commit to user 32
obat-obatan khusus, dan dari pemeriksaan fisis tidak ditemukan adanya deformitas leher, massa atau tumor leher, diberikan surat keterangan
informed consent
kepada orangtua.
Informed consent
berisi keterangan mengenai penelitian yang sedang dilakukan beserta lembar persetujuan untuk dilibatkan dalam penelitian. Setelah
orangtua menyetujui dan menandatangani
informed consent
maka anak-anak obese yang memenuhi kriteria inklusi dimasukkan sebagai subyek penelitian dan yang tidak
memenuhi criteria dikeluarkan dari subyek penelitian. Selanjutnya, semua subyek penelitian akan diukur lingkar lehernya oleh tim peneliti yang sama dan diambil
darahnya untuk pemeriksaan profil lipid serum oleh petugas dari laboratorium Prodia Surakarta sebelumnya berpuasa 12 jam. Subyek penelitian diberikan lembar angket
yang berisi data pribadi dan riwayat penyakit dalam keluarga, asupan makanan selama 3 hari berturut-turut termasuk hari libur, serta aktivitas fisik selama 1 minggu. Pada
hari yang telah ditentukan, angket dikumpulkan oleh tim peneliti dibantu oleh guru wali kelas masing-masing subyek penelitian. Data asupan makanan diolah
menggunakan perangkat lunak
Nutriesurvey 2005
oleh analis gizi dari Instalasi gizi RSUD Dr. Moewardi dan data aktivitas fisik dinilai oleh peneliti. Selanjutnya, data
dianalisis secara statistik menggunakan program SPSS 17.0.
J. Pengolahan data
Data yang didapatkan diolah dan dianalisis menggunakan program SPSS 17.0. Variabel karakteristik dasar disajikan dalam rerata standar deviasi jika distribusi
data normal atau median jika distribusi data tidak normal. Titik potong
cut off point
lingkar leher anak-anak obese yang mengalami dislipidemia ditentukan dengan kurva ROC
Receiver Operator Curve
. Titik potong lingkar leher yang dipilih adalah titik
commit to user 33
yang memiliki sensitivitas tinggi dengan
area under curve AUC
yang paling lebar karena penelitian ini merupakan uji diagnostik untuk skrining. Setelah ditentukan titik
potong ukuran lingkar leher, maka variabel lingkar leher dengan skala data rasio diubah dan dikategorikan dalam skala nominal menjadi lingkar leher tinggi jika
ukuran lingkar leher titik potong dan lingkar leher rendah jika titik potong. Analisis variabel bebas terhadap variabel tergantung masing-masing dilakukan
secara bivariat antara lain menggunakan uji hipotesis komparatif variabel numerik dua kelompok tidak berpasangan yaitu uji t tidak berpasangan atau uji Mann-Whitney
untuk variabel bebas yang memiliki skala rasio seperti lingkar leher terhadap dislipidemia dan analisis bivariat dengan uji hipotesis komparatif variabel kategorik
tidak berpasangan yaitu uji
Chi-Square
atau uji Fisher untuk asupan makanan terhadap dislipidemia, aktivitas fisik terhadap dislipidemia serta lingkar leher skala nominal
terhadap dislipidemia. Selanjutnya, apabila didapatkan hubungan yang bermakna secara statistik p 0.05 antara masing-masing variabel bebas dan tergantung,
dilakukan analisis pengaruhnya bersama-sama terhadap dislipidemia secara multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik. Semua hasil ditampilkan dalam
odds ratio OR
dengan interval kepercayaan IK 95 Sastroasmoro dkk, 2008; Dahlan MS, 2012.
commit to user 34
K. Jadwal kegiatan
Tabel 4. Jadwal kegiatan
KEGIATAN WAKTU
Maret 2011
April- Des
2011 Jan-
Maret 2012
April- Okt
2012 Maret
2013 Seminar proposal
Perijinan survey lapangan Pengumpulan data
Pengolahan data Penyusunan laporan
Ujian tesis
commit to user 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Karakteristik data dasar
Sebanyak 50 subyek memenuhi kriteria penelitian yang terdiri dari 28 56 anak
laki-laki dan 22 44 anak perempuan, dengan rerata SD umur subyek berturut-
turut adalah 113.9 17.65 bulan dan 114.3 19.99 bulan. Anak obese laki-laki dengan asupan tinggi lemak sebanyak 18 anak 64.3 dan anak perempuan dengan
asupan tinggi lemak sebanyak 15 anak 68.2. Dua belas anak laki-laki 42.9 dan
10 anak perempuan 45.5 memiliki aktivitas fisik yang rendah. Usia, asupan lemak,
aktivitas fisik, dan data demografik semua subyek adalah homogen.
