Mekanisme Nyeri Fisiologi sistem saraf pusat

24 paska bedah. Selama pembedahan trauma bedah merupakan stimulus noksius yang akan diterima dan dihantar oleh kedua saraf tersebut, sedangkan paska bedah proses inflamasi merupakan rangsang noksius yang hanya diterima dan dihantarkan oleh serabut C. Dengan kata lain nyeri paska bedah akan didominan oleh serabut C .43,44

2.5.3 Mekanisme Nyeri

43 Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri, terdapat empat proses tersendiri. Perjalanan dari nyeri termasuk proses neurofisiologis yang komplek yang merefleksikan 4 komponen yaitu tranduksi, transmisi, modulasi dan persepsi.

A. Transduksi

Merupakan fase pertama dari stimulus noksius yang ditransformasikan menjadi impuls berupa suatu aktifitas elektrik pada ujung bebas saraf sensorik.

B. Transmisi

Penghantaran impuls elektrik ke sistem saraf pusat, dengan koneksi utama saraf ini berada di dorsal horn dari spinal cord dan talamus dengan proyeksi ke cingulat, insular dan somatosensori korteks.

C. Modulasi

Proses perubahan transmisi nyeri. Seperti inhibisi dan eksitasi mekanisme modulasi nyeri impulsnya ditransmisikan di sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat. D. Persespsi Persepsi nyeri terjadi di talamus, dengan bagian korteks berperan penting dalam membedakan pengalaman sensorik spesifik.

2.5.4. Fisiologi sistem saraf pusat

Trasnmisi nyeri dari nosiseptor perifer ke spinal cord dan struktur yang lebih tinggi dari sistem saraf pusat adsalah proses dinamik yang meliputi beberapa jalur, reseptor, neurotransmiter dan second messenger. Fungsi dorsal horn sebagai pusat penyampaian nosiseptif dan aktivitas sensorik lainnya. 43 Universitas Sumatera Utara 25 Serat-serat afferen primer dengan badan selnya pada dorsal root ganglion, berhubungan dengan sel neuron kedua, yang berlokasi di dorsal horn dari batang otak. Serat-serat afferen dan nosiseptor perifer masuk ke batang otak di dorsal root dan naik atau turun beberapa segmen di traktus lissauer sebelum bersinap di dorsal horn. Dorsal horn terdiri dari enam lamina. Lamina I dan II tempat terahir afferen serat C dan dua lamina ini disebut subtansia gelatinosa penting untuk integrasi modulasi informasi nosisepsi yang masuk. Lamina V adalah second- order wide dynamic range WDR dan saraf-saraf nosiseptif spesifik NS yang menerima input dari saraf-saraf nosiseptif dan nonnosiseptif. Saraf-saraf NS hanya merespon stimulus noksius pada daerah perifer, dimana saraf-saraf WDR merespon terhadap stimulus yang tidak berbahaya dan noksius. Dorsal horn dan lamina-laminanya bekerja sebagai tempat penerimaan untuk aktifitas yang dimulai pada saat potensial aksi datang dari perifer dari saraf- saraf afferen primer. Saraf-saraf afferen primer ini berakhir di dorsal horn dan bersinap dengan saraf-saraf afferen sekunder. Saraf sekunder ini bekerja sebagai sel gerbang yang menyediakan modulasi awal dari potensial aksi di dorsal horn. Dua kelas utama dari neurotransmiter yang berhubungan dengan transmisi nosiseptif afferent primer di dorsal horn-excitatory amino acid adalah glutamat dan peptida neuron seperti substan P. 43 Secara umum, ada dua cara bagaimana sensasi nosiseptif dapat mencapai susunan saraf pusat, yaitu melalui traktus neospinotalamik untuk nyeri cepat- spontan dan traktus paleospinotalamik untuk nyeri lambat. Pada traktus neospinotalamik, nyeri secara cepat bertransmisi melalui serabut A-delta dan kemudian berujung pada kornu dorsalis di medulla spinalis dan kemudian bersinap ke dendrit pada neospinotalamik melalui bantuan suatu neurotransmiter. Akson dari neuron ini menuju ke otak dan menyeberang ke sisi lain melalui komisura alba anterior, naik ke atas dengan kolumna anterolateral yang kontralateral. Serabut ini kemudian akan berakhir pada kompleks ventrobasal pada talamus dan bersinapsis dengan dendrit pada korteks somatosensorik. Universitas Sumatera Utara 26 Pada traktus paleospinotalamik, nyeri lambat dihantarkan oleh serabut C ke lamina II dan III dari kornu dorsalis. Impuls kemudian dibawa oleh serabut saraf yang berakhir pada lamina V, juga pada kornu dorsalis, bersinap dengan neuron yang bergabung dengan serabut dari jalur cepat, menyebrangi sisi berlawanan melalui kommisura alba anterior dan naik keatas melalui jalur anterolateral. Neuron ini kemudian berakhir dalam batang otak, dengan sepersepuluh serabut berhenti di talamus dan yang lainnya pada medulla, pons, dan substansia grisea sentralis dari tectum mesencephalon. Setelah meninggalkan dorsal horn dan naik melalui traktus spinotalamik dan jalur-jalur nyeri lainnya, potensial aksi nosiseptif sampai ke pusat otak yang lebih tinggi reticular formation, midbrain , hipotalamus, korteks serebri. Setiap area otak berperan dalam perkembangaan terjadinya nyeri dan reaksi terhadap nyeri tersebut. Area ini akan bertindak agar individu tersebut menjadi waspada terhadap nyeri dan bahaya-bahaya yang menyertainya, mengurangi nyeri melalui modulasi nyeri dan mencegah cedera jaringan lebih lanjut. Sebagai tambahan, fungsi autonomik, fungsi motor jalur modulasi desenden dari nyeri memberi respon terhadap hasil aktivitas dari area sentral ini. Sepertinya sistem otak yang banyak dan komplek berperan ketika sinyal nyeri sampai di otak. Kira-kira tiga perempat sampai sembilan persepuluh dari semua serat sakit akan berakhir di dalam formation retikularis dari medulla oblongata, pons dan mesenphalon. Tempat berakhirnya tipe serabut saraf sakit yang cepat di dalam batang otak dan thalamus. Dari daerah ini, neuron yang tingkatnya lebih tinggi akan menjalarkan sinyal tadi menuju ke talamus, hipotalamus dan daerah-daerah lainnya dalam diencephalon dan serebrum. Sinyal-sinyal yang menuju ke korteks mungkin terutama untuk melokalisasi tempat sakit. Pada tipe serat saraf sakit lambat hampir seluruhnya berakhir pada formatioretikularis. Serat ini akan menghantarkan sensasi seperti terbakar dan dapat membangunkan seseorang dari tidurnya. 44,45 Universitas Sumatera Utara 27

