Menurut Johnson Johnson 1994 dalam Huda 2012:46 berpendapat bahwa relasi pembelajaran kooperatif yang baik haruslah
memiliki setidak-tidaknya sebagian besar dari kelima elemen dasar di atas.
2.1.4.2.Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Johnson Johnson 1994 dalam Trianto 2010:57 menyatakan bahwa tujuan pokok pembelajaran kooperatif adalah memaksimalkan
belajar siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun kelompok”. Melengkapi pendapat dari Johnson
Johnson serta Trianto, Rusman 2011:210 berpendapat bahwa tujuan pembelajaran kooperatif adalah “untuk mengajarkan kepada siswa
keterampilan bekerja sama dan kolaborasi”. Menurut Suprijono 2009:59
tujuan pembelajaran kooperatif adalah “membentuk suatu kelompok menjadi pribadi yang kuat”.
Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan keterampilan kepada
siswa meliputi keterampilan akademik maupun keterampilan sosial bekerjasama menggunakan pembelajaran dalam kelompok.
2.1.5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II
Lie dalam Rusman 2011:218 pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II
merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang dengan
kelompok yang heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Sedikit berbeda dari
pendapat Lie, Trianto 2010:75 menyatakan tipe Jigsaw II dikembangkan oleh Slavin. Pada tipe II ini siswa memperoleh kesempatan belajar secara
keseluruhan konsep sebelum ia belajar spesialisasinya untuk menjadi ahli. Hal ini untuk memperoleh gambaran menyeluruh dari konsep yang akan
dibicarakan. Melengkapi pendapat Trianto, Egen. P dan Kauchak. D 2012:137 menjelaskan Jigsaw II
“merupakan strategi pembelajaran di mana siswa individu menjadi pakar tentang sub bagian satu topik dan
mengajarkan sub- bagian itu kepada orang lain”.
Berdasarkan ketiga pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa pada tipe Jigsaw II siswa diberikan kesempatan belajar secara keseluruhan
konsep sebelum ia belajar spesialisasinya untuk menjadi ahli. Hal ini bertujuan agar siswa dapat mengetahui keseluruhan materi yang akan
dipelajarinya. Jadi setidaknya siswa sudah mengetahui garis besar materi yang dipelajari dalam kelompok. Setelah itu baru siswa akan mendalami
bagian yang akan menjadi spesialisnya untuk dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Pada Jigsaw II diadakan penilaian secara kelompok tidak hanya penilaian secara individu seperti yang dilakukan pada Jigsaw I. Menurut
Slavin 2005:14 menjelaskan bahwa di akhir Jigsaw II akan diadakan kuis atau penilaian yang lain, skor dari kuis ini akan digunakan untuk
penghitungan skor kemajuan siswa. Skor kemajuan dari setiap siswa akan dikontribusikan kepada kelompok yang nantinya digunakan untuk
menentukan pengakuan kelompok tim baik, tim sangat baik, dan tim
super. Berikut ini adalah acuan untuk menghitung skor kemajuan menurut Slavin 2005:159:
Tabel 1. Skor kemajuan
Skor Kuis Poin Kemajuan
Lebih dari 10 poin dibawah skor awal 5
10-1 poin dibawah skor awal 10
Sampai 10 poin di atas skor awal 20
Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30
Kertas jawaban sempurna terlepas dari skor awal 30
Skor kemajuan setiap siswa dalam kelompok dijumlah dan dicari rata-ratanya. Berdasarkan rata-rata tersebut dapat diketahui skor kemajuan
kelompok yang dapat digunakan untuk memberikan penghargaan pada setiap kelompok. Berikut ini adalah kriteria penghargaan kelompok
menurut Rusman 2011:216: Tabel 2. Kriteria penghargaan kelompok
Kriteria Rata-rata Tim Penghargaan
0≤N≤5 -
6≤N≤15 Tim baik Good Team
16≤N≤20 Tim sangat baik Great Team
21≤N≤30 Tim super Super Team
Menurut Slavin 2005:160 kriteria untuk menentukan penghargaan kelompok bukanlah kriteria yang bersifat tetap, kita diperbolehkan untuk
mengubah kriteria di atas. Pada penelitian ini peneliti memilih menggunakan kriteria penghargaan kelompok menurut Rusman.
2.1.5.1.Langkah-langkah Pembelajaran dengan Jigsaw II
Slavin, dalam Trianto 2010:75 memaparkan langkah-langkah untuk merencanakan kegiatan Jigsaw II, terdiri dari 6 langkah: orientasi,
pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok ahli, diskusi kelompok ahli di dalam grup asal, tes dan pengakuan kelompok.
