesuai dengan Undang-Undang No. 16 Tahun 1997 tentang Statistik, yaitu bahwa
segenap stakeholder pembangunan, baik SKPD, kalangan dunia usaha maupun masyarakat dapat mengakses dan memanfaatkan data untuk
berbagai kepentingan. Badan Pusat Statistik BPS Kabupaten Rembang sebagai instansi vertikal dalam kurun waktu lima tahun terakhir secara
rutin melaksanakan tugas sensus dan survei, antara lain Sensus Penduduk, Sensus Pertanian, Sensus Ekonomi, Survei Sosial Ekonomi
Nasional SUSENAS, Survei Potensi Desa PODES, dan kegiatan penyediaan data statistik dasar lainnya. BPS Kabupaten Rembang
bersinergi dan berkoordinasi dengan SKPD terkait telah menyusun publikasi setiap tahun yaitu Kabupaten Rembang Dalam Angka, Produk
Domestik Regional Bruto PDRB, Survei Angkatan Kerja Daerah Sakerda, Indikator Sosial Ekonomi, Sakerda, Statistik Gender dan
Indeks Harga Konsumen serta Inflasi dan penyediaan data statistik lainnya untuk memenuhi kebutuhan perencanaan pembangunan daerah
II - 52
RKPD Kab Rembang 2014
dan nasional. Proses penyusunan tersebut melibatkan dinas atau instansi terkait, yang dilakukan melalui rapat koordinasi secara terpadu
dan terprogram, sehingga diharapkan penyusunan buku-buku statistik tersebut dapat memberikan data yang benar-benar akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan.
22 Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Pemberdayaan masyarakat dan desa merupakan upaya yang strategis dalam mewujudkan keberhasilan pelaksanaan pembangunan, dengan
pemberdayaan masyarakat dan desa dapat mewujudkan kemandirian masyarakat desa dalam menggali potensi untuk memecahkan masalah-
masalah yang dihadapi. Dalam upaya pemberdayaan masyarakat dan desa, telah ditempuh beberapa program, diantaranya melalui program-
program PNPM baik perdesaan maupun perkotaan serta PNPM Kelautan dan Perikanan juga PNPM Pariwisata. Disamping itu juga dilakukan
proses pembinaan melalui PKK, program PLAN dan sebagainya. Adapun perkembangan kelembagaan terkait dengan pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat dan desa seperti tersaji pada tabel berikut :
Tabel 2.70 Lembaga Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Kabupaten Rembang Tahun 2010-2012
Indikator 2010
2011 2012
Jumlah BUMDes 55
55 55
Jumlah Kelompok Lembaga Ekonomi Masyarakat
176 176
190 Jumlah Posyantek
3 3
3
Sumber : BPMPKB Kab. Rembang 2012
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat LPM merupakan salah satu lembaga kemasyarakatan sebagai mitra kerja pemerintah desa untuk
mengelola, merencanakan dan melaksanakan pembangunan dengan menggali swadaya gotong royong masyarakat desa. Pembangunan desa
merupakan upaya pembangunan yang dilaksanakan di desa dengan ciri utama adanya partisipasi aktif masyarakat dan kegiatannya meliputi
seluruh aspek kehidupan baik fisik material maupun mental spiritual. Berikut ini merupakan data yang menunjukkan jumlah kelompok binaan
LPM tahun 2010-2012 pada masing-masing kecamatan.
Tabel 2.71 Kelompok Binaan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat LPM
Tahun 2010-2012
No Kecamatan
2010 2011
2012
Jml LPM
Jml klp Binaan
Rata- rata
Jml
LPM Jml
LPM Jml klp
Binaan
Rata- rata
Jml
LPM Jml
LPM Jml klp
Binaan
Rata- rata
Jml
LPM 1
2 3
4 5=43
6 7
8=76 9
10 11=10
9
1. Kecamatan
Gunem 1
191 191
1 191
191 1
174 174
2. Kecamatan
Kaliori 1
209 209
1 306
306 1
323 323
3. Kecamatan
Sumber 1
226 226
1 229
229 1
255 255
4. Kecamatan
Sedan 1
214 214
1 262
262 1
291 291
5. Kecamatan
Pancur 1
202 202
1 198
198 1
205 205
6. Kecamatan
Kragan 1
98 98
1 262
262 1
342 342
II - 53
RKPD Kab Rembang 2014
No Kecamatan
2010 2011
2012
Jml LPM
Jml klp Binaan
Rata- rata
Jml
LPM Jml
LPM Jml klp
Binaan
Rata- rata
Jml
LPM Jml
LPM Jml klp
Binaan
Rata- rata
Jml
LPM
7. Kecamatan
Sarang 1
254 254
1 247
247 1
244 244
8. Kecamatan
Bulu 1
116 116
1 141
141 1
209 209
9. Kecamatan
Sluke 1
284 284
1 436
436 1
593 593
10. Kecamatan
Sale 1
140 140
1 155
155 1
185 185
11. Kecamatan
Pamotan 1
252 252
1 257
257 1
247 247
12. Kecamatan
Sulang 1
120 120
1 120
120 1
201 201
13. Kecamatan
Lasem 1
100 100
1 102
102 1
120 120
Jumlah Se kecamatan
13 2.406
2.406 13
2.906 2.906
13 3.389
3.389
Sumber : BPMPKB 2010-2012
Berdasarkan data tabel diatas diketahui bahwa jumlah kelompok binaan LPM dari tahun 2010 sampai tahun 2012 mengalami peningkatan
hampir 30. Pada tahun 2010 ada 2.406 kelompok binaan LPM, kemudian meningkat menjadi 2.906 pada tahun 2011 dan mengalami
peningkatan menjadi 3.389 pada tahun 2012. Data diatas juga menunjukkan peningkatan jumlah kelompok binaan LPM hampir terjadi
pada semua kecamatan. Hanya ada 3 tiga kecamatan yang jumlah kelompok binaan LPM ini mengalami penurunan yaitu Kecamatan
Gunem, Sarang dan Pamotan.
