36
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pemeriksaan morfologi sperma dilakukan dengan membedakan bentuk sperma normal dan abnormal dari sperma yang diamati. Jumlah
sperma yang diamati minimal sejumlah 200. Pengamatan dilakukan di bawah mikroskop dengan perbesaran 400-1000 kali.
3. Diameter Tubulus Seminiferus Pengukuran diameter tubulus seminiferus dilakukan dengan
membuat preparat histologi testis tikus terlebih dahulu. Preparat histologi dilihat di bawah mikroskop dan diukur menggunakan
mikrometer okuler. Pengukuran dilakukan dengan mengukur jarak terdekat antara 2 titik bersebrangan pada garis tengah nya yang
terpendek dan mengukur jarak terjauh antara titik yang bersebrangan, kemudian dibagi dua. Tiap masing-masing preparat diukur minimal 10
tubulus. Hasil pengukuran dinyatakan dalam satuan mikro meter µm Turk, 2007 dan Wahyuni, 2012.
3.4.8 Analisis Data
Data hasil pengamatan parameter antifertilitas konsentrasi spermatozoa, morfologi spermatozoa, dan diameter tubulus seminiferus pada tiap kelompok
perlakuan selanjutnya diolah secara statistik dengan menggunakan software SPSS 21. Uji statistik yang dilakukan meliputi uji normalitas, uji homogenitas, uji
parametrik one-way ANOVA, atau uji non-parametrik Kruskal Wallis. Hasil uji one-way ANOVA maupun Kruskal Wallis dilanjutkan dengan uji multiple
comparison tipe LSD Least Significant Different jika hasil analisis data menunjukkan perbedaan yang signifikan p≤0,05.
37
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Determinasi Tumbuhan
Determinasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Bogor. Hasil
determinasi tumbuhan menunjukkan bahwa tumbuhan uji adalah benar daun kelor dengan spesies Moringa oleifera Lam yang merupakan famili Moringaceae. Surat
pernyataan hasil identifikasideterminasi tumbuhan dapat dilihat pada lampiran 1.
4.1.2 Ekstraksi
Daun kelor Moringa oleifera Lam segar sebanyak 4,3 kg yang diperoleh dari Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Bogor terlebih dahulu dicuci dan
dikeringanginkan. Daun kelor yang sudah kering kemudian dihaluskan dengan blender sehingga diperoleh 521 g serbuk daun kelor Moringa oleifera Lam. Serbuk
daun kelor Moringa oleifera Lam selanjutnya dimaserasi berulang sebanyak 5 kali menggunakan pelarut etanol 90 sebanyak 13 L sehingga dihasilkan maserat yang
berwarna lebih bening dibandingkan dengan maserat awal. Maserat selanjutnya dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator. Hasil pemekatan dengan vacuum
rotary evaporator belum dapat menghasilkan ekstrak kental, sehingga pemekatan dilanjutkan menggunakan freeze dryer di PAIR BATAN selama 2 minggu. Ekstrak
kental yang diperoleh adalah sebanyak 104,20 gram dengan rendemen sebesar 20. Perhitungan rendemen dapat dilihat pada lampiran 6.
4.1.3 Penapisan Fitokimia
Hasil penapisan fitokimia yang telah dilakukan terhadap ekstrak etanol 90 daun kelor Moringa oleifera Lam menunjukkan ada nya beberapa golongan
metabolit sekunder sebagai berikut: