Kompetensi Pustakawan Kompetensi Pustakawan

25 kualitas pustakawan sebagai pelayan informasi dalam berbagai bentuk sumber-sumber informasi.

2.3.3 Kompetensi Pustakawan

Berdasarkan standar kompetensi yang dikehendaki oleh organisasi profesi pustakawan di Amerika Serikat yaitu The US Special Libraries Association US-SLA yang disitir oleh Supriyanto 2009, 24 membagi kompetensi menjadi dua jenis yaitu. 1. Kompetensi professional yaitu pustakawan memiliki latar belakang pendidikan perpustakaan, gemar membaca, terampil, kreatif, cerdas, tanggap, berwawasan luas, berorientasi ke depan, mampu menyerap ilmu lain, objektif, generalisasi di satu sisi namun tetap pada disiplin ilmu tertentu pada pihak lain, berwawasan lingkungan, taat pada etika profesi, motivasi tinggi, berkarya pada bidang kepustakawanan dan mampu melaksanakan penelitian dan penyuluhan. 2. Kompetensi individu yaitu pustakawan memiliki moral dan tanggung jawab sosial, kesetiakawanan, etos kerja tinggi, mandiri, loyalitas yang tinggi terhadap profesi, luwes, komunikasi dan sikap suka melayani, ramah dan simpatik, tanggap terhadap kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, disiplin tinggi dan menjunjung tinggi etika pustakawan. Kompetensi pustakawan yang tercantum dalam Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Perpustakaan tahun 2009 Bab 5 pasal 22 menyebutkan bahwa: 1 Pustakawan harus memilki kompetensi professional dan kompetensi personal. 2 Kompetensi professional sebagaimana dimaksud pada ayat 1 mencakup aspek pengetahuan, keahlian, dan sikap kerja. 3 Kompetensi personal sebagaimana dimaksud pada ayat 1 mencakup aspek kepribadian dan interaksi sosial. Menurut Kismiyati 2011, 22 kompetensi pustakawan mencakup a penguasaan dan pemahaman pengetahuan dasar tentang sistem komputer, jaringan komputer, dan perancangan web; b penguasaan keterampilan angka 26 yang terkait tugas administrasi dan pengetahuan tentang program pengolahan data, mengolah data serta struktur data; c penguasaan penelusuran informasi, sumber informasi baik dalam bentuk digital atau cetak dan alih media koleksi dalam bentuk digital. Berbeda dengan Sulaiman dan Foo yang disunting oleh Purwono 2011, 6-11 mengatakan bahwa kompetensi yang harus dimiliki pustakawan yaitu. a keterampilan menguasai perkembangan teknologi dan informasi; b keterampilan berkomunikasi dan interaksi sosial; c kerampilan dalam manajemen kepemimpinan dan berfikir strategis serta analistis; d keterampilan berperilaku dan bersikap personal yang ramah. Dari uraian di atas kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pustakawan sesuai dengan standar yang telah ada seperti kompetensi profesional dan kompetensi personal. Kompetensi profesional seorang pustakwan itu meliputi jenjang pendidikan, pengetahuan yang luwes, ahli dan terampil dalam melaksanakan pekerjaan. Kompetensi personal seorang pustakawan meliputi sikap kepribadian pustakawan dalam berinteraksi dan memberikan layanan kepada pemustaka. 2.3.4 Kompetensi Pustakawan Layanan Referensi Kompetensi pustakawan layanan referensi sangat menentukan kualitas ataupun mutu dari layanan informasi yang diberikan kepada pemustaka. Kompetensi pustakawan layanan referensi tidak hanya sebagai intermediary ataupun perantara sumber informasi oleh pemustaka tetapi pustakawan referensi mampu dalam memenuhi kebutuhan informasi pemustaka. Tidak hanya sekedar pemenuhan kebutuhan, pustakawan harus memiliki kompetensi 27 profesional dalam menghadapi laju dan perkembangan teknologi informasi yang berkaitan dengan kebutuhan pemustaka. Seorang pustakawan referensi harus tanggap terhadap kebutuhan informasi pemustaka. Latar belakang pendidikan pustakawan referensi punya kualifikasi sarjana ilmu perpustakaan yang terakreditasi dan pengalaman dalam pekerjaan kepustakawanan. Oleh karena itu pustakawan referensi harus memiliki kompetensi profesional untuk memberikan layanan bermutu. Menurut Widyawan 2012, 29-31 kompetensi pustakawan layanan referensi sebagai berikut. 1. Akses Pustakawan referensi mampu menganalisis dan menaggapi kebutuhan pelayanan informasi dan mampu merancang dan mengolah pelayanan referensi. Fokus utama aspek akses ini tentang pemahaman pustakawan terhadap kebutuhan dan perilaku pemustaka, sehingga pustakawan perlu mengembangkan keterampilan untuk memenuhi kebutuhan informasi secara efektif. Kemampuan akses ini termasuk mengatasi banyaknya informasi pemustaka dan mengelola waktu yang ada agar pemustaka nyaman dan menghilangkan kendala-kendala pelayanan. Akses juga menyangkut kemampuan untuk menengarai dokumen melalui kepiawaian bibliografi dan pengindeksan serta memberi solusi yang mengurangi hambatan fisik maupun kognitif terhadap akses, juga kemampuan pemustaka untuk mengakses informasi. 2. Basis pengetahuan Pustakawan hendaknya sadar akan penerapan dan konsep baru dalam lingkungan perpustakaan. Pengetahuan penting bagi pustakawan referensi dan pelayanan pemustaka meliputi a struktur sumber informasi bidang utama pengguna; b pengetahuan tentang sarana informasi dasar seperti katalog berkomputer, system pencarian, pangkalan data, situs web, jurnal dan monograf baik dalam bentuk tercetak maupun elektronik, serta video dan rekaman suara; c pola penelusuran informasi dan perilaku pemustaka; d prinsip-prinsip komunikasi interaksi; e mengerti pengaruh teknologi bagi struktur informasi; f hak cipta dan kekayaan intelektual; dan g standart kompetensi informasi. Di samping itu, pustakawan perlu keterampilan teknik penilaian, metode belajar berkelanjutan, menerapkan pengetahuan dalam 28 praktik, serta merencanakan dan menerapkan pelayanan prima kepada pengguna. Pengetahuan ini diperlukan sebagai bagian dari pendidikan professional dasar. Namun demikian pengetahuan harus diperbarui terus. 3. Pemasaran Perencanaa pemasaran merupakan aspek dari perencanaa strategis yakni mekanisme promosi dimana tujuan, sasaran, dan strategi yang dapat diukur secara kuantitatif. Untuk mengidentifikasikan dan meningkatkan pelayanan kepada pemustaka, membuat perencanaan itu penting. Perencanaan strategis operasi menyediakan kerangka sasaran yang formal. Pustakawan juga perlu memberikan peta fungsi pelayanan dan metode penyajian pelayanan informasi. Misalnya orang yang memberikan pelayanan referensi, pelayanan apa saja yang diberikan, dan efektivitas pelayanan merupakan isu penting. 4. Kolaborasi Memelihara hubungan baik dengan pemustaka dan sejawat, baik di dalam maupun di luar perpustakaan sangat penting bagi seorang pustakawan. Kamus Webster mendefinisikan kolaborasi sebagai berkerja bersama orang lain, atau bersama-sama terutama dalam upaya intelektual. Sementara Oxford English Dictionaryn menggambarkan bahwa kolaborasi adalah bekerja bersama dengan orang lain. Namun demikian, kolaborasi penting di tengah suburnya pertumbuhan informasi, pengetahuan baru, dan teknologi canggih, yang semuanya itu terjadi dalam waktu relative singkat. Karena perkembangan informasi dan meningkatnya ragam dari cara mengakses informasi, pustakawan harus bekerja dengan sejawat, organisasi profesi, dan kelompok lain untuk memastikan bahwa pemustaka menerima pelayanan paling tepat. Pustakawan perlu mengenali dan menghormati peran yang dimainkan pemustaka dalam interaksi informasi. 