Tujuan penelitian Manfaat Penelitiaan Keterbatasan Penelitiaan

10 ekspor CPO untuk tetap menjaga kepastian pasar atau kembali mencari pasar potensial jika pasar yang telah ada sudah tidak berpotensi. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang menjadi fokus penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh kebijakan WTO terhadap aliran perdagangan CPO antara Indonesia dengan empat mitra dagang utama? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi volume ekspor Crude palm Oil CPO ke empat negara mitra dagang utama berdasarkan Gravity Model model gravitasi? 3. Bagaimanakah potensi ekspor Crude palm Oil CPO Indonesia ke empat negara mitra dagang utama?

1.3. Tujuan penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis pengaruh kebijakan WTO terhadap aliran perdagangan CPO antara Indonesia dengan empat mitra dagang utama. 2. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi volume ekspor Crude palm Oil CPO ke empat negara mitra dagang utama berdasarkan Gravity Model model gravitasi. 3. Menganalisis potensi ekspor Crude palm Oil CPO Indonesia ke empat negara mitra dagang utama.

1.4. Manfaat Penelitiaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan memberikan informasi serta sebagai referensi bagi pihak-pihak berkepentingan sebagai berikut : 1. Pengambil kebijakan strategis baik di tingkat makro seperti Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian dan di tingkat mikro seperti para forcester bisnis sebagai bahan dalam pengambilan kebijakan baik bersifat ekspansif ataupun preventif. 2. Lembaga Riset Komoditi Ekspor dan para pembaca umumnya yang membutuhkan informasi mengenai potensi ekspor komoditi perkebunan 11 khususnya CPO dan data time series ekspor CPO sebagai bahan dalam kajian-kajian berikutnya.

