20
c. Tahap-Tahap Kebijakan Publik
Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Tujuan
pembagian seperti ini adalah untuk memudahkan dalam mengkaji kebijakan publik. Namun, terdapat beberapa ahli yang membagi tahap-tahap ini dengan
urutan yang berbeda. Tahap-tahap kebijakan publik menurut William Dunn sebagaimana dikutip Winarno 2014: 35-37 adalah sebagai berikut:
1 Tahap penyusunan agenda
Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik. Sebelumnya masalah ini
berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke dalam
agenda kebijakan para perumus kebijakan.
2 Tahap formulasi kebijakan
Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-
masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari
berbagai
alternatif atau
pilihan kebijakan
policy alternativespolicy options
yang ada
.
Perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai
kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah. Tahap ini masing-masing aktor akan bersaing dan berusaha untuk
mengusulkan pemecahan masalah terbaik.
3 Tahap adopsi kebijakan
Banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu alternatif kebijakan
tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau putusan peradilan.
4 Tahap implementasi kebijakan
Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan elit jika
program tersebut
tidak diimplementasikan,
yakni dilaksanakan oleh badan-badan administrasi maupun agen-agen
pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan
sumber daya finansial dan manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai
kepentingan akan
saling bersaing.
Beberapa implementasi kebijakan mendapat dukungan para pelaksana
21 implementers
,
namun beberapa yang lain mungkin akan ditentang oleh para pelaksana.
5 Tahap evaluasi kebijakan
Tahap ini kebijakan yang telah dijalankan dan akan dinilai atau dievaluasi, untuk dapat melihat sejauh mana
kebijakan dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan, yaitu memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena
itu, ditentukan ukuran-ukuran atau kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik yang menjadi dasar
untuk menilai apakah kebijakan publik yang telah dilaksanakan sudah mencapai dampak atau tujuan yang diinginkan atau
belum.
Berdasarkan uraian di atas mengenai tahapan pembuatan kebijakan publik, maka dapat dimengerti bahwa dalam perumusan kebijakan publik
tidaklah mudah. Mengingat banyaknya masalah-masalah yang ada dalam masyarakat tentunya juga membutuhkan pemecahan masalah yang tepat
dan sesuai dengan kondisi masyarakat yang ada. Oleh karena itu, dalam menentukan kebijakan para aktor harus benar-benar mengkaji dengan tepat
sehingga tidak merugikan masyarakat.
d. Evaluasi Kebijakan
Seringkali kebijakan publik yang telah dirancang sebelumnya tidak mencapai atau mewujudkan tujuan kebijakan yang telah ditetapkan .Hal
tersebut mungkin disebabkan oleh lemahnya daya antisipasi para pembuat kebijakan maupun mendesain
program dan proyek, terganggunya
implementasi oleh kondisi lingkungan yang tidak teramalkan sebelumnya. Oleh karena itu, untuk kepentingan inilah evaluasi kebijakan dilakukan oleh
pemerintah. William N. Dunn dalam Nugroho 2008: 472, istilah evaluasi
kebijakan dapat disamakan dengan penaksiran
appraisal
, pemberian angka
22 ratting
, dan penilaian
assesment
, evaluasi berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan.
Evaluasi dilakukan karena tidak semua kebijakan publik dapat memperoleh hasil atau dampak yang diinginkan oleh para pembuat kebijakan.
Seperti yang diungkapkan oleh Laster dan Stewart Winarno,2014: 229 sebagai berikut:
Bahwa secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang
mencakup substansi, implementasi dan dampak. Dalam hal ini, evaluasi kebijakan dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional.
Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh proses kebijakan.
Winarno 2014: 229, mengungkapkan bahwa evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan masalah-masalah kebijakan, program-program yang
diusulkan untuk menyelesaikan kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan. Evaluasi kebijakan bermaksud untuk mengetahui empat
aspek, sebagaimana dikemukakan oleh Wibawa dalam Riant Nugraha 2008: 9-10 yaitu:
Aspek proses pembuatan kebijakan, aspek proses implementasi, aspek konsekuensi kebijakan dan aspek efektifitas dampak
kebijakan. Keempat aspek pengamatan ini dapat mendorong seorang evaluator untuk secara khusus mengevaluasi isi kebijakan, baik pada
dimensi hukum dan terutama kelogisannya dalam mencapai tujuan, maupun konteks kebijakan, kondisi lingkungan yang mempengaruhi
seluruh proses kebijakan. Lebih lanjut, evaluasi terhadap aspek kedua
disebut sebagai
evaluasi implementasi,
sedangkan implementasi terhadap aspek ketiga dan keempat disebut evaluasi
dampak kebijakan.