5. Evaluasi dan penilaian sumber daya dan pelayanan Penilaian yang konsisten terhadap sumber dalam konteks kebutuhan pemustaka penting dalam menjaga agar pelayanan informasi tetap relevan. Upaya yang secara bersama dilakukan dalam penyediaan pelayanan informasi berkualitas. Banyaknya pelayanan informasi yang disediakan untuk pemustaka melalui berbagai media pelayanan. Ada koleksi tercetak yang dilihat di tempat, bahan tercetak yang bisa dibawa pulang, koleksi elektronik melalui internet, pelayanan tatap muka, hubungan telepon, faks, surel, dan situs web. Semuanya dimaksudkan untuk membuat sumber yang ada di perpustakaan tersedia bagi pemustaka. Penggunaan ukuran-ukuran evaluasi untuk kinerja staf merupakan tantangan. Banyak unsur interaksi pelayanan informasi berupa tak benda dan sulit dikukur secara objektif. Namun demikian, tujuan untuk menilai dan mengevaluasi kinerja tetap diperlukan. Pustakawan referensi dan pelayanan pemustaka dituntut untuk mempunyai 29 kompetensi dalam bentuk metode evaluasi formal maupun informal. Metode evaluasi dari penggunaan pertanyaan tertutup yang efektif dalam interaksi referensi formulir umpan balik dari dokumen silang layan dan tentang survey terstruktur dan kajian dengan menggunakan observasi. Penggunaan ukuran dan evaluasi serta penilaian akan bervariasi penerapannya sesuai dengan perkembangan waktu dan kebutuhan lembaga, tetapi kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakannya akan bertahan terus. Sehubungan dengan kompetensi pustakawan referensi ada pendapat yang sama oleh Whilatch, Jo Bell, Nancy E. Bodner, Muzzette Z. Diefenthal, Nancy Huling, dan Kathlen M Kluegel 2003 mengatakan bahwa untuk mencapai tujuan layanan referensi yang bermutu pustakawan harus memiliki kompetensi sebagai berikut. 1. Access akses merupakan kompetensi untuk mengatasi informasi pemustaka yang berlebihan, memperhatikan waktu pemustaka untuk kenyamanan, mengidentifikasi dokumen, memberikan solusi yang meminimalkan hambatan kognitif dan akses informasi. 2. Knowledge Base pengetahuan dasar merupakan pengetahuan yang perlu dimiliki oleh pustakawan seperti teknik penilaian pemahaman, metode pembelajaran yang berkelanjutan, bagaimana menerapkan pengetahuan untuk berlatih, dan bagaimana merencanakan dan melaksanakan layanan ditingkatkan untuk pemustaka. Pengetahuan inti diperoleh sebagai bagian dari pendidikan profesional dasar yang meliputi a struktur informasi bidang; b pengetahuan tentang informasi dasar; c pola penelusuran informasi dan perilaku pemustaka; d prinsip-prinsip komunikasi interaksi; e mengerti 30 pengaruh teknologi bagi struktur informasi; f hak cipta dan kekayaan intelektuan; dan g standart kompetensi informasi. 3. MarketingAwarenessInforming PemasaranKesiagaanMenginformasikan merupakan proses peren- canaan yang dilakukan pustakawan untuk mengidentifikasi dan mempromosikan layanan kepada pemustaka. Sebuah kerangka kerja yang dioperasikan secara strategis untuk tujuan dan sasaran yang diinformasikan secara tepat. Pustakawan bisa sebelumya melakukan survei diluar gedung perpustakaan untuk siaga terhadap kebutuhan pemustaka. 4. Collaboration Kolaborasi merupakan kemampuan pustakawan untuk bekerja sama dengan orang lain terutama dalam upaya intelektual. Kolaborasi diasumsikan penting untuk mengikuti pertumbuhan informasi, pengetahuan baru, dan teknologi yang berkembang dengan waktu relatif singkat. Berkembang pesatnya informasi dan berbagai cara bisa dilakukan untuk mengakses informasi maka pustakwan perlu melakukan kolaborasi dan bekerja dengan organisasi profesi dan kelompok-kelompok lainnya. 5. Evaluation and Assessment of Resources and Services Evaluasi dan Penilaian Sumber Daya dan Jasa merupakan bentuk penilaian terhadap sumber daya dan jasa untuk menjaga layanan informasi tetap relevan. Layanan informasi yang disediakan melalui perorangan, telepon, fax, email, dan sesi maya berbasis web. Dalam semua 31 layanan ini, tujuannya adalah untuk membuat sumber daya perpustakaan yang tersedia untuk pemustaka dengan cara dan format yang memenuhi kebutuhannya. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pustakawan referensi harus memiliki kompetensi yang meliputi a kompetensi akses informasi; b kompetensi pengetahuan dasar; c kompetensi pemasaran, kesiagaan yang menginformasi terhadap kebutuhan informasi pemustaka; d kompetensi untuk bekerja sama, dan e kompetensi untuk mengevaluasi sumber informasi yang relevan dan layanan informasi yang disajikan.

2.4 Kebutuhan Informasi