33
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
kertas dan kertas saring dalam kurs yang sama. Masukkan filtrat ke dalam kurs, uapkan. Kemudian pijarkan hingga bobot tetap, lalu ditimbang.
Hitung kadar abu terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara. b. Kadar Air Departemen Kesehatan RI, 2000
Ekstrak ditimbang secara seksama sebanyak 1g sampai 2g dan dimasukkan ke dalam botol timbang dangkal bertutup yang sebelumnya
telah dipanaskan pada suhu 105 C selama 30 menit dan telah ditara.
Sebelum ditimbang, ekstrak diratakan dalam botol timbang dengan cara menggoyangkan botol hingga menjadi lapisan setebal kurang lebih 5mm-
10mm. Jika ekstrak yang diuji berupa ekstrak kental, ratakan dengan bantuan pengaduk. Kemudian dimasukkan ke dalam ruang pengering,
buka tutupnya, keringkan pada suhu 105 C hingga bobot tetap
3.4.5 Penyiapan Hewan Uji
Sebelum diberi perlakuan, tikus jantan galur Sprague-Dawley
diaklimatisasi di animal house Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta selama minimal 7 hari pada kondisi laboratorium agar
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Selama proses aklimatisasi, hewan uji diberi makan dan minum ad libitum dan dilakukan
pengamatan kondisi umum hewan uji serta ditimbang berat badannya. Tikus yang digunakan untuk penelitian adalah tikus yang sehat, yaitu tikus yang berat badan
selama proses aklimatisasi tidak mengalami perubahan lebih dari 10 dan secara visual memperlihatkan perilaku yang normal.
3.4.6 Pemberian Perlakuan
Penelitian ini dilakukan terhadap 24 ekor tikus jantan galur Sprague- Dawley yang dibagi menjadi 4 kelompok uji dengan perlakuan yang berbeda,
sesuai dengan jenis perlakuan yang tertera pada tabel rancangan percobaan. Ekstrak daun kelor Moringa oleifera Lam yang diberikan kepada hewan uji
disuspensikan dalam pembawa Na CMC 0,5 dan diberikan secara oral menggunakan sonde. Pemberian perlakuan diberikan selama 15 hari, satu hari
sekali setiap pagi hari.
34
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.4.7 Pengukuran Parameter Antifertilitas
1. Perhitungan konsentrasi spermatozoa Perhitungan konsentrasi spermatozoa tikus putih jantan
dilakukan dengan cara mengambil spematozoa pada kauda epididimis. Spermatozoa yang didapat diletakan dalam cawan penguap yang berisi
cairan NaCl sebanyak 500μl. Spermatozoa dimasukkan ke dalam kamar Neubauer Hemasitometer sampai kamar Neubauer terisi rata.
Jumlah spermatozoa selanjutnya dihitung pada salah satu kamar hitung Neubauer. Kemudian ditentukan pengenceran yang akan dilakukan dan
jumlah kotak yang akan dihitung, sesuai dengan jumlah spermatozoa yang telah diketahui Tabel 3.2 Ilyas, 2007.
Tabel 3.2. Pengenceran Spermatozoa dan Jumlah Kotak yang Dihitung No
Jumlah spermatozoa dalam 1 kotak
Faktor Pengenceran Kotak kecil yang dihitung
1. 40
50 kali 5
2. 15-40
20 kali 10
3. ≤15
10 kali 25
Adapun cara pengenceran spermatozoa dilakukan sesuai dengan cara yang tertera pada tabel 3.3 Ilyas, 2007.
Tabel 3.3 Cara Pengenceran Spermatozoa No.
Pengenceran Pembuatan Pengenceran
1. 50 kali
a. 980µl larutan George + 20 µl spermatozoa
b. 2.450 µl larutan George + 50µl spermatozoa
2. 20 kali
90µl larutan George + 50µl spermatozoa 3.
10 kali a. 900µl larutan George + 100 µl
spermatozoa b. 450
μl larutan George + 50μl spermatozoa
35
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Setelah pengenceran, dilakukan perhitungan spermatozoa kembali sesuai dengan jumlah kotak yang dihitung. Kemudian dilakukan
perhitungan konsentrasi spermatozoa sesuai rumus dibawah ini Ilyas, 2007.
Konsentrasi spermatozoa = n x 10.000x Fp x x vNaCl
Keterangan : n merupakan jumlah spermatozoa yang terhitung. Angka 10.000 merupakan volume kamar hitung Neubauer. Fp
menunjukkan faktor pengenceran. Angka 25 adalah total kotak kecil yang terdapat dalam kamar hitung Neubauer. k adalah kotak kecil yang dihitung
pada saat pengamatan. vNaCl merupakan volume NaCl fisiologis ml yang digunakan untuk membantu mengeluarkan spermatozoa dari kauda
epididimis. Perhitungan konsentrasi spermatozoa jutaml dapat terlihat dari tabel 3.4
berikut.
Tabel 3.4. Rumus Konsentrasi Spermatozoa No.
Jumlah Kotak yang Dihitung Rumus Konsentrasi Spermatozoa
1. 5
n x 10.000 x 50 x 5 x 0,5 2.
10 n x10.000 x 20 x 2,5 x 0,5
3. 25
n x 10.000 x 10 x 1 x 0,5
2. Pengamatan Morfologi Inversk Research et al, 2000 Sampel sperma yang digunakan untuk pengamatan morfologi
diambil dari bagian kauda epididimis. Sampel sperma selanjutnya dibuat suspensi dalam NaCl. Morfologi sperma dapat diamati pada
sediaan apus dengan pewarnaan eosin Y 1. Suspensi sperma sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Lalu, ditambahkan
2 tetes eosin Y 1 dan dikocok perlahan. Sperma selanjutnya diinkubasi pada suhu ruang kurang lebih 45-60 menit, kemudian
diresuspensikan dengan pipet tetes.
36
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pemeriksaan morfologi sperma dilakukan dengan membedakan bentuk sperma normal dan abnormal dari sperma yang diamati. Jumlah
sperma yang diamati minimal sejumlah 200. Pengamatan dilakukan di bawah mikroskop dengan perbesaran 400-1000 kali.
3. Diameter Tubulus Seminiferus Pengukuran diameter tubulus seminiferus dilakukan dengan
membuat preparat histologi testis tikus terlebih dahulu. Preparat histologi dilihat di bawah mikroskop dan diukur menggunakan
mikrometer okuler. Pengukuran dilakukan dengan mengukur jarak terdekat antara 2 titik bersebrangan pada garis tengah nya yang
terpendek dan mengukur jarak terjauh antara titik yang bersebrangan, kemudian dibagi dua. Tiap masing-masing preparat diukur minimal 10
tubulus. Hasil pengukuran dinyatakan dalam satuan mikro meter µm Turk, 2007 dan Wahyuni, 2012.
3.4.8 Analisis Data