54 Hal tersebut di atas seperti yang disampaikan oleh “Mm” berikut
ini : “Ada kegiatan pemberian keterampilan bagi anak jalanan mbak,
kayak ketrampilan melukis, teknik sablon, stir mobil, pelatihan teknisi hape, pelatihan tanaman hias dan lain-lain ...”
Pernyataan “Mm” di atas diperkuat oleh pernyataan “Yr” sebagai
berikut : “... juga ada pendidikan pendidikan vokasi atau keterampilan.
Jadwalnya fleksibel mbak, jadi bisa menyesuaikan dengan kegiatan anak-anak di jalanan. Itu pembelajaran yang udah putus
sekolah.” Selain itu, peneliti juga menemukan pendapat lain yang
mendukung kedua pernyataan di atas seperti yang disampaikan oleh “Wd” yang merupakan salah satu anak jalanan berikut ini :
“Banyak mbak, kursus nyetir mobil, sama mau sekolah satpam. Tapi belum punya ijazah, makanya mau cari ijazah dulu.”
Berdasarkan beberapa hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan
bahwa pendidikan kecapakan hidup merupakan salah satu fasilitas pendidikan yang diberikan untuk anak-anak jalanan yang ada di Rumah
Singgah Girlan Nusantara dengan penjadwalan yang fleksibel. d.
Pemberian Beasiswa Pemberian beasiswa bagi anak jalanan yang masih bersekolah di
lembaga pendidikan formal merupakan salah satu bentuk perhatian pengelola Rumah Singgah Girlan Nusantara terhadap anak-anak jalanan
yang mereka bina. Beasiswa diberikan kepada anak jalanan yang masih
55 sekolah tetapi tidak mampu membiayainya atau kepada anak jalanan
yang putus sekolah tetapi punya keinginan untuk melanjutkan kembali. Salah satu pengelola Rumah Singgah Girlan Nusantara yaitu “Yr”
menyatakan bahwa : “... Ada beasiswa juga, beasiswa itu kami berikan jika anak yang
masih sekolah dan mempunyai prestasi, minimal mendapat rangking 5 di kelasnya. Tetapi jika anak tersebut sudah putus
sekolah, maka kami akan selalu berkomunikasi dengan anaknya agar mau menyekolahkan anaknya kembali ...”
Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh “Mm” yang juga
merupakan pengelola di Rumah Singgah Girlan Nusantara : “... program beasiswa buat memacu semangat belajar anak.
Soalnya kita tau sendiri mbak kalo selama ini anak jalanan termasuk kurang kesadaran untuk bersekolah ...”
Data calon penerima beasiswa dikumpulan melalui survey ke
shelter yang menjadi tempat tinggal anak jalanan.untuk anak yang masih sekolah. Setelah beasiswa diberikan, maka akan diperika kembali
oleh tim audit dari Kementerian Sosial, apakah dana beasiswa yang diberikan benar-benar digunakan untuk keperluan sekolah anak atau
digunakan untuk kepentingan lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan “Mm” sebagai berikut :
“... Nantinya akan diaudit dari kemensos apakah dananya tepat sasaran apa enggak, kalau enggak, ya beasiswanya dicabut mbak
...” Dari pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa
pemberian beasiswa merupakan salah satu bentuk perhatian pengelola terhadap pendidikan anak jalanan. Pemberian beasiswa dengan
56 persyaratan tertentu dan adanya monitoring merupakan bentuk usaha
pengelola untuk memicu semnagat orang tua dan anak jalanan itu sendiri.
e. Pondok Pesantren Farid Al Girlani
Pendidikan agama menjadi sangat penting bagi anak-anak jalanan mengingat kehidupan jalanan yang sangat keras dan rentan pada kasus-
kasus kriminal. Selain itu kurangnya perhatian orang tua dan rendahnya pendidikan mereka, sehingga mereka membutuhkan pendidikan agama
lewat jalur pendidikan nonformal. Menyadari hal tersebut, pengelola Rumah Singgah Girlan
Nusantara menyelenggarakan program pendidikan agama melalui pondok pesantren yang mereka beri nama Pondok Pesantren Farid Al
Girlani. Program pondok pesantren ini bekerja sama dengan Pondok Pesantren Ibnu Qoyyim. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh “Mm” :
“... mereka diajarin ngaji juga lewat Pondok Pesantren Farid Al Girlani yang kerjasamanya bareng Pondok Pesantren Ibnu
Qoyyim.” Sama halnya seperti yang disampaikan oleh pengelola Rumah
Singgah Girlan Nusantara lainnya, yaitu “Yr” : “...Yang terbaru ada Pondok Pesantren Farid Al Girlani.”
Pelaksanaan kegiatan di Pondok Pesantren Farid Al Girlani ini dibenarkan oleh salah satu anak jalanan yang menjadi anak binaan di
Rumah Singgah Girlan Nusantara, yaitu “Ag” yang menyatakan :
57 “... Setiap seminggu sekali juga ada acara pengajian di Pondok
Pesantren Farid Al Girlani mbak, ya buat nambah wawasan agama mbak.”
Dari hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa bentuk
pendidikan nonformal lainnya yang dilaksanakan di Rumah Singgah Girlan Nusantara adalah Pondok Pesantren Farid Al Girlani yang
dilaksanakan seminggu satu kali untuk memberikan bekal pengetahuan agama bagi anak-anak jalanan.
4. Pendekatan yang dilakukan Rumah Singgah Girlan Nusantara dalam
memberdayakan anak jalanan
Pelaksanaan pemberdayaan anak jalanan yang dilakukan oleh pengelola Rumah Singgah Girlan Nusantara menggunakan dua
pendekatan, yaitu pendekatan center based atau pendekatan terpusat di rumah singgah dan pendekatan community based atau pendekatan
komunitas. Hal ini sesuai dengan pernyataan “Yr” sebagai salah satu pengelola Rumah Singgah Girlan Nusantara :
“Kalau secara teori kan ada 3 macam pendekatan, tapi faktanya pendekatan yang digunakan di Girlan Nusantara cuman ada dua
mbak, center based dan community based ...” Pernyataan serupa juga disampaikan oleh pengelola lainnya, yaitu
“Mm” yang menyatakan : “Ya kami pakenya pendekatan terpusat pada rumah singgah dan
kelompok ...” Pendekatan center based di Rumah Singgah Girlan Nusantara
dilakukan dengan cara memusatkan usaha dan pelayanan serta adanya tempat berlindung drop in yang menyediakan fasilitas asrama bagi anak
58 terlantar. Penanganan tersebut dilakukan secara sementara maupun
permanen. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, Rumah Singgah Girlan Nusantara memiliki 2 gedung yang digunakan untuk
rumah singgah anak jalanan dan 1 gedung yang digunakan sebagai pusat usaha, pelayanan dan kegiatan anak jalanan.
Hal ini diperkuat dengan pernyataan “Yr” berikut ini : “... Pendekatan center based itu ya kami nyediain tempat tinggal
untuk anak-anak yang enggak punya tempat tinggal atau anak yang bukan asli jogja dan enggak punya tempat tinggal ...”
Berdasarkan hasil observasi peneliti, 1 gedung yang digunakan
sebagai pusat usaha, pelayanan dan kegiatan anak jalanan tersebut juga digunakan pengelola sebagai tempat pemberdayaan anak jalanan dengan
pendekatan community based. Tujuannya agar anak-anak jalanan ini memiliki kegiatan yang positif. Pendekatan community based ini seperti
dijelaskan oleh “Yr” : “... Kalau pendekatan community based itu kami ada semacam
komunitas seni untuk anak-anak jalanan ini, jadi ada grup musik gitu mbak. kita sering ikut pentas dan lomba ...”
Pernyataan di atas didukung oleh “Mm” yang mengungkapkan
bahwa : “ ... Kegiatan kelompoknya itu ada grup musik yang sering ikut
pentas mbak, ada juga grup jathilan ...”
Rumah singgah Girlan Nusantara tidak menggunakan pendekatan street based atau penjangkauan di jalan karena Dinas Sosial sudah turun
59 tangan secara langsung dalam penjangkauan anak jalanan di jalan. Seperti
yang disampaikan oleh “Yr” : “... Kami enggak pake pendekatan street based soalnya kami enggak
ngadain perekrutan anak secara langsung dari jalan. Ana binaan kami peroleh dari Dinas Sosial langsung, jadi kami diundang untuk
menerima calon warga binaan yang nantinya akan dititipkan di tempat kami gitu mbak.”
Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan “Mm” sebagai
berikut : “... Kalo masalah anak jalanan yang masih di jalanan kami enggak
punya kewenangan mbak, kan sudah ada Dinas Sosial yang menangani.”
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa
pendekatan yang digunakan oleh pengelola Rumah Singgah Girlan Nusantara adalah center based dan community based. Pengelola tidak
menggunakan pendekatan street based karena pendekatan tersebut dilakukan oleh pihak dinas sosial.
5. Manfaat kegiatan yang dilakukan Rumah Singgah Girlan Nusantara
dalam memberdayakan anak jalanan
Kegiatan pemberdayaan anak jalanan di Rumah Singgah Girlan Nusantara memberikan manfaat bagi anak jalanan itu sendiri. Anak jalanan
menjadi memiliki pengetahuan baru dan pengalaman melalui kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti selama di Rumah Singgah Girlan
Nusantara. Hal ini sesuai dengan pernyataan “Ag” salah satu anak jalanan yang menjadi binaan Rumah Singgah Girlan Nusantara :
“Iya ada mbak. Saya jadi bisa ketrampilan-ketrampilan gitu, bisa buat modal kerja. Tapi ya nunggu ada modal yang lumayan dulu.”
60 Hal senada juga dituturkan oleh anak binaan Rumah Singgah Girlan
Nusantara yang lainnya, yaitu “Ri” : “Bermanfaat mbak, kan saya sekarang punya ijazah. Semoga ijazah
yang saya dapatkan ini nanti bermanfaat buat saya.” Anak binaan Rumah Singgah Girlan Nusantara yang lainnya juga
mengungkapan kebermanfaatan program yang diikutinya. “Ce” mengungkapkan :
“Kejar paket menurut saya sangat bermanfaat ya mbak. Apalagi kami tidak perlu ribet-ribet ngurus sendiri. Ya terimakasih buat om
Y yang peduli sama pendidikan kami anak jalanan.” Salah satu pengelola Rumah Singgah Girlan Nusantara yaitu “Yr”
mengungkapkan bahwa : “Pemberdayaan anak jalanan sendiri dirasa bermanfaat ya mbak,
karena anak jalanan menjadi normatif. Artinya mereka diterima masyarakat dan kembali pada keluarga. Selain itu anjal diharapkan
dapat meninggalkan dunia jalanan dan memiliki kehidupan yang layak dan menggali potensi dan skill yang dimilki oleh anak
jalanan.” Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan “Mm” sebagai
pengelola Rumah Singgah Girlan Nusantara juga : “Pemberdayaan ini diharapkan dapat mengurangi angka kriminalitas,
mengurangi kegiatan anak yang hidup di jalan, terciptanya lingkungan yang kondusif, meningkatkan potensi dan kualitas SDM
anak jalanan, anak jalanan dapat menjadi anak yang mandiri dan hidup normal serta memiliki kehidupan yang layak.”
Dari pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa
kegiatan pemberdayaan anak jalanan di Rumah Singgah Girlan Nusantara memberikan manfaat berupa keterampilan hidup dan ijazah yang dapat
mereka pergunakan untuk modal kerja, sehingga diharapkan mereka dapat
61 diterima masyarakat dan kembali pada keluarga serta mengurangi kegiatan
anak yang hidup di jalan.
C. Pembahasan
1. Faktor Penyebab Seseorang Menjadi Anak Jalanan
Anak jalanan adalah anak yang berbeda dengan anak pada umumnya. Hidup menjadi anak jalanan bukanlah pilihan hidup yang
menyenangkan melainkan keterpaksaan yang mereka terima. Cara berkomunikasi, berinteraksi membuat anak jalanan diangggap sebagai
perusuh dan pembuat onar. Departemen Sosial menjelaskan bahwa anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk
mencari nafkah dan berkeliaran di jalanan dan di tempat-tempat umum lainnya Kalida, 2005:15. Anak jalanan merupakan anak yang tersisih
dari kasih sayang karena kebanyakan anak jalanan dalam usia yang relative dini harus berhadapan dengan lingkungan kota yang keras dan
bahkan sangat idak bersahabat. Anak jalanan dapat dikenali dengan melihat cirri fisiknya. Ciri umum yang dapat dilihat untuk dapat mengenali
anak jalanan adalah kulit kusam, Badan tidak terurus, bertato, pakai aksesoris seperti anting, tindik, dan sebagainya. Selain ciri fisik, beberapa
cirri yang dapat dijadikan tanda apakah itu anak jalanan atau bukan adalah dengan melihat tempat dan kapan dia berada. Andari dkk 2007 : 9,
indicator yang dapa digunakan untuk mengenali apakah anak yang berada dijalan merupakan anak jalanan atau bukan adalah berada di tempat umum