23 Sosial
Di bidang sosial, jumlah penyandang masalah sosial berdasarkan jenis PMKS Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial yang ada
di Kabupaten Rembang pada tahun 2010-2012 ditunjukkan oleh tabel
berikut :
Tabel 2.72 Jenis PMKS Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
Kabupaten Rembang Tahun 2010- 2012 No
Uraian 2010
2011 2012
1 Anak Balita Terlantar
2836 1477
1486 2
Anak Terlantar 7890
2602 2855
3 Anak Nakal
584 53
179 4
Anak dengan masalah hukum 11
27 5
Anak Jalanan 416
262 51
6 Wanita Rawan Sosial Ekonomi WRSE
5920 3594
4050 7
Anak Korban tindak Kekerasan 1095
250 14
8 Lanjut Usia Terlantar
7420 4188
5554 9
Penyandang Cacat Anak 1261
788 941
10 Penyandang Cacat Dewasa
3625 2337
2558 11
Pengemis 135
63 57
12 Gelandangan
7 11
8 13
Korban Bencana 232
158 13
14 Penyandang HIVAids
2
Sumber: Dinsosnakertrans Kab. Rembang Tahun 2012
Dari tabel diatas diketahui bahwa masih banyak permasalah anak yang perlu mendapat perhatian. Hal ini bisa dilihat dari jumlah anak balita
terlantar, anak nakal dan anak yang bermasalah dengan hukum. Oleh
II - 54
RKPD Kab Rembang 2014
karena itu kebijakan menuju Kabupaten Layak Anak dalam implemntasinya harus selalu dioptimalkan dengan melibatkan seluruh
sumberdaya terutama keluarga, masyarakat, pemerintah dan dunia usaha.
Guna mendukung terselenggaranya penanganan masalah
kesejahteraan sosial dan PMKS, maka diperlukan peran aktif segenap partisipasi sosial masyarakat yang tercakup dalam Potensi dan Sumber
Kesejahteraan Sosial PSKS. PSKS tersebut meliputi Pekerja Sosial Masyarakat PSM, Karang Taruna KT, Organisasi Sosial ORSOS,
Wanita Pemimpin Kesejahteraan Sosial WPKS, Dunia Usaha serta Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat WKSBM.
Sesuai Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia No 129Huk2008 telah ditetapkan SPM 2008 -2015 yang mengatur masalah PMKS yang
menerima bantuan, pemberdayaan sosial melalui Kelompok Usaha Bersama KUBE, panti sosial yang menyediakan sarana dan prasana,
bantuan sosial bagi korban bencana, penanganan korban bencana, penyandang cacat fisik dan mental, serta lanjut usia tidak potensial yang
menerima bantuan.
24 Kebudayaan
Kesenian yang ada di Kabupaten Rembang antara lain kethoprak, Wayang kulit, Sholawatan, Campursari, Thong-thong Lek, Pathol,
Dangdut Campursari, Karawitan, Tayub, Emprak, Orek-orek, Barongan, Reyog, Rodhat, Keroncong, Hadroh, Sanggar Tari, Sanggar LukisSeni
Rupa, Rebana Modern dan solo organ. Kesenian tersebut merupakan aset budaya dan kekayaan Kabupaten Rembang. Banyaknya kesenian
yang ada di Kabupaten Rembang memang merupakan potensi, namun demikian pembinaan kelompok-kelompok kesenian tersebut belum
optimal. Kelompok kesenian tersebut berkembang secara alamiah di tengah masyarakat tanpa pembinaan secara intensif oleh Pemerintah
Kabupaten Rembang. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.73 Data Jenis Kesenian Tradisional di Kabupaten Rembang Tahun 2012
No Jumlah Kelompok Kesenian Tradisional
Jumlah
1. Kethoprak
42 2.
Wayang Kulit 41
3. Dangdut Campursari
54 4.
Karawitan 67
5. Tayub
5 6.
Emprak 2
7. Pathol
1 8.