Rerata SD berat badan anak laki-laki adalah 53.2 kg 12.75 dan median tinggi badan adalah 144.5 cm. Rerata SD berat badan anak perempuan adalah 49.0 kg
11.40 dan median tinggi badan adalah 149.2 cm. Median IMT anak laki-laki adalah
25.2 dan anak perempuan adalah 22.9 dengan nilai p = 0.044. Lingkar leher anak laki-
laki berkisar antara 31-38 cm median = 34 cm, sedangkan lingkar leher anak perempuan berkisar antara 28-40 cm median = 32 cm dengan nilai p = 0.020.
Karakteristik dasar subyek penelitian tertera pada tabel 2. Rerata SD kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL dan trigliserida
anak laki-laki berturut-turut sebesar 183.8 mgdl 34.77, 122.2 mgdl 26.26, 47.2 mgdl 5.77, dan 134.0 mgdl 57.06. Sedangkan pada anak perempuan masing-
masing sebesar 190 mgdl 30.08, 125.9 mgdl 2.29, 49.1 mgdl 7.84, dan 134.7
commit to user 36
mgdl 49.27. Secara statistik tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara kadar profil lipid subyek laki-laki dan perempuan.
Tabel 2. Karakteristik dasar subyek penelitian
Karakteristik Laki-laki
n=28 Perempuan
n=22 p
Usia, bulan, rata-rata SD 113.9 17.65
114.3 19.99 0.943
Berat badan, kg, rata-rata SD 53.2 12.75
49.0 11.40 0.230
Tinggi badan, cm, median 144.5
149.2 0.970
IMT, kgm2, median 25.2
22.9 0.044
Lingkar leher, cm, median 34
32 0.020
Tekanan darah sistolik, mmHg, median 110
110 0.803
Tekanan darah diastolik, mmHg, median 70
70 0.676
Kadar kolesterol total, mgdl, rata-rata SD 183.8 34.77
190.0 30.08 0.507
Kadar kolesterol LDL, mgdl, rata-rata SD 122.2 26.26
125.9 2.,29 0.618
Kadar kolesterol HDL, mgdl, rata-rata SD 47.2 5.77
49.1 7.84 0.326
Kadar trigliserida, mgdl, rata-rata SD 134.0 57.06
134.7 49.27 0.967
Asupan lemak, ghari, rata-rata SD 42.8 11.59
39.7 12.67 0.381
Asupan tinggi lemak, n, 18 64.3
15 68.2 0.773
Aktifitas fisik rendah, n, 12 42.9
10 45.5 0.854
Pendidikan Ayah, n, -
SMA -
D3 -
S1 -
S2 7 25.0
3 10.7 12 42.9
6 21.4 6 27.3
2 9.1 13 59.1
1 4.5 0.874
Pekerjaan Ayah, n, -
PNS -
Swasta -
Lain-lain 8 28.6
17 60.7 3 10.7
2 9.1 19 86.4
1 4.5 0.738
Pendidikan Ibu, n, -
SMA -
D3 -
S1 -
S2 10 35.7
6 21.4 10 35.7
2 7.1 8 36.4
5 22.7 8 36.4
1 4.5 1.000
Pekerjaan Ibu, n, -
PNS -
Swasta -
Ibu rumah tangga -
Lain-lain 5 17.9
10 35.7 12 42.9
1 3.6 3 13.6
8 36.4 11 50.0
0 0.0 1.000
Penghasilan keluarga, n, -
Rp. 1.000.000,- -
Rp. 1.000.000,- sd Rp. 4.000.000,- -
Rp. 4.000.000,- 0 0.0
19 67.9 9 2.1
1 4.5 17 77.3
4 18.2 0.907
Riwayat penyakit keluarga, n, -
Diabetes mellitus -
Hipertensi -
Penyakit jantung -
Stroke -
Dislipidemia -
Obesitas 3 10.7
5 17.9 2 7.1
1 3.6 9 32.1
12 42.9 3 13.6
8 36.4 4 18.2
2 9.1 10 45.5
12 54.6 1.000
0.139 0.385
0.576 0.336
0.955
p 0.05
commit to user 37
Prevalensi kadar profil lipid abnormal pada anak obese tertera pada tabel 3. Duapuluh satu 75 anak laki-laki obese dan 19 86.4 anak perempuan obese
mengalami dislipidemia
yang terdiri
dari hiperkolesterolemia
danatau hipertrigliseridemia danatau hiper-LDL kolesterolemia danatau hipo-HDL
kolesterolemia, namun perbedaan ini secara statistik tidak berbeda bermakna dengan p = 0.391.
