85 Gambar 4.16
Hasil pengujian daerah hambat larutan standar tetrasiklin terhadap E.coli
Perhitungan nilai daerah hambat pada pengujian aktivitas antibakteri terhadap bakteri S.aureus  dan  E.coli  tidak termasuk dengan diameter pencadang
kertas Lalitha, 1997. Pada Tabel 4.12 dan 4.13 dapat dilihat daerah hambat larutan standar tetrasiklin terus meningkat sampai pada konsentrasi 200 mcgml.
Aktivitas suatu zat antimikroba dalam menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme tergantung pada konsentrasi antimikroba Tim
Mikrobiologi FK Brawijaya, 2003. Semakin tinggi konsentrasi suatu zat akan menghasilkan daerah hambat yang semakin besar Dwidjoseputro, 1990.
4.7.2   Hasil penentuan Konsentrasi Hambat Minimum KHM tetrasiklin
Konsentrasi Hambat Minimum KHM tetrasiklin di dapat berdasarkan persamaan berikut Beg, et al., 2012:
ln KHM = ln c – x
2
….……………. 1 4Dt
20 ppm 40 ppm
0 ppm 0,5 ppm
2 ppm
1 ppm 3 ppm
4 ppm 5 ppm
10 ppm 20 ppm
40 ppm
60 ppm 80 ppm
100 ppm 120 ppm
140 ppm 160 ppm
180 ppm
200 ppm
Universitas Sumatera Utara
86 Keterangan:
-
KHM = Konsentrasi Hambat Minimum
- c = konsentrasi larutan
- x
2
= diameter daerah hambat
- D = Koefisien difusi
- t = waktu difusi
Persamaan 1 kemudian diturunkan menjadi: ln c = ln KHM –  x
2
….……………. 2 4Dt
Pada persamaan 2 dibuat plot ln c vs x
2
yang dapat dilihat pada Gambar 4.17 dan 4.18. Intersept persamaan garis merupakan ln KHM yang kemudian
digunakan untuk mencari nilai Konsentrasi Hambat Minimum KHM larutan standar tetrasiklin.
Gambar 4.17 Plot ln c vs x
2
larutan standar tetrasiklin terhadap S.aureus
Gambar 4.18 Plot ln c vs x
2
larutan standar tetrasiklin terhadap E.coli y = 0,047x - 0,204
R² = 0,992
-2 2
4 6
20 40
60 80
100 120
140
ln c
x
2
y = 0,047x - 0,148 R² = 0,990
-2 2
4 6
20 40
60 80
100 120
ln c
x
2
Universitas Sumatera Utara
87 Pada Gambar 4.17 menunjukkan plot garis yang diperoleh mempunyai
nilai koefisien korelasi R
2
sebesar 0,992. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan linieritas yang baik dan harga intersept dari persamaan ln KHM yang diperoleh
adalah  -0,204 sehingga dapat diperoleh nilai KHM tetrasiklin terhadap Staphylococcus aureus adalah 0,81 mcgml. Pada Gambar 4.18 menunjukkan plot
garis yang diperoleh mempunyai nilai koefisien korelasi R
2
sebesar 0,990. Hal ini juga menunjukkan hubungan linieritas yang baik dan harga intersept dari
persamaan ln KHM yang diperoleh adalah -0,148 maka dapat diperoleh KHM tetrasiklin terhadap E.coli adalah 0,86 mcgml. Menurut FDA 2008, nilai KHM
tetrasiklin tidak boleh lebih dari 4 mcgml.
4.7.3   Hasil pengujian aktivitas antibakteri alikot hasil disolusi tetrasiklin
Hasil pengujian daya hambat alikot hasil disolusi tetrasiklin dari cangkang kapsul alginat 80-120 cP yang mengandung PEG 6000 4 terhadap  bakteri
Staphylococcus  aureus  dan  Escherichia coli  yang menggunakan metode difusi agar dapat dilihat pada Tabel 4.14 dan 4.15 dan Gambar 4.19 dan 4.20.
