Peran Pemerintah dalam Pengadaan Lahan

Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida Fakultas Teknik Universitas Udayana III-7 tanaman. Sosialisasi pengadaan lahan dimana penetapan harga akan dilakukan oleh Konsultan Jasa Penilai Publik KJPP yang mempunyai kewenangan menaksir harga.

3.3. Kemungkinan Dampak Positif dan Negatif Proyek

terhadap Warga, Aset Budaya, dan Lingkungannya Setiap kegiatan pembangunan akan berdampak terhadap lingkungan, baik dampak positif maupun dampak negatif. Pengaruh dampak proyek terhadap suatu masyarakat warga yang terkena proyek ditentukan dari jenis dan besaran aset warga yang terkena proyek, di antaranya yang paling menonjol adalah nilai dan besaran fisik yang antara lain menyangkut nilai tanah, tanaman, dan bangunan yang akan ditetapkan oleh Penaksir Harga bersama warga berdasarkan besaran yang akan disepakati bersama melalui musyawarah, sedangkan lainnya berupa aset non-fisik yang secara langsung dapat dikonversi menjadi aset yang jelas mempunyai besaran yaitu penghidupan dan mata pencaharian yang hilang disebabkan oleh proyek. Secara lebih terperinci, berikut ini akan diuraikan mengenai jenis dan besaran dampak yang diperkirakan timbul akibat kegiatan pengadaan lahan bagi proyek ini: Pertama , hilangnya hak kepemilikanpenguasaan warga atas aset produktif. Pembangunan jalan ini membutuhkan lahan yang sebagian besar merupakan lahan milik warga, bukan milik negarapemerintah Kabupaten Klungkung. Dengan adanya pengambil- alihan lahan tersebut untuk kepentingan proyek melalui proses pengadaan tanah, maka secara otomatis hak kepemilikanpenguasaan warga atas seluruh lahan tersebut menjadi hilang, termasuk, hak untuk memanfaatkan aset lainnya yang melekatterkait dengan tanah tersebut. Lahan yang telah diambil alih oleh proyek tersebut, selanjutnya fungsi peruntukannyapenggunaannya akan dikonversi menjadi lahan DAMIJA daerah milik jalan untuk kegiatan lalu lintas angkutan jalan. Bagi warga yang tanahnya terkena seluruhnya atau sebagian tetapi sisa lahannya tidak dapat dimanfaatkan lagi tidak layak huni, maka warga cenderung tidak dapat memanfaatkannya lagi secara optimal. Hal ini disebabkan karena adanya peraturan sempadan jalan dan kemungkinan ditetapkannya jalur Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida Fakultas Teknik Universitas Udayana III-8 hijau. Kondisi ini tentunya merugikan masyarakat dan hendaknya menjadi perhatian Pemerintah, sehingga tidak memicu turunnya kesempatan masyarakat dalam berusaha. Kedua , gangguan terhadap mata pencaharian dan pendapatan. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa kegiatan pengadaan tanah untuk keperluan pembangunan jalan ini akan mengkonversi lahan tegalan yang dimilikidiusahakan oleh sekitar 446 pemilik tanah Dengan terkonversinya lahan tegalan tersebut menjadi badan jalan, maka hal tersebut akan mengganggu, bahkan menghilangkan, mata pencaharian PTP, yang pada gilirannya dapat menurunkan pendapatan keluarga mereka, karena lahan tersebut merupakan sumber penghidupan bagi PTP. Ketiga , kondisi sosial ekonomi penduduk dapat dilihat dari perubahan pekerjaan yang akan dilakukan setelah lahannya terkena proyek jalan. Pada Tabel 3.5 menunjukkan bahwa sebanyak 12,07 memiliki rencana untuk menggunakan sebagai tempat usaha setelah pengadaan lahan. Secara grafik dapat dilihat pada Gambar 3.4. Tabel 3.5. Rencana Penggunaan Tanah Setelah Terkena Jalan Rencana Penggunaan Lahan Jumlah orang Persentase Tempat tinggal 5 2,87 Ladang 3 1,72 Tegalan 145 83,33 Tempat Usaha 21 12,07 Jumlah 174 100 Sumber: Hasil Survei Kuesioner PTP Tahun 2015