Tabel 3. Prevalensi dislipidemia pada anak obese
Profil lipid serum Laki-laki n=28
Perempuan n=22 p
Dislipidemia n, 21 75.0
19 86.4 0.391
Hiperkolesterolemia n, 8 28.6
7 31.8 0.804
Hiper-LDL kolesterolemia n, 9 32.1
8 36.4 0.754
Hipo-HDL kolesterolemia n, 2 7.1
3 13.6 0.643
Hipertrigliseridemia n, 19 67.9
15 68.2 0.981
2. Nilai sensitivitas, spesifisitas, dan
area under curve
ukuran lingkar leher terhadap dislipidemia
Hasil uji diagnostik lingkar leher terhadap dislipidemia pada subyek anak laki-laki dengan beberapa titik potong
cut-off point
ukuran lingkar leher dapat dilihat pada
tabel 4. Titik potong ukuran lingkar leher 31.5 cm menunjukkan hasil yang paling baik karena
area under curve-
nya AUC cukup luas yaitu 0.685 gambar 5 dengan sensitivitas 95.2, spesifisitas 28.6, nilai duga positif NDP 80.0, nilai duga
negatif NDN 66.7, rasio kemungkinan RK positif 1.3 dan RK negatif 0.2. Selanjutnya, lingkar leher anak obese laki-laki dikategorikan menjadi lingkar leher
tinggi jika 31.5 cm dan lingkar leher rendah jika 31.5 cm.
commit to user 38
Tabel 4. Titik potong lingkar leher anak laki-laki
Titik potong lingkar leher cm Sensitivitas
Spesifitas AUC
30.0 100
0.745 31.5
95.2 28.6
0.685 32.5
76.2 71.4
0.453 33.5
71.4 71.4
0.483 34.5
57.1 85.7
0.083 35.5
52.4 85.7
0.091
Gambar 5. Kurva ROC lingkar leher anak laki-laki obese dengan titik potong ≥
31.5 cm
Hasil uji diagnostik lingkar leher terhadap dislipidemia pada anak perempuan dengan beberapa titik potong
ukuran lingkar leher dapat dilihat pada tabel 5. Ukuran
lingkar leher anak perempuan sebesar 30.5 cm ditetapkan sebagai titik potong dengan
area under curve
paling luas yaitu 0.797 gambar 6, sensitivitas 84.2, spesifisitas 33.3, NDP 88.8, NDN 25.0, RK positif 1.3 dan RK negatif 0.5. Selanjutnya,
commit to user 39
lingkar leher anak obese perempuan dikategorikan menjadi lingkar leher tinggi jika 30.5 cm dan lingkar leher rendah jika 30.5 cm.
Tabel 5. Titik potong lingkar leher anak perempuan
Titik potong lingkar leher cm Sensitivitas
Spesifitas AUC
27.0 100
0.404 29.0
89.5 0.549
30.5 84.2
33.3 0.797
31.5 52.6
33.3 0.325
33.0 31.6
33.3 0.600
35.0 15.8
66.7 0.667
Gambar 6. Kurva ROC lingkar leher anak perempuan obese dengan titik potong ≥ 30.5 cm
commit to user 40
3. Analisis bivariat antara lingkar leher, aktivitas fisik, dan asupan lemak
dengan dislipidemia
Analisis untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel kategorik nominal seperti asupan lemak, aktivitas fisik, lingkar leher dengan dislipidemia dilakukan
secara bivariat menggunakan uji
Chi-Square
. Bila tidak memenuhi syarat uji
Chi- Square
, maka digunakan uji alternatifnya yaitu uji Fisher. Selain itu, variabel lingkar leher dengan skala numerik rasio juga dianalisis secara bivariat menggunakan uji t
tidak berpasangan atau uji Mann-Whitney. a.