Barongan 12
9. Reyog
1 10. Keroncong
4 11. Sanggar Tari
15 12. Rebana Modern
8 13. Thong Thong Lek
23
Sumber : Dinbudparpora Tahun 2012
Kabupaten Rembang juga memiliki banyak kegiatan budaya. Beberapa kegiatan budaya yang setiap tahun diselenggarakan di Kabupaten
Rembang dapat dilihat pada tabel berikut:
II - 55
RKPD Kab Rembang 2014
Tabel 2.74
Kegiatan TradisiKeagamaanBudaya di Kabupaten Rembang Tahun 2012 No
Kegiatan Tradisi Keagamaan Budaya Keterangan
1 Sedekah Bumi
14 event 2
Sedekah Desa 14 event
3 Sedekah Laut Larungan setiap 7 Syawal
6 event 4
Hari Kartini setiap 21 April 14 event
5 Hari Jadi Kabupaten Rembang setiap 27 Juli
14 event 6
Malam Syuro setiap malam 1 Syuro 14 event
7 SyawalanKupatanLomban 1 - 10 Syawal
14 event 8
Penjamasan Bende Becak 10 Dzulhijah Idul Adha 1 event
9 Haul Sunan Bonang bulan SeloDulkangidah hari
Rabu Pahing kalau tidak ada pada hari Jumat Legi 1 event
10 Haul Sultan MinangkabauMahmud malam Jum at
Wage 1 event
11 Haul KH.Abdullah Chafidz 27 Rabiul Awal
1 event 12
Haul KH.Syayid Hamzah A.Syato 23 Syuro 1 event
13 Haul KH. Bisri Mustofa. 5 Rabiul Awal
1 event 14
Haul KH. Ma shum Ahmad 6 Rabiul Awal 1 event
15 Haul KH. Baidlawi 15 Syawal
1 event 16
Festival Thong Thong Lek Menjelang Idul Fitri 1event
Sumber : Dinbudparpora Tahun 2012
Tabel 2.75 Data Bidang Kebudayaan Tahun 2010 -2012
No Jenis Data
2010 2011
2012
1 Jumlah penyelenggaraan
festival seni dan budaya 3 kali
3 kali 3 kali
2 Jumlah sarana
penyelenggaraan festival seni dan budaya
2 buah 2 buah
2 buah
3 Jumlah benda, situs dan
kawasan cagar budaya yang dilestarikan
28 buah 43 buah
47 buah
4 Jumlah benda, situs dan
kawasan cagar budaya yang dimiliki daerah
28 buah 43 buah
47 buah
Sumber : Dinbudparpora Tahun 2012
25 Perpustakaan dan Kearsipan
Kebijakan pembangunan perpustakaan di Kabupaten Rembang diarahkan pada upaya meningkatkan minat baca masyarakat melalui
peningkatan pembinaan dan peningkatan kapasitas perpustakaan sekolah dan masyarakat, serta peningkatan kualitas dan kuantitas
layanan perpustakaan sekolah dan masyarakat.
Perkembangan pengelolaan dan capaian bidang perpustakaan dan kearsipan daerah
Kabupaten Rembang tahun 2010 -2012 dapat dilihat pada tabel berikut :
II - 56
RKPD Kab Rembang 2014
Tabel 2.76 Jumlah Koleksi Buku, Kunjungan
di Perpustakaan Daerah, Data Kerasipan Tahun 2010-2012 No
Uraian 2010
2011 2012
1. Jumlah koleksi judul buku
yang tersedia di perpustakaan daerah
11.837 11.933
12.330 2.
Jumlah koleksi jumlah buku yang tersedia di perpustakaan
daerah 24.190
24.382 25.260
3. Jumlah kunjungan ke
perpustakaan selama 1 tahun 16.523
16.084 15.330
4. Jumlah orang dalam populasi
yang harus dilayani 567.606
569.384 571.184
5. Jumlah koleksi digital Keping
CD 282
282 282
6. Pelestarian dokumen arsip
berkas 94.500
102.451 120.000
7. Arsip yang terdokumentasikan
berkas 80.000
96.000 105.000
8. Jumlah Arsip Non Tekstual
Arsip kaset tipe 75 buah
75 buah 75 buah
Arsip kaset video 34 buah
34 buah 34 buah
Arsip foto 6.633
buah 6.633
buah 6.633
buah
Sumber : Kantor Pustasip Tahun 2012
b. Urusan Pilihan 1 Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Rembang terletak diwilayah pesisir pantai utara Jawa Tengah dengan panjang pantai mencapai ± 63 km. Dengan pantai yang terbentang dari
Kecamatan Kaliori sd Kecamatan Sarang menjadikan Kabupaten Rembang memiliki potensi perikanan tangkap dan budidaya yang luarbiasa besarnya.
