1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika memiliki peranan yang sangat penting, yaitu untuk memberi bekal kemampuan berhitung, kemampuan menalar atau berfikir
logis. Matematika juga banyak digunakan untuk pengembangan berbagai ilmu dan pengetahuan, seperti fisika, kimia, ekonomi, dan sebagainya. Hal
ini sesuai dengan pendapat, R.Soedjadi 2000:138 yaitu “Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, baik aspek terapannya maupun aspek
penalarannya, mempunyai peranan yang penting dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi”. Daniel dan David 2008:333 juga mengungkapkan
bahwa matematika lebih penting dibanding penerapan keterampilan numerasi dasar semata. Matematika juga merupakan “kendaraan’ utama
untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis dan keterampilan kognitif yang lebih tinggi pada anak-anak.
Menurut pengalaman selama ini, mata pelajaran matematika dianggap sulit oleh kebanyakan siswa. Matematika juga dianggap sebagai
mata pelajaran yang menakutkan, sehingga banyak siswa yang enggan mempelajari matematika. Hal tersebut membuat pada proses pembelajaran
matematika, siswa cenderung pasif dan hasil belajarnya masih rendah. Pada pembelajaran matematika membutuhkan pemahaman konsep bukan
hanya menghafal rumus saja, namun pada kenyataanya, siswa biasanya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
hanya menghafal rumus saja, tanpa mengetahui konsep dari materi yang dibahas tersebut. Hal tersebut juga dialami oleh siswa kelas VIII SMP
Negeri 2 Yogyakarta. Dari proses pengamatan yang peneliti lakukan saat pembelajaran
matematika kelas VIII di SMP Negeri 2 Yogyakarta, pembelajaran di kelas umumnya berpusat pada guru, artinya guru menjadi sumber ilmu yang
tunggal saat di kelas. Siswa hanya mengandalkan penjelasan dari guru dalam proses pembelajaran di kelas. Siswa cenderung hanya mencatat apa
yang dijelaskan oleh guru. Jika guru memberikan pertanyaan, seringkali siswa hanya diam saja dan menunggu jawaban dari guru. Kurangnya
keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, menyebabkan rendahnya respon siswa terhadap pelajaran matematika.
Berdasarkan informasi dari guru matematika yang mengajar di kelas VIII SMP Negeri 2 Yogyakarta, bahwa proses pembelajaran
matematika yang berlangsung di sana menggunakan model konvensional, yaitu guru lebih sering menjelaskan materi dengan metode ceramah,
membuat rangkuman dan menuliskan di papan tulis, kemudian memberikan soal dan pekerjaan rumah PR. Hal tersebut membuat siswa
mudah jenuh dalam mengikuti pembelajaran matematika di kelas. Pada akhirnya siswa cenderung kurang aktif selama pembelajaran matematika
di kelas sehingga hasil belajar siswa kurang baik pula. Dari informasi yang peneliti peroleh dari guru matematika SMP
Negeri 2 Yogyakarta bahwa materi luas permukaan serta volume kubus PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan balok merupakan materi yang cukup sulit bagi siswa. Pada umumnya siswa hanya menghafal rumus mencari luas permukaan serta volume
kubus dan balok saja, tanpa mengetahui konsepnya. Hal tersebut berakibat tingkat pemahaman siswa akan materi tersebut sangat rendah, sehingga
hasil belajar siswa juga masih rendah. Saat mempelajari materi tersebut siswa cenderung hanya menerima materi dari guru saja, tanpa ikut andil
bagian dalam menemukan rumus luas permukaan serta volume kubus dan balok, sehingga aktivitas belajar siswa pada materi tersebut masih sangat
rendah. Mengajarkan matematika memerlukan model atau pendekatan
pembelajaran agar siswa dapat mudah menerima materi pelajaran yang disampaikan. Seiring berjalannya waktu, model pembelajaran terus
mengalami perkembangan dan perubahan, salah satunya ada sebuah model pembelajaran yaitu reciprocal teaching. Menurut Trianto 2007:96
pembelajaran reciprocal teaching adalah pendekatan konstruktivis yang didasarkan pada prinsip-prinsip membuat pertanyaan, mengajarakan
keterampilan kognitif melalui pengajaran dan pemodelan. Metode pembelajaran reciprocal teaching merupakan suatu metode
yang memandirikan siswa untuk belajar dengan menerapkan empat strategi, yaitu menyimpulkan bahan ajar, menyusun pertanyaan,
menyelesaikan soal-soal, dan menjelaskan kembali pengetahuan yang diperolehnya. Pembelajaran terbalik merupakan salah satu model
pembelajaran yang memiliki manfaat agar tujuan pembelajaran tercapai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
melalui kegiatan belajar mandiri sehingga siswa mampu menjelaskan temuannya kepada pihak lain serta dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam belajar mandiri. Oleh karena itu, diharapkan aktivitas belajar siswa dapat meningkat sehingga hasil belajar siswa juga dapat meningkat.
Guna membuktikan hal tersebut, maka diperlukan studi penelitian lebih lanjut. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai pengaruh penerapan model pembelajaran reciprocal teaching ditinjau dari hasil belajar dan aktivitas belajar matematika dengan
mengangkatnya menjadi bahan kajian dalam skripsi yang berjudul: “Efektivitas Model Pembelajaran Reciprocal Teaching ditinjau dari Hasil
Belajar dan Aktivitas Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Yogyakarta pada Materi Luas Permukaan serta Volume Kubus dan Balok”
B. Identifikasi Masalah