1.5. Keterbatasan Penelitiaan

Keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Determinan dalam Gravity Model sebagai kerangka kerja dalam menganalisis potensi ekspor komoditi CPO terdiri dari volume ekpsor Indonesia ke empat negara mitra dagang sebagai variabel dependen, GDP negara Indonesia dan GDP negara keempat mitra dagang utama, jarak antara Indonesia dengan keempat negara mitra dagang utama, nilai tukar excange rate dan harga CPO dunia sebagai variabel independen. 2. Variabel jarak pada Gravity Model dimodifikasi dengan menambahkan pengaruh harga minyak dunia pada panel data karena keterbatasan dalam pengolahan data pada program Eviews 6.0. 3. Panel data yang digunakan dalam menganalisis potensi ekspor CPO Indonesia terdiri dari data time series tahun 2000-2010 dan data cross section empat negara utama pengimpor CPO. 12 II TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Perkembangan Produksi dan Ekspor CPO Indonesia Indonesia sebagai salah satu negara eksportir CPO terbesar di dunia telah mengekspor CPO sejak pelita I sampai pelita II 1969-1978 dengan peningkatan produksi maupun volume ekspor mencapai 72-99 persen dari total produksi yang dihasilkan 3 . Peningkatan volume ekspor tersebut secara langsung dipengaruhi oleh tingginya konsumsi CPO dunia sebagai salah satu minyak nabati dengan pertumbuhan sebesar 14,21 persen per tahun melampaui volume perdagangan jenis minyak nabati lainnya 4 . Adapun perkembangan konsumsi CPO dunia dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perkembangan Konsumsi CPO crude Palm Oil Dunia Tahun 2000- 2010 Tahun Volume Impor kg Pertumbuhan thn 2000 2,658,906,814 - 2001 3,692,292,957 27.99 2002 4,385,857,289 15.81 2003 4,721,227,888 7.10 2004 5,789,846,856 18.46 2005 6,923,447,160 16.37 2006 8,392,092,987 17.50 2007 8,862,800,135 5.31 2008 11,538,504,748 23.19 2009 13,110,899,342 11.99 2010 12,901,496,146 -1.62 Rata-rata pertthn 14,21 14.21 Sumber : UN Comtrade, 2011 diolah Berdasarkan Tebel 4, dapat disimpulkan bahwa konsumsi CPO dunia mengalami peningkatan volume ekspor dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 14,21 persen per tahun pada tahun 2000-2011. Menurut Sitorus 2009, dalam perkembangannya konsumsi CPO dunia secara umum digunakan sebagai bahan 3 Abidin Z. 2008. Analisis Ekspor Minyak Kelapa Sawit CPO Indonesia. Jurnal Aplikasi Manajemen 6: 139-144 4 Loc.cit 13 pangan dan non pangan serta sebagai sumber energi alternatif bio fuel. Tingginya konsumsi CPO dunia dalam memenuhi kebutuhan nabati dan energi tersebut memberikan andil dalam peningkatan ekspor CPO Indonesia. Hal ini digambarkan secara jelas dalam peningkatan volume dan nilai ekspor CPO Indonesia tahun 2000-2010 seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 5. Tabel 5. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor CPO Crude Palm Oil Indonesia Tahun 2001-2010 Tahun Nilai Ekspor US Volume Ekspor Kg 2000 476,438,245 1,817,664,367 2001 406,409,025 1,849,142,144 2002 891,998,644 2,804,792,251 2003 1,062,214,890 2,892,130,288 2004 1,444,421,828 3,819,926,626 2005 1,593,295,437 4,565,624,657 2006 1,993,666,661 5,199,286,871 2007 3,738,651,552 5,701,286,129 2008 6,561,330,490 7,904,178,630 2009 5,702,126,189 9,566,746,050 2010 7,649,965,932 9,444,170,400 Pertthn 14.44 20.92 Sumber : UN Comtrade, 2011 diolah Berdasarkan Tabel 5, dapat disimpulkan bahwa terjadi pertumbuhan ekspor CPO Indonesia periode tahun 2000-2010 baik dilihat dari nilai ekspor maupun volume ekspor dengan pertumbuhan volume ekspor sebesar 20,92 persen dan nilai ekspor sebesar 14,44 persen. Tabel 5 juga menyajikan informasi mengenai perbandingan perkembangan volume ekspor dan nilai ekspor CPO yang digunakan untuk melihat pengaruh harga CPO dalam perkembangan ekspor CPO Indonesia. Pada periode tahun 2008-2009 terjadi peningkatan volume ekspor CPO sebesar 7.904.178.630 kg pada tahun 2008 menjadi 9.566.746.050 kg pada tahun 2009. Pada periode yang sama, terjadi penurunan dalam nilai ekspor CPO sebesar 6.561.330.490 US pada tahun 2008 menjadi 5.702.126.189 US pada tahun 2009. Begitupula ditunjukkan oleh perkembangan ekspor CPO pada periode 2009-2010. Hal tersebut membawa pemahaman bahwa peningkatan volume 14 ekspor tidak selalu berbanding positif dengan peningkatan nilai ekspor akibat terjadinya fluktuasi harga CPO. Perkembangan harga CPO di tingkat BKDI dan di tingkat dunia tahun 2000-2010 dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Perkembangan harga CPO di Tingkat BKDI dan Dunia Tahun 2000- 2010 Sumber : UN Comtrade, 2011 diolah Berdasarkan informasi dari Gambar 6, perkembangan harga CPO baik di tingkat BKDI Bursa Komoditi Derivatif Indonesia maupun di tingkat dunia menunjukkan trend yang meningkat selama 10 tahun terakhir. Pada gambar 6 dapat diketahui pula bahwa harga CPO di tingkat BKDI cenderung mengikuti pola sebaran harga di tingkat dunia dengan gap tertinggi pada tahun 2000 sebesar 0,06 US kg. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tingkat harga CPO di BKDI merupakan salah satu acuan dalam penetapan harga CPO dunia. Peningkatan harga CPO di tingkat dunia berdampak langsung terhadap peningkatan produksi CPO Indonesia. Menurut Sitorus 2009, sejalan dengan konsep penawaran, maka produksi CPO Indonesia akan meningkat seiiring dengan peningkatan harga CPO dunia. Adapun perkembangan produksi CPO Indonesia dapat dilihat pada Tabel 6. 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 BKDI 0.26 0.22 0.32 0.37 0.38 0.35 0.38 0.66 0.83 0.6 0.81 Dunia 0.32 0.26 0.35 0.41 0.42 0.36 0.4 0.65 0.84 0.61 0.81 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 U S K g 15 Tabel 6. Perkembangan Produksi CPO Crude Palm Oil Indonesia Tahun 2000- 2000 Tahun Bentuk Usaha Ton PR PBN PBS Total 2000 1,905,653 1,460,954 3,633,901 7,000,508 2001 2,798,032 1,519,289 4,079,151 8,396,472 2002 3,426,740 1,607,734 4,587,871 9,622,345 2003 3,517,324 1,750,651 5,172,859 10,440,834 2004 3,847,157 1,617,706 5,365,526 10,830,389 2005 4,500,769 1,449,254 5,911,592 11,861,615 2006 5,783,088 2,313,729 9,254,031 17,350,848 2007 6,358,389 2,117,035 9,189,301 17,664,725 2008 6,923,042 1,938,134 8,678,612 17,539,788 2009 7,247,979 1,961,813 9,431,089 18,640,881 2010 7,774,036 2,089,908 9,980,957 19,844,901 Pertthn 12.65 2.38 8.92 9.42 Keterangan : angka sementara Sumber : Direktoran Jenderal Perkebunan, 2011 Perkembangan produksi CPO Indonesia tahun 2000-2010 pada Tabel 6 dihitung berdasarkan bentuk pengusahaan yang terdiri dari Perkebunan Rakyat PR, Perkebunan Besar Nasional PBN dan Perkebunan Besar Swasta PBS dengan persentase pertumbuhan produksi sebesar 12,65 persen PR, 2,38 persen PBN dan 8,92 persen PBS. PR merupakan bentuk pengusahaan CPO yang mengalami pertumbuhan produksi tertinggi yaitu sebesar 12,65 persen per tahun meskipun jumlah produksi totalnya masih di bawah PBS. Adapun jumlah produksi masing-masing pengusahaan adalah 36,25 persen, 13,29 persen dan 50,46 persen terhadap total produksi tahun 2000-2010. 5 Hal tersebut disebabkan oleh tingginya produktivitas CPO pada pengusahaan CPO di Indonesia 6 . Saat ini Indonesia adalah penghasil CPO terbesar di dunia mengungguli Malaysia sejak tahun 2006 7 5 Direktorat Jenderal Perkebunan, 2011 diolah 6 Abidin Z. 2008. Op.cit. Hlm 12 7 Loc.cit 16

2.3. Tinjauan Umum WTO