Sebagian potensi perikanan dan kelautan tersebut antara lain ikan layang, ikan tambang, ikan kembung, ikan selar, ikan tongkol, cumi-cumi, ikan kurisi, ikan
teri, ikan manyung, ikan layur, ikan kakap, dan rajungan. Jumlah produksi perikanan laut dalam kurun waktu 2010-2012 menunjukkan
perkembangan tren positif dimana total produksi komoditas perikanan pada tahun 2010 sebanyak 34.617,671 ton dengan nilai Rp189.288.287.070,-
kemudian meningkat 46,5 menjadi 50.264,166 ton atau senilai Rp. 277.318.359.250,- pada tahun 2011 dan pada tahun 2012 meningkat lagi
menjadi 58.621,302 ton dengan nilai Rp.336.198.863.000,-. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Rembang di sektor perikanan kelautan diarahkan agar
mampu memainkan peranan utama dalam perbaikan perekonomian daerah, dalam arti dapat memposisikan sebagai penggerak pembangunan ekonomi
daerah dan membudayakan masyarakat pembudidaya ikannelayan agar mampu mandiri dalam melaksanakan usahanya yang meliputi: a
Pemberdayaan Masyarakat dan Aparatur Kelautan dan Perikanan, b Pengembangan Teknologi Budidaya Perikanan, Teknologi Penangkapan Ikan
dan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan, c Peningkatan Pengawasan dan Pengendalian terhadap Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan, d
Peningkatan dan Pengembangan.Sarana dan Prasarana Kelautan dan Perikanan.Adapun perkembangan jumlah produksi perikanan laut di Kabupaten
Rembang selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :
II - 57
RKPD Kab Rembang 2014
Tabel 2.77 Jumlah Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Laut
Kabupaten Rembang Tahun 2010 - 2012 No
Tahun Produksi Perikanan
Tangkap Ton Nilai Perikanan Tangkap
Rupiah
1 2010
34.617,671 189.288.287.070
2 2011
50.264,166 277.318.359.250
3 2012
58.621,302 336.198.863.000
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Rembang Tahun 2012
Di Kabupaten Rembang sampai dengan tahun 2012 terdapat Pelabuhan Perikanan Pantai PPP sebanyak 1 unit berlokasi di Kelurahan Tasik
Agung, dan Tempat Pelelangan Ikan TPI sebanyak 10 unit, tersebar di sepanjang pantai Rembang sejak Kecamatan Kaliori sampai Kecamatan
Sarang. Potensi perikanan darat di Kabupaten Rembang juga cukup besar, dengan jenis komoditas perikanan yang dibudidayakan antara lain
Udang Windu, Udang Vanamei dan ikan Bandeng. Jumlah produksi perikanan darat menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ke
tahun. Perkembangan jumlah dan nilai produksi perikanan darat selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.78 Jumlah dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Air Payau
Di Kabupaten Rembang Tahun 2010-2012
No Tahun
Total Produksi Ton Nilai Rupiah
1 2010
1.028,820 17.093.031.000
2 2011
1.561,464 25.241.091.000
3 2012
1.571,237 27.977.844.000
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Rembang Tahun 2012
Kabupaten Rembang juga memiliki potensi mangrove seluas 221,54 ha yang potensial untuk dikembangkan menjadi obyek wisata bahari.
2 Pertanian dan Peternakan
Produksi gabah di Kabupaten Rembang selama periode 2010-2012 mengalami trend yang fluktuatif. Luas area produksi gabah pada tahun
2010 seluas 41.587 Ha, dengan jumlah produksi sebesar 226.856 ton.
Pada tahun 2011 terjadi peningkatan, baik luas area maupun jumlah produksi yaitu seluas 45.131 Ha dengan jumlah produksi sebesar
246.654 ton. Sedangkan tahun 2012 terjadi penurunan dimana luas area produksi sebesar 40.410 Ha dengan jumlah produksi sebesar 225.476
ton.
Produksi jagung di Kabupaten Rembang selama periode 2010-2012 juga mengalami trend yang fluktuatif. Luas area produksi jagung pada
tahun 2010 seluas 37.722 Ha, dengan jumlah produksi sebesar 178.569 ton dan jumlah konsumsi sebesar 9.796 tonthn per tahun. Kemudian
pada tahun 2011 terjadi penurunan baik luas area maupun jumlah produksi dimana luas area panen 23.126 Ha dengan jumlah produksi
109.897 ton dan jumlah konsumsi sebesar 9.861 tonthn.
Kemudian pada tahun 2012, terjadi peningkatan dengan luas lahan 26.729 Ha,
dengan jumlah produksi sebesar 121.327 ton dan kebutuhan konsumsi 9.935 tonthn. Apabila dibanding dengan jumlah konsumsi jagung di
Kabupaten Rembang maka untuk produksi jagung lebih besar dari pada konsumsi sehingga terjadi surplus. Produksi jagung yang cukup besar
tersebut merupakan potensi yang perlu dikembangkan ke
arah peningkatan nilai tambah produk melalui introduksi teknologi prosesing
II - 58
RKPD Kab Rembang 2014
jagung untuk mengolah jagung menjadi bahan setengah jadi atau barang jadi sehingga produksi olahan komoditas jagung memiliki nilai tambah
bagi petani dan pelaku usaha pertanian lainnya.
