Lingkar leher sebagai prediktor dislipidemia pada anak obese usia sekolah dasar agustina

(1)

commit to user

i

LINGKAR LEHER SEBAGAI PREDIKTOR DISLIPIDEMIA PADA ANAK OBESE USIA SEKOLAH DASAR

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Kedokteran Keluarga

Minat Utama Ilmu Biomedik

Oleh:

Agustina Wulandari S500109004

MAGISTER KEDOKTERAN KELURGA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2013


(2)

commit to user

ii

LINGKAR LEHER SEBAGAI PREDIKTOR DISLIPIDEMIA PADA ANAK OBESE USIA SEKOLAH DASAR

Disusun Oleh: Agustina Wulandari

S500109004

Telah disetujui oleh Tim pembimbing Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Pembimbing I Prof. Dr. H. Harsono Salimo, dr, Sp.A(K) ………. NIP. 19441226 197310 1 001

Pembimbing II Endang Dewi Lestari, dr, Sp.A(K), MPH …..………… NIP. 19591201 198603 2 008

Telah dinyatakan memenuhi syarat Pada tanggal : ...

Mengetahui

Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Dr. Hari Wujoso, dr, Sp.F, MM NIP. 19621022 199503 1 001


(3)

commit to user

iii

LINGKAR LEHER SEBAGAI PREDIKTOR DISLIPIDEMIA PADA ANAK OBESE USIA SEKOLAH DASAR

Disusun Oleh: Agustina Wulandari

S500109004

Telah disetujui oleh Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Dr. Hari Wujoso, dr, Sp.F, MM NIP. 19621022 199503 1 001

………. ……….

Sekretaris Prof. Bhisma Murti, dr, MPH, M.Sc, Ph.D NIP. 19490317 197609 1 001

………. .………

Anggota Penguji

1. Prof. Dr. H. Harsono Salimo, dr, Sp.A(K) NIP. 19441226 197310 1 001

2. Endang Dewi Lestari, dr, Sp.A(K), MPH NIP. 19591201 198603 2 008

……….

……….

.………

………..

Mengetahui Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret

Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret

Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MS NIP. 19610717 198601 1 001

Dr. Hari Wujoso, dr., SpF., MM NIP. 19621022 199503 1 001


(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Agustina Wulandari NIM : S500109004

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Lingkar leher sebagai prediktor dislipidemia pada anak obese usia sekolah dasar adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini, diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Maret 2013 Yang membuat pernyataan


(5)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Assalamu‘alaikum warohmatullohi wabarokatuh.

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul Lingkar leher sebagai prediktor dislipidemia pada anak obese usia sekolah dasar. Tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) I Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta serta untuk memenuhi persyaratan mencapai Derajat Magister Program Studi Kedokteran Keluarga Minat Utama Ilmu Biomedik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna, namun karena dorongan keluarga, teman dan bimbingan guru-guru penulis maka tulisan ini dapat terwujud. Banyak pihak yang telah berkenan membantu dalam menyelesaikan penulisan ini, jadi kiranya tidaklah berlebihan apabila pada kesempatan ini penulis menghaturkan rasa terima kasih dan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada

Prof. Dr. dr. H. Harsono Salimo, Sp.A(K) selaku pembimbing metodologi

penelitian dan dr. Endang Dewi Lestari, Sp.A(K), MPH selaku pembimbing substansi sekaligus pembimbing akademik yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan dorongan, bimbingan, dan saran dalam proses penyelesaian tesis ini. Terimakasih yang tak terhingga dan penghargaan yang sebesar-besarnya juga penulis haturkan kepada Prof. dr. Bhisma Murti, MPH, M.Sc, Ph.D yang telah berkenan meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan koreksi, bimbingan dan saran dalam proses penyelesaian tesis ini. Pada kesempatan ini,


(6)

commit to user

vi penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan rasa hormat setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. dr. Ravik Karsidi, MS selaku Rektor Universitas Sebelas Maret yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti program Magister di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MS selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti program Magister di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. 3. Dr. dr. Hari Wujoso, Sp.F, MM selaku Ketua Program Studi Magister Kedokteran

Keluarga yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti program Magister di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

4. Prof. Dr. dr. Zainal Arifin Adnan Sp.PD-KR FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti program PPDS I Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran/RSUD Dr. Moewardi dan program Magister di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

5. drg. Basoeki Soetardjo, MMR selaku Direktur RSUD Dr. Moewardi, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sebagai PPDS I Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran/RSUD Dr. Moewardi untuk menggunakan fasilitas dan sarana yang ada di RSUD Dr. Moewardi.

6. dr. Endang Dewi Lestari, Sp.A(K), MPH selaku Kepala Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret/RSUD Dr. Moewardi, terima kasih telah memberikan kesempatan, dukungan dan motivasi untuk mengikuti PPDS I Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran/RSUD Dr.


(7)

commit to user

vii Moewardi dan program Magister di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

7. dr. Muhammad Riza, SpA, M.Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Anak Universitas Sebelas Maret/RSUD Dr. Moewardi yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti PPDS I Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran/RSUD Dr. Moewardi program Magister di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret dan dorongan semangat serta fasilitas yang diberikan. 8. Semua staf pengajar di Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, PPS UNS

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

9. Semua staf pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran/RSUD Dr. Moewardi: Prof. Dr. dr. H. Harsono Salimo, Sp.A(K); Prof. Dr. dr. H. B. Soebagyo, Sp.A(K); dr. Mustarsid, Sp.A(K); dr. Sunyataningkamto, Sp.A; dr. Syahrir Dullah, Sp.A; dr. Yulidar Hafidh, Sp.A(K); dr. Ganung Harsono, Sp.A(K); dr. H. Rustam Siregar, Sp.A; dr. Endang Dewi Lestari, SpA.(K), MPH; dr. Pudjiastuti, SpA.(K); dr. Sri Lilijanti, SpA.(K); Dra. Suci Murti Karini, MSi; dr. Dwi Hidayah, Sp.A, M.Kes; dr. Sri Martuti, Sp.A, M.Kes; dr. Muhammad Riza, Sp.A, M.Kes; dr. Annang Giri M, Sp.A, M.Kes; dr. Ismiranti Andarini, Sp.A, M.Kes; dr. Hari Wahyu Nugroho, Sp.A, M.Kes; dr. Fadhilah Tia Nur, Sp.A, M.Kes, terimakasih atas segala bimbingan, dorongan semangat serta doa, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah beliau-beliau berikan.

10.Orangtua penulis tercinta Bapak Ir. Suyatmo dan Ibu Sartini yang dengan penuh kesabaran dan kasih sayang telah membesarkan, membimbing dan mendidik sehingga penulis dapat mencapai jenjang pendidikan seperti sekarang ini, semoga Allah SWT memberikan balasan yang sebaik-baiknya.


(8)

commit to user

viii 11.Bapak mertua dr. H. Iskandar Zulkarnaen, Sp.A(K) (Alm) dan Ibu mertua Hj. Istiyah tercinta, penulis sampaikan rasa hormat dan terima kasih yang tak ternilai atas segala dukungan, doa, pengertian, dan pengorbanan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

12.Suami tercinta drg. Ismiarto Triwisono, terima kasih atas pengorbanan dan kesetiaan yang telah diberikan selama menjalani pendidikan dan kedua putri penulis (bidadari kecil) yang tercinta Jada Rasheesa Duma dan Yara Nasheefa Ashla, keluguan dan kelucuannya menjadi inspirasi dan semangat untuk segera menyelesaikan tesis ini serta memotivasi penulis untuk menjadi pribadi dan ibu yang senantiasa lebih baik.

13.Adik tercinta Yulianto Budi Susilo, S.Farm, Apt beserta keluarga, kakak ipar dr. Ismiranti Andarini, Sp.A, M.Kes beserta keluarga dan drg. Ismirianawati beserta keluarga yang penulis hormati, terima kasig telah memberikan semangat dan motivasi untuk segera menyelesaikan tesis ini.

14.Mbak Diah, mas Joko, mas Muh, mbak Tyas, mbak Nanik, mbak Asri dan mbak Rina, terima kasih atas segala bantuan dan kerjasamanya selama ini serta penulis mohon maaf apabila banyak tutur kata maupun sikap penulis yang tidak berkenan. 15.Segenap Kepala perawat dan perawat ruang PICU, NICU, HCU Neonatus, Melati 2 dan Poliklinik anak RSUD Dr. Moewardi, terima kasih atas segala bantuan dan kerjasamanya selama ini serta penulis mohon maaf apabila banyak tutur kata maupun sikap penulis yang tidak berkenan.

16.Kepala sekolah, guru, orangtua murid, dan murid-murid SDN Mangkubumen 15 Surakarta dan SDN Kleco 1 Surakarta yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.


(9)

commit to user

ix 17.Seluruh staf Instalasi gizi RSUD Dr. Moewardi dan laboratorium Prodia

Surakarta, penulis haturkan terima kasih atas segala bantuan yang diberikan. 18.dr. Melita Widyastuti, dr. Mas Nugroho Ardi Santoso, dr. Novi Yurita Sari, dr.

Vera Irawati Kurnia, dr. Rosidin, dr. Nova Ariyanto W, terimakasih atas doa, dukungan, semangat serta kebersamaan dalam suka maupun duka selama ini. Tetaplah menjadi sahabat yang terbaik walaupun jarak akan memisahkan kita kelak. Untuk teman residen lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih atas segenap doa, dukungan dan kebersamaan selama ini.

19.Para dokter muda, terima kasih atas kerjasamanya dalam mengerjakan tugas di bangsal anak.

20.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis mengharapkan tesis ini dapat memberikan manfaat bagi dunia kedokteran terutama di bidang Ilmu Kesehatan Anak dan penulis mohon maaf apabila terdapat penulisan serta kata yang salah. Segala masukan akan penulis jadikan kritik membangun untuk lebih baik lagi.

Wassalamu‘alaikum warohmatullohi wabarokatuh.

Surakarta, Maret 2013


(10)

commit to user

x

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

BERITA ACARA ... iii

HALAMAN PERNYATAAN……… ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

ABSTRAK ... xvi

ABSTRACT ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang ... 1

B. Rumusan masalah ... 3

C. Tujuan penelitian ... 3

1. Tujuan umum ... 3

2. Tujuan khusus ... 3

D. Manfaat penelitian ... 4

1. Manfaat bidang akademik ... 4

2. Manfaat bidang pelayanan ... 4

3. Manfaat bidang kedokteran keluarga ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Kajian Teori ... 6

1. Definisi dan kriteria obesitas ... 6

2. Perjalanan perkembangan obesitas ... 8

3. Epidemiologi obesitas ... 9

4. Faktor-faktor penyebab obesitas ... 9


(11)

commit to user

xi

6. Dampak obesitas ... 14

7. Dislipidemia pada obesitas ... 15

8. Lingkar leher sebagai prediktor dislipidemia ... 20

B. Kerangka konsep ... 22

C. Hipotesis ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

A. Desain penelitian ... 24

B. Tempat dan waktu ... 24

C. Populasi ... 24

D. Sampel dan cara pemilihan sampel ... 24

E. Besar sampel ... 25

F. Identifikasi variabel penelitian ... 25

G. Definisi operasional ... 25

H. Izin subyek penelitian………. ... 30

I. Alur penelitian………. 31

J. Pengolahan data……….. 32

K. Jadwal kegiatan……….. 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Hasil penelitian ... 35

1. Karakteristik data dasar ... 36

2. Nilai sensitivitas, spesifisitas, dan area under curve ukur- an lingkar leher terhadap dislipidemia ... 37

3. Analisis bivariat antara lingkar leher, aktivitas fisik, dan asupan makan dengan dislipidemia ... 40

B. Pembahasan ... 44

C. Keterbatasan penelitian ... 49

BAB V PENUTUP ... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Saran……… 50

C. Implikasi penelitian……… .... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52


(12)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1 Jadwal kegiatan ... 34

Tabel 2 Karakteristik dasar subyek penelitian ... 36

Tabel 3 Prevalensi dislipidemia pada anak obese ... 37

Tabel 4 Titik potong lingkar leher anak laki-laki ... 38

Tabel 5 Titik potong lingkar leher anak perempuan ... 39

Tabel 6 Hasil analisis uji Fisher antara asupan lemak dengan dislipide- mia pada anak obese laki-laki ... 40

Tabel 7 Hasil analisis uji Fisher antara aktivitas fisik dengan dislipide- mia pada anak obese laki-laki ... 41

Tabel 8 Hasil analisis uji Mann-Whitney antara lingkar leher dengan dislipidemia pada anak obese laki-laki ... 41

Tabel 9 Hasil analisis uji Fisher antara lingkar leher dengan dislipide- mia pada anak obese laki-laki ... 42

Tabel 10 Hasil analisis uji Fisher antara asupan lemak dengan dislipide- mia pada anak obese perempuan ... 42

Tabel 11 Hasil analisis uji Fisher antara aktivitas fisik dengan dislipide- mia pada anak obese perempuan ... 43

Tabel 12 Hasil analisis uji t tidak berpasangan antara lingkar leher dengan dislipidemia pada anak obese perempuan ... 43

Tabel 13 Hasil analisis uji Fisher antara lingkar leher dengan dislipidemia pada anak obese perempuan ... 44


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1 Skema jalur mekanisme regulasi keseimbangan energi ... 14

Gambar 2 Jalur eksogen dan endogen transportasi dan sintesis lemak ... 17

Gambar 3 Bagan kerangka konsep ... 22

Gambar 4 Bagan alur penelitian ... 31

Gambar 5 Kurva ROC lingkar leher anak obese laki-laki dengan titik po- tong ≥ 31.5 cm ... 38

Gambar 6 Kurva ROC lingkar leher anak obese perempuan dengan titik potong ≥ 30.5 cm ... 39


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR SINGKATAN

AUC : Area Under Curve BB : Berat Badan

CDC : Centers for Diseases Control and Prevention CLASS : Children’s Leisure Activities Study Survey CT Scan : Computed Tomography Scan

DEXA : Dual Energy X-ray Absorbsimetry FFAs : Free Fatty Acids

HDL : High-density Lipoprotein IMT : Indeks Massa Tubuh

IDL : Intermediate-density Lipoprotein IK : Interval Kepercayaan

IRS-1 : Insulin Receptor Substrate-1 LDL : Low-density Lipoprotein LPL : Lipoprotein Lipase METs : Metabolic equivalents MRI : Magnetic Resonance Imaging NDN : Nilai Duga Negatif

NDP : Nilai Duga Positif NPY : NeuropeptideY

OR : Odds Ratio

RK : Rasio Kemungkinan ROC : Receiver Operator Curve SD : Standar Deviasi

TB : Tinggi Badan TLK : Tebal Lipatan Kulit

TNFα : Tumor Necrosis Factor Alfa USG : Ultrasonography

VLDL : Very low-density Lipoprotein WHO : World Health Organiza tion


(15)

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Ethical clearence ... 58

Lampiran 2. Penjelasan penelitian ... 59

Lampiran 3. Formulir persetujuan mengikuti penelitian ... 60

Lampiran 4. Angket penelitian ... 61

Lampiran 5. Daftar nama subyek penelitian... 77


(16)

commit to user

xvi

ABSTRAK

Agustina Wulandari. NIM : S500109004. 2013. Lingkar leher sebagai prediktor dislipidemia pada anak obese usia sekolah dasar. Tesis. Pembimbing I: Prof. Dr. H. Harsono Salimo, dr, Sp.A(K), II: Endang Dewi Lestari, dr, Sp.A(K), MPH. Program Studi Kedokteran Keluarga Minat Utama Ilmu Biomedik, Program Pasca Sarjana, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Obesitas tubuh bagian atas berhubungan dengan faktor risiko penyakit kardiovaskuler yaitu dislipidemia. Lingkar leher adalah salah satu alat ukur lemak tubuh bagian atas pada anak-anak obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lingkar leher sebagai prediktor dislipidemia. Desain penelitian ini adalah potong lintang. Lingkar leher dan kadar profil lipid serum kemudian diukur untuk menentukan dislipidemia. Dislipidemia didefinisikan sebagai hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia, hiper-LDL kolesterolemia dan/atau hipo-HDL kolesterolemia. Receiver Operator Curve (ROC) digunakan untuk menentukan titik potong ukuran lingkar leher. Analisis variabel bebas terhadap variabel tergantung dilakukan secara bivariat menggunakan uji Chi-Square atau uji Fisher. Analisis bivariat lingkar leher dalam skala rasio dengan dislipidemia dilakukan menggunakan uji t tidak berpasangan atau uji Mann-Whitney. Selanjutnya dilakukan analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik. Semua hasil ditampilkan dalam odds ratio (OR) dengan interval kepercayaan 95%. Dari 50 anak yang ikut serta dalam penelitian, 28 anak berjenis kelamin laki-laki (56%) dan 22 anak berjenis kelamin perempuan (44%). Titik potong ukuran lingkar leher anak laki-laki adalah 31.5 cm (sensitivitas 95.2% dan spesifisitas 28.6%) dan 30.5 cm (sensitivitas 84.2% dan spesifisitas 33.3%) untuk anak perempuan. Odds ratio dislipidemia berdasarkan titik potong lingkar leher adalah 8.00 (95% IK 0.59-106.93, p = 0.145) untuk anak obese laki-laki dan 2.67 (95% IK 0.14-23.37, p = 1.000) untuk anak obese perempuan, hasil ini tidak bermakna secara statistik. Berdasarkan hasil uji beda rerata didapatkan hubungan bermakna antara lingkar leher dan dislipidemia pada anak obese laki-laki (p = 0.048), namun lingkar leher tidak berhubungan dengan dislipidemia pada anak obese perempuan (p = 0.577). Tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan lemak dan aktivitas fisik terhadap dislipidemia. Kesimpulan: Lingkar leher berhubungan dengan dislipidemia pada anak obese laki-laki, namun tidak berhubungan dengan dislipidemia pada anak obese perempuan. Titik potong lingkar leher pada penelitian ini tidak dapat dijadikan prediktor untuk mendeteksi dislipidemia pada anak obese usia sekolah dasar.


(17)

commit to user

xvii ABSTRACT

Agustina Wulandari. NIM: S500109004. 2013. Neck circumference as predictor of dyslipidemia in obese school-aged children. Thesis. Supervisor I: Prof. Dr. H.

Harsono Salimo, dr, Sp.A(K), II: Endang Dewi Lestari, dr, Sp.A(K), MPH, Medical Family Study Program, Post Graduate Program, Special Interest Biomedical Science, University of Sebelas Maret, Surakarta.

The upper body obesity is related to cardiovascular disease risk factors such as dyslipidemia. Neck circumference is one of various techniques for assessing upper body fat content for obese children. The main aim of the present study was to analyze neck circumference as screening tool for assessing dyslipidemia. This study was a cross sectional study. We measured the neck circumference and serum lipid profile to identify dyslipidemia. Dyslipidemia is defined as hypercholesterolemia, hypertriglyceridemia, hyper-LDL and/or hypo-HDL cholesterolemia. Receiver Operator Curve (ROC) was used to derive the optimal gender-specific neck circumference threshold for predicting dyslipidemia. Categorical data was analyzed using Chi-square test or Fisher test. Numerical data was analyzed using t-test or Mann-Whitney test. Multivariate logistic regression model also was used to analyze the data and significant at a p-value < 0.05. From 50 obese children, 28 were boys (56%) and 22 were girls (44%). Neck circumference cut-off point for boys was 31.5 cm (sensitivity 95.2% and specificity 28.6%) and 30.5 cm (sensitivity 84.2% and specificity 33.3%) for girls. The odds ratio of dyslipidemia among boys and girls with a higher value than cut-off points was 8.00 (95% CI 0.59-106.93, p = 0.145) and 2.67 (95% confidence interval (95% CI 0.14-23.37, p = 1.000). There is significant relationship between neck circumference and dyslipidemia in obese boys (p = 0.048), but not in obese girls (p = 0.577). The relationship between lipid intake or physical activity toward dyslipidemia were not significant. Summary: Neck circumference and dyslipidemia have significant relationship in obese boys, but not in obese girls. Cut-off point neck circumference in this study can not be used to screen dyslipidemia in obese school-aged children.


(18)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global. Prevalensinya dari tahun ke tahun, baik di negara maju maupun negara yang sedang berkembang makin meningkat (WHO, 2000). Prevalensi obesitas pada anak usia prasekolah di Amerika Serikat tahun 2008 adalah 14.6% dan menurut data dari Centres for Disease Control and Prevention (CDC) didapatkan peningkatan prevalensi obesitas pada anak usia 12-18 tahun di Amerika Serikat yaitu dari 6% pada tahun 1970an menjadi 17% pada tahun 2003-2004 (Yanovski dkk, 2007; CDC, 2009). Menurut De Onis (2000), prevalensi anak sekolah dengan overweight di negara sedang berkembang juga menunjukkan peningkatan, paling banyak di dapatkan di Amerika latin dan Karibia (4.4%), kemudian Afrika (3.9%) dan Asia (2.9%). Namun secara mutlak, jumlah terbesar terdapat di kawasan Asia yaitu sekitar 60% atau 10.6 juta jiwa. Di Indonesia prevalensi obesitas adalah 12.2% untuk anak usia prasekolah, 9.5% untuk anak usia sekolah laki-laki dan 6.4% untuk anak usia sekolah perempuan (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2007). Menurut Nasar tahun 1995, di Jakarta prevalensi obesitas paling banyak didapatkan pada remaja wanita (10.2%) daripada laki-laki (3.1%). Prevalensi obesitas anak usia sekolah di Jawa tengah sebesar 6.6% untuk anak laki-laki dan 4.6% untuk anak perempuan (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2007). Sedangkan di Surakarta, prevalensi obesitas didapatkan sebesar 9.7% (Hidayah dkk, 2006).


(19)

commit to user

2

Obesitas pada masa anak-anak berisiko tinggi menjadi obesitas dewasa. (Pi-Sunyer, 1994). Obesitas juga berpotensi mengalami penyakit metabolik dan penyakit degeneratif dikemudian hari seperti penyakit kardiovaskuler, hipertensi, gangguan fungsi hati, diabetes mellitus, dan lain-lain (Taitz, 1991; WHO, 2000). Profil lipid darah anak obesitas cenderung menyerupai profil lipid penderita penyakit kardiovaskuler yaitu meliputi peningkatan kadar kolesterol LDL (low-density lipoprotein), trigliserida, kadar insulin dan penurunan kadar kolesterol HDL ( high-density lipoprotein), sehingga anak obesitas memiliki risiko sebesar 1.7-2.6 kali untuk mendapatkan penyakit kardiovaskuler di usia dewasa (Sjarif, 2003; Martuti dkk, 2008).

Menurut Vague (1956), faktor risiko penyakit kardiovaskuler berhubungan erat dengan perbedaan morfologi tubuh atau tipe distribusi lemak tubuh. Penelitian lain menyatakan bahwa obesitas tubuh bagian atas berhubungan lebih kuat dengan hipertensi, dislipidemia, diabetes mellitus, hiperinsulinemia dan gout daripada obesitas tubuh bagian bawah (Hirschle dkk, 2005; Ben-Noun & A Laor, 2006). Obesitas bagian atas dapat dinilai dengan berbagai metode seperti lingkar pinggang dan lingkar leher (Nafiu dkk, 2010).

Kelemahan dari pengukuran lingkar pinggang antara lain adalah teknik pengukuran yang cukup memakan banyak waktu, dipengaruhi oleh budaya dan musim, dipengaruhi oleh perubahan besarnya perut postpandrial dan kemampuan ekspirasi maksimal (Nafiu dkk, 2010). Lingkar leher merupakan cara pengukuran yang lebih mudah dan tidak terpengaruh oleh budaya, musim maupun perubahan besarnya perut postprandial. Pada penelitian yang dilakukan Nafiu dkk (2010) lingkar leher telah teruji berkorelasi baik dengan indeks massa tubuh (IMT) dan dapat


(20)

commit to user

menjadi alat skrining yang sederhana serta hemat waktu untuk mengidentifikasi obesitas secara individual.

Hubungan yang erat antara lingkar leher dengan dislipidemia, kadar glukosa dan asam urat telah diteliti pada orang dewasa obese dan didapatkan cut off point (titik potong) ukuran lingkar leher sebagai prediktor kelainan tersebut (Ben-Noun & A Laor, 2006). Pada anak obese usia sekolah dasar, penelitian mengenai lingkar leher sebagai prediktor dislipidemia belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui hubungan antara lingkar leher dengan dislipidemia pada anak obese usia sekolah dasar sehingga didapatkan cara pemeriksaan yang mudah dan murah sebagai prediktor dislipidemia.

B. Rumusan Masalah

Apakah lingkar leher dapat digunakan sebagai prediktor dislipidemia pada anak obese usia sekolah dasar?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Menganalisis ukuran lingkar leher anak obese usia sekolah dasar sebagai prediktor dislipidemia.

2. Tujuan khusus

a. Mendapatkan prevalensi dislipidemia pada anak obese usia sekolah dasar di Surakarta.


(21)

commit to user

4

b. Mendapatkan titik potong ukuran lingkar leher terhadap dislipidemia pada anak obese usia sekolah dasar.

c. Mengenalisis hubungan antara asupan lemak dengan dislipidemia pada anak obese usia sekolah dasar.

d. Menganalisis hubungan antara aktivitas fisik dengan dislipidemia pada anak obese usia sekolah dasar.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bidang akademik

a. Diharapkan dapat memberikan masukan kepada civitas akademika berupa informasi bahwa ukuran lingkar leher dapat digunakan sebagai prediktor dislipidemia pada anak obese usia sekolah dasar.

b. Hasil dari penelitian ini diharapakan dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut bagi peneliti lain.

2. Manfaat bidang pelayanan

a. Mendapatkan alat skrining yang mudah, murah, dan hemat waktu berupa pengukuran lingkar leher sebagai prediktor dislipidemia pada anak obese usia sekolah dasar.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi penyusunan protokol tetap (protap) pelayanan dalam upaya deteksi dan penatalaksanaan secara dini anak obese usia sekolah dasar yang mengalami dislipidemia.


(22)

commit to user

3. Manfaat bidang kedokteran keluarga

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan bagi dokter keluarga sebagai pemberi pelayananan primer yang berparadigma sehat dalam upaya promotif dan preventif seputar permasalahan obesitas dan dislipidemia yang sejalan dengan upaya kuratif dan rehabilitatif secara profesional, holistik, dan komprehensif.


(23)

commit to user

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 1. Definisi dan kriteria obesitas

WHO mendefinisikan obesitas atau kegemukan sebagai suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan (WHO, 2000). Proses yang mendasari terjadinya obesitas adalah ketidakseimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi sehingga kelebihan energi tersebut disimpan dalam bentuk penimbunan jaringan lemak (Sjarif, 2011).

Kriteria obesitas harus terpenuhi baik secara klinis maupun antropometri. Secara klinis anak obesitas memiliki tanda dan gejala seperti wajah bulat, pipi tembem, dagu rangkap, leher pendek, payudara besar, perut buncit, dinding perut yang berlipat-lipat, kedua tungkai berbentuk huruf X dan penis yang tampak kecil pada anak laki-laki. Pada kulit bisa didapatkan ruam, intertrigo, dermatitis moniliasis, jerawat dan acanthosis nigricans (Sjarif, 2011; Subardja dkk, 2010).

Bentuk fisik obesitas dibedakan menurut distribusi lemak yaitu obesitas tubuh bagian atas (upper body obesity) dan obesitas tubuh bagian bawah (lower body obesity). Obesitas tubuh bagian atas disebut juga apple shape body bila lebih banyak lemak di tubuh bagian atas (dada dan pinggang). Obesitas tubuh bagian atas lebih banyak didapatkan pada pria, oleh karena itu tipe obesitas ini lebih dikenal juga sebagai android obesity (Subardja dkk, 2010). Tipe obesitas ini berhubungan lebih kuat dengan diabetes, hipertensi, dan dislipidemia sebagai faktor risiko penyakit


(24)

commit to user

kardiovaskuler dan metabolik daripada obesitas tubuh bagian bawah (Boivin dkk, 2001).

Obesitas tubuh bagian bawah (pear shape body) adalah penimbunan lemak yang berlebihan di tubuh bagian bawah (pinggul dan paha) (Subardja dkk, 2010). Tipe obesitas ini lebih banyak terjadi pada wanita sehingga sering disebut gynoid obesity. Tipe obesitas ini berhubungan erat dengan gangguan menstruasi pada wanita (Bergman VC dkk, 2001).

Secara antropometris penentuan obesitas dapat dilakukan dengan beberapa metode pengukuran, antara lain sebagai berikut (Sjarif, 2011):

a. Pengukuran berat badan (BB) dibandingkan tinggi badan (BB/TB), dikatakan obesitas bila BB/TB > persentil ke-95 atau > 120% atau z-score = + 2 standar deviasi.

b. Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur tebal lipatan kulit (TLK) bisep, trisep, subskapular dan suprailiaka, disebut obesitas bila TLK > persentil ke-85. c. Menghitung indeks massa tubuh (IMT).

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan baku pengukuran obesitas pada anak dan remaja (Sjarif, 2002). Indeks massa tubuh menjadi petunjuk untuk menentukan kelebihan berat badan berdasarkan indeks quatelet (berat badan dalam kilogram dibagi kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2). Interpretasi IMT tergantung pada umur dan jenis kelamin anak. Klasifikasi IMT terhadap umur adalah sebagai berikut: usia 0-5 tahun dikatakan obese jika z-score ≥ +3 standar deviasi berdasarkan kurva WHO 2006 dan untuk anak usia 5-19 tahun disebut obesitas jika z-score ≥ +2 standar deviasi dengan menggunakan kurva WHO reference 2007 atau ≥ persentil ke-95 jika menggunakan kurva CDC 2000 (Sjarif, 2011).


(25)

commit to user

8

IMT berkorelasi dengan distribusi lemak tubuh (Nafiu dkk, 2010). Sehingga obesitas juga dapat ditentukan dengan cara mengukur distribusi lemak tubuh bagian tertentu seperti lingkar pinggang, lingkar leher, skinfold, ratio lingkar pinggang dan pinggul, atau dengan pemeriksaan penunjang seperti USG (ultrasonography), DEXA (Dual Energy X-Ray Absorbsimetry), CT Scan (Computed Tomography Scan), dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) (Nafiu dkk, 2010).

2. Perjalanan perkembangan obesitas

Terdapat 3 periode kritis dalam masa tumbuh kembang anak dalam kaitannya dengan terjadinya obesitas, yaitu periode prenatal pada trisemester ketiga kehamilan, periode adiposity rebound pada usia 6-7 tahun dan periode adolescence (Dietz, 1998). Puncak penimbunan lemak awal terjadi pada umur 6-8 bulan. Setelah periode tersebut pembentukan lemak mulai menurun dan berhenti pada umur 28 bulan. Pada usia 1 tahun terjadi demobilisasi lemak sehingga pada usia 6 tahun seorang anak mempunyai kandungan lemak tubuh paling sedikit. Mulai usia 6 tahun sampai masa sebelum pubertas, penimbunan sel lemak akan meningkat kembali (rebound) yang berarti deposit sel lemak dimulai kembali. Usia mulai terjadinya rebound ini sangat menentukan untuk terjadinya obesitas yang menetap. Apabila proses rebound terjadi dini, maka kemungkinan untuk menetapnya obesitas makin besar (Dietz WH, 1998). Pi-Sunyer (1994) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa sekitar 26.5% anak obesitas akan tetap obesitas untuk dua dekade berikutnya dan 80% remaja obesitas akan menjadi dewasa yang obesitas pula.


(26)

commit to user

3. Epidemiologi obesitas

Prevalensi obesitas pada anak usia prasekolah di Amerika Serikat tahun 2008 adalah 14.6% dan menurut data dari Centres for Disease Control and Prevention (CDC) didapatkan peningkatan prevalensi obesitas pada anak usia 12-18 tahun di Amerika Serikat yaitu dari 6% pada tahun 1970an menjadi 17% pada tahun 2003-2004 (CDC, 2009; Yanovski dkk, 2007). Menurut De Onis tahun 2000, prevalensi anak sekolah dengan overweight di negara sedang berkembang juga menunjukkan peningkatan, paling banyak didapatkan di Amerika latin dan Karibia (4.4%), kemudian Afrika (3.9%) dan Asia (2.9%). Namun secara mutlak, jumlah terbesar terdapat di kawasan Asia yaitu sekitar 60% atau 10.6 juta jiwa.

Di Indonesia prevalensi obesitas adalah 12.2% untuk anak usia prasekolah, 9.5% anak usia sekolah laki-laki dan 6.4% anak usia sekolah perempuan (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2007). Sedangkan menurut Nasar tahun 1995, di Jakarta prevalensi obesitas paling banyak didapatkan pada remaja wanita (10.2%) daripada laki-laki (3.1%). Prevalensi obesitas anak usia sekolah di Jawa tengah sebesar 6.6% untuk anak laki-laki dan 4.6% untuk anak perempuan (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2007). Sedangkan di Surakarta, prevalensi obesitas didapatkan sebesar 9.7% (Hidayah, 2006).

4. Faktor-faktor penyebab obesitas

Berdasarkan hukum termodinamik, obesitas disebabkan akibat ketidak- seimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi, sehingga terjadi kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak (Taitz, 1991). Gangguan keseimbangan energi ini, sebagian besar disebabkan oleh faktor eksogen/nutrisional


(27)

commit to user

10

(obesitas primer) sedangkan hanya sebagian kecil saja yang disebabkan oleh faktor endogen (obesitas sekunder) seperti kelainan hormonal, sindrom atau defek genetik (Subardja dkk, 2010).

Penyebab obesitas belum diketahui secara pasti atau bersifat multifaktorial. Obesitas diduga akibat interaksi antara penyebab yang tidak dapat diubah yaitu faktor genetik dan penyebab yang dapat diubah yaitu faktor lingkungan (Taitz, 1991; Subardja dkk, 2010).

a. Faktor genetik

Parental fatness merupakan faktor genetik yang berperanan besar. Bila kedua orang tua obesitas, maka 80% anaknya akan menjadi obesitas. Apabila salah satu orang tua obese, maka kejadian obesitas pada anak menjadi 40% dan apabila kedua orang tua tidak obesitas, prevalensi anak menjadi obesitas sekitar 14% (Sjarif, 2003). Mekanisme kerentanan genetik terhadap obesitas melalui efek pada resting metabolic rate thermogenesis non exercise, kecepatan oksidasi lipid dan kontrol nafsu makan yang jelek atau gangguan pada gen-gen penyebab obesitas seperti leptin, dan sindrom tertentu (Kopelman, 2000; Subardja dkk, 2010). Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa kerentanan terhadap obesitas dapat ditentukan secara genetik (Kopelman, 2000).

b. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan menentukan ekspresi fenotip obesitas (Kopelman, 2000). Faktor lingkungan meliputi antara lain aktivitas fisik, nutrisional, sosial ekonomi dan gaya hidup (Taitz, 1991). Aktivitas fisik merupakan komponen utama dari energy expenditure, yaitu sekitar 20-50% dari total energy expenditure. Beberapa penelitian yang dilakukan di negara maju mendapatkan hubungan antara aktivitas


(28)

commit to user

fisik yang rendah dengan kejadian obesitas. Individu dengan aktivitas fisik yang rendah mempunyai risiko peningkatan berat badan sebesar 5 kg (Kopelman, 2000). Sebagai contoh, penelitian di Amerika menunjukkan bahwa anak yang menonton televisi 5 jam perhari mempunyai risiko obesitas sebesar 5.3 kali lebih besar dibanding mereka yang menonton televisi 2 jam setiap harinya (Kopelman, 2000). Di sisi lain, penelitian yang dilakukan di Jepang menunjukkan bahwa anak yang mempunyai kebiasaan olah raga terhindar dari risiko obesitas (OR: 0.48) (Fukuda, 2001).

Peranan faktor nutrisi pada obesitas dimulai sejak dalam kandungan, jumlah lemak tubuh dan pertumbuhan bayi dipengaruhi oleh berat badan ibu. Selanjutnya kenaikan berat badan dan lemak anak dipengaruhi oleh beberapa hal seperti waktu pertama kali mendapat makanan padat, asupan tinggi kalori dari karbohidrat, dan lemak atau kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung energi tinggi (Sjarif, 2003). Penelitian di Amerika dan Finlandia menunjukkan bahwa kelompok dengan asupan tinggi lemak mempunyai risiko peningkatan berat badan lebih besar dibanding kelompok dengan asupan rendah lemak (OR 1.7). Keadaan ini disebabkan karena makanan berlemak mempunyai energy density lebih besar, cenderung tidak mengenyangkan serta mempunyai efek termogenesis yang lebih kecil dibandingkan makanan yang banyak mengandung protein dan karbohidrat. Makanan berlemak juga mempunyai rasa yang lezat sehingga akan semakin meningkatkan selera makan dan memicu terjadinya konsumsi yang berlebihan (Kopelman, 2000).

Kapasitas penyimpanan makronutrien juga menentukan keseimbangan energi. Protein mempunyai kapasitas penyimpanan sebagai protein tubuh dalam jumlah


(29)

commit to user

12

terbatas, sehingga apabila terjadi asupan protein yang berlebihan maka kelebihan tersebut akan segera dioksidasi. Karbohidrat mempunyai kapasitas penyimpanan dalam bentuk glikogen hanya dalam jumlah yang kecil, sehingga asupan karbohidrat yang berlebihan akan menyebabkan sekitar 60-80% energinya disimpan dalam bentuk lemak tubuh. Sedangkan lemak mempunyai kapasitas penyimpanan yang tidak terbatas. Kelebihan asupan lemak yang tidak diiringi peningkatan oksidasi lemak mengakibatkan sekitar 96% lemak disimpan dalam jaringan lemak (WHO, 2000).

Faktor sosial ekonomi dan gaya hidup juga dapat mempengaruhi terjadinya obesitas. Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku, gaya hidup, pola makan, serta peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi (Sjarif, 2003). Perubahan gaya hidup akhir-akhir ini justru menjurus pada penurunan aktivitas fisik pada anak, seperti ke sekolah dengan naik kendaraan dan anak yang lebih senang bermain komputer/games, menonton televisi atau video dibanding bermain dengan teman. Selain itu, semakin mudahnya memperoleh bermacam-macam makanan cepat saji dengan harga yang terjangkau, semakin berisiko menimbulkan obesitas pada anak (Sjarif, 2003).

5. Patofisiologi obesitas

Pengaturan keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses fisiologis, yaitu: pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran energi, dan regulasi sekresi hormon yang terlibat dalam pengaturan penyimpanan energi melalui sinyal-sinyal efferent yang berpusat di hipotalamus setelah mendapatkan sinyal afferent dari perifer yaitu dari jaringan adiposa, usus dan


(30)

commit to user

jaringan otot. Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan asupan makanan, menurunkan pengeluaran energi) dan katabolik (anoreksia, meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang. Sinyal pendek (situasional) mempengaruhi porsi makan dan waktu makan serta berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yaitu kolesistokinin. Sinyal panjang yang diperankan oleh fat-derived hormoneleptin dan insulin mengatur penyimpanan dan keseimbangan energi. Di dalam sistem ini leptin memegang peran utama sebagai pengendali berat badan. Sumber utama leptin adalah jaringan adiposa yang disekresi langsung masuk ke peredaran darah dan kemudian menembus sawar darah otak menuju ke hipotalamus (Schwartz, 2000).

Peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah dapat merangsang anorexigenic center (ventromedial hypothalamic) di hipotalamus agar menurunkan produksi neuropeptide Y (NPY) sehingga terjadi penurunan nafsu makan dan asupan makanan, sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi, maka massa jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada feeding center/orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan dan asupan makanan. Pada sebagian besar orang obesitas, mekanisme ini tidak berjalan walaupun kadar leptin di dalam darah tinggi dan disebut sebagai resistensi leptin. Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan maka massa jaringan adiposa meningkat. Bila hipertrofi adiposit ini mencapai tingkat tertentu akan terjadi rangsangan pembentukan sel lemak baru dari bakal sel lemak (preadiposit) sehingga terjadi hiperplasi dan peningkatan visceral fat (lemak sentral) (Schwartz, 2000).

Peningkatan visceral fat mengakibatkan ketidakseimbangan produksi beberapa produk metabolik, hormon dan beberapa mediator kimiawi. seperti free fatty acids


(31)

commit to user

14

(FFAs) serta Tumor Necrosis Factor-α (TNF-α) yang menghambat fosforilasi IRS-1 (Insulin Receptor Substrate-1) sehingga mekanisme sinyal insulin terganggu. Penurunan sensitifitas insulin atau resistensi insulin akan mengganggu fungsi endotel. Resistensi insulin juga akan meningkatkan glukosa plasma dan merangsang lagi peningkatan sekresi insulin oleh pankreas sehingga mengakibatkan terjadinya hiperinsulinemia lebih lanjut. Keadaan hiperinsulinemia akan merangsang sekresi enzim lipoprotein lipase (LPL) sehingga penimbunan lemak dalam adiposit akan bertambah dan proses terjadinya obesitas akan berlangsung terus (Schwartz, 2000; Subardja dkk, 2010).

Gambar 1. Skema jalur mekanisme regulasi keseimbangan energi (Schwartz, 2000)

6. Dampak obesitas

Anak dengan obesitas berpotensi mengalami berbagai komplikasi penyakit dan permasalahan psikososial. Menurut pendapat Riza (2007), obesitas dapat


(32)

commit to user

menyebabkan gangguan psikososial pada anak. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Hidayah (2006) yang mendapatkan bahwa prevalensi tingkat kematangan sosial rendah pada anak obese lebih tinggi dibandingkan anak yang tidak obesitas. Insiden dan keparahan penyakit infeksi lebih banyak terjadi pada individu yang obesitas (Marti, 2001). Moelyo (2007) juga membuktikan bahwa anak dengan obesitas memiliki respon imun yang lebih tinggi. Selain itu, obesitas berisiko tinggi mengalami dislipidemia, hipertensi, gangguan fungsi hati, hiperinsulinemia, dan lain-lain yang memicu terjadinya penyakit metabolik, penyakit degeneratif, dan penyakit kardiovaskuler dikemudian hari (Taitz, 1991; WHO, 2000).

7. Dislipidemia pada obesitas

Penyakit kardiovaskuler adalah penyakit yang terjadi akibat penyempitan pembuluh darah arteri. Penyebab terbanyak penyempitan tersebut adalah aterosklerosis (99%). Lebih dari setengah insidensi penyakit ini dapat diterangkan kejadiannya oleh dislipidemia (Barzillay dkk, 2001). Proses ini bisa terjadi pada seluruh arteri, tetapi yang paling sering adalah aorta, arteria koronaria, serebral dan iliofemoral. Arterosklerosis pada dasarnya merupakan suatu kelainan yang terdiri atas pembentukan fibrolipid dalam bentuk plak-plak yang menonjol atau penebalan yang disebut ateroma pada bagian dalam tunika intima dan media. Proses aterosklerosis dimulai pada masa kanak-kanak dan menjadi nyata secara klinik pada kehidupan dewasa (Barzillay dkk, 2001).

Kadar kolesterol total dan kolesterol LDL yang tinggi, serta kadar kolesterol HDL yang rendah berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya aterosklerosis pada remaja dan dewasa muda. Sedangkan peninggian kadar trigliserida mempunyai


(33)

commit to user

16

peranan yang lebih kecil dibandingkan dengan kadar kolesterol. Berdasarkan bukti bahwa aterosklerosis dimulai masa kanak-kanak, maka pencegahan terhadap munculnya faktor-faktor risiko seperti dislipidemia harus dimulai sejak kanak-kanak dan remaja.

Dislipidemia ditandai dengan kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida yang tinggi serta kadar kolesterol HDL yang rendah (Newburger, 1992). Dislipidemia pada anak didefinisikan bila terjadi hiperkolesterolemia dengan kadar kolesterol total ≥ 200 mg/dl dan/atau hiper-LDL kolesterolemia dengan kadar ≥ 130 mg/dl dan/atau hipo-HDL kolesterolemia dengan kadar < 35 mg/dl dan/atau hipertrigliseridemia dengan kadar trigliserida ≥ 100 mg/dl untuk usia < 10 tahun dan kadar trigliserida ≥ 130 mg/dl untuk anak usia lebih dari 10 tahun (Committee on Nutrition of the American Academy Pediatrics, 1998). Dislipidemia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain asupan lemak, aktivitas fisik, dan distribusi lemak tubuh:

a. Asupan lemak

Ada 2 sistem/jalur pengangkutan dan sintesis lemak melalui makanan yaitu eksogen dan endogen. Mekanisme ini akan dijelaskan dalam gambar 2 berikut ini (Brown MS and Goldstein JL, 1984):


(34)

commit to user

Gambar 2. Jalur eksogen dan endogen tranportasi dan sintesis lemak (Brown MS and Goldstein JL, 1984)

Jalur eksogen sintesis lemak melibatkan kolesterol yang berasal dari makanan (dietetik). Lemak yang berasal dari makanan mengalami pemecahan menjadi asam lemak bebas, trigliserida, fosfolipid dan kolesterol di dalam usus. Kemudian diolah dan diserap kedalam darah dalam bentuk kilomikron. Trigliserida disimpan dalam jaringan lemak di seluruh tubuh, sedangkan sisa pemecahan kilomikron akan diuraikan menjadi kilomikron remnant yang beredar menuju hati. Di dalam hati, trigliserida dan kolesterol juga disintesis dari karbohidrat. Sebagian kolesterol akan dibuang ke dalam empedu sebagai asam empedu dan sebagian lagi bersama-sama trigliserida akan bergabung dengan apoprotein B membentuk VLDL. VLDL ini lalu dipecah oleh enzim lipoprotein lipase menjadi IDL yang bertahan selama 2-6 jam, kemudian berubah menjadi LDL. Fungsi LDL adalah membawa kolesterol ke jaringan perifer termasuk ke dinding pembuluh darah


(35)

commit to user

18

arteri sehingga dapat digunakan oleh sel-sel tubuh yang memerlukan. Suatu ikatan lain antara kolesterol dengan apoprotein A akan membentuk HDL. Fungsi HDL mengambil kolesterol dari jaringan dan membawanya ke hati untuk dikeluarkan lewat empedu. Di dalam usus halus, asam empedu akan direabsorbsi dan dimasukkan kedalam sirkulasi untuk mengulangi siklus (jalur endogen).

Asupan tinggi lemak adalah asupan makanan yang mengandung kadar lemak melebihi kebutuhan berdasarkan usia. Diet yang direkomendasikan adalah asupan lemak ≤ 30% total energi dan tidak kurang dari 20% total energi (Williams CL & Deckelbaum R, 2003). Eckel (1997) menyatakan bahwa konsumsi makanan dengan kadar kolesterol tinggi akan menyebabkan peningkatan kadar kolesterol darah. Asupan makanan tinggi kolesterol (kolesterol dietetik) akan mengakibatkan kadar kolesterol dalam hati meningkat, sehingga hati mempunyai cukup kadar kolesterol dan akan menghentikan pengambilan kolesterol LDL. Kolesterol LDL yang tinggi dalam darah akan sangat mudah berubah bentuk dan sifatnya sehingga akan dianggap sebagai benda asing oleh tubuh dan akan difagositosis oleh sel-sel makrofag. Sel makrofag ini kemudian akan berubah menjadi sel-sel busa (foam cell) yang dapat mengendap pada lapisan dinding pembuluh darah arteri dan membentuk sumbatan-sumbatan. Proses penyumbatan ini kemudian dikenal sebagai aterosklerosis (Eckel, 1997).

b. Aktivitas fisik

Penelitian mengenai hubungan aktivitas fisik dengan kadar profil lipid darah juga telah banyak dilakukan. Di Jepang, dilakukan penelitian yang membandingkan antara kelompok yang melakukan aktivitas fisik yang teratur dan kelompok yang lebih banyak duduk. Pada kelompok dengan aktivitas fisik yang teratur,


(36)

commit to user

didapatkan kadar trigliserida yang lebih rendah dan kolesterol HDL yang lebih tinggi dibandingkan kelompok yang lebih banyak duduk (Hsieh dkk, 1998). Kadar profil lipid yang ditemukan pada masa anak-anak cenderung menetap

sampai dewasa, hal ini dibuktikan oleh The Bogalusa Heart Study yang melaporkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kadar profil lipid semasa kanak-kanak dengan profil lipid di masa dewasa terutama untuk kadar kolesterol total dan LDL. Kolesterol LDL merupakan prediktor yang paling kuat terhadap kemungkinan dislipidemia dimasa dewasa (Freedman, 1999).

c. Genetik

Dislipidemia primer adalah keadaan peningkatan kadar lemak darah yang tidak ada hubungannya dengan penyakit lain (herediter). Hiperkolesterolemia familial ada dua macam yaitu homozygot dan heterozygot (Newburger JW, 1992).

d. Distribusi lemak tubuh

Peningkatan konsentrasi insulin akibat resistensi insulin pada obesitas mempengaruhi aktifitas lipase hati dan lipoprotein lipase, keduanya berperan dalam metabolisme kolesterol. Penurunan aktifitas lipoprotein lipase dan peningkatan lipase hati mengakibatkan penurunan maturasi dan peningkatan katabolisme kolesterol (Goran & Gower, 1999). Selain itu, resistensi insulin akan mengakibatkan disfungsi endotel dan mengawali semua penyakit metabolik dan vaskuler pada obesitas. Disfungsi endotel seperti yang terjadi pada obesitas ini dipertimbangkan sebagai salah satu elemen kunci berkembangnya aterosklerosis yang dapat memicu terjadinya penyakit kardivaskuler. Menurut Daniels dkk (1998), kadar insulin yang tinggi mempunyai hubungan yang kuat dengan IMT.


(37)

commit to user

20

Anak dengan IMT > persentil ke-95, 40% diantaranya mempunyai kadar insulin tinggi dan 15% mempunyai kadar kolesterol HDL yang rendah.

Profil lipid darah anak obesitas cenderung menyerupai profil lipid penderita penyakit kardiovaskuler yaitu meliputi peningkatan kadar kolesterol LDL ( low-density lipoprotein), trigliserida, kadar insulin dan penurunan kadar kolesterol HDL (high-density lipoprotein), sehingga anak obesitas memiliki risiko sebesar 1.7-2.6 kali untuk mendapatkan penyakit kardiovaskuler di usia dewasa (Sjarif, 2003; Martuti dkk, 2008). Menurut Vague (1956), faktor risiko penyakit kardiovaskuler seperti dislipidemia berhubungan erat dengan perbedaan morfologi tubuh atau tipe distribusi lemak. Penelitian lain menyatakan bahwa obesitas tubuh bagian atas berhubungan lebih kuat berhubungan dengan hipertensi, dislipidemia, diabetes melitus, hiperinsulinemia, dan gout daripada obesitas tubuh bagian bawah (Hirschle dkk, 2005; Ben-Noun & A Laor, 2006). Obesitas bagian atas dapat dinilai dengan berbagai metode seperti lingkar pinggang dan lingkar leher (Nafiu dkk, 2010).

8. Lingkar leher sebagai prediktor dislipidemia

The Bogalusa Heart Study menunjukkan bahwa distribusi lemak yang ditentukan dengan cara mengukur lingkar pinggang pada anak-anak usia 5-17 tahun berhubungan dengan kadar trigliserida, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan insulin yang abnormal

(Freedman, 1999; Hirschler V, 2005). Pengukuran lingkar pinggang, meskipun

terbukti berhubungan erat dengan faktor risiko penyakit kardiovaskuler dan terbukti mudah dilakukan, ternyata masih memiliki beberapa kelemahan yaitu antara lain: pengukuran yang cukup memakan banyak waktu, dipengaruhi oleh budaya dan


(38)

commit to user

musim, serta dipengaruhi oleh perubahan besarnya perut postprandial dan harus dilakukan pada akhir ekspirasi maksimal. Oleh karena itu, pengukuran lingkar pinggang tidak dapat dilakukan di tempat pelayanan kesehatan tertentu (Nafiu dkk, 2010).

Lingkar leher merupakan metode pengukuran distribusi lemak tubuh bagian atas baru yang akhir-akhir ini mulai dikembangkan untuk menggantikan pengukuran lingkar pinggang, baik sebagai alat skrining obesitas maupun korelasinya terhadap faktor risiko penyakit kardiovaskuler. Metode yang digunakan cukup sederhana, murah, cepat dan mudah digunakan serta tidak dipengaruhi oleh perubahan anatomi tubuh postpandrial maupun akhir ekspirasi maksimal seperti halnya pengukuran dengan lingkar pinggang (Nafiu dkk, 2010). Penelitian Nafiu dkk (2010) di Michigan, Amerika Serikat pada anak-anak usia 6-18 tahun mendapatkan ukuran lingkar leher sebesar 28.5-39.8 cm mengindikasikan IMT tinggi pada anak laki-laki dan sebesar 27-34.6 cm untuk anak perempuan.

Lingkar leher berkorelasi dengan IMT. Pengukuran lingkar leher sudah menjadi alat skrining yang mudah dan hemat waktu untuk mengidentifikasi obesitas secara individual pada subyek dewasa. Lingkar leher juga merupakan alat ukur lemak subkutan yang telah dibuktikan berhubungan dengan lemak visceral pada obesitas sentral dan faktor risiko penyakit kardiovaskuler seperti dislipidemia (Ben-Noun & A Laor, 2006).


(39)

commit to user

22

B. Kerangka konsep

Gambar 3. Bagan kerangka konsep

: Lingkup penelitian

Keterangan kerangka konsep:

Penyebab obesitas adalah multifaktorial. Obesitas diduga terjadi akibat interaksi antara penyebab yang tidak dapat diubah yaitu faktor genetik dan penyebab yang dapat diubah yaitu faktor lingkungan (pola hidup) seperti asupan makanan yang tinggi lemak dan aktivitas fisik yang rendah. Dengan kata lain, obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi, sehingga terjadi kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Distribusi jaringan

Genetik

Obesitas

Aktivitas fisik

Distribusi lemak tubuh atas:

Lingkar pinggang

Lingkar leher

Asupan lemak DISLIPIDEMIA

Resistensi insulin & leptin

↓ Aktivitas lipoprotein lipase

& lipase hati ↑

↓ Maturasi & katabolisme kolesterol ↑


(40)

commit to user

lemak tubuh dibagi menjadi dua, yaitu tubuh bagian atas dan bawah. Adanya timbunan lemak pada obesitas menyebabkan terjadinya resistensi insulin yang akan menyebabkan terjadinya penurunan aktivitas lipoprotein lipase dan peningkatan lipase hati yang akan mengakibatkan penurunan maturasi dan peningkatan katabolisme kolesterol sehingga memicunya terjadinya dislipidemia. Distribusi lemak tubuh bagian atas diduga lebih berhubungan dengan dislipidemia sebagai salah satu faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler di masa selanjutnya. Distribusi lemak tubuh bagian atas dapat diukur dengan berbagai cara, salah satunya yaitu dengan mengukur lingkar leher. Selain dipengaruhi oleh distribusi lemak tubuh, dislipidemia juga dipengaruhi secara langsung oleh aktivitas fisik yang rendah dan asupan tinggi lemak.

C. Hipotesis

Lingkar leher dapat digunakan sebagai prediktor dislipidemia pada anak obesitas usia sekolah dasar.


(41)

commit to user

24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang untuk mengetahui dan menganalisis ukuran lingkar leher anak obese usia sekolah dasar sebagai prediktor dislipidemia.

B. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di 2 (dua) sekolah dasar di Surakarta pada bulan Nopember 2011-Maret 2012.

C. Populasi

1. Populasi target pada penelitian ini adalah semua anak obese usia 6-12 tahun 2. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah anak obese usia 6-12 tahun di

sekolah dasar di Surakarta.

D. Sampel dan cara pemilihan sampel

Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara consecutive sampling di sekolah dasar di Surakarta. Sampel dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.

1. Kriteria inklusi

a. Semua siswa kelas 1-6 sekolah dasar yang masuk sekolah saat penelitian b. Obesitas (IMT ≥ +2 standar deviasi berdasarkanWHO reference 2007)


(42)

commit to user

2. Kriteria eksklusi

a. Anak dengan massa/tumor di leher

b. Anak menderita penyakit kronis yang telah terdiagnosis oleh dokter (TBC, diabetes melitus, penyakit jantung, penyakit hati kronis, penyakit ginjal kronis, hipo/hipertiroidisme), atau sedang dalam program terapi dan diet khusus sebagai bagian dari terapi penyakit tertentu

c. Anak dengan deformitas leher

E. Besar sampel

Besar sampel dihitung berdasarkan analisis multivariat, jumlah subyek yang dianggap memadai adalah berkisar antara 15-20 kali jumlah variabel bebas. Variabel bebas pada penelitian ini ada 3 yaitu: lingkar leher, aktivitas fisik, dan asupan lemak. Jumlah subyek yang diperlukan adalah 45 sampai dengan 60 subyek penelitian (Madiyono dkk, 2002; Murti, 2010).

F. Identifikasi variabel penelitian

1. Variabel bebas adalah lingkar leher 2. Variabel tergantung adalah dislipidemia

3. Variabel perancu adalah aktivitas fisik dan asupan lemak

G. Definisi operasional 1. Lingkar leher

a. Definisi: lingkar leher adalah timbunan lemak subkutan di sekitar leher dan merupakan salah satu alat ukur lemak tubuh bagian atas (Nafiu dkk, 2010).


(43)

commit to user

26

b. Alat ukur: pita pengukur yang tidak fleksibel merk Butterfly dengan ketelitian 0.1 cm.

c. Satuan: cm.

d. Cara: anak berdiri dengan kepala tegak, lingkar leher diukur sejajar dengan tulang rawan tiroid. Pengukuran dilakukan 2 kali dan diambil rata-ratanya (Nafiu dkk, 2010).

e. Skala data: data dinyatakan dalam skala rasio kemudian diubah menjadi skala nominal (lingkar leher tinggi dan rendah) berdasarkan titik potong yang telah ditentukan menggunakan kurva ROC.

f. Pelaksana: Dokter PPDS I Ilmu Kesehatan Anak FK UNS/RSUD Dr. Moewardi dibantu dokter muda.

2. Dislipidemia

a. Definisi: dislipidemia adalah hiperkolesterolemia dengan kadar kolesterol total ≥ 200 mg/dl dan/atau hiper-LDL kolesterolemia dengan kadar ≥ 130 mg/dl dan/atau hipo-HDL kolesterololemia dengan kadar < 35 mg/dl dan/atau hipertrigliseridemia dengan kadar trigliserida ≥ 100 mg/dl untuk usia < 10 tahun dan kadar trigliserida ≥ 130 mg/dl untuk anak usia lebih dari 10 tahun (Committee on Nutrition of the American Academy Pediatrics, 1998).

b. Alat ukur: Spektrofotometer.

c. Satuan: masing-masing komponen profil lipid dinyatakan dalam mg/dl.

d. Cara: sampel darah vena diambil sebanyak 5 ml setelah anak berpuasa kurang lebih 12 jam, selanjutnya di laboratorium Prodia 200 μl serum darah dicampur dengan 500 μl pereaksi prepitasi. Kemudian campuran diinkubasi pada suhu


(44)

commit to user

37oC selama 5 menit dan diabsorbansi pada panjang gelombang 500 nm menggunakan spektrofotometer.

e. Skala data: skala nominal.

f. Pelaksana: petugas laboratorium Prodia Surakarta.

3. Obesitas

a. Definisi: obesitas adalah suatu kelainan yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Kriteria obesitas ditentukan berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) yaitu berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2). Anak usia antara 5-19 tahun dikatakan obesitas menurut kurva WHO reference 2007 bila IMT ≥ +2 standar deviasi (Sjarif, 2011).

b. Alat ukur: berat badan diukur dengan menggunakan alat timbangan internasional merk Secca yang telah ditera dengan kapasitas maksimal 160 kg dan ketelitian 0.1 kg. Pengukuran tinggi badan dengan menggunakan alat microtoise yang sudah ditera untuk mengukur tinggi badan dengan kapasitas maksimal 200 cm dengan ketelitian 0.1 cm.

c. Satuan: IMT dinyatakan dalam satuan kg/m2.

d. Cara: untuk menentukan berat badan, anak ditimbang tanpa sepatu, kaos kaki dan ikat pinggang, angka dibaca dalam kilogram, pengukuran dilakukan sebanyak 2 kali dan diambil rata-ratanya. Pengukuran tinggi badan dilakukan tanpa sepatu, saat pengukuran kedua tumit merapat, tumit anak, pantat, bahu dan kepala menempel pada tembok. Pengukuran dilakukan 2 kali dan diambil rata-ratanya (Sjarif, 2011).


(45)

commit to user

28

e. Skala data: skala rasio

f. Pelaksana: Dokter PPDS I Ilmu Kesehatan Anak FK UNS/RSUD Dr. Moewardi dibantu dokter muda.

4. Asupan lemak

a. Definisi: asupan tinggi lemak adalah asupan makanan yang mengandung kadar lemak melebihi kebutuhan berdasarkan usia. Diet yang direkomendasikan adalah asupan lemak ≤ 30% total energi dan tidak kurang dari 20% total energi (Williams CL & Deckelbaum R, 2003).

b. Alat ukur: angket asupan makanan dengan metode recall diet, yaitu metode yang dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi pada suatu periode (24 jam) selama 3 hari berturut-turut termasuk hari libur. Selanjutnya ditentukan kandungan lemak yang dikonsumsi subyek dengan menggunakan perangkat lunak Nutriesurvey2005.

c. Satuan: kkal/hari, selanjutnya dinyatakan dalam persen (%) total energi d. Cara: angket berisi asupan makanan diisi oleh subyek penelitian selama 3 hari

berturut-turut sejak angket dibagikan (meliputi hari sekolah dan hari libur). Selanjutnya angket dikumpulkan dan data yang didapat diolah dengan perangkat lunak khusus software Nutriesurvey2005. Kategori dibagi menjadi asupan lemak tinggi jika asupan lemak ≥ 30% total energi dan rendah jika asupan lemak < 30% total energi .

e. Skala data: Skala nominal


(46)

commit to user

5. Aktivitas fisik

a. Definisi: aktivitas fisik didefinisikan sebagai setiap pergerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang menghasilkan energy expenditure melebihi resting expenditure atau semua aktivitas fisik yang biasa dilakukan sehari-hari oleh subyek termasuk olahraga (Thompson, 2003).

b. Alat Ukur: angket CLASS (Childrens Leisure Activities Study Survey) yang telah dimodifikasi.

c. Satuan: METs

d. Cara: Kuesioner akan diisi oleh subyek penelitian di lembar angket yang telah disediakan. Klasifikasi berdasarkan nilai METs (metabolic equivalents) (Physical Activity Guidelines Advisory Committee, 2008). Ada beberapa klasifikasi berdasarkan nilai METs, antara lain (Thompson, 2003): vigorous adalah anak yang berpartisipasi dalam aktivitas vigorous (dengan METs ≥ 6 dan membutuhkan membutuhkan penggunaan otot-otot besar secara ritmis) paling sedikit 3 kali per minggu dengan waktu paling sedikit 20 menit per sesi, adekuat adalah anak yang berpartisipasi paling sedikit 3 jam atau aktivitas sedang paling sedikit 5 sesi dalam 1 minggu atau paling sedikit 3.5 METs, dan inadekuat jika tidak termasuk 2 kategori di atas. Kategori vigorous dan adekuat dikelompokkan sebagai aktif dan kategori inadekuat dikelompokkan sebagai tidak aktif.

e. Skala data: skala nominal

f. Pelaksana: Dokter PPDS I Ilmu Kesehatan Anak FK UNS/RSUD Dr. Moewardi dibantu dokter muda.


(47)

commit to user

30

6. Usia

Anak yang dipilih adalah anak yang berusia 6 sampai dengan 12 tahun dan dinyatakan dalam bulan. Usia 6-12 tahun dipilih karena masa ini merupakan periode rebound adiposity, yaitu masa kritis terjadinya peningkatan penimbunan lemak yang akan menentukan obesitas beserta komplikasinya dimasa dewasa (Dietz, 1998).

7. Sekolah dasar

Sekolah dasar sebagai tempat dilakukannya penelitian dipilih berdasarkan letak sekolah yang mudah dijangkau peneliti dan kesediaan pihak sekolah untuk mengikuti penelitian (Sastroasmoro dkk, 2008).

H. Izin subyek penelitian

Penelitian ini dilakukan atas persetujuan orangtua/wali dengan cara menandatangani informed consent. Orangtua/wali sebelumnya diberikan penjelasan mengenai tujuan dan manfaat dari penelitian. Penelitian juga mendapatkan ijin dari komisi etik penelitian fakultas kedokteran Universitas Sebelas Maret/ RSUD Dr. Moewardi.


(48)

commit to user

I. Alur penelitian

Gambar 4. Bagan alur penelitian

Keterangan:

Semua murid dari 2 (dua) sekolah dasar di Surakarta yang terpilih diperiksa oleh tim peneliti yang terdiri dari dokter PPDS I Ilmu Kesehatan Anak FK UNS/RSUD Dr.Moewardi dan koass/dokter muda dari FK UNS/RSUD Dr.Moewardi meliputi anamnesis, pemeriksaan fisis, serta pemeriksaan antropometri. Murid-murid dengan status gizi obesitas (ditetapkan berdasarkan IMT dari WHO references 2007), dari anamnesis didapatkan sedang tidak menderita penyakit tertentu seperti diabetes melitus, kelainan jantung, kelainan ginjal, kelainan hati kronik atau mengkonsumsi

Murid sekolah dasar di Surakarta

Pengambilan darah untuk pemeriksaan kolesterol total, LDL kolesterol, HDL kolesterol, dan trigliserida serum oleh petugas laboratorium Prodia Surakarta

Pengukuran lingkar leher anak obese oleh tim peneliti

Seleksi oleh tim peneliti meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pengukuran berat badan dan tinggi badan semua murid sekolah dasar

Pengolahan dan analisis data

Kriteria eksklusi Kriteria inklusi

Pembagian kuesioner asupan makanan dan aktivitas fisik oleh tim peneliti


(49)

commit to user

32

obat-obatan khusus, dan dari pemeriksaan fisis tidak ditemukan adanya deformitas leher, massa atau tumor leher, diberikan surat keterangan (informed consent) kepada orangtua. Informed consent berisi keterangan mengenai penelitian yang sedang dilakukan beserta lembar persetujuan untuk dilibatkan dalam penelitian. Setelah orangtua menyetujui dan menandatangani informed consent maka anak-anak obese yang memenuhi kriteria inklusi dimasukkan sebagai subyek penelitian dan yang tidak memenuhi criteria dikeluarkan dari subyek penelitian. Selanjutnya, semua subyek penelitian akan diukur lingkar lehernya oleh tim peneliti yang sama dan diambil darahnya untuk pemeriksaan profil lipid serum oleh petugas dari laboratorium Prodia Surakarta (sebelumnya berpuasa 12 jam). Subyek penelitian diberikan lembar angket yang berisi data pribadi dan riwayat penyakit dalam keluarga, asupan makanan selama 3 hari berturut-turut (termasuk hari libur), serta aktivitas fisik selama 1 minggu. Pada hari yang telah ditentukan, angket dikumpulkan oleh tim peneliti dibantu oleh guru wali kelas masing-masing subyek penelitian. Data asupan makanan diolah menggunakan perangkat lunak Nutriesurvey 2005 oleh analis gizi dari Instalasi gizi RSUD Dr. Moewardi dan data aktivitas fisik dinilai oleh peneliti. Selanjutnya, data dianalisis secara statistik menggunakan program SPSS 17.0.

