Tinjauan Studi Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Biskuit dan Industri Biskuit

25

2.3. Tinjauan Studi Terdahulu

Beberapa penelitian mengenai analisis pengendalian persediaan terutama dilakukan karena pada umumnya perusahaan tidak melakukan perhitungan berdasarkan metode pengendalian bahan baku tertentu juga karena, perusahaan yang sudah menetapkan metode pengendalian persediaan, mengalami kendala terutama karena tidak sesuainya tingkat persediaan yang direncanakan dan tingkat persediaan di lapangan. Hal ini seperti ditemukan pada penelitian Pustakawati 2005 dengan judul Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Utama Produk Roti di Ajimas Bakery, Jakarta, penelitian Patmalasari 2005 dengan judul Kajian Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kecap Pada PT. Surabraja Food Industry, Cirebon, Jawa Barat dan penelitian yang dilakukan Sitompul 2005 dengan judul Analisis Pengendalian Bahan Baku Roti di Bogor Permai Bakery. Model MRP dipilih pada tiga penelitian tersebut karena dapat menunjukkan teknik alternatif pengendalian persediaan bahan baku yang dapat dipilih oleh perusahaan. Komoditas yang umumnya diteliti pada penelitian sebelumnya adalah bahan baku utama saja. Misalnya pada penelitian Patmalasari 2005, bahan baku yang dianalisis adalah kedelai hitam, gula merah dan garam. Pada penelitian Sitompul 2005, bahan baku yang diteliti adalah terigu, sedangkan pada penelitian Pustakawati 2005, bahan baku yang diteliti adalah tepung terigu, gula pasir, mentega putih dan margarin. Penelitian Pustakawati 2005 menyebutkan beberapa permasalahan dalam kegiatan pengendalian bahan baku dimana perusahaan tidak melakukan perhitungan berdasarkan metode pengendalian bahan baku tertentu dalam hal penentuan jumlah bahan baku yang dipesan, sehingga sering terjadi pesanan bahan baku yang lebih besar daripada yang seharusnya. Hal ini berakibat pada tingginya biaya persediaan yang dikeluarkan oleh perusahaan. Berpijak pada permasalahan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian terhadap sistem pengendalian bahan baku perusahaan dan menentukan teknik alternatif pengendalian persediaan bahan baku yang dapat dipilih oleh perusahaan. Model yang digunakan untuk menganalisis pengendalian persediaan bahan baku adalah Material Requirement Planning MRP. Bahan baku yang dianalisis 26 yaitu terigu cakra, terigu segitiga, gula pasir, mentega putih dan margarin dengan pertimbangan bahan baku tersebut merupakan bahan baku utama. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa MRP teknik POQ menghasilkan biaya persediaan terendah jika dibandingkan dengan kebijakan perusahaan. Dengan metode POQ perusahaan dapat memesan bahan baku dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan produksi dengan biaya minimal. Penelitian Sitompul 2005 bertujuan untuk 1 melakukan identifikasi terhadap sistem pengendalian persediaan bahan baku di Bogor Permai Bakery dan 2 mendapatkan model alternatif pengendalian persediaan bahan baku yang lebih efisien bagi perusahaan. Metode yang digunakan untuk menganalisis data pada penelitian ini adalah Material Requisition Planning MRP teknik Lot for Lot, teknik EOQ, teknik POQ dan teknik PPB. Berdasarkan perhitungan dengan metode MRP, diperoleh kesimpulan bahwa untuk keseluruhan bahan baku, penghematan terbesar didapatkan dengan menggunakan metode MRP teknik POQ sebesar 49,3 dan paling rendah dengan teknik POQ sebesar 17,1. Penelitian lain mengenai sistem pengendalian persediaan dilakukan oleh Johnson Pyke 1999 terhadap studi kasus di Acer America. Pada mulanya, Acer America memproduksi produk dengan konsep made to stock sampai mereka menyadari bahwa konsep tersebut membutuhkan biaya yang besar. Membuat product recovery lebih sulit dibandingkan dengan consumables product. Mereka selalu harus membeli bahan baku baru dari waktu ke waktu untuk membuat produk yang akan distok tersebut. Biaya yang dikeluarkan oleh Acer America otomatis menjadi lebih besar. Selain untuk biaya pembelian bahan baku yang parsiall juga biaya transportasi dan biaya penyimpanan dan pengelolaan barang. Sehingga pada tahun 1998, Acer America sudah beralih menggunakan sistem produksi tarik. Penerapannya secara umum adalah, pada saat ada permintaan dari konsumen, saat itu pula pabrik mulai memproduksi barang. Untuk pengadaan bahan baku produksinya, perusahaan menerapkan sistem VMI Vendor Managed Inventory dimana pemasok bahan baku melakukan persediaan sejumlah yang diperkirakan oleh perusahaan. Dengan beralih ke sistem VMI, perusahaan melakukan penghematan biaya sebesar USD 27 20 juta yang sebelumnya digunakan untuk biaya pengadaan dan pengelolaan persediaan baik barang jadi maupun bahan baku. Penelitian lain mengenai sistem pengendalian persediaan dilakukan secara terintegrasi oleh Greenleaf dari Hannaford Bros. Co, Donelon dari Quaker Food Beverages dan Jensen dari University of Southern Maine 2002. Dalam penelitian tersebut dikemukakan bahwa diperlukan integrasi yang terpadu antara pemasok bahan baku Hannaford Bros. Co dengan perusahaan Quaker Food Beverages untuk dapat menerapkan sistem VMI. Dalam hal tersebut, Quaker Food Beverages memberikan perkiraan pemakaian bahan baku yang volumenya stabil. Sehingga tidak ada kesulitan bagi pemasok untuk dapat melakukan pasokan dengan lancar kepada perusahaan. Demikian pula dengan perusahaan, tidak pernah kekurangan bahan baku produksi. Kendala yang ditemukan dalam penelitian tersebut adalah bahwa walaupun ada integrasi antara kedua perusahaan tersebut tetapi jaraknya masih terlihat jelas. Hannaford Bros. Co hanya memasok satu jenis bahan baku saja, sementara potensi yang mereka miliki cukup tinggi. Padahal, kerjasama dengan Hannaford Bros. Co dapat dioptimalkan untuk memasok bukan hanya satu bahan baku. Saat Hannaford Bros. Co mampu memenuhi pasokan untuk satu bahan baku tetapi pemasok bahan baku yang lain tidak dapat memenuhinya, Quaker Food Beverages tetap tidak dapat melakukan produksi. Penelitian ini menyarankan agar Quaker Food Beverages menggunakan Hannaford Bros. Co untuk menjadi pemasok tunggal untuk seluruh bahan baku produksi yang mereka miliki. Hal tersebut sesuai dengan salah satu cara untuk menerapkan sistem VMI yang optimal dimana semakin sedikit pemasok yang digunakan, semakin mempermudah perusahaan untuk melakukan pengawasan. 28

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis