BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Tonggak sejarah grup Wings dimulai pada tahun 1948, ketika Ferdinand Katuari dan Harjo Sutanto mendirikan Fa Wings dan memproduksi
sabun colek skala home industri. Pada saat itu penjualan dilakukan dengan sistem door to door. Pada tahun 1950 sabun mandi Wings pun mulai
dipasarkan.Sejak tahun 1971, perusahaan ini mulai mengembangkan diri dengan membangun beberapa perusahaan sabun dan detergen. Salah satunya
adalah detergen krim dengan merek Ekonomi. Pada tahun 1980, detergen krim dengan merek Wings Biru dan Dangdut dilepas ke pasaran.
Wings tidak berhenti sampai di sini saja. Bersama dengan sejumlah
investor termasuk Grup Salim, Wings mendirikan PT. Unggul Indah Cahaya, satu-satunya produsen alkybenzene, yaitu bahan baku dasar produk-
produk detergen, di Indonesia.Tahun 1983 Wings mendirikan PT. Multipack yang mempunyai pabrik di Jakarta, yaitu perusahaan kemasan yang
menghasilkan plastic container dan kemasan sachet. Sementara pabrik kemasan di Surabaya memproduksi kemasan dalam bentuk corrugated card
boxes.Wings menyadari pentingnya untuk menguasai industri hulu. Karena itu perusahaan ini kembali menanamkan investasi di bisnis hulu melalui PT.
Petrocentral pada tahun 1986, salah satu penyedia bahan baku yang dibutuhkan oleh Wings.
Pada tahun 1989, Wings mulai tertarik dengan bisnis keramik. Karena itulah, melalui PT. Adyabuana Persada, Wings mengeluarkan keramik
dengan merek Milan dan Hercules. Selain itu, Wings juga mendirikan Bank Ekonomi yang melayani sektor korporat. Bank ini berfungsi untuk
menyediakan kredit bagi para distributor dan agen grup Wings. Pada tahun ini juga, Wings berpatungan dengan Lion Corporation mendirikan PT. Lionindo
Jaya. Pada tahun 1990, Wings kembali memasarkan detergen batangan
dengan merek Extra Aktif dan detergen merek So Klin. Pada tahun 1991, Fa Wings berganti nama menjadi PT. Wings Surya.
Pada tahun 1995, Wings membeli lahan plantation PT. Damit Mitra Sekawan dan PT. Gawi Makmur Kalimantan. Hasil dari lahan perkebunan ini
dijadikan minyak kelapa sawityang nantinya bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku industri oleochemical. Pada tahun ini juga, Wings berpatungan dengan
Siam Cement memasuki bisnis gypsum dan semen fiber melalui PT. Siam- Indo Gypsum Industry. Merek yang dikembangkan adalah Elephant.
Karena ada kejadian krismon di Indonesia yang mengakibatkan harga detergen naik, Wings dengan mulusnya memasarkan Daia yang sukses di
pasaran. Pada tahun 1998, Wings juga mengakuisisi proyek perumahan Raffles
Hill dari pemilik PT. Gunung Subur Sentosa. Proyek seluas 145 hektare ini dilengkapi dengan country club, dengan fasilitas olahragayang lengkap
serta spa. Dengan masuknya Daia bukan berarti mematikan produk detergen Wings lainnya, So Klin. Wings juga mengeluarkan Softerner So Klin dan So
Klin Pewangi untuk mendukung produk detergen ini. Pada tahun 2000, Wings membeli saham Ecogreen Oleochemical
melalui konsorsium dengan kepemilikan mayoritas 47,7. Oleochemical merupakan bahan baku industri perawatan tubuh, sabun dan detergen,
makanan, plastik, farmasi, dan berbagai indutri lain. Pada tahun 2001, Wings mendirikan perusahaan sekuritas, EkoKapital Sekuritas yang menawarkan
jasa equty brokerage, financial advisory, serta layanan perdagangan fixed income.
