45 4. Penentuan kriteria uji
.
H ditolak apabila |t
hitung
|  t α  2; n– k-1 atau P  α, artinya ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.
4.5.3. R62 R
2
Kesesuaian  model  dihitung  dengan  nilai  koefisien  determinasi  R2  yang bertujuan  untuk  mengukur  keragaman  variabel  independen  yang  dapat
diterangkan  oleh  variabel  dependen.  R
2
menunjukkan  besarnya  pengaruh  semua variabel independen terhadap variabel dependen.
S TUIVW X
LMM YMM
…………………………………………………………... 4.7 dimana :
RS =  jumlah kuadrat regresi,
TSS =  jumlah kuadrat total.
Selang  R
2
yang  digunakan  adalah  0  ≤  R
2
≤  1.  R
2
=  1  berarti  100  persen variasi  dalam  variabel  dependen  dapat  dijelaskan  oleh  variabel-variabel
independennya.  Sedangkan  R
2
=  0  berarti  tidak  satupun  variabel  dependen  tidak dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independennya.
4.6. Pengujian Asumsi Model
Dalam permasalahan analisis regresi termasuk panel data sering ditemukan masalah yang perlu dilakukan pengujian klasik, antara lain pengujian normalitas,
multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas.
8
Uji  normalitas  ditujukan  untuk  mengetahui  apakah  nilai  residual terdistribusi  normal  atau  tidak.  Model  regresi  yang  baik  adalah  model  yang
memiliki  nilai  residual  yang  terdistribusi  normal.  Sehingga  uji  normalitas  bukan dilakukan  pada  masing-masing  variabel  tetapi  pada  nilai  residualnya.  Dalam
penerapan OLS untuk regresi linier klasik, diasumsikan bahwa distribusi residual memiliki  nilai  rata-rata  yang  diharapkan  sama  dengan  nol,  tidak  berkorelasi  dan
mempunyai varian yang konstan. Dengan asumsi ini OLS estimator atau penaksir
46 akan memenuhi sifat-sifat statistik yang diinginkan seperti unbiased dan memiliki
varian yang minimum. Ada  beberapa  uji  untuk  mengetahui  normal  atau  tidaknya  nilai  residual
antara  lain  dengan  menggunakan  Jargue-Bera  test  atau  J-B  test.  Uji  ini menggunakan  hasil  estiminasi  residual  dan  chisquare  probability  distribution
yang  terdapat  pada  Lampiran  6.  Statistik  uji  J-B  test  dapat  dilihat  dibawah  ini Gujarati 2006.
Z[ J \
M
B
]
\
_`a
B
bc
4.8 dimana :
n =  jumlah observasi
S =  skewness kemencengan
K =  kurtosis keruncingan
Statistik J-B mengikuti distribusi Chi-square dengan d.k.2 secara asimtotis asy atau dalam sampel besar yang secara simbolis daituliskan sebagai berikut.
Z[
dNe
f g
b b
Bila nilai J-B hitung  nilai χ
2
tabel atau Prob  0.05, maka hipotesis yang menyatakan  bahwa  residual  berdistribusi  normal  dapat  ditolak.  Bila  nilai  J-B
hitung    nilai  χ
2
tabel,  atau  Prob    0,05  maka  yang  menyatakan  bahwa  residual berditribusi normal tidak dapat ditolak.
+
Multikolinearitas  adalah  hubungan  linear  yang  kuat  antara  variabel- variabel independen dalam persamaan regresi berganda. Adanya multikolinearitas
menyebabkan  pendugaan  koefisien  regresi  tidak  nyata  walaupun  nilai  R
2
-nya besar.  Hal  tersebut  dapat  dideteksi  dari  nilai  R
2
yang  tinggi  0,7-1,  tetapi  tidak terdapat  atau  hanya  sedikit  sekali  koefisien  dugaan  yang  berpengaruh  nyata
Gujarati  2006.  Multikolinearitas  dapat  diketahui  dengan  meregresikan  variabel independen dengan variabel independen lainnya, dengan uji Fuji signifikansi
9
. Jika F
hitung
F
tabel
, artinya tolak H yang berarti terdapat multikolinearitas
pada  model  dugaan    jika  F
hitung
F
tabel
,  artinya  terima  H yang  berarti  tidak
9
Syofyan S. 2008. Pengujian Asumsi Klasik. Modul Ekometrika2:3-10
47 terdapat multikolinearitas pada model dugaan atau dapat dilihat pula dari nilai R
2
- nya.  Jika  nilai  R
2
pada  variabel  yang  diregresikan  lebih  tinggi  daripada  nilai  R
2
pada model awal regresi dugaan, maka variabel tersebut menyebabkan terjadinya multikolineritas pada model regresi dugaan Gujarati 2006.
