Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 109

43 Laporan perubahan aset kelolaan bertujuan menyediakan informasi mengenai jumlah, jenis, dan perubahan aset kelolaan yang dimiliki amil zakat; pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat saldo aset kelolaan; dan hubungan antara transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi saldo aset kelolaan. Laporan arus kas bertujuan menyediakan informasi mengenai kemampuan amil zakat dalam menghasilkan kas dan setara kas, dan kebutuhan amil zakat untuk menggunakan arus kas tersebut. Catatan atas laporan keuangan bertujuan menyediakan informasi mengenai gambaran umum amil zakat, ikhtisar kebijakan akuntansi yang digunakan, penjelasan atas pos-pos yang dianggap penting, rasio-rasio keuangan, dan pengungkapan hal-hal penting lainnya yang berguna untuk pengambilan keputusan. 41 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 109 disahkan menjadi Standar Akuntansi Keuangan pada Organisasi Pengelola Zakat OPZ. Standar akuntansi zakat merupakan pedoman yang mengatur tentang pengakuan, pengukuran dan pelaporan keuangan. Standar akuntansi zakat mengatur tentang bagaimana suatu transaksi diakui atau dicatat, kapan harus diakui, bagaimana mengungkapnya dalam laporan keuangan. 42 41 Teten Kustiawan dkk, Panduan Akuntansi Amil Zakat PAAZ, Panduan Implementasi Penyusunan Laporan Keuangan Berbasis PSAK 109, Jakarta: Forum Zakat, 2012, h. 29-32. 42 Mahmudi, Sistem Akuntansi Organisasi Pengelola Zakat, Yogyakarta: P3EI, 2009, h.24 44 Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam Pernyataan Standar dengan pengertian PSAK 109, paragraf 5 : 1 Amil adalah entitas pengelolaa zakat yang pembentukannya dan atau pengukuhannya diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang dimaksudkan untuk mengumpulkan dan menyalurkan zakat, infaksedekah. 2 Dana amil adalah bagian amil atas dana zakat dan infaksedekah serta dana lain yang pemberi diperuntukkan bagi amil. Dana amil digunakan untuk pengelolaan amil. 3 Dana infaksedekah adalah bagian nominal atas penerimaan infaksedekah. 4 Dana zakat adalah bagian nominal atas penerimaan zakat. 5 Infaksedekah adalah harta yang diberikan secara suka rela oleh pemiliknya, baik yang peruntukkannya dibatasi ditentukan maupun tidak dibatasi. 6 Mustahiq adalah orang atau entitas yang berhak menerima zakat. 7 Muzakki adalah induvidu muslim yang secara syari’ah wajib membayar zakat. 8 Nisab adalah batas minimum harta yang wajib dikeluarkan zakatnya. 45 9 Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh mizakki sesuai dengan ketentuan syariah untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya. Karakteristik zakat merupakan kewajiban syariah yang harus diserahkan oleh muzakki kepada mustahik, baik melalui amil maupun secara langsung. Ketentuan zakat mengatur mengenai pernyaratan nisab, haul periodik, tarif zakat qadar, dan peruntukkannya PSAK 109, paragraf 6. Zakat dan infaksedekah yang diterima oleh amil harus dikelola sesuai prinsip syariah dan tata kelola yang baik PSAK 109, paragraf 9. PENGUKUHAN DAN PENGUKURAN 1. Pengakuan Awal Zakat Penerimaan zakat diakui pada kas atau aset lainnya diterima. Zakat yang diterima dari muzakki diakui sebagai penambahan dana zakat : a Jika dalam bentuk kas maka sebesar jumlah yang diterima; b Jika dalam bentuk nonkas maka sebesar nilai wajar aset nonkas tersebut. Penentuan nilai wajar aset nonkas yang diterima menggunakan harga pasar. Jika harga pasar tidak tersedia, maka dapat menggunakan metode penentuan nilai wajar lainnya sesuai PSAK yang relevan. Zakat yang diterima diakui sebagai dana amil untuk bagian amil dan dana zakat masing-masing mustahik ditentukan oleh amil