Adapun perkembangan sektor pertanian Kabupaten Rembang dalam
kurun waktu Tahun 2010 -2012 ditunjukkan tabel berikut :
Tabel 2.79 Perkembangan Sektor Pertanian Kabupaten Rembang
Tahun 2010 -2012 No
U r a i a n 2010
2011 2012
1 Luas Lahan PadiGabah Ha
41.587 45.131
40.410 Produksi PadiGabah Ton
226.856 246.654
225.476 Kebutuhan Konsumsi beras
tonth 59.787
60.180 60.633
2 Luas Lahan Jagung Ha
37.722 23.126
26.729 Produksi Jagung Ton
178.569 109.897
121.327 Kebutuhan Konsumsi Jagung
tonth 9.796
9.861 9.935
3 Luas Lahan Kedelai Ha
6.788 4.407
3.507 Produksi Kedelai Ton
9.349 4.583
3.718 Kebutuhan Konsumsi Kedelai
tonth 6.290
6.331 6.379
4 Luas Panen Ubi Kayu Ha
4.931 5.687
7.179 Jumlah Produksi Ton
54.622 79.088
99.078 5
Luas Panen Kacang Tanah Ha 4.299
4.682 4.142
Jumlah Produksi Kacang Tanah Ton
5.152 4.975
4.693 6
Luas Perkebunan Tebu Ha 7.808
7.497 8.053
7 Jumlah Produksi Tebu Ton
a. Gula Kristal 31.764
26.463 25.584
b. Gula Tumbu -
11.541 12.109
8 Luas Perkebunan Kelapa Ha
7.255 7.226
7.138 Jumlah Produksi Kelapa Ton
4.811 4.146
4.290 9
Luas Perkebunan Kopi Ha 94
94 90
Jumlah Produksi Kopi Ton 13,7
9,09 13,95
10 Luas Perkebunan Tembakau Ha
79 78
1.200 Jumlah Produksi Tembakau Ton
32 94
1.425
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Tahun 2012
Pada sektor peternakan, kelompok ruminansia didominasi oleh usaha peternakan sapi potong, dimana Jumlah populasinya terus meningkat
dengan pertumbuhan sebesar 21. Jumlah populasi pada tahun 2010 sebanyak 120.060 ekor, meningkat menjadi 152.680 ekor di tahun 2011
dan meningkat lagi di tahun 2012 menjadi164.803 ekor. Sedang jumlah pemotongan per tahun juga mengalami peningkatan yaitu 4.566 pada
tahun 2010 meningkat menjadi 4.639 tahun 2011 dan meningkat lagi menjadi 5.662 di tahun 2012. Untuk rata-rata kepemilikan sebanyak 2
ekor per petani. Peternakan lain yang cukup berkembang adalah ternak kambing dan ternak domba.
Jenis peternakan unggas yang cukup berkembang dan cenderung mengalami peningkatan baik jumlah populasi maupun produksi adalah ayam buras, petelur,
pedaging, itik dan burung puyuh. Perkembangan sektor peternakan di Kabupaten Rembang dalam kurun waktu Tahun 2010 -2012 ditunjukkan tabel
berikut :
II - 59
RKPD Kab Rembang 2014
Tabel 2.80 Perkembangan Sektor Peternakan Kabupaten Rembang
Tahun 2010 -2012
No Uraian
2010 2011
2012 1
Ternak Sapi Potong 1 Jumlah populasi ekor
120.060 152.680
164.803 2 Jumlah pemotongan per tahun ekor
4.566 4.639
5.662 3 Laju pertumbuhan populasi per tahun
4,03 1,60
22,05 4 Rata-rata kepemilikan ekorPetani
3 2
2
2 Ternak Sapi perah
1 Jumlah populasi ekor 7
6 6
2 Jumlah produksi susu per tahun ribu lt 4,9
1,5 6,15
3 Laju pertumbuhan populasi per tahun -14,29
4 Rata-rata kepemilikan ekorPetani 4
3 1
5 Rata-rata produktivitas per ekorhari lt 2,5
5 3
3 Ternak Kambing
1. Jumlah populasi ekor 126.372
136.219 144.000
4 Ternak Domba
1. Jumlah Populasi ekor 97.314
107.045 120.317
5 Unggas
1 Jumlah ayam Buras - jumlah populasi ekor
605.500 629.720
650.399 2 Ayam Ras Petelur
- jumlah populasi ekor 5.000
5.000 2.500
- jumlah produksi telur kg 42.657
85.314 31.176
- rata-rata kepemilikan per peternak ekorPetani
5.000 5.000
2.500 3 Ayam pedaging
- jumlah populasi ekor 367.200
217.300 165.000
- jumlah produksi daging tonbulan 39.046
277.275 210.540
- rata-rata kepemilikan per peternak ekorPetani
6.331 5.173
5.893 4 Itik
- jumlah populasi ekor 93.031
102.333 119.389
- produksi kg 696.468
36.080 36.187
- rata-rata kepemilikan per peternak ekorPetani
38 40
48
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Tahun 2012
3 Kehutanan
Untuk produksi kayu rakyat pada tahun 2012 mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Untuk luasan lahan kritis
juga menurun dari tahun sebelumnya,
sebaliknya luasan lahan yang tereboisasi meningkat. Hal ini adalah indikasi penting bahwa kehutanan
tidak semata-mata pembangunan yang berorientasi produksi dan profit, namun manfaat dan fungsi lingkungan adalah hal lain yang tidak kalah
penting dalam proses pembangunan kehutanan di Kabupaten Rembang yang saat ini memang baru memasuki tahap pemulihan kondisi hutan.
Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :
II - 60
RKPD Kab Rembang 2014
Tabel 2.81
Pembangunan Kehutanan di Kabupaten Rembang Tahun 2010 - 2012 No
U r a i a n 2010
2011 2012
1 Produksi Kayu Rakyat
Kayu bulat m3 756.800
745.770 1.198
2 Luas Lahan Kritis Ha
11.605 9.598
8.329 3
Luas Lahan reboisasi Ha 1.378
872 1.007
4 Luas lahan penghijauan Ha
600 500
1.589 5
Luas kebakaran hutan Ha 193,27
80,75 6
Industri pengolahan Hasil Hutan unit
190 190
215
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Tahun 2012
Kerusakan hutan yang disebabkan penjarahan kayu yang terjadi pada awal-awal masa reformasi terus mengancam kelangsungan produksi
kayu khususnya jati. Sementara itu kebutuhan material kayu baik untuk bangunan maupun mebelair setiap tahun terus meningkat.
Dari kondisi tersebut perlu terus diusahakan pengembangan hutan rakyat. Pengembangan hutan rakyat disamping menjaga kelestarian
lingkungan, juga dapat memberikan keuntungan ekonomi masyarakat.
4 Energi Sumber Daya Mineral
Di bidang energi dan sumber daya mineral, potensi pertambangan di Kabupaten Rembang cukup besar utamanya pertambangan mineral,
produksinya dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang fluktuatif, meliputi batu andesit, batu kapur, tanah liat, pasir kuarsa,
phospat, tras, sirtu maupun tanah uruk.
Pada tahun 2010 produksi mineral yang diekplorasi sebesar 2.020.461,75 ton turun pada tahun 2011 menjadi 1.941.667,67 ton dan
pada tahun 2012 turun lagi menjadi 836.049,91 ton. Sedangkan pengolahannya pada tahun 2012 sebanyak 50.621,64 ton, kondisi ini
menurun dari tahun 2011 yang mencapai 53.106,24 ton. Luas tambang yang dieksploitasi sampai dengan tahun 2012 mencapai 4.798.179,53
ha. Sedangkan jumlah SIPDIUP yang terlayani pada tahun 2012 tercatat sebanyak 229 buah, WIUP sebanyak 81 buah dan IUJP
sebanyak 5 buah, dengan sumbangan PAD sebesar Rp.10.299.752.384. Terkait penggunaan energi alternatif, Secara kuantitatif memang masih
sedikit rumah tangga yang memanfaatkan energi alternatif dalam hal ini tenaga surya. Namun di masa depan hal ini sangat potensial untuk
dikembangkan mengingat semakin mahalnya energi dari minyak dan gas. Data tahun 2012 menunjukkan ada sejumlah 805 KK sebagai
pemanfaat listrik tenaga surya di Kabupaten Rembang.
Untuk menunjang hal tersebut dilaksanakan program Pembinaan Pengembangan Bidang Ketenagalistrikan dengan kegiatan Koordinasi
Pengembangan Ketenagalistrikan, melalui Pengembangan Listrik Alternatif dan Kegiatan Pendampingan pembangunan PLTS.
5 Pariwisata
Perkembangan sektor pariwisata di Kabupaten Rembang menunjukkan peningkatan. Data Jumlah obyek wisata di kabupaten rembang sampai
dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut :
II - 61
RKPD Kab Rembang 2014
Tabel 2.82 Data Obyek Wisata di Kabupaten Rembang Tahun 2012
No Nama Obyek Wisata
1 Museum Kamar Pengabadian RA Kartini 2 Mei 1964
2 Masjid Jami 1814 dg :
Makam Pangeran Condrodiningrat 1289 H Makam Adipati Pangeran Sedolaut 1757 1831 M
3 Klenteng Mak Co Tjoe Hwie Kiong 1841
4 Pelabuhan Lama Pangkalan AL Kolonial 1816
5 Taman Rekreasi Pantai Kartini dg :
Gereja Peninggalan Belanda Arst.Eropa 1811 Jangkar Dampo Awang
Pulau Gorekan
6 Pantai Pasir Putih Tasikharjo dg :
Pulau Gede Pulau Marongan
7 Petilasan dan Makam Sunan Bonang
8 Pasujudan Sunan Bonang dan Makam Putri Cempo
9 Bukit Jejeruk dan Makam Sultan MahmudMinangkabau
10 Situs Goa dan Batu Prasasti Kajar
11 Masjid Jami 1588 dan Makam Adipati Tejokusumo V
12 Klenteng Mak Co Thian Siang Sing Bo Dasun abad 15
13 Klenteng Poo An Bio Karangturi 1740
14 Galangan Kapal Dasun Jaman Majapahit pra abad XVI
15 Makam R.Panji Margono Tan Pan Ciang Dorokandang
16 Makam Nyi Ageng Maloko Kakak Sunan Bonang
17 Makam Santi Puspo Sayid Abubakar Caruban
18 Pulau Putri dan Karang Gosong
19 Agrowisata Watu Layar
20 Kawasan BBS Rest Stop Area Resort Area
21 Makam Putri Sarijati
22 Makam Sukowati di Pantai Suko
23 Makam Sunan Langgar Ds Langar
24 Makam Pangeran Alas G.Lengis Ds. Sanetan
25 Megalitikum Terjan dan Selodiri
26 Situs Plawangan
27 Pantai dan Tugu Pendaratan Jepang
28 Embung Lodan
29 Hutan Wisata Sumber Semen
30 Makam RA Kartini
31 Wana Wisata Kartini Mantingan
32 Embung Banyukuwung
33 Karangsari Park
Sumber : Dinbudparpora Tahun 2012
Sedang kunjungan wisata pada tahun 2012 meningkat dibanding tahun sebelumnya, sebagaimana terlihat dalam tabel berikut :
Tabel 2.83 Jumlah Kunjungan Obyek Wisata Tahun 2010-2012
No Nama Obyek Wisata
2010 2011
2012
1 TRP. Kartini
269.387 391.341
1.182.313 2
Museum RA.Kartini 4.562
3.027 8.384
3 WW.Kartini Mantingan
5.135 21.851
10.388 4
Makam RA.Kartini 19.185
16.452 22.689
Jumlah 298.185
432.671 1.223.774
Sumber : Dinbudparpora Tahun 2012
II - 62
RKPD Kab Rembang 2014
6 Perdagangan dan Perindustrian
Kebijakan pembangunan di bidang perdagangan diarahkan pada upaya optimalisasi perdagangan melalui peningkatan sarana prasarana
perdagangan, sistem distribusi dan informasi pasar untuk menjamin ketersediaan kebutuhan pokok masyarakat dengan harga yang terjangkau
dan penguatan akses jaringan perdagangan ekspor. Pada tahun 2012 kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB
mencapai 16,68 , yaitu sebesar 415.594,20 Juta dari total total PDRB sebesar Rp 2.491.364.48. Sedang
pembangunan bidang industri di Kabupaten Rembang diarahkan pada pengembangan sektor agroindustri
berbasis industri kecil dan menengah melalui kemitraan yang sehat dengan usaha-usaha ekonomi lokal sebagai leading sektor dalam
perekonomian Kabupaten Rembang, melalui penguatan klaster industri berbasis kekayaan alam daerah dan penguatan kemitraan usaha- usaha
ekonomi lokal dengan usaha agro industri. Pada tahun 2012, kontribusi sektor Industri terhadap total PDRB ADHK mencapai 3,96 , sebesar
Rp. 98.649,82 juta dari total total PDRB ADHK sebesar Rp 2.491.364,48 juta.
Pada sektor Perdagangan dan industri melalui program peningkatan dan perbaikan sarana pasar tradisional, diharapkan usaha perdagangan di
pedesaaan akan terus meningkat dan pada sisi lain akan menarik industri untuk berkembang. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah:
Tabel 2.84 Jumlah Sarana Perdagangan dan Industri Kabupaten Rembang
Tahun 2010 - 2012 No
Uraian 2010
2011 2012
1 Sarana Perdagangan
- Pasar Tradisional 37
37 40
2 Jumlah Usaha Perdagangan
6.289 6.376
6.798 3
Jumlah Industri Besar 33
33 36
4 Jumlah Industri Menengah
1.303 1.319
1.327 5
Jumlah Industri Kecil 4.029
4.064 4.078
6. Jumlah Industri Rumah Tangga
6.090 6.190
Sumber : Dinindagkop dan UMKM 2012
Peningkatan jumlah UMKM terutama menunjukkan bahwa kegiatan Promosi Investasi dan Produk Unggulan Daerah telah menunjukan
konstribusi yang positif dalam memasarkan produk unggulan daerah seperti batik, pengolahan hasil perikanan krupuk, trasi, dll, gula tumbu,
dan hasil-hasil pertanian buah-buahan serta meubel. Selain itu, peran FEDEP Forum economic Development and Employment Promotion
Kabupaten Rembang sebagai promotor pembangunan ekonomi lokal juga telah memberikan andil yang signifikan dalam meningkatkan
kapasitas dan memperkuat jejaring usaha UMKM dan klaster. Sehingga peningkatan jumlah UMKM ini tidak hanya dari segi kuantitas namun juga
dari segi kualitasnya. Dengan demikian diharapkan, keberadaan industri, usaha dagang dan UMKM di Kabupaten Rembang dapat menjadi
pemacu tumbuhnya usaha
usaha ekonomi produktif lainnya dan membangkitkan backward dan forward linkage-nya. Hal lain yang perlu
mendapatkan dukungan kebijakan adalah fasilitasi dan perlindungan usaha bagi pedagang sektor informal, perdagangan skala kecil dan
menengah sejalan dengan berlakunya perdagangan bebas mulai 2010 berdasarkan kesepakatan C-AFTA 2010 dan NAFTA pada tahun 2015
serta perdagangan bebas sesuai dengan persetujuan dalam World Trade Organizaion WTO.
