Tabel 5.15. Hasil Penilaian Postur Kerja dengan Metode REBA
No Kegiatan
Skor dan level dari penilaian postur
kerja dengan REBA Tindakan
Kiri Kanan
Kiri Kanan
1 Mengangkat
loyang dari ruang fermentasi
8 tinggi
8 tinggi
Diperlukan perbaikan
sekarang juga Diperlukan
perbaikan sekarang juga
2 Meletakkan
loyang distasiun pemanggangan
11 sangat
tinggi 11
sangat tinggi
Diperlukan perbaikan
sekarang juga Diperlukan
perbaikan sekarang juga
3 Memasukkan
loyang ke mesin pemanggangan
5 sedang
5 sedang
Perlu dilakukan perbaikan
Perlu dilakukan perbaikan
4 Mengambil
loyang dari mesin pemanggangan
5 sedang
5 sedang
Perlu dilakukan perbaikan
Perlu dilakukan perbaikan
5 Meletakkan
loyang yang telah dipanggang
10 tinggi
10 tinggi
Diperlukan perbaikan
segera Diperlukan
perbaikan segera
Sumber: Hasil Pengolahan
5.2.3. Man Machine Chart MMC
Man machine chart ini dibuat untuk melihat proporsi kerja pekerja pada mesin pemanggangan. Melalui pembuatan Man machine chart MMC atau peta
pekerja dan mesin ini, maka akan dapat diketahui gerakan kerja yang dapat dieliminasi untuk perbaikan metode kerja yang berpengaruh pada perbaikan
postur kerja. Dari pengumpulan data metode kerja aktual diketahui pengoperasian mesin pemanggangan membutuhkan satu orang pekerja yang bekerja bersama 1
buah mesin. Peta kerja manusia-mesin aktual ini dapat dilihat pada Lampiran 3.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan perbandingan waktu delay menunggu dengan waktu produktif antara operator dan mesin dapat dilihat pada Tabel 5.16. sebagai berikut:
Tabel 5.16. Perbandingan Waktu Delay dan Produktif pada MMC
Waktu Delay Waktu Produktif
Operator Mesin
Operator Mesin
946 detik 328 detik
621 detik 1139 detik
Sumber: Hasil Pengolahan
Berdasarkan peta pekerja dan mesin, maka dapat diketahui bahwasanya terdapat delay pada operator dan mesin. Hal ini banyak terjadi pada saat operator
melakukan proses mengangkat loyang dari ruang fermentasi dan hal ini dilakukan secara berulang-ulang. Adapun kegiatan berulang yang sering dilakukan oleh
operator sebagai berikut: 1.
Berjalan keruang fermentasi, kemudian mengambil 8 buah loyang yang berisi adonan dan dibawa kedekat mesin pemanggangan. Hal ini dilakukan berulang-
ulang sebanya 6 kali. 2.
Memasukkan loyang yang berisi adonan kedalam mesin pemanggangan. 3.
Mengeluarkan adonan yang telah selesai dipanggang dari dalam mesin pemanggangan.
4. Membawa tumpukan loyang yang telah dipanggang menuju ruang
penyimpanan. Jadi, dari informasi kegiatan-kegiatan ini maka dapat dirancang suatu alat
bantu yang dapat mengurangi keluhan muskuloskeletal melalui perbaikan metode kerja dengan mengeliminasi gerakan kerja berulang diatas.
Universitas Sumatera Utara
5.2.4 Pengolahan Data Antropometri
Untuk merancang alat bantu agar sesuai dengan antropometri tubuh operator maka dilakukan pengukuran dimensi pada tubuh operator. Data dimensi
tubuh yang diperlukan berdasarkan hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 5.4 .
Data ini akan melewati beberapa uji agar layak untuk membuat dimensi atau ukuran dalam perancangan yang terdiri dari uji keseragaman data, kecukupan data
dan uji kenormalan data.
5.2.4.1 Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi, Nilai Maksimum dan Minimum
Data antropometri yang sudah diperoleh dari operator maka selanjutnya akan ditentukan nilai rata-rata, standar deviasi, nilai maksimum dan minimum
untuk masing-masing item pengukuran. Adapun persamaan yang digunakan dalam menghitung nilai rata-rata,
standar deviasi, nilai maksimum dan minimum pada masing-masing pengukuran adalah sebagai berikut:
1. Nilai rata-rata
Untuk menentukan nilai rata-rata pada masing-masing pengukuran dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
n X
n X
X X
n n
∑
= +
+ +
= Χ
....
