Indikator Pengukuran Anggaran Partisipatif

simplisitas, latar belakang yang merangsang, kecakapan dalam banyak hal Mangunhardjana, 1985. Dapat disimpulkan bahwa bahwa kapasitas individu adalah perpaduan dari pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang mampu meningkatkan kualitas kinerja individu tersebut. Salah satu cara organisasi birokrasi dalam mengantisipasi isu budgetary slack adalah dengan menyiapkan tenaga kerja atau aparatur pemerintah yang mempunyai kapasitas yang baik. Cara tersebut diharapkan dapat meningkatkan profesionalitas birokrasi dalam memberikan pelayanan publik oleh pemerintah daerah. Menurut Yuhertiana 2004, budgetary slack dapat diperkecil oleh individu yang berkualitas, karena individu tersebut dapat mengalokasikan sumber daya dengan baik. Berbeda halnya Sari, 2006 budgetary slack muncul karena kapasitas individu yang meningkat dan sebagai konsekuensi dalam penyusunan anggaran.

b. Indikator Kapasitas Individu

Sari 2006 menyatakan bahwa kapasitas individu dapat dinilai dari tiga indikator yaitu: a. Pendidikan Pendidikan dalam hal ini adalah pendidikan formal yang ditempuh oleh seseorang, sehingga pendidikan diukur menggunakan indikator tingkat pendidikan. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk meningkatkan pengetahuan seseorang. b. Pelatihan Pendidikan non formal yang diperoleh pembuat anggaran dalam rangka meningkatkan kapasitasnya sebagai pembuat anggran. Indikator ini diukur berdasarkan frekuensi pelatihan mengenai keuangan dan manajerial yang diikuti oleh pembuat anggaran. c. Pengalaman Pengalaman seseorang dalam keikutsertaan penyusunan anggaran diukur menggunakan berapa lama pegawai tersebut menyusun anggaran.

4. Budaya Organisasi

a. Pengertian Budaya Organisasi

Budaya organisasi merupakan sebuah sistem yang dianut oleh anggota organisasi secara bersama-sama untuk mencapai tujuan organisasi dan membedakan dengan organisasi-organisasi lainnya. Budaya organisasi memiliki pengaruh yang cukup berarti pada sikap dan perilaku anggota- anggota dalam suatu organisasi Robbins dan Judge, 2008 dalam Dewi 2013. Glaser et al. 1987 dalam Koesmono 2005:9 mengemukakan bahwa budaya organisasional seringkali digambarkan dalam arti yang dimiliki bersama. Pola-pola dari kepercayaan, simbol-simbol, ritual-ritual, dan mitos-mitos yang berkembang dari waktu ke waktu dan berfungsi sebagai perekat yang menyatukan organisasi. Dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi adalah nilai-nilai yang dianut oleh suatu organisasi yang dapat membedakan organisasi tersebut dengan organisasi lainnya. Pelayanan publik yang dilakukan pemerintah daerah tergantung pada budaya organisasi yang menjadi dasar dalam proses kinerja. Dalam era otonomi daerah seperti sekarang, pemerintah daerah dituntut untuk mempersiapkan diri, dengan cara mengembangkan birokrasi yang efektif dan efisien, serta berstruktur terdesentralisasi bukan tersentralisasi. Hal tersebut dilakukan dengan harapan kesenjangan peran antara agen dan prinsipal dapat dikurangi, serta adanya efisiensi dan penghematan alokasi penggunaan anggaran yang dapat meminimalisir terjadinya budgetary slack.

b. Fungsi Budaya Organisasi

Menurut pendapat Siagian 1992 budaya organisasi memiliki lima fungsi penting, yaitu 1 Merupakan pembatas perilaku yang dianut oleh anggota organisasi dalam arti menentukan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, apa yang dipandang baik atau tidak baik, menentukan yang benar dan yang salah, 2 Menumbuhkan jati diri suatu organisasi dan para anggotanya, 3 Menumbuhkan komitmen kepada kepentingan bersama dalam organisasi, 4 Sebagai tali pengikat bagi seluruh anggota organisasi, dan 5 Alat pengendali perilaku para anggota organisasi.

Dokumen yang terkait

INTERAKSI INFORMASI ASIMETRI, BUDAYA ORGANISASI, DAN GROUP COHESIVENESS DALAM HUBUNGAN ANTARAPARTISIPASI PENGANGGARAN DAN BUDGETARY SLACK (Studi kasus pada rumah sakit umum daerah...

0 3 20

PARTISIPASI ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI DAN ASIMETRI INFORMASI SERTA PENGARUHNYA TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN (Studi Empiris Pada SKPD Kabupaten Sleman)

19 117 158

ANGGARAN, PARTISIPASI ANGGARAN, KAPASITAS INDIVIDU, PENGARUH KAPASITAS INDIVIDU TERHADAP BUDGETARY SLACK DENGAN SELF ESTEEM SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI.

0 2 17

ANALISIS PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, INFORMASI ASIMETRI, BUDAYA DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP Analisis Pengaruh Partisipasi Anggaran, Informasi Simetris, Budaya Dan Komitmen Organisasi Terhadap Budgetary Slack Pada Rumah Sakit Di Kabupaten Wonogi

0 7 16

Pengaruh Partisipasi Anggaran, Asimetri Informasi, Kapasitas Individu Dan Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap Potensi Terjadinya Budgetary Slack(Studi Empiris Pada SKPD KAbupaten Bangli).

0 2 38

Pengaruh partisipasi anggaran, informasi asimetri, dan kapasitas individu terhadap budgetary slack pada skpd pemerintah kota samarinda | Basyir | AKUNTABEL 1176 1842 1 PB

0 0 21

Pengaruh Partisipasi Anggaran, Penekanan Anggaran, Asimetri Informasi terhadap Budgetary Slack pada SKPD Kota Samarinda | Kusniawati | AKUNTABEL 1904 2956 1 PB

0 1 13

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, INFORMASI ASIMETRIS, BUDAYA DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP BUDGETARY SLACK DENGAN JOB RELEVANT INFORMATION (JRI) SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI KASUS PADA SKPD KABUPATEN KUDUS)

0 0 15

Analisis Pengaruh Partisipasi Anggaran, Informasi Simetris, Budaya dan Komitmen Organisasi Terhadap Budgetary Slack  

1 0 23

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI, MOTIVASI, DAN ASIMETRI INFORMASI TERHADAP BUDGETARY SLACK (Studi pada Pemerintah Desa di Kecamatan Karangnongko) - UNWIDHA Repository

0 13 32