Faktor Penyebab Seseorang Menjadi Anak Jalanan

65 Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa anak jalanan memiliki beberapa alasan mengapa mereka memilih bekerja di jalanan. Dari hasil penelitian, diperoleh hasil sebagai berikut : a. Faktor internal Terdapat alasan yang beragam jika dibahas mengenai latar belakang yang mendasari anak turun dan bekerja di jalan, salah satunya adalah faktor intern dari dalam diri anak jalanan yang memberikan pengaruh pada anak untuk turun dan bekerja di jalan. Faktor internal yang menyebabkan anak-anak bekerja di jalanan yaitu : 1 Kondisi ekonomi keluarga Pada umumnya faktor yang mempengaruhi anak bekerja di jalanan karena faktor ekonomi keluarga yang rendah. Kondisi yang demikian ini memaksa kepala keluarga untuk bekerja keras, mereka mengupayakan segala cara untuk dapat menopang kehidupan mereka. Kondisi tersebut memaksa anak-anak mereka ikut serta mencari uang demi memenuhi kebutuhan keluarga. Berdasarkan data hasil observasi, anak-anak jalanan yang menjadi anak binaan di Rumah Singgah Girlan Nusantara bekerja sebagai pengamen di beberapa lokasi perempatan atau pertigaan yang cukup strategis di Yogyakarta. 66 2 Ingin bebas Selain faktor ekonomi keluarga, ras ingin bebas menjadi salah satu alasan anak memilih bekerja di jalan. Kondisi ekonomi keluarga yang rendah memaksa mereka bekerja sesuai keinginan orang tua, misalnya membantu orang tua berdagang. Padahal anak tersebut tidak mau dan merasa ingin bebas mencari penghasilan dengan cara mereka sendiri. Selain itu anak merasa terkekang dengan aturan dari orang tua mereka, lalu mencari kebebasan dengan bekerja di jalan. Terkadang anak yang bekerja di jalan tidak selalu berasal dari keluarga kurang mampu. Tetapi karena mereka merasa terkekang dengan peraturan orang tua mereka di rumah, maka mereka memilih untuk mencari kebebasan dan bekerja di jalan sebagai pengamen. b. Faktor eksternal Faktor penyebab seseorang memilih bekerja di jalan tidak hanya berasal dari dalam diri anak itu sendiri. Kurang harmonisnya keluarga sering berakhir dengan kekerasan. Adanya tindak kekerasan dan penganiayaan pada anak serta perlakuan yang salah dari orangtua terhadap anak menyebabkan anak tidak betah sehinggga memilih lari dari rumah dan bekerja di jalanan. 67 Selain itu, di era globalisasi ini tentunya teknologi yang digunakan pun semakin canggih. Banyak bermunculan lifestyle, baik dalam dunia mode atau teknologi yang seringkali menjadi trend di kalangan remaja. Tentunya hal ini akan menjadi pusat perhatian bagi khalayak ramai, tak terkecuali anak jalanan. Namun dengan kondisi yang ada, mustahil anak jalanan dapat mengikuti perkembangan yang ada. Dengan kondisi orangtua yang miskin memaksa anak untuk mencari uang sendiri untuk memenuhi keinginannya.