J. Pengolahan data

Data yang didapatkan diolah dan dianalisis menggunakan program SPSS 17.0. Variabel karakteristik dasar disajikan dalam rerata (standar deviasi) jika distribusi data normal atau median jika distribusi data tidak normal. Titik potong (cut off point) lingkar leher anak-anak obese yang mengalami dislipidemia ditentukan dengan kurva ROC (Receiver Operator Curve). Titik potong lingkar leher yang dipilih adalah titik


(50)

commit to user

yang memiliki sensitivitas tinggi dengan area under curve (AUC) yang paling lebar karena penelitian ini merupakan uji diagnostik untuk skrining. Setelah ditentukan titik potong ukuran lingkar leher, maka variabel lingkar leher dengan skala data rasio diubah dan dikategorikan dalam skala nominal menjadi lingkar leher tinggi jika ukuran lingkar leher > titik potong dan lingkar leher rendah jika < titik potong.

Analisis variabel bebas terhadap variabel tergantung masing-masing dilakukan secara bivariat antara lain menggunakan uji hipotesis komparatif variabel numerik dua kelompok tidak berpasangan yaitu uji t tidak berpasangan atau uji Mann-Whitney untuk variabel bebas yang memiliki skala rasio seperti lingkar leher terhadap dislipidemia dan analisis bivariat dengan uji hipotesis komparatif variabel kategorik tidak berpasangan yaitu uji Chi-Square atau uji Fisher untuk asupan makanan terhadap dislipidemia, aktivitas fisik terhadap dislipidemia serta lingkar leher (skala nominal) terhadap dislipidemia. Selanjutnya, apabila didapatkan hubungan yang bermakna secara statistik (p < 0.05) antara masing-masing variabel bebas dan tergantung, dilakukan analisis pengaruhnya bersama-sama terhadap dislipidemia secara multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik. Semua hasil ditampilkan dalam odds ratio (OR) dengan interval kepercayaan (IK) 95% (Sastroasmoro dkk, 2008; Dahlan MS, 2012).


(51)

commit to user

34

K. Jadwal kegiatan

Tabel 4. Jadwal kegiatan

KEGIATAN

WAKTU

Maret 2011

April-Des 2011

Jan-Maret

2012

April-Okt 2012

Maret 2013 Seminar proposal

Perijinan & survey lapangan Pengumpulan data

Pengolahan data Penyusunan laporan Ujian tesis


(52)

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Karakteristik data dasar

Sebanyak 50 subyek memenuhi kriteria penelitian yang terdiri dari 28 (56%) anak laki-laki dan 22 (44%) anak perempuan, dengan rerata (SD) umur subyek berturut-turut adalah 113.9 (17.65) bulan dan 114.3 (19.99) bulan. Anak obese laki-laki dengan asupan tinggi lemak sebanyak 18 anak (64.3%) dan anak perempuan dengan asupan tinggi lemak sebanyak 15 anak (68.2%). Dua belas anak laki-laki (42.9%) dan 10 anak perempuan (45.5%) memiliki aktivitas fisik yang rendah. Usia, asupan lemak, aktivitas fisik, dan data demografik semua subyek adalah homogen.

Rerata (SD) berat badan anak laki-laki adalah 53.2 kg (12.75) dan median tinggi badan adalah 144.5 cm. Rerata (SD) berat badan anak perempuan adalah 49.0 kg (11.40) dan median tinggi badan adalah 149.2 cm. Median IMT anak laki-laki adalah 25.2 dan anak perempuan adalah 22.9 dengan nilai p = 0.044. Lingkar leher anak laki-laki berkisar antara 31-38 cm (median = 34 cm), sedangkan lingkar leher anak perempuan berkisar antara 28-40 cm (median = 32 cm) dengan nilai p = 0.020. Karakteristik dasar subyek penelitian tertera pada tabel 2.

Rerata (SD) kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL dan trigliserida anak laki-laki berturut-turut sebesar 183.8 mg/dl (34.77), 122.2 mg/dl (26.26), 47.2 mg/dl (5.77), dan 134.0 mg/dl (57.06). Sedangkan pada anak perempuan masing-masing sebesar 190 mg/dl (30.08), 125.9 mg/dl (2.29), 49.1 mg/dl (7.84), dan 134.7


(53)

commit to user

36

mg/dl (49.27). Secara statistik tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara kadar profil lipid subyek laki-laki dan perempuan.

Tabel 2. Karakteristik dasar subyek penelitian

Karakteristik Laki-laki

(n=28)

Perempuan (n=22)

p

Usia, bulan, rata-rata (SD) 113.9 (17.65) 114.3 (19.99) 0.943 Berat badan, kg, rata-rata (SD) 53.2 (12.75) 49.0 (11.40) 0.230

Tinggi badan, cm, median 144.5 149.2 0.970

IMT, kg/m2, median 25.2 22.9 0.044*

Lingkar leher, cm, median 34 32 0.020*

Tekanan darah sistolik, mmHg, median 110 110 0.803 Tekanan darah diastolik, mmHg, median 70 70 0.676 Kadar kolesterol total, mg/dl, rata-rata (SD) 183.8 (34.77) 190.0 (30.08) 0.507 Kadar kolesterol LDL, mg/dl, rata-rata (SD) 122.2 (26.26) 125.9 (2.,29) 0.618 Kadar kolesterol HDL, mg/dl, rata-rata (SD) 47.2 (5.77) 49.1 (7.84) 0.326 Kadar trigliserida, mg/dl, rata-rata (SD) 134.0 (57.06) 134.7 (49.27) 0.967 Asupan lemak, g/hari, rata-rata (SD) 42.8 (11.59) 39.7 (12.67) 0.381 Asupan tinggi lemak, n, % 18 (64.3) 15 (68.2) 0.773 Aktifitas fisik rendah, n,% 12 (42.9) 10 (45.5) 0.854 Pendidikan Ayah, n, %

- SMA - D3 - S1 - S2 7 (25.0) 3 (10.7) 12 (42.9) 6 (21.4) 6 (27.3) 2 (9.1) 13 (59.1) 1 (4.5) 0.874

Pekerjaan Ayah, n, % - PNS - Swasta - Lain-lain 8 (28.6) 17 (60.7) 3 (10.7) 2 (9.1) 19 (86.4) 1 (4.5) 0.738

Pendidikan Ibu, n, % - SMA - D3 - S1 - S2 10 (35.7) 6 (21.4) 10 (35.7) 2 (7.1) 8 (36.4) 5 (22.7) 8 (36.4) 1 (4.5) 1.000

Pekerjaan Ibu, n, % - PNS - Swasta

- Ibu rumah tangga - Lain-lain 5 (17.9) 10 (35.7) 12 (42.9) 1 (3.6) 3 (13.6) 8 (36.4) 11 (50.0) 0 (0.0) 1.000

Penghasilan keluarga, n, % - < Rp. 1.000.000,-

- Rp. 1.000.000,- s/d Rp. 4.000.000,- - > Rp. 4.000.000,-

0 (0.0) 19 (67.9) 9 (2.1) 1 (4.5) 17 (77.3) 4 (18.2) 0.907

Riwayat penyakit keluarga, n, % - Diabetes mellitus - Hipertensi - Penyakit jantung - Stroke - Dislipidemia - Obesitas 3 (10.7) 5 (17.9) 2 (7.1) 1 (3.6) 9 (32.1) 12 (42.9) 3 (13.6) 8 (36.4) 4 (18.2) 2 (9.1) 10 (45.5) 12 (54.6) 1.000 0.139 0.385 0.576 0.336 0.955 * p < 0.05


(54)

commit to user

Prevalensi kadar profil lipid abnormal pada anak obese tertera pada tabel 3. Duapuluh satu (75%) anak laki-laki obese dan 19 (86.4%) anak perempuan obese mengalami dislipidemia yang terdiri dari hiperkolesterolemia dan/atau hipertrigliseridemia dan/atau hiper-LDL kolesterolemia dan/atau hipo-HDL kolesterolemia, namun perbedaan ini secara statistik tidak berbeda bermakna dengan p = 0.391.

Tabel 3. Prevalensi dislipidemia pada anak obese

Profil lipid serum Laki-laki (n=28) Perempuan (n=22) p

Dislipidemia (n,%) 21 (75.0) 19 (86.4) 0.391

Hiperkolesterolemia (n,%) 8 (28.6) 7 (31.8) 0.804 Hiper-LDL kolesterolemia (n,%) 9 (32.1) 8 (36.4) 0.754 Hipo-HDL kolesterolemia (n,%) 2 (7.1) 3 (13.6) 0.643 Hipertrigliseridemia (n,%) 19 (67.9) 15 (68.2) 0.981

2. Nilai sensitivitas, spesifisitas, dan area under curve ukuran lingkar leher terhadap dislipidemia

Hasil uji diagnostik lingkar leher terhadap dislipidemia pada subyek anak laki-laki dengan beberapa titik potong (cut-off point) ukuran lingkar leher dapat dilihat pada tabel 4. Titik potong ukuran lingkar leher 31.5 cm menunjukkan hasil yang paling baik karena area under curve-nya (AUC) cukup luas yaitu 0.685 (gambar 5) dengan sensitivitas 95.2%, spesifisitas 28.6%, nilai duga positif (NDP) 80.0%, nilai duga negatif (NDN) 66.7%, rasio kemungkinan (RK) positif 1.3 dan RK negatif 0.2. Selanjutnya, lingkar leher anak obese laki-laki dikategorikan menjadi lingkar leher tinggi jika > 31.5 cm dan lingkar leher rendah jika < 31.5 cm.