Langkah pertama adalah orientasi. Dalam langkah ini siswa diperkenalkan
mengenai bagaimana
proses pembelajaran
akan dilaksanakan selain itu pemberian kesempatan kepada siswa untuk belajar
secara keseluruhan konsep scan read juga dilaksanakan pada langkah ini. Langkah yang kedua adalah pengelompokan, pengelompokan yang
dimaksud adalah dengan membuat kelompok kecil terdiri dari 4-6 siswa setiap kelompok kelompok asal. Kemudian dalam kelompok ini
dilakukan pembagian materi yang jelas kepada setiap anggotanya. Langkah ketiga dan keempat adalah pembentukan dan pembinaan
kelompok ahli, siswa dari seluruh kelompok yang memperoleh materi yang sama dikumpulkan dan dibuat kelompok baru yang bernama
kelompok ahli. Di dalam kelompok tersebut siswa yang memperoleh materi yang sama akan berdiskusi dan mendalami materi yang mereka
peroleh. Langkah kelima adalah diskusi kelompok ahli di dalam kelompok
asal, kegiatan ini dilakukan agar seluruh siswa dalam kelompok asal memperoleh satu kesatuan materi secara utuh yang akan mereka dapatkan
dari para ahli dalam kelompok tersebut. Hal tersebut dilakukan dengan cara presentasi atau setiap ahli menjelaskan materi yang mereka dapatkan
di kelompok asal secara bergantian.
Langkah keenam adalah tes dan pengakuan kelompok, kegiatan ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana pemahaman siswa dan sejauh
mana keberhasilan proses pembelajaran tersebut.
2.1.5.2.Langkah-langkah Membuat Materi Jigsaw II
Slavin 2005:238 memaparkan langkah-langkah untuk membuat materi Jigsaw II sebagai berikut:
1 Pilihlah satu atau dua bab cerita yang mencakup materi untuk dua atau
tiga hari. Jika materi tersebut akan dibaca siswa di kelas, materi yang dipilih harus tidak lebih dari 30 menit untuk dibaca.
2 Buatlah satu lembar ahli untuk tiap unit. Lembar ini sebagai petunjuk
kepada siswa pada bagian mana siswa tersebut harus berkonsentrasi dalam membaca.
3 Buatlah kuis, tes berupa esai atau yang lainya untuk setiap unit. Isi kuis
tersebut harus berisi minimal dua kali jumlah topik atau kelipatan topik tersebut agar jumlah soal seimbang disetiap topiknya. Misalnya
membagi topik menjadi lima maka jumlah soal kuis adalah sepuluh, lima belas, dua puluh dan seterusnya.
4 Menggunakan skema diskusi, misalnya pada pembentukan kelompok
heterogen pada kelompok asal dan pembagian kelompok ahli. Dalam pembagian kelompok ahli kita dapat menentukan secara acak dalam
tiap kelompok atau dengan menentukan siswa mana yang akan masuk kelompok ahli mana.
2.1.5.3.Perbedaan Pembelajaran tipe Jigsaw II dengan pembelajaran tipe Jigsaw I
Jigsaw II dan Jigsaw I sebenarnya sama karena Jigsaw II
merupakan sebuah adaptasi dari teknik Jigsaw I, namun ada beberapa aspek yang membedakannya. Trianto 2010:75 menjelaskan bahwa pada
jigsaw II siswa diberi kesempatan untuk mempelajari konsep secara
keseluruhan sebelum ia mempelajari apa yang akan menjadi keahliannya. Hal yang membedakan antara Jigsaw II dan Jigsaw I adalah pada
Jigsaw II diawali dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk
mempelajari konsep secara keseluruhan sehingga siswa sudah mengetahui keseluruhan materi yang akan dipelajari. Kegiatan ini bisa dilakukan
dengan cara guru memberikan penjelasan garis besar materi yang akan dipelajari. Kemudian baru dilanjutkan dengan mempelajari sub bab materi
yang akan di dalami pada kelompok ahli. Siswa yang sudah mengetahui garis besar materi maka akan lebih mudah dalam memahami dan
menyatukan potongan bab materi yang akan mereka dapatkan saat berdiskusi dalam kelompok asal. Dalam Jigsaw I, siswa akan
mendapatkan keseluruhan materi dari penjelasan dari teman kelompok asal. Hal ini sangat mengkhawatiran karena bisa saja siswa tersebut belum
memahami materi dengan baik. Oleh karena itu pada Jigsaw II hal ini diatasi dengan cara siswa diberikan kesempatan untuk mendalami konsep
secara keseluruhan.
Selain itu pada Jigsaw II terdapat kompetisi untuk memperoleh pengakuan kelompok. Slavin dalam Huda 2012:118 menjelaskan bahwa
pada Jigswa II setiap kelompok “berkompetisi” untuk memperoleh
penghargaan kelompok group reward. Hal ini juga yang membedakan Jigsaw II
dan Jigsaw I karena pada Jigsaw I siswa hanya berkompetisi untuk memperoleh nilai individu. Perbedaan Jigsaw II dan Jigsaw I dapat
dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3. Perbedaan model kooperatif tipe Jigsaw II dan Jigsaw I
No. Perbedaan Model Kooperatif
Tipe Jigsaw II Tipe Jigsaw I
1. Diawali dengan memberikan
kesempatan siswa untuk mempelajari konsep secara
keseluruhan sebelum mendalami materi ahli.
Diawali dengan pembagian materi ahli kepada masing-
masing siswa .
2. Berkompetisi untuk
memperoleh penghargaan kelompok group reward.
Berkompetisi untuk memperoleh nilai individu.
2.1.6. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan PKn