Kerangka Pemikiran Operasional KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

32 dimana: D = penggunaan atau permintaan yang diperkirakan per periode waktu; S = biaya pemesanan persiapan pesanan dan penyiapan mesin per pesanan; H = biaya penyimpanan per unit per periode

3.1.8. Sistem Vendor Managed Inventory VMI

Sebagai realisasi dari sistem supply chain management SCM, dimana untuk meminimalkan proses transfer informasi yang tidak efisien, dilakukanlah sistem VMI. Sistem VMI ini memungkinkan pemasok bahan baku mengelola persediaan bahan baku untuk sebuah perusahaan secara mandiri. Keuntungan yang didapat bagi pemasok tersebut terutama bahwa mereka memiliki konsumen tetap untuk penjualan produk. Sementara keuntungan bagi perusahaan adalah bahwa mereka tidak perlu khawatir akan kekurangan pasokan bahan baku, selain itu, VMI juga memungkinkan perusahaan untuk menghemat biaya terutama biaya pengelolaan bahan baku produksi. Bahan baku dalam sistem VMI tidak di kelola oleh perusahaan, tetapi langsung oleh pemasok. Perusahaan cukup memberikan peramalan kebutuhan bahan baku kepada pemasok beserta tanggal pengiriman yang diharapkan. Pemasok dapat memproduksi bahan baku tersebut dalam skala besar untuk menjaga persediaan.

3.1.9. Sistem Produksi Tarik dan Sistem Produksi Dorong

PT XYZ merupakan salah satu industri yang menerapkan sistem produksi tarik dimana proses produksi barang ditarik dari satu bagian oleh bagian lain yang berada di depannya. Dalam hal persediaan bahan baku, sistem produksi tarik menerapkan, bahan baku baru akan didatangkan saat akan digunakan untuk proses produksi. Lebih jauh lagi, proses produksi baru akan dilakukan saat ada permintaan dari bagian pemasaran. Kebalikan dari sistem produksi tarik, sistem produksi dorong menerapkan proses pendorongan material dari satu bagian ke bagian lain. Pada PT XYZ, sistem produksi dorong berarti memproduksi barang untuk persediaan sehingga saat ada permintaan dari bagian pemasaran, barang yang diminta sudah tersedia dan siap kirim. Sejak penghilangan gudang barang jadi, sistem produksi demikian sudah tidak diterapkan lagi.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

33 Usaha optimalisasi persediaan bahan baku di PT XYZ sudah dilakukan sejak berdirinya perusahaan ini. Namun, masalah terus saja muncul terutama berkaitan dengan keterbatasan lokasi penyimpanan warehouse dan biaya yang akan timbul dari pencadangan bahan baku. PT XYZ sendiri seringkali menemukan masalah berkaitan dengan ketidaktersediaan bahan baku. Selain karena beberapa bahan baku diimpor dari negara lain, dimana berpotensi mengalami kendala dalam pengiriman dan proses masuk nya barang. Melihat deadline produksi yang begitu ketat, seringkali terjadi kekacauan dalam proses pengiriman dan penyediaan bahan baku di gudang. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku impor, seringkali perusahaan meminjam dulu dari entity lain, yang terkadang spesifikasi bahan bakunya tidak sama persis dengan yang biasa digunakan. Ketidaktersediaan bahan baku tersebut seringkali menimbulkan konflik internal. Produksi terpaksa berhenti saat bahan baku yang dibutuhkan tidak tersedia. Departemen Quality juga tidak dengan mudah meloloskan penggunaan bahan baku yang tidak sesuai dengan spesifikasi. Hal ini menyebabkan, timbulnya biaya yang lebih besar. Saat produksi berhenti, pekerja tidak melakukan kegiatan apa-apa yang berdampak pada peningkatan biaya tenaga kerja. Sistem pengendalian persediaan bahan baku utama biskuit di PT XYZ pada mulanya dikelola sendiri oleh perusahaan. Namun, seiring dengan tuntutan produktifitas dan efisiensi, perusahaan kemudian melakukan berbagai macam cara untuk meminimalkan persediaan karena, persediaan dianggap sebagai biaya. Dalam satu tahun terakhir, perusahaan menerapkan sistem produksi tarik dimana produk baru akan diproduksi saat ada permintaan dari bagian penjualan. Sistem produksi tarik ini dianggap lebih efisien karena perusahaan tidak perlu mengadakan persediaan barang jadi. Bahan baku yang akan diteliti disini, diklasifikasikan dengan menggunakan analisis ABC. Nilai yang digunakan adalah harga pemakaian barang tersebut pada satu satuan periode waktu. Dalam penelitian ini, periode waktu yang digunakan adalah satu tahun. Bahan baku yang berada di kelas A berarti bahan baku yang memiliki nilai barang cukup tinggi dengan jumlah yang sedikit. Persentase nilai barangnya mencapai 70 persen dengan pemakaian sampai 34 dengan 10persen. Bahan baku yang berada di kelas B adalah bahan baku yang persentase nilainya mencapai 20 persen dengan jumlah pemakaian mencapai 20 persen juga. Sedangkan bahan baku yang berada di kelas C adalah bahan baku yang jumlahnya banyak, persentasenya sampai dengan 70 persen dengan persentase nilai hanya 10 persen. PT XYZ memiliki 19 varian rasa dari 4 produk dengan 64 SKU Stock Keeping Unit. Dari 4 produk tersebut, yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah produk OR karena berdasarkan peramalan penjualan 2011, produk OR tersebut adalah produk dengan volum permintaan paling tinggi. Bahan baku yang diteliti yaitu hanya dibatasi pada bahan baku kelas A yang digunakan untuk memproduksi produk OR. Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Sitem Pengadaan Persediaan Bahan Baku Biskuit Utama di PT XYZ Kesenjangan antara rencana tingkat inventory dengan realisasi di PT XYZ Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kondisi persediaan yang optimal Identifikasi semua bahan baku yang digunakan untuk produksi biskuit XYZ Klasifikasi barang menurut konsep ABC Kebijakan Perusahaan Sistem produksi tarik Sistem produksi dorong Perbandingan antar kondisi ideal dengan kebijakan perusahaan Sistem Pengendalian Persediaan EOQ Sistem Pengendalian Persediaan VMI dan JIT 35

IV. METODE PENELITIAN 4.1.