Faktor genetik Faktor lingkungan

commit to user 10 obesitas primer sedangkan hanya sebagian kecil saja yang disebabkan oleh faktor endogen obesitas sekunder seperti kelainan hormonal, sindrom atau defek genetik Subardja dkk, 2010. Penyebab obesitas belum diketahui secara pasti atau bersifat multifaktorial. Obesitas diduga akibat interaksi antara penyebab yang tidak dapat diubah yaitu faktor genetik dan penyebab yang dapat diubah yaitu faktor lingkungan Taitz, 1991; Subardja dkk, 2010.

a. Faktor genetik

Parental fatness merupakan faktor genetik yang berperanan besar. Bila kedua orang tua obesitas, maka 80 anaknya akan menjadi obesitas. Apabila salah satu orang tua obese, maka kejadian obesitas pada anak menjadi 40 dan apabila kedua orang tua tidak obesitas, prevalensi anak menjadi obesitas sekitar 14 Sjarif, 2003. Mekanisme kerentanan genetik terhadap obesitas melalui efek pada resting metabolic rate thermogenesis non exercise , kecepatan oksidasi lipid dan kontrol nafsu makan yang jelek atau gangguan pada gen-gen penyebab obesitas seperti leptin, dan sindrom tertentu Kopelman, 2000; Subardja dkk, 2010. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa kerentanan terhadap obesitas dapat ditentukan secara genetik Kopelman, 2000.

b. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan menentukan ekspresi fenotip obesitas Kopelman, 2000. Faktor lingkungan meliputi antara lain aktivitas fisik, nutrisional, sosial ekonomi dan gaya hidup Taitz, 1991. Aktivitas fisik merupakan komponen utama dari energy expenditure , yaitu sekitar 20-50 dari total energy expenditure. Beberapa penelitian yang dilakukan di negara maju mendapatkan hubungan antara aktivitas commit to user 11 fisik yang rendah dengan kejadian obesitas. Individu dengan aktivitas fisik yang rendah mempunyai risiko peningkatan berat badan sebesar 5 kg Kopelman, 2000. Sebagai contoh, penelitian di Amerika menunjukkan bahwa anak yang menonton televisi 5 jam perhari mempunyai risiko obesitas sebesar 5.3 kali lebih besar dibanding mereka yang menonton televisi 2 jam setiap harinya Kopelman, 2000. Di sisi lain, penelitian yang dilakukan di Jepang menunjukkan bahwa anak yang mempunyai kebiasaan olah raga terhindar dari risiko obesitas OR: 0.48 Fukuda, 2001. Peranan faktor nutrisi pada obesitas dimulai sejak dalam kandungan, jumlah lemak tubuh dan pertumbuhan bayi dipengaruhi oleh berat badan ibu. Selanjutnya kenaikan berat badan dan lemak anak dipengaruhi oleh beberapa hal seperti waktu pertama kali mendapat makanan padat, asupan tinggi kalori dari karbohidrat, dan lemak atau kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung energi tinggi Sjarif, 2003. Penelitian di Amerika dan Finlandia menunjukkan bahwa kelompok dengan asupan tinggi lemak mempunyai risiko peningkatan berat badan lebih besar dibanding kelompok dengan asupan rendah lemak OR 1.7. Keadaan ini disebabkan karena makanan berlemak mempunyai energy density lebih besar, cenderung tidak mengenyangkan serta mempunyai efek termogenesis yang lebih kecil dibandingkan makanan yang banyak mengandung protein dan karbohidrat. Makanan berlemak juga mempunyai rasa yang lezat sehingga akan semakin meningkatkan selera makan dan memicu terjadinya konsumsi yang berlebihan Kopelman, 2000. Kapasitas penyimpanan makronutrien juga menentukan keseimbangan energi. Protein mempunyai kapasitas penyimpanan sebagai protein tubuh dalam jumlah commit to user 12 terbatas, sehingga apabila terjadi asupan protein yang berlebihan maka kelebihan tersebut akan segera dioksidasi. Karbohidrat mempunyai kapasitas penyimpanan dalam bentuk glikogen hanya dalam jumlah yang kecil, sehingga asupan karbohidrat yang berlebihan akan menyebabkan sekitar 60-80 energinya disimpan dalam bentuk lemak tubuh. Sedangkan lemak mempunyai kapasitas penyimpanan yang tidak terbatas. Kelebihan asupan lemak yang tidak diiringi peningkatan oksidasi lemak mengakibatkan sekitar 96 lemak disimpan dalam jaringan lemak WHO, 2000. Faktor sosial ekonomi dan gaya hidup juga dapat mempengaruhi terjadinya obesitas. Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku, gaya hidup, pola makan, serta peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi Sjarif, 2003. Perubahan gaya hidup akhir-akhir ini justru menjurus pada penurunan aktivitas fisik pada anak, seperti ke sekolah dengan naik kendaraan dan anak yang lebih senang bermain komputer games , menonton televisi atau video dibanding bermain dengan teman. Selain itu, semakin mudahnya memperoleh bermacam-macam makanan cepat saji dengan harga yang terjangkau, semakin berisiko menimbulkan obesitas pada anak Sjarif, 2003.

5. Patofisiologi obesitas