Tindakan  perbaikan  model  dugaan  akibat  adanya  multikolinearitas  dapat dilakukan  dengan  menambah  observasi  atau  menghilangkan  satu  atau  lebih
variabel  independen  yang  memiliki  kolinearitas  yang  tinggi  dengan  uji  wald. Adapun kriteria uji wald adalah sebagai berikut
10
. 1 . Jika  F  statistik  signifikan  Prob    0,05,  maka  penghilangan  variabel
independen  yang  mengandung  multikolinearitas  akan  mengubah  interpretasi dari  persamaan  regresinya  sehingga  penghilangan  variabel  tersebut  tidak
diperbolehkan.  Dengan  kata  lain  sekalipun  variabel  tersebut  mengandung multikolinearitas namun memiliki pengaruh terhadap variabel dependennya.
2 . Jika  F  statistik  tidak  signifikan  atau  Prob    0,05,    maka  penghilangan variabel  independen  yang  mengandung  multikolinearitas  tidak  akan
mengubah  interpretasi  dari  persamaan  regresinya  sehingga  penghilangan variabel tersebut diperbolehkan.
:
Jika seluruh residual pada model tidak memiliki varian yang konstan maka diduga model mengalami masalah heteroskedastisitas. Pengujian terhadap adanya
heteroskedastisitas  dapat  dilakukan  dengan  uji  park,  uji  goldfeld-quant  dan  uji white.  Dalam  penelitian  ini  digunakan  uji  park  karena  uji  ini  tersedia  pada
program eviews 6.0. Uji  park  pada  mengasumsikan  bahwa  σ
2
adalah  fungsi  dari  variabel independen pada model seperti tersaji di bawah ini Gujarati 2006.
h
b
h
b i j
kJh
b
kJh
b
-kJ l
…………………………………………………….. 4.9 dimana
9
1
= gangguan stokastik
10
Loc.cit
48 Karena  σ
2
tidak  diketahui,  maka  uji  park  mengasumsikan  agar m
1 b
digunakan sebagai proxy, dan dilakukan regresi seperti berikut :
kJn
b
kJh
b
-kJ l
…………………………………………………..  4.10 , -kJ
l Jika β signifikan, maka ada heteroskedasitas dalam data sebab hipotesis pengujian
heteroskedasitas adalah : H
=  tidak ada heteroskedastisitas H
1
=  ada heteroskedastisitas
4
Autokorelasi  sering  terjadi  pada  pengamatan  yang  dilakukan  pada  data runtun waktu time series. Autokorelasi adalah keadaan di mana terdapat trend di
dalam  variabel  yang  diteliti,  sehingga  akibatnya  ε  juga  mengandung  trend. Autokorelasi  terjadi  jika  antara  ε
t
dan  ε
t-1
terdapat  korelasi  yang  tinggi,  jika terdapat autokorelasi, maka parameter b yang diperoleh tetap linier dan tidak bias,
tetapi Sb bias akibatnya uji signifikansi variabel yang dilakukan dengan uji-t tidak bisa  dilakukan.  Pendeteksian  terhadap  adanya  autokorelasi  dilakukan  degan
menggunakan uji Durbin Watson DW sebagai berikut Gujarati 2006. X o \
p ε
q
ε
qA
p ε
q B
………………………………………………………….  4.11
dimana : d
= nilai Durbin Watson .
2
= nilai error pada tahun ke-t .
2`R
= nilai error pada tahun sebelumnya Statistik  d  akan  dibandingkan  atau  dilihat  hasilnya  dari  daerah  keputusan
Durbin-Watson  untuk  memperoleh  kesimpulan  apakah  menolak  atau  menerima H
. Kaidah keputusan dari uji Durbin-Watson dapat dilhat pada Gambar 9 berikut ini.
49
Gambar 9. Daerah Keputusan pada Uji Durbin Watson
Sumber : Gujarati, 2006
dimana : d
U
=  batas atas dari nilai kritis d
L
=  batas bawah dari nilai kritis Adapun  kriteria  uji  Durbin-Watson  berdasarkan  daerah  keputusan  diatas
adalah sebagai berikut. d  d
L
=  tolak H autokorelasi positif
d  4 – d
L
=  tolak H autokorelasi negatif
d
U
d  4 – d
U
=  terima H tidak ada autokorelasi
d
L
≤ d ≤ d
U
atau =  tidak ada keputusan
4 - d
U
≤ d ≤ 4 – d
L
4.7. Pengukuran Potensi Perdagangan