Berdasarkan pada beberapa definisi di atas mengenai evaluasi kebijakan publik dapat dipahami bahwa evaluasi kebijakan merupakan
23
penilaian terhadap program yang dilakukan oleh pemerintah. Evaluasi kebijakan publik perlu dilakukan untuk melihat apakah program tersebut
meraih hasil yang diinginkan dan sudah mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan atau belum.
e. Tujuan Evaluasi
Evaluasi kebijakan memiliki beberapa tujuan yang dapat dirinci sebagai berikut:
1 Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan. Melalui evaluasi
maka dapat diketahui derajad pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan.
2 Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan. Dengan evaluasi
juga dapat diketahui berapa biaya dan manfaat dari suatu kebijakan.
3 Mengukur tingkat keluaran
outcome
suatu kebijakan. Salah satu tujuan evaluasi adalah mengukur seberapa besar dan
kualitas pengekuaran dan output dari suatu kebijakan. 4
Mengukur dampak suatu kebijakan. Pada tahap lebih lanjut, evaluasi ditujukan untuk melihat dampak dari suatu kebijakan,
baik dampak positif maupun dampak negatif. 5
Untuk mengetahui apabila ada penyimpangan. Evaluasi juga bertujuan
untuk mengetahui
adanya penyimpangan-
penyimpangan yang
mungkin terjadi,
dengan cara
membandingkan antara tujuan dan sasaran dengan pencapaian target.
6 Sebagai bahan masukan
input
untuk kebijakan yang akan datang. Tujuan akhir dari evaluasi adalah untuk memberikan
masukan bagi proses kebijakan ke depan agar dihasilkan kebijakan yang lebih baik Subarsono, 2013: 120-121.
Dengan demikian, tujuan evaluasi kebijakan bukanlah untuk
menyalah-nyalahkan, melainkan untuk melihat seberapa besar kesenjangan antara pencapaian dan harapan suatu kebijakan public
24
f. Fungsi Evaluasi
Evaluasi kebijakan secara sederhana, menurut William Dunn Agustino, 2008:185-186, ada tida fungsi dari evaluasi kebijakan:
1 Evaluasi kebijakan harus memberi informasi yang valid dan
dipercaya mengenai kebijakan. Kinerja kebijakan yang dinilai dalam evaluasi kebijakan, melingkupi:
a Seberapa jauh kebutuhan, nilai, dan kesempatan telah dapat
dicapai melalui tindakan kebijakanprogram. Dalam hal ini evaluasi kebijakan mengungkapkan seberapa jauh tujuan-
tujuan tertentu telah dicapai.
b Apakah tindakan yang ditempuh oleh
implementing agencies
sudah benar-benar efektif, responsif, akuntabel, dan adil. Dalam bagian ini evaluasi kebijakan harus juga
memerhatikan persoalan-persoalan hak asasi manusia ketika kebijakan itu dilaksanakan.
c Bagaimana efek dan dampak dari kebijakan itu sendiri.
Dalam bagian ini elevator kebijakan harus dapat memberdayakan
output
atau
outcome
yang dihasilkan dari suatu implementasi kebijakan.
2 Evaluasi kebijakan berfungsi memberi sumbangan pada
klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target.
3 Evaluasi kebijakan berfungsi untuk memberi sumbangan pada
aplikasi metode-metode analisis kebijakan lainnya, termasuk rumusan masalah maupun pada rekomendasi kebijakan.
Wibawa, dkk. dalam Nugroho 2008: 477-478, evaluasi kebijakan
publik memiliki empat fungsi yaitu: 1
Eksplanasi. Melalui evaluasi dapat dipotret realitas pelaksanaan program dan dapat dibuat suatu generalisasi tentang pola-pola
hubungan antar berbagai dimensi realist yang diamatinya. Dari evaluasi ini evaluator dapat mengindentifikasi masalah, kondisi
dan aktor yang mendukung keberhasilan atau kegagalan kebijakan.
2 Kepatuhan. Melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan
yang dilakukan oleh para pelaku, baik birokrasi maupun pelaku lainnya, sesuai dengan standard an prosedur yang ditetapkan.
3 Audit. Melalui evaluasi dapat diketahui, apakah
output
benar- benar sampai ke tangan kelompok sasaran kebijakan, atau justru
ada kebocoran atau penyimpangan.