2.5.5 Refleks Penghindar

Dokumen yang terkait

Perbandingan Pretreatment Lidokain 40 mg Intravena Ditambah Natrium Bikarbonat 1 mEq Dengan Ketamin 100 μg/kgBB Intravena Dalam Mengurangi Nyeri Induksi Propofol

3 86 89

Efek Penambahan Natrium Bikarbonat 1 mEq Kedalam Lidokain 40 Mg Intravena Dibandingkan Dengan Lidokain 40 Mg Intravena Untuk Mengurangi Nyeri Pada Saat Induksi Propofol MCT/LCT

1 74 97

Efek Penambahan Natrium Bikarbonat 1 mEq Kedalam Lidokain 40 MG Intravena Dibandingkan Dengan Lidokain 40 MG Intravena Untuk Mengurangi Nyeri Pada Saat Induksi Propofol MCT/LCT

1 46 97

Perbandingan Obat Kumur Benzydamine Hydrochloride 22,5 Mg dan ketamin 40 Mg Dalam Mengurangi Nyeri Tenggorok Dan Suara Serak Akibat Intubasi Endotrakeal

3 60 112

Perbandingan Efek Inflasi Cuff Dengan Lidokain HCl 2% 6 CC + Natrium Bikarbonat 7,5% 0,6 CC Dengan Lidokain HCl 1,5 Mg/Kg BB Intravena Terhadap Kejadian Batuk Dan Hemodinamik Sebelum Dan Sesudah Ekstubasi Pada Anestesia Umum

0 40 96

Perbandingan Pengaruh Pemberian Fentanil 1 µg/kgBB Dengan Lidokain 2% 1 mg/kgBB Intravena Terhadap Respon Hemodinamik Pada Tindakan Ekstubasi

3 85 94

Perbandingan Efektivitas Lidokain 40 Mg IV Dengan 60 Mg IV Untuk Mencegah Nyeri Akibat Penyuntikan Rokuronium 1 Mg /Kg IV Pada Pembedahan Elektif Di RSUP. H. Adam Malik Medan

1 67 59

Efek Ketorolak 30 Mg Intravena Sebagai Preemptive Analgesia Pada Operasi

0 0 51

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Propofol - Perbandingan Pretreatment Lidokain 40 mg Intravena Ditambah Natrium Bikarbonat 1 mEq Dengan Ketamin 100 μg/kgBB Intravena Dalam Mengurangi Nyeri Induksi Propofol

0 0 25

Perbandingan Obat Kumur Benzydamine Hydrochloride 22,5 Mg dan ketamin 40 Mg Dalam Mengurangi Nyeri Tenggorok Dan Suara Serak Akibat Intubasi Endotrakeal

0 3 17