Model 2 Model Efek Tetap 5 77 = Model Efek Acak 77 =

35 Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam analisis panel data meliputi pendekatan kuadrat terkecil pooled least square, pendekatan efek tetap fixed effect model, dan pendekatan efek acak random effect model.

1. Model 2

PLS Penggunaan model kuadrat terkecil pooled least square pada panel data yaitu dengan mengumpulkan semua data cross section dan time series dan melakukan pendugaan pooling. Pada setiap observasi setiap periode terdapat regresi sehingga data dalam model ini berdimensi tunggal. Dari data panel akan diketahui N jumlah unit cross section dan T jumlah periode waktu. Pendugaan pooling pada seluruh observasi sebanyak N.T dapat ditulis kedalam fungsi dari model kuadrat terkecil, yaitu : + , + - . + ………………………………………………………... 3.10 untuk i,j = 1,2,……,N dan t = 1,2,……,T dimana : Y it = variabel endogen, X it = variabel eksogen, α = intersep, β = slope, i = individu ke-i, t = periode tahun ke-t, ε = errorsimpangan, N = jumlah unit cross section, T = jumlah periode waktunya. Pada model ini diasumsikan bahwa nilai intersep masing-masing variabel adalah sama. Model ini juga mengasumsikan bahwa slope koefisien dari dua variabel adalah identik untuk semua unit cross section. Sehingga walaupun model ini menawarkan kemudahan, tetapi mungkin dalam penggunaannya akan mendistorsi gambaran yang sebenarnya dari hubungan antara Y dan X antar unit cross section.

2. Model Efek Tetap 5 77 =

Model efek tetap atau fixed effect model adalah model yang didapatkan dengan mempertimbangkan bahwa peubah-peubah yang dihilangkan dapat 36 mengakibatkan perubahan dalam intersep-intersep cross section dan time series. Peubah dummy dapat pula ditambahkan dalam model ini untuk memungkinkan perubahan-perubahan intersep yang selanjutnya diduga dengan Ordinary Least Square OLS, yaitu : + , - + . + ……………………………………………………... 3.11 dimana : Y it = variabel endogen, X it = variabel eksogen, α = intersep, D = variabel dummy, β = slope, i = individu ke-i, t = periode tahun ke-t, ε = errorsimpangan,

3. Model Efek Acak 77 =

Model efek acak digunakan untuk mengatasi timbulnya konsekuensi yaitu mengurangi banyaknya degree of freedom yang akan mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi akibat penambahan variabel dummy dalam metode efek tetap. Dalam model ini, parameter yang berbeda antar individu maupun antar waktu dimasukan kedalam error. Bentuk model efek acak dapat dilihat sebagai berikut : 12 3 4 12 5 6 7 12 ……………………………………………………….. 3.12 7 12 8 12 9 12 : 12 dimana : u it ~ N0,δu 2 = komponen cross section error, v it ~ N0,δv 2 = komponen time series error, w it ~ N0,δw 2 = komponen combination error. Penggunaan model efek acak dapat menghemat pemakaian derajat kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya seperti yang dilakukan pada model efek tetap sehingga parameter hasil estimasi dapat lebih efisien. Dalam pengolahan data panel, terdapat pilihan untuk menggunakan criteria pembobotan yang berberda-beda, yaitu : 37 1. No Weighting : semua observasi diberi bobot yang sama. 2. Cross Section weight : Generalized Least Square GLS dengan menggunakan estimasi varians residual cross section. Pembobotan ini digunakan apabila ada asumsi bahwa terdapat cross section heteroskedasticity. 3. SUR : GLS menggunakan estimasi residual covariance matrix cross section. Metode ini mengoreksi baik heteroskedastisitas maupun autokorelasi antar unit cross section.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Perdagangan global yang semakin terbuka lebar memberi pemahaman akan pentingnya peran komoditas ekspor bagi peningkatan ekspor yang berkelanjutan. Salah satu komoditas ekspor yang cukup berperan dalam perdagangan internasional Indonesia adalah Crude Palm Oil CPO. CPO sebagai salah satu komoditas ekspor perkebunan Indonesia mampu menyumbang nilai ekspor yang tinggi untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia. Tumbuhnya lalu lintas perdagangan CPO dunia sebagai salah satu komoditas sektor pertanian secara langsung dipengaruhi oleh peningkatan tingkat konsumsi CPO. Adapun negara-negara utama penyerap CPO dunia berdasarkan volume impornya antara lain India, Belanda, Malaysia dan Singapura. Keberadaan WTO sebagai suatu badan yang menaungi perdagagan internasional membawa pemahaman akan seberapa jauh perannya terhadap perdagangan CPO dunia terutama Indonesia sebagai negara pengekspor utama dan empat negara diatas sebagai negara-negara mitra dagang utama. Sehingga perlu dilakukan pengkajian mengenai sejauhmana peran kebijakan WTO terhadap perdagangan CPO antara Indonesia dengan empat negara mitra dagang utama CPO. Selain itu, beberapa faktor penarik aliran perdagangan CPO internasional berdasarkang gravity model seperti GDP negara Indonesia, GDP empat negara mitra dagang utama, jarak antara Indonesia dan empat negara mitra dagang utama, nilai tukar exchange rate diantara keduanya serta harga CPO dunia. Hipotesis dari penelitian ini mencakup GDP dari negara eksportir yang mengukur kapasitas produksi negara tersebut, dan GDP negara importir yang mengukur kapasitas absorsi. Kedua variabel tersebut diperkirakan mempunyai