Laki-laki
Hasil analisis bivariat antara variabel asupan lemak, aktivitas fisik, lingkar leher dengan dislipidemia pada anak obese laki-laki tertera pada tabel 6, 7, 8, dan 9.
Tabel 6. Hasil analisis uji Fisher antara asupan lemak dengan dislipidemia pada anak obese laki-laki
Dislipidemia OR
IK 95 p
Ya Tidak
n n
Asupan lemak Tinggi
13 61.9
5 71.4
0.65 0.10-4.18
1.000 Rendah
8 38.1
2 28.6
Total 21
100.0 7
100.0
Dari semua anak obese laki-laki yang mengalami dislipidemia, sebanyak 13 anak memiliki asupan lemak yang tinggi. Sedangkan dari anak obese laki-laki yang tidak
mengalami dislipidemia, hanya 5 anak yang memiliki asupan lemak tinggi.
Odds ratio
OR yang didapatkan sebesar 0.65 95 IK 0.10-4.18 dengan nilai p = 1.000. Artinya, tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan lemak dengan dislipidemia
secara statistik.
commit to user 41
Tabel 7. Hasil analisis uji Fisher antara aktivitas fisik dengan dislipidemia pada anak obese laki-laki
Dislipidemia OR
IK 95 p
Ya Tidak
n n
Aktivitas fisik Rendah
11 52.4
1 14.3
6.60
0.67-64.76 0.184
Tinggi 10
47.6 6
85.7
Total 21
100.0 7
100.0
Dari semua anak obese laki-laki yang mengalami dislipidemia, sebanyak 11 anak memiliki aktivitas fisik yang rendah. Sedangkan dari anak obese laki-laki yang tidak
mengalami dislipidemia, hanya 1 anak yang memiliki aktivitas fisik yang rendah.
Odds ratio
OR yang didapatkan sebesar 6.60 95 IK 0.02-1.49 dengan nilai p = 0.184. Artinya, tidak ada hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan
dislipidemia secara statistik.
Tabel 8. Hasil analisis uji Mann-Whitney antara lingkar leher dengan dislipidemia pada anak obese laki-laki
Lingkar leher p
n Median
minimum-maksimum Kelompok dislipidemia
21 36 31-38
0.048
Kelompok tidak dislipidemia 7
32 31-37
p 0.05
Dengan uji Mann-Whitney diperoleh nilai p sebesar 0.048. Karena nilai p 0.05, maka ada perbedaan bermakna antara lingkar leher kelompok anak obese laki-laki
yang menderita dislipidemia dan kelompok anak obese laki-laki yang tidak dislipidemia.
commit to user 42
Tabel 9. Hasil analisis uji Fisher antara lingkar leher dengan dislipidemia pada anak obese laki-laki
Dislipidemia OR
IK 95 p
Ya Tidak
n n
Lingkar leher Tinggi
20 95.2
5 71.4
8.00
0.59-106.93
0.145
Rendah 1
4.8 2
28.6
Total 21
100.0 7
100.0
Dari semua anak obese laki-laki yang mengalami dislipidemia, sebanyak 20 anak memiliki lingkar leher tinggi. Sedangkan dari anak obese laki-laki yang tidak
mengalami dislipidemia, hanya 5 anak yang memiliki lingkar leher tinggi.
Odds ratio
OR yang didapatkan sebesar 8.00 95 IK 0.59-106.93 dengan nilai p = 0.145. Artinya, anak obese laki-laki dengan lingkar leher tinggi mempunyai kemungkinan
8.00 kali mengalami dislipidemia dibandingkan dengan anak obese laki-laki dengan lingkar leher rendah, namun hasil ini tidak bermakna secara statistik.
b. Perempuan
Hasil analisis bivariat antara variabel asupan lemak, aktivitas fisik, lingkar leher
dengan dislipidemia pada anak perempuan tertera pada tabel 10, 11, 12, dan 13. Tabel 10. Hasil analisis uji Fisher antara asupan lemak dengan dislipidemia
pada anak obese perempuan
Dislipidemia OR
IK 95 p
Ya Tidak
n n
Asupan lemak Tinggi
13 68.4
2 66.7
1.08 0.08-14.41
1.000
Rendah
6 31.6
1 33.3
Total
19 100.0
3 100.0
Dari semua anak obese perempuan yang mengalami dislipidemia, sebanyak 13 anak memiliki asupan lemak yang tinggi. Sedangkan dari anak obese perempuan yang
commit to user 43
tidak mengalami dislipidemia, hanya 2 anak yang memiliki asupan lemak tinggi.
Odds ratio
OR yang didapatkan sebesar 1.08 95 IK 0.08-14.41 dengan nilai p = 1.000. Artinya, tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan lemak dengan
dislipidemia secara statistik. Tabel 11. Hasil analisis uji Fisher antara aktivitas fisik dengan dislipidemia pada
anak obese perempuan
Dislipidemia OR
IK 95 p
Ya Tidak
n n
Aktivitas fisik Rendah
9 47.4
1 33.3
1.80
0.14-23.37
1.000
a
Tinggi
10 52.6
2 66.7
Total
19 100.0
3 100.0
Dari semua anak obese perempuan yang mengalami dislipidemia, sebanyak 9 anak memiliki aktivitas fisik yang rendah. Sedangkan dari anak obese perempuan yang
tidak mengalami dislipidemia, hanya 1 anak yang memiliki aktivitas fisik yang rendah.
Odds ratio
OR yang didapatkan sebesar 1.80 95 IK 0.14-23.37 dengan nilai p = 1.000. Artinya, tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara
aktivitas fisik dengan dislipidemia.
Tabel 12. Hasil analisis uji t tidak berpasangan antara lingkar leher dengan dislipidemia pada anak obese perempuan
Lingkar leher p
n Rerata SD
Perbedaan rerata IK 95
Kelompok dislipidemia 19
36 31 – 38
-1.018
-4.760-2.725
0.577
Kelompok tidak dislipidemia 3
32 31 – 37
Dengan uji t tidak berpasangan diperoleh nilai p sebesar 0.577. Karena nilai p 0.05, maka tidak ada perbedaan bermakna antara lingkar leher kelompok anak obese
perempuan yang menderita dislipidemia dan kelompok anak obese perempuan yang tidak dislipidemia.
commit to user 44
Tabel 13. Hasil analisis uji Fisher antara lingkar leher dengan dislipidemia pada anak obese perempuan
Dislipidemia OR
IK 95 p
Ya Tidak
n n
Lingkar leher Tinggi
16 84.2
2 66.7
2.67
0.18-39.62
0.470
a
Rendah 3
15.8 1
33.3
Total 19
100.0 3
100.0
Dari semua anak obese perempuan yang mengalami dislipidemia, sebanyak 16 anak memiliki lingkar leher tinggi. Sedangkan dari anak obese perempuan yang tidak
mengalami dislipidemia, hanya 2 anak yang memiliki lingkar leher tinggi.
Odds ratio
OR yang didapatkan sebesar 2.67 95 IK 0.18-39.62 dengan nilai p = 0.470. Artinya, anak obese perempuan dengan lingkar leher tinggi mempunyai kemungkinan
2.67 kali mengalami dislipidemia dibandingkan dengan anak obese perempuan dengan lingkar leher rendah, namun hasil ini tidak bermakna secara statistik.
B. Pembahasan
Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 anak obese berusia 6-12 tahun. Usia 6-12 tahun dipilih karena merupakan periode
adiposity rebound
yaitu masa kritis perkembangan serta penimbunan sel lemak tubuh yang akan menentukan terjadinya
obesitas dimasa dewasa Dietz, 1998. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pi-Sunyer 1994 yang menyatakan bahwa obesitas pada masa anak akan cenderung menetap
sampai masa dewasa. Bahkan, profil lipid abnormal pada anak obese cenderung menetap dan dapat memprediksi terjadinya aterosklerosis pada masa dewasa Guo
dkk, 1993.
commit to user 45
Sebagian besar sampel berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 28 anak 56 dan sisanya sebanyak 22 anak 44 berjenis kelamin perempuan. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Martuti dkk 2008 di Surakarta, Mexitalia 2004 di Semarang dan Mulyadi 1998 di Jakarta yang menyatakan bahwa prevalensi
obesitas pada anak laki-laki usia sekolah dasar lebih tinggi dibandingkan prevalensi obesitas pada anak perempuan.
