53 d. Metode Cup-plate
Metode Cup-plate pada prinsipnya juga menggunakan metode difusi yang dilakukan dengan membuat sumur sedemikian rupa pada media agar yang telah
ditanami bakteri. Antibiotik dengan berbagai konsentrasi dimasukkan ke dalam sumur dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 18-24 jam, selanjutnya diamati
diameter zona hambat disekitar sumur Pratiwi, 2008.
2.9.6 Metode isolasi biakan bakeri
Metode isolasi biakan bakteri dibagi atas 3 cara Stanier, dkk., 1982, yaitu:
- Cara gores
Ose yang telah steril dicelupkan ke dalam suspensi mikroorganisme yang diencerkan, kemudian dibuat serangkaian goresan sejajar yang tidak saling
menutupi di atas permukaan agar-agar yang telah padat -
Cara sebar Suspensi mikroorganisme yang telah diencerkan diinokulasikan secara merata
dengan menggunakan batang pengaduk pada permukaan media padat. Setelah diinkubasi, koloni akan berkembang pada media padat.
- Cara tuang
Pengenceran inokulum yang berturut-turut diletakkan pada cawan petri steril dan dicampurkan dengan medium agar-agar cair, kemudian dibiarkan
memadat. Setelah diinkubasi, koloni yang berkembang akan tertanam di dalam media.
2.9.7 Fase pertumbuhan bakteri
Bakteri mengalami pertumbuhan melalui beberapa fase Lay, 1994, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
54 a. Fase Penyesuaian diri Lag phase
Pada saat dipindahkan ke media, bakteri tidak langsung tumbuh dan membelah, meskipun kondisi media sangat mendukung untuk pertumbuhan. Bakteri akan
mengalami masa penyesuaian untuk menyeimbangkan pertumbuhan. b. Fase pembelahan logarhytmik phase
Selama fase ini, populasi meningkat dua kali pada interval waktu yang teratur. Jumlah koloni bakteri akan terus bertambah seiring lajunya aktivitas
metabolisme sel. c. Fase stasionertetap stasionary phase
Pada fase ini terjadi kompetisi antara bakteri untuk memperoleh nutrisi dari media untuk tetap hidup. Sebagian bakteri mati sedangkan yang lain tumbuh
dan membelah sehingga jumlah sel bakteri yang hidup menjadi tetap. d. Fase kematian Death phase
Jumlah bakteri hidup berkurang dan menurun dari beberapa jenis bakteri timbul bentuk-bentuk abnormal.
Gambar 2.10 Kurva fase pertumbuhan bakteri
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem peyampaian obat konvensional tidak dapat mempertahankan konsentrasi obat yang efektif selama periode yang diperlukan, terutama untuk
obat-obat yang memiliki waktu paruh yang singkat. Sediaan ini harus diberikan secara berulang-ulang supaya dapat mempertahankan konsentrasi obat yang
efektif dalam plasma. Hal ini dapat mengurangi kepatuhan pasien sehingga efek pengobatan menjadi kurang berhasil. Sistem penyampaian obat terkontrol oral
dapat mengatasi masalah yang terdapat pada sediaan konvensional dengan cara melepaskan obat perlahan-lahan dan mempertahankan konsentrasi obat yang
efektif dalam sirkulasi sistemik untuk waktu yang lama Hoffman, 1998. Namun, sistem penyampaian obat terkontrol oral konvensional juga
mempunyai kekurangan terutama untuk obat-obat yang memiliki rentang absorpsi yang sempit di daerah lambung dan bagian atas usus halus. Sistem ini tidak
mampu menahan dan melokalisasi sediaan obat dalam daerah yang dicapai di saluran pencernaan karena waktu transit dan waktu tinggal sediaan yang relatif
singkat dalam segmen saluran pencernaan yaitu 2-3 jam. Hal ini dapat menghasilkan absorpsi obat yang tidak sempurna dari sediaan dalam lambung
yang menyebabkan pengurangan efikasi dosis yang diberikan maupun bioavailabilitasnya Rajput, et al., 2010.
Permasalahan ini dapat diatasi dengan memformulasi suatu sistem penghantaran obat terkontrol dan dapat memperlama waktu tinggal sediaan obat
Universitas Sumatera Utara