35 Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam analisis panel data meliputi
pendekatan  kuadrat  terkecil  pooled  least  square,  pendekatan  efek  tetap  fixed effect model, dan pendekatan efek acak random effect model.
1. Model 2
PLS
Penggunaan model kuadrat terkecil pooled least square pada panel data yaitu  dengan  mengumpulkan  semua  data  cross  section  dan  time  series  dan
melakukan  pendugaan  pooling.  Pada  setiap  observasi  setiap  periode  terdapat regresi  sehingga  data  dalam  model  ini  berdimensi  tunggal.  Dari  data  panel  akan
diketahui N jumlah unit cross section dan T jumlah periode waktu. Pendugaan pooling pada seluruh observasi sebanyak N.T dapat ditulis kedalam fungsi dari
model kuadrat terkecil, yaitu :
+
,
+
- .
+
………………………………………………………...  3.10 untuk i,j = 1,2,……,N dan t = 1,2,……,T
dimana : Y
it
= variabel endogen, X
it
= variabel eksogen, α
= intersep, β
= slope, i
= individu ke-i, t
= periode tahun ke-t, ε
= errorsimpangan, N
= jumlah unit cross section, T
= jumlah periode waktunya. Pada model ini diasumsikan bahwa nilai intersep masing-masing variabel
adalah  sama.  Model  ini  juga  mengasumsikan  bahwa  slope  koefisien  dari  dua variabel adalah identik untuk semua unit cross section. Sehingga walaupun model
ini  menawarkan  kemudahan,  tetapi  mungkin  dalam  penggunaannya  akan mendistorsi gambaran  yang sebenarnya dari hubungan antara Y dan X antar unit
cross section.
2. Model Efek Tetap 5 77 =
Model  efek  tetap  atau  fixed  effect  model  adalah  model  yang  didapatkan dengan  mempertimbangkan  bahwa  peubah-peubah  yang  dihilangkan  dapat
36 mengakibatkan  perubahan  dalam  intersep-intersep  cross  section  dan  time  series.
Peubah  dummy  dapat  pula  ditambahkan  dalam  model  ini  untuk  memungkinkan perubahan-perubahan  intersep  yang  selanjutnya  diduga  dengan  Ordinary  Least
Square OLS, yaitu :
+
, -
+
.
+
……………………………………………………...  3.11 dimana :
Y
it
= variabel endogen, X
it
= variabel eksogen, α
= intersep, D
= variabel dummy, β
= slope, i
= individu ke-i, t
= periode tahun ke-t, ε
= errorsimpangan,
3. Model Efek Acak 77 =
Model efek acak digunakan untuk mengatasi timbulnya konsekuensi yaitu mengurangi  banyaknya  degree  of  freedom  yang  akan  mengurangi  efisiensi  dari
parameter yang diestimasi akibat penambahan variabel dummy dalam metode efek tetap.  Dalam  model  ini,  parameter  yang  berbeda  antar  individu  maupun  antar
waktu  dimasukan  kedalam  error.  Bentuk  model  efek  acak  dapat  dilihat  sebagai berikut :
12
3 4
12
5
6
7
12
………………………………………………………..  3.12 7
12
8
12
9
12
:
12
dimana : u
it
~ N0,δu
2
= komponen cross section error, v
it
~ N0,δv
2
= komponen  time series error, w
it
~ N0,δw
2
= komponen combination error. Penggunaan  model  efek  acak  dapat  menghemat  pemakaian  derajat
kebebasan  dan  tidak  mengurangi  jumlahnya  seperti  yang  dilakukan  pada  model efek tetap sehingga parameter hasil estimasi dapat lebih efisien.
Dalam  pengolahan  data  panel,  terdapat  pilihan  untuk  menggunakan criteria pembobotan yang berberda-beda, yaitu :
37 1. No Weighting : semua observasi diberi bobot yang sama.
2. Cross Section weight : Generalized Least Square GLS dengan menggunakan estimasi varians residual cross section. Pembobotan ini digunakan apabila ada
asumsi bahwa terdapat cross section heteroskedasticity. 3. SUR  :  GLS  menggunakan  estimasi  residual  covariance  matrix  cross  section.
Metode  ini  mengoreksi  baik  heteroskedastisitas  maupun  autokorelasi  antar unit cross section.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Perdagangan  global  yang  semakin  terbuka  lebar  memberi  pemahaman akan  pentingnya  peran  komoditas  ekspor  bagi  peningkatan  ekspor  yang
berkelanjutan.  Salah  satu  komoditas  ekspor  yang  cukup  berperan  dalam
perdagangan internasional Indonesia adalah Crude Palm Oil CPO. CPO sebagai salah  satu  komoditas  ekspor  perkebunan  Indonesia  mampu  menyumbang  nilai
ekspor yang tinggi untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia. Tumbuhnya  lalu  lintas  perdagangan  CPO  dunia  sebagai  salah  satu
komoditas sektor pertanian secara langsung dipengaruhi oleh peningkatan tingkat konsumsi  CPO.  Adapun  negara-negara  utama  penyerap  CPO  dunia  berdasarkan
volume impornya antara lain India, Belanda, Malaysia dan Singapura. Keberadaan WTO  sebagai  suatu  badan  yang  menaungi  perdagagan  internasional  membawa
pemahaman  akan  seberapa  jauh  perannya  terhadap  perdagangan  CPO  dunia terutama  Indonesia  sebagai  negara  pengekspor  utama  dan  empat  negara  diatas
sebagai negara-negara mitra dagang utama. Sehingga perlu dilakukan pengkajian mengenai  sejauhmana  peran  kebijakan  WTO  terhadap  perdagangan  CPO  antara
Indonesia  dengan  empat  negara  mitra  dagang  utama  CPO.  Selain  itu,  beberapa faktor penarik aliran perdagangan CPO internasional berdasarkang gravity model
seperti  GDP  negara  Indonesia,  GDP  empat  negara  mitra  dagang  utama,  jarak antara  Indonesia  dan  empat  negara  mitra  dagang  utama,  nilai  tukar  exchange
rate diantara keduanya serta harga CPO dunia. Hipotesis  dari  penelitian  ini  mencakup  GDP  dari  negara  eksportir  yang
mengukur  kapasitas  produksi  negara  tersebut,  dan  GDP  negara  importir  yang mengukur  kapasitas  absorsi.  Kedua  variabel  tersebut  diperkirakan  mempunyai