Sejumlah anak obese dalam penelitian ini memiliki aktivitas fisik yang rendah. Menurut Vanderwater dkk 2004 anak-anak obese lebih sering melakukan kegiatan
fisik yang rendah
sedentary activity
seperti menonton televisi dan bermain
video game
dibandingkan anak-anak yang tidak obesitas. Namun, menurut Mcmurray 2000 tidak ada hubungan antara menonton televisi atau bermain
video game
dengan peningkatan IMT pada anak-anak usia 10-17 tahun.
Anak-anak dengan obesitas cenderung memiliki asupan makanan tinggi lemak. Penelitian ini menemukan bahwa sebagian besar subyek memiliki asupan tinggi
lemak 66. Ahlian 2005 dalam penelitiannya mendapatkan hal yang serupa yaitu anak dengan obesitas sebagian besar 67 memiliki asupan lemak melebihi kadar
yang dianjurkan. Lee 2001 menyatakan bahwa anak dengan asupan tinggi lemak menunjukkan peningkatan IMT dan massa lemak tubuh.
Dislipidemia merupakan keadaan yang sering menyertai obesitas. Penelitian ini mencatat bahwa 75.0 anak laki-laki dan 86.4 anak perempuan menderita
dislipidemia. Hipertrigliseridemia merupakan komponen dislipidemia yang paling banyak diderita anak obese dalam penelitian ini. Martuti dkk 2008 dalam
penelitiannya juga mendapatkan hasil yang serupa. Hal ini dapat dijelaskan melalui mekanisme metabolisme dan sintesis lemak. Lemak dari makanan akan dipecah salah
commit to user 46
satunya menjadi trigliserida, selain itu trigliserida juga disintesis dari karbohidrat di dalam hati. Selanjutnya sebagian besar trigliserida akan disimpan dalam jaringan
lemak di seluruh tubuh Harrow B dkk, 1982. Dislipidemia adalah perubahan kadar profil lipid darah, baik meningkat kolesterol
total, trigliserida, kolesterol LDL atau menurun kolesterol HDL. Terjadinya dislipidemia dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain obesitas, asupan tinggi lemak,
aktivitas fisik rendah, dan genetik. Pada penelitian ini, asupan tinggi lemak bukan merupakan faktor risiko terjadinya dislipidemia. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Ahlian 2005 yang menyatakan bahwa asupan lemak tinggi bukan merupakan faktor risiko terjadinya dislipidemia pada anak obese. Padahal sebaliknya, Waspadji 2003
berpendapat bahwa orang dewasa dengan asupan tinggi lemak memiliki risiko 2.85
kali menderita dislipidemia dibandingkan dengan orang dengan asupan lemak normal. Hal senada juga disampaikan oleh Eckel 1997, yaitu konsumsi makanan dengan
kadar kolesterol tinggi akan menyebabkan peningkatan kadar kolesterol darah. Aktivitas fisik rendah ternyata juga bukan faktor risiko terjadinya dislipidemia.
Hasil ini sesuai dengan Kelley Kelley 2008 dalam suatu penelitian meta-analisis yang menyimpulkan bahwa aktivitas fisik tidak berhubungan dengan perubahan kadar
profil lipid darah baik kolesterol LDL maupun kolesterol HDL. Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian lain yang menyatakan bahwa aktivitas fisik berhubungan
dengan menurunnya
risiko terjadinya
hipo-HDL kolesterolemia
dan hipertrigliseridemia Leblanc dkk, 2010.
Secara umum, dislipidemia banyak dihubungkan dengan tingginya timbunan lemak visceral tubuh seperti yang terjadi pada obesitas. Namun, akhir-akhir ini
dislipidemia lebih cenderung dihubungkan dengan distribusi lemak tubuh khususnya
commit to user 47
lemak tubuh bagian atas Fox dkk, 2007; Grunfeld dkk, 2007; Jensen, 2008. Seperti halnya jaringan lemak tubuh visceral, tingginya timbunan jaringan lemak
subkutan yang terdistribusi di tubuh bagian atas juga berhubungan dengan dislipidemia khususnya hiper-LDL kolesterolemia dan hipo-HDL kolesterolemia.