Tahun 2002 Wings kembali merambah dunia properti dengan membangun Pulogadung Trade Center bersama Djarum. Pada tahun ini juga,
Wings kembali mendirikan perusahaan kemasan, PT.Unipack yang menfokuskan diri di kemasan fleksibel untuk produk personal care dan
makanan. Pada tahun 2003, Wings menantang Indofood melalui produk mie
instantnya, Mie
Sedaap yang
cukup sukses
di pasaran.
Sampai saat ini Wings telah menjadi raksasa bisnis toiletries yang disegani dan ditakuti. Bahkan Wings diperkirakan akan terus berkembang dan
melebarkan sayapnya. Saat ini Wings mempunyai 200 produk yang tersedia dengan berbagai ukuran, bungkusan, dan wewangian.
I. Strategi Perusahaan Strategi secara umum dapat digambarkan sebagai usaha atau cara-cara
tertentu yang dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. Strategi dapat diterapkan baik di tingkat corporate maupun di tingkat business unit, Robert
N.Anthony dan Govindarajan membagi tingkat strategi corporate berdasarkan identifikasiindustri yang digeluti oleh perusahaan tersebut dan membagi
strategi business unit berdasarkan kemampuannya menghasilkan return bagi perusahaan.
Sebelum memformulasikan sebuah strategi maka perlu dilakukan analisis yang baik terhadap lingkungan internal maupun eksternal perusahaan.
Lingkungan internal perusahaan dapat dianalisis melalui teknologiyang digunakan, kegiatan produksi, usaha pemasaran, distribusi barang dan
kegiatan logistik perusahaan. Lingkungan eksternal dapat dianalisis melalui pesaing, pelanggan, pemasok atau supplier, kondisi sosial ekonomi serta
politik di lingkungan perusahaan tersebut bergerak. - Lingkungan Eksternal Pesaing Pelanggan Pemasok
Leading company, seperti Unilever PG Masyarakat menengah kebawah Wings punya anak perusahaan yang khusus memasok bahan baku untuk
bisnis-bisnis yang membutuhkan bahan kimia. Analisis lingkungan terhadap Wings Group dapat dilihat dalam tabel berikut :
- Lingkungan
Internal Teknologi
Marketing Distribusi
Produksi Menggunakan teknologi terkini untuk mendukung RD dan produksi RD
yang intensif dan advertising yang provokatif mampu merebut pasar Jalur distribusi sependek mungkin, menjangkau hingga pelosok desa Toiletries,
household cleaning, makanan dan minuman Strategi yang diterapkan Grup Wings untuk corporatenya adalah
unrelated diversification, walaupun industri utamanya adalah bisnis toiletries dan personal care, namun Wings juga merambah ke bidang Agrobisnis, yaitu
membuka perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Selatan yang menyediakan bahan baku bagi sebagian besar industri kimia dasarnya. Bank dan Lembaga
Keuangan, Wings mempunyai Bank Ekonomi yang merangkul para pedagang skala kecil dan menengah. Real Estat serta Bahan Bangunan. Wings bekerja
sama dengan Grup Djarum membangun Pulo Gadung Trade Center dan mengambil alih real estat yang terbengkalai seperti Raffles Hill di Puncak,
Cibubur, Surabaya dan Cilegon. Sementara bahan bangunan yang diproduksi oleh Wings adalah Milan Ceramics, gypsum dan plester gypsum.
Sementara strategi yang diterapkan pada masing-masing business unitnya berbeda, walau pada intinya tetap mengacu pada misi perusahaan
tersebut, menghasilkan produk berkualitas istimewa dengan harga murah. Mie Sedaap dijual dengan harga murah, Rp 625-Rp 750 bungkus, tetapi
menawarkan kualitas istimewa, serta ditunjang oleh kampanye iklanyang provokatif, Mie Sedaap laku keras di pasaran. Karena banyaknya permintaan
terhadap Mie Sedaap, Wings sempat kewalahan hingga hanya bisa memenuhi 10 dari order pengecer toko. Namun kini kondisi sudah lebih baik karena
Wings sudah menambah kapasitas produksi di dua pabrik Gresik Surabaya dan Seroja Bekasi. Mie Sedaap juga bersiap meluncurkan lima varian rasa
baru, melengkapi tiga rasayang terdahulu. Walaupun sering dianggap sebagai follewer yang sukses, bahkan
dikenal sebagai perusahaan mee too, sukses Wings tentu saja didukung oleh core competency yang membedakannya dari perusahaan lain. Jaringan
distribusi yang solid, penguasaan terhadap bahan baku dan bahan setengah jadi untuk bahan dasar sabun dan detergen, serta teknologi parfum yang
disertakan dalam sabun ataupun detergen adalah core competency sekaligus kekuatan yang dimiliki oleh Wings.
Kesempatan yang dimiliki Wings untuk merebut pasar sangat besar, karena demand untuk produk kebutuhan sehari-hari fast moving consumer
goods tidak akan surut, bahkan akan terus bertambah seiring pertumbuhan penduduk.
Di samping kekuatan dalam teknologi dan jaringan distribusi, sistem organisasi yang fleksibel juga menjadi kekuatan tersendiri yang sulit dicari di
perusahaan lain. Sistem organisasi ini menentang arah sistem organisasi vertikal yang memuat birokrasi yang cenderung berbelit-belit. Sistem
organisasi yang fleksibel memungkinkan pembuatan keputusan menjadi lebih cepat, pada Wings, setiap posisi direktur memiliki kewenangan yang sama
untuk membuat keputusan penting menyangkut operasional perusahaan
sehari-hari. Sementara Board of Director yang jumlahnya 12 orang lebih berurusan dengan keputusan strategis jangka panjang.
Jika kita menilik pada model two-by-two-growth-share matrix yang dikembangkan Boston Consulting Group BCG, maka bisnis yang menjadi
tulang punggung dan cash cow nya adalah bisnis fast moving consumer goods. Industri ini perputaran uangnya sangat cepat dan kalis krisis, sehingga
pasarnya selalu terjamin. Sedangkan bisnis yang sedang naik daun atau menjadi star adalah bisnis makanan, yakni Mie Sedaap, yang dalam waktu
kurang dari setahun dari peluncuran perdana bulan April 2003 telah merebut pangsa pasar Indofood sebesar 12. Dari total pasar mie instan Rp8
triliuntahun maka Wings telah mengantongi Rp.864 miliar, angka yang sangat fantastis untuk sebuah produk baru. Sedangkan bisnis yang tergolong
dalam question mark adalah industri hulu yang berupa perkebunan kelapa sawit yang menghasilkan crude palm oil yang diekspor ke berbagai negara.
Menurut Porter, perusahaan memiliki dua cara yang umum dilakukan dalam merespon opportunity dan membangun competitive advantage, yaitu
low cost dan differentiation. Wings dikenal sebagai perusahaan follower, namun bila dilihat dari komposisi produknya, Wings selalu menambahkan
value yang membedakan produknya dengan produk pesaing, selain itu Wings selalu menjual produknya dengan harga lebih murah dari pesaing. Hal ini
mungkin terjadi akibat beban produksi yang rendah, sehingga margin bisa lebih tinggi untuk menggenjot dana promosi. Selain itu Wings juga
menerapkan strategi integrasi up stream dan down stream yang menjamin pasokan bahan baku secara kontinyu. Production house yang dibangun
khusus, distribusi produk yang dikelola sendiri termasuk kebutuhan kemasan mampu menekan biaya produksi.
Wings juga telah menerapkan value chain dalam setiap bisnisnya sejak lama, yaitu mengupayakan agar serangkaian aktifitas dalam
menghasilkan produk dari persiapan hingga after sale service berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan customer value untuk menekan biaya.
II. Behavior in Organization 1st. Concept of Goal Congruence
Goal congruence adalah proses yang berarti bahwa senua aksiaktivitas yang membawa orang supaya apa yang menjadi kepentingan pribadi juga
merupakan kepentingan perusahaan sejalan. Dua pertanyaan penting untuk mengevaluasi management control practice:
1. Aksi apa saja yang dapat memotivasi orang untuk menjadi kepentingan mereka?
2.Apakah aksi-aksi ini sesuai dengan kepentingan utama perusahaan? 2nd Informal Factors and Formal Control System.