II - 63
RKPD Kab Rembang 2014
7 Transmigrasi
Untuk perkembangan sektor pelayanan ketransmigrasian, dapat dilihat dari berapa banyak pengiriman transmigran dan penduduk yang
mendaftar sebagai calon transmigran. Pada tahun 2012 dari 96 KK yang mendaftar hanya 14 KK atau 15 yang bisa dilayani, hal ini karena
ketersediaan kuota transmigrasi yang diberikan untuk Kabupaten Rembang hanya 14 KK. Sedang untuk tahun 2011 dari 90 KK yang
mendaftar hanya 10 KK
yang bisa dilayani. Dari tahun 2010 sampai tahun 2012 transmigran yang berangkat hampir semua berprofesi
sebagai petani, sedangkan untuk transmigran yang berprofesi lain relatif sedikit karena di daerah tujuan transmigrasi ketrampilan yang dibutuhkan
adalah di bidang pertanianperkebunan. Hal ini yang menyebabkan rendahnya minat calon transmigran yang berprofesi selain bertani untuk
bertransmigrasi.
C. PermasalahanIsu Pembangunan Daerah
Memasuki tahun 2014 strategi pembangunan daerah disusun berdasarkan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan mengacu pada permasalahan yang
menonjol sebagai isu strategis di kabupaten Rembang. Berdasarkan kondisi
umum yang ada serta prediksi perkembangan permasalahan, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahanisu daerah yang berhubungan dengan
prioritas dan sasaran pembangunan daerah yang perlu menjadi perhatian bersama pada tahun 2014 sebagai berikut:
a. Kualitas sumber daya manusia dan pelayanan sosial dasar masih rendah. Hal ini ditandai dengan kondisi capaian kinerja pelaksanaan pembangunan
sampai dengan tahun 2011, nilai IPM 72,45 dan IPG 64,87 atau masih berada dibawah rata-rata capaian provinsi Jawa Tengah.
b. Jumlah penduduk dibawah garis kemiskinan masih tinggi. Tingkat kemiskinan sampai dengan tahun 2011 masih diatas angka provinsi,
yaitu 23,71 . c. Kualitas dan kuantitas infrastruktur dan pelayanan publik yang belum
memadai. Hal ini terlihat dengan belum memadainya kondisi sarana prasarana untuk
pemenuhan kebutuhan dasar seperti sektor pendidikan, kesehatan, air minum, drainase, persampahan maupun air limbah, pengelolaan sumber daya air
permukaan yang mampu menampung kelebihan air pada musim hujan. Selain itu juga terlihat pada infrastruktur wilayah yang berhubungan dengan
resiko terjadinya berbagai bencana seperti bencana banjir, gelombang pasangabrasi, tanah longsor.
d. Pertumbuhan ekonomi daerah masih lambat, pendapatan perkapita masih rendah.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Rembang rata-rata selama 3 tiga tahun terakhir masih dibawah pertumbuhan ekonomi propinsi dan nasional, yaitu
sebesar
rata-rata 4,43 , bahkan ada
kecenderungan penurunan pertumbuhan ekonomi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
e. Investasi dan kemitraan di daerah masih belum optimal. f. Pengelolaan sumberdaya alam belum optimal, terutama sumberdaya pesisir.
Keberadaan kawasan hutan mangrove, terumbu karang dan pulau-pulau kecil serta ditemukannya situs-situs sejarah maritim yang belum dikembangkan
dalam konsep pembangunan komprehensif dan terpadu dan sejalan dengan upaya pemberdayaan masyarakat pesisir khususnya masyarakat nelayan,
termasuk dalam penyediaan dan peningkatan infrastruktur di kawasan pesisir Kabupaten Rembang.
II - 64
RKPD Kab Rembang 2014
g. Terjadinya degradasi lingkungan hidup Perubahan iklim yang cukup ekstrim, serta pemanfaatan sumber daya alam
yang demikian pesat, baik sumber daya pesisir maupun sumber daya mineral akan dapat menimbulkan degradasi lingkungan hidup
h. Pemanfaatan peluang globalisasi dan perdagangan bebas belum optimal. Terutama pada fasilitasi dan perlindungan usaha bagi pedagang sektor
informal, perdagangan skala kecil dan menengah sejalan dengan berlakunya perdagangan bebas mulai 2010 berdasarkan kesepakatan C-AFTA 2010 dan
NAFTA
pada tahun 2015 serta perdagangan bebas sesuai dengan persetujuan dalam World Trade Organizaion. Selain itu juga terkait Adanya
agenda dan target capaian millenium development goals MDG s 2015, ecolabelling, ISO, Kyoto Protokol.