2 1
Dimana : n = banyaknya pengamatan
∑
n
X
= jumlah pengamatana ke n
Universitas Sumatera Utara
Χ = X rata-rata
Contoh : Nilai rata-rata pada Tinggi Bahu Berdiri TBB adalah :
51 ,
138 7
6 ,
969 7
7 ,
140 1
, 137
... 7
, 135
2 ,
139 =
= +
+ +
+ =
X
2. Standar Deviasi
Untuk menentukan nilai standar deviasi pada masing-masing pengukuran dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
1
1 2
− −
= =
∑
=
n X
X SD
n i
i
σ
Contoh : Nilai standar deviasi Tinggi Bahu Berdiri TBB adalah :
69 ,
1 1
7 51
, 138
7 ,
140 ...
51 ,
138 7
, 135
51 ,
138 2
, 139
2 2
2
= −
− +
− +
− =
=
σ
SD
3. Nilai Maksimum dan Minimum
Nilai maksimum dan minimum adalah nilai terbesar dan terkecil pada data hasil pengukuran setelah data tersebut diurutkan.
Contoh : Nilai maksimum pada
Tinggi Bahu Berdiri TBB
= 140,7 cm Nilai minimum pada
Tinggi Bahu Berdiri TBB
= 135,7 cm
Universitas Sumatera Utara
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat perhitungan nilai rata-rata, standar deviasi, nilai maksimum dan minimum hasil pengukuran pada Tabel 5.17.
Tabel 5.17. Perhitungan Nilai Rata-rata, Standar Deviasi, Nilai Maksimum Dan Minimum Data Antropometri Operator
Dimensi Χ
σ X
max
X
min
TBB 138,51
1,69 140,7
135,7 LT
8,36 0,6
9,10 7,30
TSB 105,07
2,99 108,3
99,2 TPB
90,59 3,38
93,4 84,4
Sumber: Hasil perhitungan
5.2.4.2 Uji Keseragaman Data
Uji keseragaman data digunakan untuk pengendalian proses bagian data yang ditolak atau tidak seragam karena tidak memenuhi spesifikasi. Apabila
dalam satu pengukuran terdapat satu jenis atau lebih data yang tidak seragam maka data tersebut akan langsung ditolak dan dilakukan revisi data yang tidak
seragam dengan cara membuang data yang out of control tersebut dan melakukan perhitungan kembali. Pada percobaan ini digunakan tingkat kepercayaan 95
sehingga diperoleh nilai k = 2. Untuk menguji keseragaman data digunakan peta kontrol dengan
persamaan berikut : σ
k X
BKA +
= σ
k X
BKB +
= σ
2 +
= X BKA
σ 2
− = X
BKB
Universitas Sumatera Utara
Jika X
min
BKB dan X
max
Jika X BKA maka Data Seragam
min
BKB dan X
max
Contoh perhitungan untuk Tinggi Bahu Berdiri TBB : BKA maka Data Tidak Seragam
BKA = 138,51 + 2 x 1,69 BKB = 138,51 – 2 x 1,69
= 141,9 cm = 135,13 cm
Dengan perhitungan yang sama seperti diatas untuk semua dimensi diperoleh Batas Kontrol Atas BKA dan Batas Kontrol Bawah BKB seperti
yang diperlihatkan pada tabel 5.18.
Tabel 5.18. Perhitungan Uji Keseragaman Data Antropometri Operator Dimensi
Χ BKA
BKB X
max
X
min
TBB 138,51
141,9 135,13 140,7 135,7
LT 8,36
9,55 7,16
9,10 7,30
TSB 105,07 111,05 99,09
108,3 99,2
TPB 90,59
97,33 83,84
93,4 84,4
Sumber: Hasil perhitungan
Berdasarkan hasil perhitungan dari Tabel 5.18. diatas maka dapat digambarkan peta kontrol dari masing-masing data. Dari gambar peta kontrol
akan terlihat apakah ada data yang out of control, sehingga untuk dimensi yang mempunyai data out of control perlu dilakukan revisi. Berikut contoh peta
kontrol untuk tinggi bahu berdiri ditunjukkan pada Gambar 5.8.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.8. Peta Kontrol TBB
Untuk peta kontrol yang lain dapat dilihat pada Lampiran 4. Dari keseluruhan peta kontrol tidak ditemukan data out of control, sehingga tidak perlu
dilakukan revisi.
5.2.4.3 Uji Kecukupan Data
Uji kecukupan data digunakan untuk menganalisis jumlah pengukuran apakah sudah representatif, dimana tujuannya untuk membuktikan bahwa data
sampel yang diambil sudah mewakili populasi.
Universitas Sumatera Utara
Untuk uji kecukupan data dengan tingkat ketelitian 5 dan tingkat keyakinan 95 digunakan persamaan :
2
1 2
1 1
2
05 .
2
−
=
∑ ∑
∑
= =
= n
i i
n i
i n
i i
X X
X N
N
Keterangan : N’ = Jumlah pengamatan minimal
N = Banyaknya data
Dengan ketentuan, N’N maka data sudah cukup untuk melakukan perancangan N`N maka data belum cukup untuk melakukan perancangan.
Contoh perhitungan untuk dimensi tinggi bahu berdiri :
cm Xi
60 ,
969 7
, 140
... 1
, 138
7 ,
135 2
, 139
= +
+ +
+ =
∑
2 2
2 2
2 2
cm 7
, 134320
7 ,
140 ...
1 ,
138 7
, 135
2 ,
139 =
+ +
+ +
= ∑ Xi
2 2
2
cm 16
. 940124
60 ,
969 =
= ∑ X
21 ,
60 ,
969 16
, 940124
68 ,
134320 7
40
2
=
−
= x
N
Hasil pengolahan data yang dilakukan didapat N 0,21 7, maka dapat disimpulkan data yang diperoleh sudah cukup.
Selanjutnya hasil perhitungan uji kecukupan data pada dimensi antropometri lainnya dapat dilihat pada Tabel 5.19.
N
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.19. Uji Kecukupan Data Antropometri
Data N
Keterangan TBB
7.00 969.60 134320.68 940124.16
0.21 Cukup
LT 7.00
58.50 491.03
3422.25 6,99
Cukup TSB
7.00 735.50
77333.59 540960.25 1.11
Cukup TPB
7.00 634.10
57508.75 402082.81 1.90
Cukup
Sumber : Hasil pengolahan data
5.2.4.4 Uji Kenormalan Data dengan Kolmogorof smirnov
Salah satu syarat penggunaan data antropometri yang akan diaplikasikan pada perancangan fasilitas untuk populasi tertentu adalah data harus berdistribusi
normal, sehingga perlu dilakukan uji normalitas. Penerapan data antropometri ini akan dapat dilakukan jika tersedia mean rata-rata dan SD standar deviasi dari
distrinusi normal
15
α .
Pada penelitian ini pengujian kenormalan data dilakukan dengan metode kolmogorv-smirnov menggunakan software SPSS 13.0 for windows. Metode
Kolmogorof-smirnov digunakan karena data antropometri yang digunakan adalah data parametrik yang dapat diketahui nilai parameterstatistik data rata-rata,
standar deviasi, dan sebagainya, merupakan data kontiniu hasil pengukuran, dan ukuran sampel memenuhi 7 sampel sehingga metode Kolmogorof-smirnov
dapat digunakan untuk melakukan uji kenormalan data. Hasil seluruh pengujian dinyatakan normal karena karena nilai D lebih kecil dari nilai D
. Pengujian kenormalan data dapat dilihat pada Lampiran 2 dan hasilnya dapat dilihat pada
Tabel 5.19.
15
Eko Nurmianto. 1998. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, edisi kedua, Guna Widya, Surabaya
2
Xi ∑
2
Xi ∑
Xi ∑
N
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.20. Uji Kolmogorof smirnov
No Dimensi
Kolmogorof- Smirnov hitung
Kolmogorof- Smirnov tabel
Keterangan
1 TBB
0.487 0.483
Normal 2
LT 0.836
0.483 Normal
3 TSB
0.542 0.483
Normal 4
TPB 0.789
0.483 Normal
Sumber: Hasil perhitungan
5.2.5 Penentuan Dimensi Produk yang Akan Dirancang
Data antropometri digunakan sebagai data untuk perancangan alat bantu. Tiga prinsip antropometri yang digunakan dalam perancangan suatu produk
adalah : 1.