(55)

commit to user

38

Tabel 4. Titik potonglingkar leher anak laki-laki

Titik potong lingkar leher (cm) Sensitivitas Spesifitas AUC

30.0 100% 0% 0.745

31.5 95.2% 28.6% 0.685

32.5 76.2% 71.4% 0.453

33.5 71.4% 71.4% 0.483

34.5 57.1% 85.7% 0.083

35.5 52.4% 85.7% 0.091

Gambar 5. Kurva ROC lingkar leher anak laki-laki obese dengan titik potong ≥ 31.5 cm

Hasil uji diagnostik lingkar leher terhadap dislipidemia pada anak perempuan dengan beberapa titik potong ukuranlingkar leher dapat dilihat pada tabel 5. Ukuran lingkar leher anak perempuan sebesar 30.5 cm ditetapkan sebagai titik potong dengan area under curve paling luas yaitu 0.797 (gambar 6), sensitivitas 84.2%, spesifisitas 33.3%, NDP 88.8%, NDN 25.0%, RK positif 1.3 dan RK negatif 0.5. Selanjutnya,


(56)

commit to user

lingkar leher anak obese perempuan dikategorikan menjadi lingkar leher tinggi jika > 30.5 cm dan lingkar leher rendah jika < 30.5 cm.

Tabel 5. Titik potonglingkar leher anak perempuan

Titik potong lingkar leher (cm) Sensitivitas Spesifitas AUC

27.0 100% 0% 0.404

29.0 89.5% 0% 0.549

30.5 84.2% 33.3% 0.797

31.5 52.6% 33.3% 0.325

33.0 31.6% 33.3% 0.600

35.0 15.8% 66.7% 0.667

Gambar 6. Kurva ROC lingkar leher anak perempuan obese dengan titik potong ≥ 30.5 cm


(1)

commit to user

satunya menjadi trigliserida, selain itu trigliserida juga disintesis dari karbohidrat di dalam hati. Selanjutnya sebagian besar trigliserida akan disimpan dalam jaringan lemak di seluruh tubuh (Harrow B dkk, 1982).

Dislipidemia adalah perubahan kadar profil lipid darah, baik meningkat (kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL) atau menurun (kolesterol HDL). Terjadinya dislipidemia dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain obesitas, asupan tinggi lemak, aktivitas fisik rendah, dan genetik. Pada penelitian ini, asupan tinggi lemak bukan merupakan faktor risiko terjadinya dislipidemia. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ahlian (2005) yang menyatakan bahwa asupan lemak tinggi bukan merupakan faktor risiko terjadinya dislipidemia pada anak obese. Padahal sebaliknya, Waspadji (2003) berpendapat bahwa orang dewasa dengan asupan tinggi lemak memiliki risiko 2.85 kali menderita dislipidemia dibandingkan dengan orang dengan asupan lemak normal. Hal senada juga disampaikan oleh Eckel (1997), yaitu konsumsi makanan dengan kadar kolesterol tinggi akan menyebabkan peningkatan kadar kolesterol darah.

Aktivitas fisik rendah ternyata juga bukan faktor risiko terjadinya dislipidemia. Hasil ini sesuai dengan Kelley & Kelley (2008) dalam suatu penelitian meta-analisis yang menyimpulkan bahwa aktivitas fisik tidak berhubungan dengan perubahan kadar profil lipid darah baik kolesterol LDL maupun kolesterol HDL. Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian lain yang menyatakan bahwa aktivitas fisik berhubungan

dengan menurunnya risiko terjadinya hipo-HDL kolesterolemia dan

hipertrigliseridemia (Leblanc dkk, 2010).

Secara umum, dislipidemia banyak dihubungkan dengan tingginya timbunan lemak visceral tubuh seperti yang terjadi pada obesitas. Namun, akhir-akhir ini dislipidemia lebih cenderung dihubungkan dengan distribusi lemak tubuh khususnya


(2)

commit to user

lemak tubuh bagian atas (Fox dkk, 2007; Grunfeld dkk, 2007; Jensen, 2008). Seperti halnya jaringan lemak tubuh visceral, tingginya timbunan jaringan lemak subkutan yang terdistribusi di tubuh bagian atas juga berhubungan dengan dislipidemia khususnya hiper-LDL kolesterolemia dan hipo-HDL kolesterolemia. (Wohl dkk, 2008). Mekanismenya telah dijelaskan dalam sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa lemak subkutan tubuh bagian atas ternyata lebih banyak melepaskan asam lemak bebas secara sistemik dibandingkan lemak tubuh visceral, terutama pada individu dengan obesitas (Nielsen dkk, 2004).

Jaringan lemak subkutan secara tidak langsung dapat ditentukan dengan menggunakan ukuran lingkar leher karena lingkar leher telah terbukti berkorelasi positif dengan pengukuran lemak subkutan leher obyektif yaitu MRI (Wohl dkk, 2008; Grunfeld dkk, 2007). Oleh karena ukuran lingkar leher dapat menggambarkan lemak subkutan tubuh bagian atas dan distribusi lemak tubuh bagian atas berkorelasi dengan faktor risiko penyakit kardiovaskuler, maka lingkar leher mulai diteliti sebagai alat prediktor adanya risiko penyakit kardiovaskuler seperti dislipidemia pada obesitas.

Titik potong ukuran lingkar leher anak-anak dengan obesitas untuk mengkategorikan kelompok dengan faktor risiko dislipidemia di Indonesia belum ditentukan. Rentang ukuran lingkar leher anak obese laki-laki maupun perempuan dalam penelitian ini hampir serupa dengan rentang ukuran lingkar leher anak-anak obese di Amerika Serikat, yaitu 28.5-39.0 cm untuk anak laki-laki dan 27.0-34.6 cm untuk anak perempuan (Nafiu dkk, 2010). Dalam penelitian ini, titik potong lingkar leher untuk mengkategorikan kelompok dengan faktor risiko dislipidemia ditentukan dengan menggunakan kurva ROC. Dari kurva ROC didapatkan titik potong 31.5 cm


(3)

commit to user

(sensitivitas 95.2%, spesifisitas 28.6%, dan AUC 0.685) untuk anak obese laki-laki dan 30.5 cm (sensitivitas 84.2%, spesifisitas 33.3%, dan AUC 0.797) untuk anak obese perempuan.

Adanya hubungan antara dislipidemia dan ukuran lingkar leher anak obesitas telah dibuktikan oleh Androutsos dkk (2012) yang menyatakan bahwa anak-anak obese dengan ukuran lingkar leher tertentu memiliki faktor risiko mengalami dislipidemia seperti hipo-HDL kolesterolemia dan hipertrigliseridemia. Penelitian ini juga mengemukakan hasil yang serupa yaitu lingkar leher anak obese laki-laki berhubungan bermakna dengan dislipidemia, namun lingkar leher dan dislipidemia tidak berhubungan bermakna pada anak obese perempuan. Anak obese laki-laki dengan ukuran lingkar leher tinggi cenderung berisiko mengalami 8.00 (95% IK 0.59-106.93) kali lipat menderita dislipidemia, namun hasil ini tidak bermakna secara statistik. Sedangkan, anak obese perempuan dengan lingkar leher tinggi cenderung berisiko 2.67 (95% IK 0.18-39.62) kali lipat menderita dislipidemia dibandingkan anak obese perempuan dengan lingkar leher rendah, namun secara statistik hasil ini tidak bermakna. Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah jumlah sampel dalam penelitian ini lebih sedikit daripada penelitian Androutsos dkk (2012).

Lebih tingginya risiko anak laki-laki obese dengan lingkar leher tinggi untuk menderita dislipidemia dibandingkan anak obese perempuan semakin mendukung pernyataan bahwa distribusi lemak tubuh bagian atas lebih berperan dalam timbulnya faktor-faktor risiko penyakit kardiovaskuler dibandingkan distribusi lemak tubuh bagian bawah (Boivin dkk, 2007). Distribusi lemak tubuh bagian atas banyak terdapat pada laki-laki daripada perempuan, sehingga obesitas pada laki-laki sering juga disebut obesitas tubuh bagian atas atau apple shape atau android obesity (Subardja


(4)

commit to user

dkk, 2010). Penelitian Preis, dkk (2010) pada subyek dewasa menyatakan hasil yang bertolak belakang yaitu lingkar leher pada perempuan justru lebih kuat berhubungan dengan dislipidemia daripada laki-laki. Mekanisme pastinya belum jelas, namun diduga karena pengiriman asam lemak bebas dari jaringan lemak ke jaringan hati lebih tinggi terjadi pada perempuan daripada laki-laki (Nielsen dkk, 2004).

C. Keterbatasan penelitian

Keterbatasan penelitian ini antara lain adalah jumlah sampel penelitian yang lebih sedikit dibandingkan penelitian-penelitian sebelumnya, komponen-komponen dislipidemia seperti hiperkolesterolemia, hiper-LDL kolesterolemia, hipo-HDL kolesterolemia dan hipertrigliseridemia masing-masing tidak diukur hubungannya dengan lingkar leher, desain penelitian bersifat potong lintang padahal ukuran lingkar leher diperkirakan dapat berubah sesuai masa pertumbuhan anak. Oleh karena itu, untuk masa yang akan datang perlu dilakukan suatu penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar, pengamatan yang lebih panjang untuk menganalisis hubungan antara lingkar leher dengan dislipidemia beserta komponen-komponennya.


(5)

commit to user

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Lingkar leher pada anak obese laki-laki berhubungan bermakna dengan dislipidemia, tapi lingkar leher tidak berhubungan dengan dislipidemia pada anak obese perempuan. Anak obese laki-laki dengan ukuran lingkar leher lebih dari titik potong (31.5 cm) cenderung memiliki risiko 8.00 kali menderita dislipidemia dibandingkan anak obese laki-laki dengan lingkar leher kurang dari titik potong dan anak obese perempuan dengan lingkar leher lebih dari titik potong (30.5 cm) cenderung memiliki risiko 2.67 kali menderita dislipidemia dibandingkan anak obese perempuan dengan lingkar leher lebih rendah dari titik potong, hasil ini tidak bermakna secara statistik. Jadi, berdasarkan hasil penelitian ini lingkar leher dengan titik potong yang telah ditetapkan belum dapat digunakan sebagai prediktor dislipidemia pada anak obese laki-laki dan perempuan usia sekolah dasar. Prevalensi dislipidemia pada anak obese cukup tinggi, yaitu 75% pada anak laki-laki dan 86.4% pada anak perempuan. Asupan makanan tinggi lemak dan aktivitas fisik rendah tidah berhubungan dengan dislipidemia pada anak obese.

B. Saran

Keterbatasan penelitian ini antara lain adalah jumlah sampel penelitian yang lebih sedikit dibandingkan penelitian-penelitian sebelumnya, komponen-komponen dislipidemia seperti hiperkolesterolemia, hiper-LDL kolesterolemia, hipo-HDL kolesterolemia dan hipertrigliseridemia masing-masing tidak diukur hubungannya


(6)

commit to user

dengan lingkar leher, desain penelitian bersifat potong lintang padahal ukuran lingkar leher diperkirakan dapat berubah sesuai masa pertumbuhan anak. Oleh karena itu, untuk masa yang akan datang perlu dilakukan suatu penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar, pengamatan yang lebih panjang untuk menganalisis hubungan antara lingkar leher dengan dislipidemia beserta komponen-komponennya.

C. Implikasi penelitian

Ukuran lingkar leher bukan merupakan prediktor dislipidemia bagi anak obese usia sekolah dasar, sehingga metode ini belum dapat dijadikan acuan atau protap dalam upaya preventif dan promotif permasalahan obesitas pada anak. Meskipun demikian, upaya deteksi dini kelainan profil lipid pada anak obese tetap perlu dilakukan untuk mengurangi risiko timbulnya penyakit kardiovaskuler dimasa dewasa.