demikian, tidak semua asosiasi adalah sama dan pengujian dilakukan ke tahap kedua untuk mengetahui asosiasi-asosiasi mana yang tidak sama dan yang dapat
dikeluarkan dari asosiasi-asosiasi penyusun brand image suatu merek. Saat masuk ke tahap kedua, dicari asosiasi yang memiliki jumlah kolom
terkecil dan selanjutnya akan dicoba dikeluarkan dari komponen asosiasi pembentuk brand image. Nilai N akan berkurang sebesar nilai total kolom yang
dikeluarkan tersebut. Selain itu, asosiasi diuji signifikansi hubungannya menjadi berkurang satu sehingga derajat dari X
2 α,v
berkurang satu juga. Tahap perbandingan Q dengan X
2 α,v
dilakukan lagi. Jika nilai Q X
2 α,v
, maka pengujian dihentikan yang berarti brand image suatu merek terbentuk dari
asosiasi-asosiasi sisanya yang belum diuji dan asosiasi terakhir yang diuji.
3.11. Tahap-tahap Pembuatan Kuisioner
Langkah-langkah dalam penyusunan kuisioner angket adalah : 1. Tahap persiapan, meliputi :
a. Merumuskan maksud dan tujuan penelitian b. Menyusun pertanyaan-pertanyaan angket sesuai dengan rincian
aspek- aspek yang berhubungan. c. Angket yang sudah disiapkan dianjurkan untuk dikonsultasikan
dengan seorang atau lebih pakar dalam bidang yang diselidiki. d. Kemudian susunlah petunjuk pengisian kuisioner dalam memandu
responden. 2. Tahap Uji Coba Try Out kuisioner
Universitas Sumatera Utara
Tahap uji coba bertujuan untuk: a. Memeriksa kemungkinan terdapat pertanyaan-pertanyaan yang
kurang jelas maksudnya bagi responden. b. Memeriksa kemungkinan terdapat kata-kata yang asing sehingga
tidak dimengerti oleh responden. c. Memeriksa kemungkinan terdapat pertanyaan-pertanyaan yang
terlalu dangkal dalam mengungkapkan masalah penelitian.
d.
Memeriksa kemungkinan terdapat pertanyaan yang tidak relevan dengan masalah dan tujuan penelitian.
3. PenyebaranPengisian kuisioner
Tahap berikutnya adalah penyebaran kuisioner kepada responden untuk diisi agar data yang diperlukan dalam suatu penelitian dapat
dikumpulkan. Penyebaran angket dapat menggunakan surat pengantar, yang disahkan diterima dan ditanda tangani oleh responden.
Penyebaran angket dapat menggunakan jasa tenaga khusus pengumpul data yang langsung datang ke responden atau dengan
menggunakan surat-menyurat kepada responden. Tetapi untuk cara yang kedua, perlu dipikirkan strategi dan cara agar responden mau
mengembalikan kuisioner yang telah diisi dengan memuaskan.
3.12. Konversi Nilai Skala
Skala sikap yang diberi bobot nilai 0 – 4 atau 1 – 5 sesuai dengan alternatif respon pada dasarnya merupakan skala yang bernilai ordinal sebab responden
Universitas Sumatera Utara
diminta meresponmenjawab sesuai dengan kecenderungan sikapnya untuk kemudian diberi kodenilai peringkat oleh peneliti, namun demikian terdapat para
pakar yang menganggapnya sebagai Skala Interval sehingga memungkinkan pengolahan datanya dengan analisis Statistik Parametrik. Terlepas dari kontroversi
tersebut, mereka yang berpendapat bahwa skala sikap bernilai ordinal mengajukan suatu cara untuk mengkonversi nilai skala tersebut menjadi bernilai interval
dengan menempatkan masing-masing nilai skala dalam kelompoknya pada suatu distribusi normal, sehingga jarak nilai menjadi sama. Dengan cara ini penentuan
nilai skala dilakukan dengan memberi bobot bagi setiap kategori respon. Langkah pengkonversian nilai skala dengan memberikan bobot akan
menghasilkan suatu nilai interval yang tepat dalam memposisikan masing-masing kategorialternatif respon, namun penggunaan cara penentuan nilai tanpa konversi
pun dapat saja dilakukan dengan alasan kepraktisan. Namun demikian, untuk kemantapan analisis terutama analisis statistik, pengkonversian nilai skala
tampaknya diperlukan. Apabila skala sikap yang disusun tidak untuk digunakan sebagai instrumen pengukuran yang menyangkut keputusan yang penting sekali,
seperti penelitian pendahuluan atau studi kelompok secara kecil-kecilan, kadang- kadang demi kepraktisan, penyusun skala sikap dapat menempuh cara sederhana
untuk menentukan nilai skala.
3.13. Kuisioner Ekuitas Merek