Prinsip penggunaan data antropometri yang ekstrem 2.
Prinsip penggunaan data antropometri rata-rata 3.
Prinsip penggunaan data antropometri yang dapat disesuaikan. Pada rancangan ini, digunakan prinsip perancangan dengan dimensi tubuh
yang ekstrim dimaksudkan untuk mengantisipasi jika ada pemakai produk yang berdimensi tubuh ekstrim, dan dapat digunakan oleh mayoritas pengguna. Untuk
dimensi tubuh tinggi Tinggi Bahu Berdiri TBB digunakan persentil 5 atau yang terkecil agar operator yang menggunakan alat tersebut tidak menjangkau melewati
batas bahu. Untuk Lebar Tangan LT, Tinggi Siku Berdiri TSB dan Tinggi
Pinggang Berdiri TPB menggunakan persentil 95 atau terbesar agar operator yang menggunakan alat tersebut tidak membungkuk. Maka rumus persentil yang
digunakan adalah:
Universitas Sumatera Utara
P
95
x X
σ 645
. 1
+ =
dan P
5 =
x X
σ 645
. 1
− Untuk lebih jelasnya, masing-masing perhitungan persentil pada tiap
bagian tubuh dijelaskan sebagai berikut: 1. Tinggi bahu berdiri
X = 138,51 ; x σ = 1,69 maka P
5
7 ,
135 69
, 1
645 .
1 5
, 138
= −
x =
Jadi nilai P
5
untuk dimensi Tinggi Bahu Berdiri TBB ukurannya adalah 135,7 cm
2. Lebar Tangan LT X = 8,36 ; x
σ = 0,6 maka P
95
34 ,
9 6
, 645
. 1
36 ,
8 =
+ x
= Jadi nilai P
95
untuk dimensi Lebar Tangan LT ukurannya adalah 9,34 cm
3. Tinggi Siku Berdiri X = 105,07 ; x
σ = 2,99 maka P
95
99 ,
109 99
, 2
645 .
1 07
, 105
= +
x =
Jadi nilai P
95
untuk dimensi Tinggi Siku Berdiri TSB ukurannya adalah 109,99 cm
4. Tinggi Pinggang Berdiri X = 90,59 ; x
σ = 3,38 maka P
95
15 ,
96 38
, 3
645 .
1 59
, 90
= +
x =
Jadi nilai P
95
untuk dimensi Tinggi Siku Berdiri TSB ukurannya adalah 96,15 cm
Universitas Sumatera Utara
BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
6.1. Analisa Tingkat Keluhan Muskuloskeletal
Berdasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan Standart Nordic Questionnaire SNQ maka terlihat beberapa bagian tubuh yang mengalami
keluhan dengan kategori sebagai berikut: e.
Merasakan kategori sangat sakit pada bagian bahu kiri, bahu kanan, lengan atas kanan, punggung, lengan atas kiri, pinggang, bokong, lutut kanan dan
lutut bagian kiri. f.
Merasakan kategori sakit pada bagian leher atas, lengan bawah bagian kanan dan bagian kiri dan bagian betis bagian kanan dan kri.
g. Merasakan kategori agak sakit pada bagian leher bawah, siku bagian
kanan, siku bagian kiri, pergelangan tangan kanan dan kiri, tangan kanan dan kiri, dan kaki kanan dan kaki kiri.
h. Tidak merasakan sakit pada bagian pantat, paha kiri, paha kanan,
pergelangan kiri dan pergelangan kanan. Tentunya penyebab keluhan ini disebabkan oleh gerakan kerja operator
yang tidak baik, seperti membungkuk dan juga mengangkat beban secara berulang-ulang. Selain adanya gerakan yang tidak baik, terdapat juga masalah
pada lokasi kerja pada bagian pemanggangan ini. Untuk melihat lebih jelas gambaran penyebab terjadinya keluhan maka kita dapat melihat dari hasil analisa
Universitas Sumatera Utara