Sistem formal dan proses informal mempengaruhi human behavior sikap manusia dalam organisasi. Supaya dapat mengimplementasikan strategi
secara efektif, mekanisme formal harus konsisten dengan informal. Rules atau peraturan adalah semua yang temasuk dalam instruksi formal dan kontrol,
termasuk: standing instructions, job description, standard operating procedures, manuals, dan masalah etis
Faktor eksternal adalah norma-norma dari sikap yang diinginkan, yang berada dalam masyarakat tempat organisasi berada.Budaya adalah
sesuatu yang sudah menjadi tradisi atau dipercaya oleh seluruh anggota organisasi sehingga menjadi biasa, antara lain: kepercayaan umum, nilai-nilai,
norma-norma, atau asumsi-asumsi. Budaya perusahaan biasanya tidak berubah untuk beberapa tahun. Biasanya, budaya organisasi juga dipengaruhi
oleh personalitas dan kebijakan CEO, dan oleh lower-level-managers pada area yang mereka kontrol.
Gaya manajemen memberikan pengaruh yang paling kuat pada management control dan yang memberi warna pada perusahaan
Informal Organisasi menggambarkan walau sudah ada struktur organisasi yang menjelaskan wewenang dan tanggung jawab, tetap saja komunikasi dan
hubungan antara semua pihak di dalam organisasi sangat berperan dalam mencapai apa yang menjadi tujuan organisasi.
3rd Types of Organization Strategi perusahaan mempunyai pengaruh penting terhadap struktur
organisasi. Sedangkan struktur organisasi akan mempengaruhi desain dari management control system.
Berdasarkan struktur organisasi, maka perusahaan dikelompokkan menjadi: a. Functional Structure
b. Business Unit Structure c. Matrix Structure
Bisnis unit adalah bentuk organisasi yang di-desain untuk menyelesaikan masalah yang melekat pada struktur yang fungsional. Sebuah Bisnis Unit,
disebut juga divisi, bertanggung jawab untuk semua fungsi, termasuk produksi dan marketing untuk spesifik product line. Manajer Bisnis Unit akan
bersikap seakan-akan unit mereka adalah perusahaan yang terpisah. Mereka bertanggung jawab atas planning dan coordinating pekerjaan-pekerjaan pada
fungsi-fungsi yang terpisah. Kinerja diukur dengan profitabilitas atas bisnis unit tersebut.
Walau manajer bisnis unit memiliki otoritas menyeluruh terhadap unit mereka, headquarters pimpinan pusat tetap memiliki hak-hak istimewa.
Setidaknya pimpinan-pusat ini bertanggung jawab atas pemberian dan penerimaan dana perusahaan secara keseluruhan, mesahkan budget, dll.
Kelebihan dan kekurangan dari struktur bisnis unit ini antara lain : Bisa dijadikan sebagai objek latihan kemampuan manajer dalam mengelola
satu bisnis perusahaan. Kedekatan bisnis unit dengan pasar, maka respons akan lebih cepat
Terjadi publikasi antar bisnis unit dengan kantor pusat Biaya operasional yang besar;
Perselisihan antar bisnis unit, dll.
WINGS Corporation PT. Sayap Mas Utama Goal Congruence
Goal atau sasaran WINGS adalah memproduksi produk-produk berkualitas internasional dengan harga ekonomis. Goal tersebut tertuang pula pada
filosofinya yaitu “Memproduksi kualitas dan kemampuan, pada kenyamanan konsumen”.
Macam-macam produk Mie Sedap : 1. Mie Sedap Goreng
2. Mie Sedap Soto 3. Mie Sedap Kari Ayam
4. Mie Sedap Kaldu Ayam 5. Mie Sedap Ayam Bawang
6. Mie Sedap Sambal Goreng
4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan Visi Perusahaan :