sesuai dengan 46 prinsip syariah dan kebijakan amil. Jika muzakki menentukan mustahik yang harus menerima penyaluran zakat melalui amil zaka aset zakat yang diterima seluruhnya diakui sebagai dana zakat. Jika atas jasa tersebut amil mendapatkan ujrah maka diakui sebagai penambahan dana amil. 2. Pengukuran Setelah Pengakuan Awal Zakat Jika terjadi penurunan nilai aset zakat non kas, jumlah kerugian yang ditanggung harus diperlakukan sebagai pengurang dana zakat atau pengurang dana amil tergantung dari sebab terjadinya kerugian tersebut. Penurunan nilai aset zakat diakui sebagai berikut : a Pengurangan dana zakat, jika terjadi tidak disebabkan oleh kelalaian amil; b Kerugian dan pengurangan dana amil, jika disebabkan oleh kelalaian amil. 3. Penyaluran Zakat Zakat yang disalurkan kepada mustahik diakui sebagai pengurangan dana zakat sebesar : a Jumlah yang diserahkan, jika dalam bentuk kas; b Jumlah tercatat, jika dalam bentuk aset nonkas. PENYAJIAN 47 Dalam menyajikan dana zakat, dana infaksedekah, dan dana amil secara terpisah dalam laporan posisi keuangan. PENGUNGKAPAN Amil harus mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi zakat, tetap tidak terbatas pada : a Kebijakan penyaluran zakat, seperti penentuan skala prioritas penyaluran zakat, dan mustahik nonamil; b Kebijakan penyaluran zakat untuk amil dan mustahik nonamil, seperti persentase pembagian, alasan, dan konsistensi kebijakan; c Metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan zakat berupa aset nonkas; d Rincian jumlah penyaluran dan zakat untuk masing-masing mustahik; e Penggunaan dana zakat dalam bentuk aset kelolaan yang masih dikendalikan oleh amil atau pihak lain yang kendalikan amil, jika ada, diungkapkan jumlah dan persentase terhadap seluruh penyaluran dana zakat serta alasannya; dan f Hubungan pihak-ihak berelasi antara amil dan mustahik yang meliputi : 1 Sifat hubungan; 48 2 Jumlah dan jenis aset yang disalurkan; dan 3 Persentase dari setiap aset yang disalurkan tersebut dari total penyaluran zakat selama periode.

D. Standar Akuntansi Terkait Zakat di Indonesia

Amil Zakat dimaksud dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK Nomor 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba, yakni memperoleh sumber dana dari muzaki yang tidak mengharapkan imbalan apapun atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah dana yang diberikan, menghasilkan barang atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan tidak ada kepemilikan. Khusu pengertian pembatasan waktu atas penggunaan sumber daya, Amil Zakat memiliki pengertian yang berbanding terbalik dengan definisi pembatasan pada PSAK Nomor 45. Dalam Amil Zakt, penggunaan sumber daya bersifat lebih cepat lebih baik as soon as possible. 43 Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan Amil Zakat adalah : a. Basis kas untuk penerimaan Zakat, Infak , sedeqah dan penyaluran zakat, infak selain pemanfaatan asset kelolaan; dan b. Basis Akrual untuk penyaluran zakat dalam bentuk pemanfaatan asset kelolaan dan transaksi dan transaksi pada dana amil 43 Teten Kustiawan, Pedoman Akuntansi Amil Zakat, Jakarta : Forum Zakat, 2012, h. 22-23. 49 Laporan Keuangan Lembaga Amil Zakat terdiri atas : 44 a. Neraca laporan posisi keuangan; b. Laporan Perubahan Dana; c. Laporan Perubahan Aset Kelolaan; d. Laporan Arus Kas; dan e. Catatan atas Laporan Keuangan.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Sebagaimana telah dijelaskan dalam sub-bab Pembatasan Masalah, objek dalam penelitian ini adalah Badan Amil Zakat DKI Jakarta. Adapun lembaga ini peneliti pilih dengan maksud Badan Amil Zakat BAZ ini merupaka BAZ 44 Sri Nurhayati-Wasilah, Akuntansi Syaiah di Indonesia, Jakarta : Salemba, 2011. H. 313. 50 yang telah dikukuhkan oleh pemerintah sebagai BAZ Nasional yang resmi dan boleh beroperasi dalam mengelola dana zakat, infak dan sedekah di Indonesia. Sejarah dan perkembangan berdirinya BAZIS DKI Jakarta Pada tahun 1968 inilah awal pemikiran tentang perlunya lembaga Pengelola Zakat LPZ di Indonesia mulai terealisasikan. Awal tahun 1968, pada seminar zakat yang diselenggarakan oleh Lembaga Researc dan work Shop Fakultas ekonomi Universitas Muhammadiyah dijakarta presiden Republik Indonesia untuk pertama kali menghimbau masyarakat untuk melaksanakan zakat secara konkrit. Setelah itu, di istana negara pada acara Isra’ Mi’raj tanggal 26 oktober 1968 Presiden RI secara langsung menyerukan pelaksanaan zakat untuk menunjang pembangunan. Pada saat yang sama, presiden RI juga menyatakan kesediaan untuk menjadi amil zakat tingkat nasional. Untuk mengidentifikasi pelaksanaan zakat tersebut dikeluarkan surat perintah Ratu Prawiranegara, kol. Inf. Drs. Azhar Hamid, dan kol. Inf. Ali Afandi untuk membantu Presiden dalam proses administrasi dan tata usaha penerimaan zakat secara nasional. Untuk lebih memperkuat hal tersebut, presiden mengeluarkan surat edaran No. B. 133PRES111968 yang menyerukan kepada pejabat atau instansi terkait untuk membantu dan berusaha kearah terlaksananya seruan Presiden dalam wilayah atau lingkup kerja masing-masing. 51 Seruan ini ditindak lanjuti oleh gubernut DKI Jakarta dengan mengeluarkan surat keputusan tentang perlunya LPZ provinsi DKI Jakarta. Selanjutnya, secara resmi, gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin mengeluarkan surat keputusan No. Cb. 1481868 tertanggal 5 Desember 1968 tentang pembentukan Badan Amil Zakat BAZ, berdasarkan syariat Islam dalam wilayah Jakarta. Berdasarkan keputusan tersebut, maka susunan BAZ dibentuk mulai tingkat Provinsi DKI jakarta hingga tingkat kelurahan, tugas utamanya adalah mengumpulkan zakat wilayah DKI Jakarta dan penyalurannya terutama ditunjukan kepada fakir miskin. Untuk memperluas sasaran operasional dan karena semakin kompleknya permasalahan zakat provinsi DKI Jakarata maka Gubernur DKI Jakarta pada tahun 1973 melalui keputusan No. D.III14673 tertanggal 2 desember 1973, menyempurnakan BAZ ini menjadi Badan Amil Zakat dan Infak yang selanjutnya di singkat menjadi BAZIS. Dengan demikian, pengelolaan dan pengumpulan harta masyarakat menjadi lebih luas, karena tidak hanya mencangkup zakat, akan tetapi lebih dari itu, mengelola dan mengumpulkan infaksedekah serta amal sosial masyarakat yang lain. a. Visi “ Menjadi Badan Pengelola ZIS yang unggul dan Terpercaya” b. Misi 52 Mewujudkan optimalisasi pengelolaan Zakat Infak dan Sedekah ZIS yang amanah, profesional, trasparan, akuntabel, dan mandiri menuju masyarakat yang bertaqwa, sejahtera dan berdaya. 45 c. Struktur Organisasi Organisasi BAZIS Provinsi DKI Jakarta terdiri dari : 1. Dewan Pertimbangan Dewan pertimbangan bertanggung jawab kepada Gubernur Provinsi DKI Jakarta. Susunan Dewan Pertimbangan ditentukan oleh gubernur dan telah mengalami beberapa kali perubahan. Adapun susunan dewan pertimbangan terakhir ditetapkan melalui SK Gubernur DKI No. 20152012 tertanggal 28 Desember 2012, sebagai berikut : Ketua : Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta Ketua Harian : Asisten Kesejahteraan Masyarakat Sekda Provinsi DKI Jakarta Sekretaris : Kepala Biro Pendidikan dan Mental Spiritual Setda Provinsi DKI Jakarta Anggota : 1. Kepala Kanwil Kementrian Agama Republik Indonesia 2. Ketua Umum MUI Provinsi DKI Jakarta 3. Prof. KH. Ali Mustafa Ya’kub, M.A. 45 http:www.bazisdki.go.idtentabf-kamivisi-dan-misi . Diakses pada hari kamis tanggal 28-05-2015.