Wohl dkk, 2008. Mekanismenya telah dijelaskan dalam sebuah penelitian yang
menunjukkan bahwa lemak subkutan tubuh bagian atas ternyata lebih banyak melepaskan asam lemak bebas secara sistemik dibandingkan lemak tubuh visceral,
terutama pada individu dengan obesitas Nielsen dkk, 2004. Jaringan lemak subkutan secara tidak langsung dapat ditentukan dengan
menggunakan ukuran lingkar leher karena lingkar leher telah terbukti berkorelasi positif dengan pengukuran lemak subkutan leher obyektif yaitu MRI Wohl dkk,
2008; Grunfeld dkk, 2007. Oleh karena ukuran lingkar leher dapat menggambarkan
lemak subkutan tubuh bagian atas dan distribusi lemak tubuh bagian atas berkorelasi dengan faktor risiko penyakit kardiovaskuler, maka lingkar leher mulai diteliti sebagai
alat prediktor adanya risiko penyakit kardiovaskuler seperti dislipidemia pada obesitas.
Titik potong ukuran lingkar leher anak-anak dengan obesitas untuk mengkategorikan kelompok dengan faktor risiko dislipidemia di Indonesia belum
ditentukan. Rentang ukuran lingkar leher anak obese laki-laki maupun perempuan dalam penelitian ini hampir serupa dengan rentang ukuran lingkar leher anak-anak
obese di Amerika Serikat, yaitu 28.5-39.0 cm untuk anak laki-laki dan 27.0-34.6 cm untuk anak perempuan Nafiu dkk, 2010.
Dalam penelitian ini, titik potong lingkar leher untuk mengkategorikan kelompok dengan faktor risiko dislipidemia ditentukan
dengan menggunakan kurva ROC. Dari kurva ROC didapatkan titik potong 31.5 cm
commit to user 48
sensitivitas 95.2, spesifisitas 28.6, dan AUC 0.685 untuk anak obese laki-laki dan 30.5 cm sensitivitas 84.2, spesifisitas 33.3, dan AUC 0.797 untuk anak
obese perempuan. Adanya hubungan antara dislipidemia dan ukuran lingkar leher anak obesitas telah
dibuktikan oleh Androutsos dkk 2012 yang menyatakan bahwa anak-anak obese dengan ukuran lingkar leher tertentu memiliki faktor risiko mengalami dislipidemia
seperti hipo-HDL kolesterolemia dan hipertrigliseridemia. Penelitian ini juga mengemukakan hasil yang serupa yaitu lingkar leher anak obese laki-laki
berhubungan bermakna dengan dislipidemia, namun lingkar leher dan dislipidemia tidak berhubungan bermakna pada anak obese perempuan. Anak obese laki-laki
dengan ukuran lingkar leher tinggi cenderung berisiko mengalami 8.00 95 IK 0.59- 106.93 kali lipat menderita dislipidemia, namun hasil ini tidak bermakna secara
statistik. Sedangkan, anak obese perempuan dengan lingkar leher tinggi cenderung berisiko 2.67 95 IK 0.18-39.62 kali lipat menderita dislipidemia dibandingkan
anak obese perempuan dengan lingkar leher rendah, namun secara statistik hasil ini tidak bermakna. Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah jumlah sampel dalam
penelitian ini lebih sedikit daripada penelitian Androutsos dkk 2012. Lebih tingginya risiko anak laki-laki obese dengan lingkar leher tinggi untuk
menderita dislipidemia dibandingkan anak obese perempuan semakin mendukung pernyataan bahwa distribusi lemak tubuh bagian atas lebih berperan dalam timbulnya
faktor-faktor risiko penyakit kardiovaskuler dibandingkan distribusi lemak tubuh bagian bawah Boivin dkk, 2007. Distribusi lemak tubuh bagian atas banyak terdapat
pada laki-laki daripada perempuan, sehingga obesitas pada laki-laki sering juga disebut obesitas tubuh bagian atas atau
apple shape
atau
android obesity
Subardja
commit to user 49
dkk, 2010. Penelitian Preis, dkk 2010 pada subyek dewasa menyatakan hasil yang
bertolak belakang yaitu lingkar leher pada perempuan justru lebih kuat berhubungan dengan dislipidemia daripada laki-laki.
Mekanisme pastinya belum jelas, namun diduga karena pengiriman asam lemak bebas dari jaringan lemak ke jaringan hati
lebih tinggi terjadi pada perempuan daripada laki-laki Nielsen dkk, 2004.
C. Keterbatasan penelitian