2. Bentuk-bentuk Kegiatan yang Dilakukan Rumah Singgah Girlan

Nusantara dalam Memberdayakan Anak Jalanan Kegiatan pendidikan nonformal untuk pemberdayaan anak jalanan bertujuan agar anak-anak jalanan mendapatkan bentuk pendidikan selain pendidikan di sekolah formal berupa pelatihan atau pendidikan kesetaraan. Tujuan pendidikan nonformal dalam memberdayakan anak jalanan yaitu untuk meningkatkan dan merubah sumberdaya manusia sehingga mampu membangun masyarakat dan lingkungannya. Pendirian Rumah Singgah sendiri memiliki tujuan membantu anak jalanan mengatasi masalah- masalah anak jalanan dan menemukan alternative untuk mengatasi permasalahanya. Seperti yang diungkapkan Widagdo 2010:31 a. Membentuk kembali sikap dan perilaku anak yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. b. Mengupayakan anak kembali kerumah jika memungkinkan ke panti dan lembaga penganti lain. 68 c. Memberikan berbagai alternative pelayanan untuk memenuhi kebutuhan anak dan menyiapkan masa depannya sehinga menjadi masyarakat yang produktif. Rumah Singgah Girlan Nusantara didirikan dengan tujuan merangkul anak jalanan dengan segala permasalahanya. Mereka ditampung di shelter yang didalamnya berisi kegiatan yang bermanfat dari ketrampilan atau lifeskill sampai di bidang pendidikan. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomer 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 26 ayat 3, dijelaskan bahwa pendidikan nonformal meliputi 7 tujuh ranah kerja yang dilaksanakan untuk mendukung program pendidikan di Indonesia. 7 tujuh ranah kerja tersbut yaitu pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan pemuda, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, dan pendidikan kesetaraan. Dari ke tujuh ranah kerja pendidikan nonformal tersebut, beberapa di antaranya digunakan untuk memberdayakan anak jalanan di Rumah Singgah Girlan Nusantara. Bentuk kegiatan pemberdayaan anak jalanan dengan pendidikan nonformal meliputi : a. Pendidikan Kesetaraan Pendidikan kesetaraan adalah program pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan umum setara SDMI, SMPMTs, 69 dan SMAMA yang mencakup kejar paket A setara SDMI, kejar paket B setara SMPMTs, dan kejar paket C setara SMPMA. Program kesetaraan merupakan program yang sangat vital dalam menjawab permasalahan rendahnya kualitas sumber daya manusia. Pendidikan kesetaraan dapat dilaksanakan pada satuan pendidikan nonformal, seperti lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar serta satuan pendidikan yang sejenis. Pendidikan kesetaraan merupakan salah satu bentuk pendidikan nonformal sebagai solusi bagi anak jalanan yang tidak dapat mengikuti pendidikan formal karena berbagai hal, salah satunya karena permasalahan ekonomi di mana orang tua tidak dapat membiayai pendidikan anaknya dan anak harus bekerja di jalanan. Dengan adanya pendidikan kesetaraan ini, diharapkan anak jalanan dapat mengakses pendidikan nonformal secara gratis. Selain itu, proses pembelajaran yang fleksibel cukup memudahkan anak jalanan karena jadwal pembelajarannya menyesuaikan dengan kegiatan mereka di jalanan. b. Sekolah Pendidikan Layanan Khusus Tidak semua anak binaan yang ada di Rumah Singgah Girlan Nusantara adalah anak yang putus sekolah. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, banyak di antara anak-anak binaan Rumah Singgah Girlan Nusantara masih berstatus sebagai peserta didik di sekolah formal,. Setelah mereka selesai sekolah, 70 biasanya mereka bekerja sebagai pengamen atau berjualan di pinggir jalan. Pendidikan Layanan Khusus SPLK merupakan salah satu bentuk layanan pendidikan yang dikhususnya bagi anak-anak kaum marjinal, salah satunya adalah anak jalanan. Sekolah Pendidikan Layanan Khusus SPLK yang ada di Rumah Singgah Girlan Nusantara diadakan setiap sore hari dari hari Senin hingga hari Sabtu. Di SPLK anak-anak yang menempuh pendidikan formal di pagi hari, akan dibantu dalam mengerjakan pelajaran apa saja yang dirasa sulit ketika di sekolah. Namun untuk anak yang masih kecil, Sekolah Pendidikan Layanan Khusus SPLK dapat digunakan sebagai batu loncatan awal sebelum mereka memasuki bangku sekolah. c. Keterampilan dan Pelatihan Kerja Pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dengan penekanan pada penguasaan keterampilan fungsional yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Pelatihan merupakan salah satu bentuk pendidikan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dengan penekanan pada penguasaan, keterampilan, standar kompetensi, dan pengembangan sikap kewirausahaan. Melalui program pendidikan Pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, diharapkan kemandirian warga belajar masyarakat 71 dalam mengembangkan berusaha atau dalam mengembangkan jiwa wirausaha akan mudah tercapai. Salah satu bentuk pendidikan luar sekolah lainnya yang dilaksanakan di Rumah Singgah Girlan Nusantara adalah pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja. Pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja adalah kegiatan pemberian keterampilan bagi anak jalanan, seperti keterampilan melukis, teknik sablon, stir mobil, pelatihan teknisi handphone, pelatihan tanaman hias, dan lain-lain. Kegiatan pendidikan keterampilan ini bertujuan untuk mempersiapkan anak jalanan memasuki dunia kerja dan sedikit demi sedikit dapat mengurangi kegiatan anak di jalan. d. Pemberian Beasiswa Dalam program pemberdayaannya, Rumah Singgah Girlan Nusantara memberikan beasiswa kepada anak jalanan yang masih sekolah tetapi tidak mampu membiayainya atau kepada anak jalanan yang putus sekolah tetapi punya keinginan untuk melanjutkan kembali. Data calon penerima beasiswa dikumpulkan melalui pendataan awal ke rumah singgah atau ke rumah orang tua yang menjadi tempat tinggal anak jalanan. Untuk anak yang masih sekolah, beasiswa diberikan jika anak tersebut berprestasi dan mendapatkan rangking 5 besar di sekolahnya. Namun jika calon penerima beasiswa sudah putus sekolah , maka pihak pengurus akan datang ke rumah dan berusaha membangun