Tabel 4.14 Pengujian alikot hasil disolusi sediaan floating tetrasiklin selama 12
jam terhadap pertumbuhan bakteri S.aureus
Waktu Jam Daerah hambat mm
0,00 0,5
2,52 ± 1,29 1
4,81 ± 1,03 2
5,75 ± 1,51 3
6,71 ± 1,4 4
7,79 ± 1,92 5
9,02 ± 1,31 6
9,51 ± 1,89 7
10,24 ± 1,6 8
11,38 ± 2,19 9
12,63 ± 2,08 10
14,03 ± 0,92 11
14,72 ± 1,43 12
15,31 ± 1,38
Universitas Sumatera Utara
88
Tabel 4.15 Pengujian hasil alikot disolusi sediaan floating tetrasiklin selama 12
jam terhadap pertumbuan bakteri E.coli
Waktu Jam Daerah hambat mm
0,00 0,5
1,67 ± 0,1 1
2,64 ± 0,46 2
3,88 ± 0,9 3
4,76 ± 1,19 4
5.97 ± 2,18 5
6,72 ± 2,06 6
7,54 ± 1,88 7
9,31 ± 2,21 8
10,19 ± 2,61 9
10,99 ± 2,69 10
11,87 ± 2,89 11
13,32 ± 2,19 12
14,02 ± 2,37 Pada Tabel 4.14 dan 4.15 dapat dilihat bahwa alikot hasil disolusi
tetrasiklin selama 12 jam dari cangkang kapsul alginat yang mengandung PEG 6000 4 menunjukkan sifat intermediet dalam menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus dan  Escherichia coli  dengan daerah hambat yang diperoleh masing-masing adalah 2,52-15,31 mm dan 1,67-14,02 mm.  Besarnya
daerah hambat yang terbentuk oleh tetrasiklin disesuaikan dengan kriteria CLSI Clinical and Laboratory Standard Institute 2006, yaitu bila daerah hambat 19
mm dikatakan sensitif, bila daerah hambat antara 14-19 mm dikatakan intermediet, dan bila daerah hambat 14 mm maka dikatakan resisten.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada bakteri S.aureus  memiliki daerah  hambat  yang hampir sama  dengan bakteri E.coli.  Menurut Volk 1992,
kedua bakteri uji  memilki komposisi dan struktur dinding sel yang berbeda sehingga mengakibatkan bakteri Gram positif lebih  rentan terhadap senyawa
kimia dibandingkan Gram negatif. Struktur dinding sel bakteri Gram positif hanya berlapis tunggal dengan kandungan lipid 1-4  sehingga memudahkan bahan
Universitas Sumatera Utara
89 bioaktif masuk ke dalam sel. Struktur dinding sel bakteri Gram negatif lebih
kompleks  yaitu berlapis tiga  yang  terdiri dari lapisan luar lipoprotein, lapisan tengah lipopolisakarida yang berperan sebagai penghalang masuknya bahan
bioaktif antibakteri, dan lapisan dalam berupa peptidoglikan  dengan kandungan lipid 11-12.
Gambar 4.19 Hasil pengujian daerah hambat dari alikot hasil disolusi terhadap
Staphylococcus aureus
0 jam
0,5 jam 1 jam
2 jam 3 jam
5 jam 6 jam
0 jam 0,5 jam
1 jam 2 jam
3 jam 4 jam
6 jam 5 jam
7 jam 8 jam
10 jam 9 jam
11 jam
12 jam
0 jam
0,5 jam 2 jam
1 jam 3 jam
4 jam 6 jam
5 jam 3 jam
4 jam 5 jam
6 jam
Universitas Sumatera Utara
90 Gambar 4.20
Hasil pengujian daerah hambat dari alikot hasil disolusi terhadap Escherichia coli
Gambar 4.21 Grafik  daerah hambat mm vs waktu jam terhadap
Staphylococcus aureus
Gambar 4.22 Grafik  daerah hambat mm vs waktu jam terhadap  Esherichia
coli
2 4
6 8
10 12
14 16
18
0,5 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
12
D ae
rah h
am b
at m
m
Waktu jam
2 4
6 8
10 12
14 16
0,5 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
12
D ae
rah h
am b
at m
m
Waktu jam
7 jam 8 jam
9 jam 10 jam
11 jam
12 jam 7 jam
8 jam 9 jam
11 jam
12 jam 10 jam
Universitas Sumatera Utara
91 Pada Gambar 4.21 dan 4.22 dapat dilihat bahwa daerah hambat alikot hasil
disolusi tetrasiklin dari cangkang kapsul alginat yang mengandung PEG 6000 4 terhadap bakteri S.aureus dan E.coli meningkat secara terus menerus pada jam ke-
12.  Hal ini dikarenakan semakin lama waktu disolusi maka jumlah obat yang terlepas juga semakin banyak pada medium lambung sehingga daerah hambat
yang dihasilkan juga semakin besar. 4.7.4   Korelasi daerah hambat alikot hasil disolusi dan daerah hambat
larutan standar hitung
Korelasi daerah hambat alikot hasil disolusi dengan daerah hambat larutan standar tetrasiklin terhadap Staphylococcus aureus  dapat dilihat pada Tabel 4.16
dan Gambar 4.23, sedangkan pada Escherichia coli dapat dilihat pada Tabel 4.17 dan Gambar 4.24.
Tabel 4.16 Korelasi pengujian daerah hambat alikot hasil disolusi dan daerah
hambat larutan standar hitung terhadap Staphylococcus aureus
Aliquot disolusi Larutan standar
hitung Waktu
jam Daerah
hambat mm
Ln C Konsentrasi
c mcgml
X
2
Daerah hambat
x mm
0,5 2,52
0,09368 1,098208
6,3336 2,5167
1 4,81
0,883899 2,420318
23,1468 4,8111
2 5,75
1,349938 3,857184
33,0625 5,7500
3 6,71
1,90933 6,748568
44,9645 6,7056
4 7,79
2,647339 14,11643
60,6668 7,7889
5 9,02
3,621823 37,4057
81,4005 9,0222
6 9,51
4,047678 57,26434
90,4612 9,5111
7 10,24
4,728586 113,1355
104,9486 10,2444
8 11,38
5,88033 357,9273
129,4538 11,3778
9 12,63
7,297252 1476,238
159,6011 12,6333
10 14,03
9,044592 8472,592
196,7785 14,0278
11 14,72
9,98296 21654,31
216,7438 14,7222
12 15,31
10,80622 49326,73
234,2600 15,3056
Universitas Sumatera Utara
92
Tabel 4.17 Korelasi pengujian daerah hambat alikot hasil  disolusi dan daerah
hambat larutan standar hitung terhadap Escherichia coli
Aliquot disolusi Larutan standar
hitung Waktu
jam Daerah
hambat mm
Ln C Konsentrasi
c mcgml
X
2
Daerah hambat
x mm
0,5 1,67
-0,01657 0,983564
2,796327 1,672222
1 2,64
0,179296 1,196374
6,963735 2,638889
2 3,88
0,560773 1,752026
15,08028 3,883333
3 4,76
0,91492 2,496574
22,61531 4,755556
4 5,97
1,52837 4,610653
35,66744 5,972222
5 6,72
1,975849 7,212739
45,18827 6,722222
6 7,54
2,523238 12,4689
56,83485 7,538889
7 9,31
3,9221888 50,4957
86,59336 9,305556
8 10,19
4,736555 114,0406
103,9267 10,19444
9 10,99
5,533257 252,9665
120,8778 10,99444
10 11,87
6,470436 645,7649
140,8178 11,86667
11 13,32
8,193635 3617,851
177,4816 13,32222
12 14,02
9,090339 8869,190
191,0538 14,02222
Cara mencari daerah hambat hitung adalah dengan memasukkan konsentrasi alikot hasil disolusi c ke dalam persamaan garis lurus yang
diperoleh. Untuk bakteri Staphylococcus aureus  dapat dilihat pada Gambar 4.17 yaitu: y = 0,047x - 0,204 dan bakteri Escherichia coli dapat dilihat pada Gambar
4.18 yaitu: y = 0,047x  -  0,148  dimana y adalah ln c dan x adalah x
2
. Pada Gambar 4.17 dan 4.18 menunjukkan hubungan linearitas yang baik dari hasil
pengujian diameter daerah hambat alikot hasil disolusi dengan diameter daerah hambat larutan standar hitung tetrasiklin dengan koefisien korelasi R
2
masing- masing sebesar 0,992 dan 0,990.
Plot garis hubungan antara pengujian daerah hambat alikot  hasil  disolusi praktek dengan  daerah hambat hitung terhadap Staphylococcus aureus  dan
Escherichia coli  memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 1,00. Hal ini menunjukkan hubungan linieritas yang baik berarti daerah hambat alikot  hasil
Universitas Sumatera Utara
93 disolusi  praktek dengan  daerah hambat larutan standar hitung memiliki
korelasi yang baik. Grafik hasil dapat dilihat pada Gambar 4.23 dan 4.24.
Gambar 4.23 Hubungan antara pengujian daerah hambat alikot hasil disolusi
praktek dengan daerah hambat hitung terhadap S.aureus
Gambar 4.24 Hubungan antara pengujian daerah hambat alikot hasil disolusi
praktek dengan daerah hambat hitung terhadap E.coli
y = 1,000x - 0,006 R² = 1
-2 2
4 6
8 10
12 14
16 18
5 10
15 20
D ae
rah h
am b
at p
rak te
k
mm
Daerah hambat hitung mm
y = 1,000x - 0,006 R² = 1
-2 2
4 6
8 10
12 14
16
2 4
6 8
10 12
14 16
D ae
rah h
am b
at p
rak te
k
mm
Daerah hambat hitung mm
Universitas Sumatera Utara
94
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
a. Cangkang kapsul alginat dapat diformulasi  untuk sediaan floating
tetrasiklin yang dapat bertahan di lambung  karena cangkang kapsul alginat tetap utuh dalam medium lambung buatan pH 1,2.
b. Sediaan  floating  tetrasiklin  dengan penambahan PEG 6000 4 pada
cangkang kapsul alginat  dapat memberikan  pelepasan obat yang memenuhi persyaratan sustained release  dalam medium  lambung buatan
pH 1,2. c.
Sediaan floating tetrasiklin dengan penambahan PEG 6000 pada cangkang kapsul  alginat  dapat  memberikan  efek antibakteri dengan adanya daerah
hambat dari alikot hasil disolusi selama 12 jam dan bersifat intermediet terhadap  bakteri  Staphylococcus aureus  15,31 mm dan  bakteri
Escherichia coli  14,02 mm dengan masing-masing nilai KHM  adalah 0,81 dan 0,86 mcgml.
5.2 Saran
Disarankan untuk peneliti selanjutnya untuk menguji aktivitas antibakteri sediaan  floating  yang mengandung tetrasiklin terhadap pasien ulkus peptikum
yang disebabkan oleh infeksi H.pylori  yang  dapat mencegah efek iritasi pada saluran cerna sehingga aman untuk digunakan.
Universitas Sumatera Utara