Teknik-teknik pembinaan disiplin Kajian tentang Disiplin

35 5 Kehidupan akan sosialnya mulai bertambah seiring berjalannya waktu dimulai dalam kemampuan dalam kerjasama, bersaing serta dalam kehidupan kelompok sebaya. 6 Dalam bergaul, kegiatan bekerja sama dan tidak membedakan jenis, melainkan yang menjadi dasar adalah perhatian dan pengalaman yang sama. 7 Ketergantungan terhadap orang dewasa orang tua semakin berkurang dan menggap bahwa dirinya bisa melakukan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Selain itu ia merasa bahwa tidak lagi memerlukan perlindungan dari orang dewasa TIM Dosen FIP IKIP Malang, 1980.

D. Penelitian yang Relevan

1. Metode yang serupa juga pernah dilakukan oleh Trimanto 2013 yang meneliti tentang Penanaman Nilai-Nilai Kedisiplinan pada Siswa Kelas Tinggi di Sekolah Dasar Negeri Soka Pundong Bantul. Pada penelitian yang relevan ini metode yang digunakan oleh peneliti juga sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Trimanto. Metode tersebut menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Selain itu, teknik pengambilan data yang digunakan juga serupa dengan yang dilakukan oleh peneliti. Teknik pengambilan data tersebut menggunakan teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Berikut adalah hasil kesimpulan dari penelitian Penanaman Nilai-Nilai Kedisiplinan pada Siswa Kelas Tinggi di 36 Sekolah Dasar Negeri Soka Pundong Bantul yang dilaksanakan pada bulan April-Juni tahun 2013. a. Penanaman nilai kedisiplinan yang dilakukan oleh guru kelas tinggi di SD Soka yaitu dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai kedisiplinan tersebut kedalam kegiatan pembelajaran atau pada kegiatan rutin yang dilakukan di lingkungan sekolah.penanaman kedisiplinanan di SD Soka yang dilakukan oleh guru melalui keteladanan yang baik untuk menaati peraturan, melakukan tindakan spontan, teguran, pengondisian lingkungan serta kegiatan rutin. b. Guru kelas tinggi menanamkan kedisiplinan melalui keteladanan dengan cara berpakaian guru yang rapi dan sopan, datang kesekolah tepat waktu, mengikuti kegiatan rutin dengan tertib, berbicara dengan sopan. Bapak dan Ibu guru secara spontan memberikan nasihat kepada siswa yang melanggar peraturan sekolah. Mereka menegur dan memberikan nasihat kepada siswa yang datang terlambat atau kedapatan membuang sampah sembarangan. Bapak dan Ibu guru juga menegur siswa yag bajunya dikeluarkan, kemudian memberikan nasihat agar dirapikan kembali. Siswa yang berkata tidak sopan akan mendapatkan teguran yang tegas, bahkan salah satu guru menakutinya dengan pemberian skor. Apabila masih berkata tidak baik siswa ditakut-takuti dengan tidak diperbolehkan masuk ke sekolah. c. Bapak dan Ibu guru kelas tinggi mengondisikan lingkungan untuk menanamkan kedisiplinan. Slogan-slogan tentang nilai-nilai budi pekerti ditempelkan di dinding kelas. Tata tertib sekolah juga di tempelkan di kelas. Selain itu juga menyediakan alat-alat kebersihan seperti sapu, bak sampah supaya siswa menjaga kebersihan. Jadwal piket dibuat supaya siswa terbiasa untuk menjaga kebersihan lingkungan kelasnya. d. Guru kelas tinggi di SD Soka menanamkan kedisiplinan melalui kegiatan rutin yang ada di sekolah. Kegiatan rutin yang diikuti oleh siswa antara lain upacara rutin hari senin, berbaris sebelum masuk ke kelas, melaksanakan tugas piket, melaksanakan sholat berjamaah. Bagi siswa yang melanggar atau tidak tertib dalam kegiataan rutin akan diberikan sanksi oleh guru. e. Keteladanan cenderung dilakukan untuk menanamkan peraturan. Tindakan spotan dan teguran di gunakan oleh guru untuk meneggakan peraturan dan pemberian hukuman. Guru kelas tinggi memberikan pengutan berupa kata-kata pujian, misalnya dengan kata, “Bagus, Betul, Teruskan” dan sebagainya. Penguatan guru masih kurang bervariasi. Sedangkan kegiatan rutin dilakukan oleh guru untuk membentuk pembiasaan yang baik pada diri anak. f. Guru SD Soka sudah menanamkan nilai kedisiplinan melalui lima strategi pengintegrasian nilai, namun implementasi yang dilakukan 37 oleh guru belum maksimal. Guru mengalami hambatan antara lain, ada beberapa guru belum memahami karakter siswa, khususnya siswa berkebutuhan khusus. Oleh karena itu, guru merasa kesulitan untuk mendisiplinkan siswa berkebutuhan khusus tersebut. Guru belum memahami metode yang bervariasi, metode yang digunakan monoton, yaitu ceramah, tanya jawab, dan penugasaan. Guru kesulitan menggunakan metode yang menarik atau pun membuat media yang disukai siswa. Orang tua siswa sibuk dengan pekerjaannya dan belum memberikan motivasi secara penuh kepada anaknya untuk bersekolah. 2. Penelitian yang juga pernah dilakukan oleh Novi Handayani 2014 yang meneliti tentang Implementasi Nilai-Nilai Kedisiplinan di Sekolah Dasar Margoyasan Yogyakarta. Pada penelitian relevan yang kedua ini pendekatan yang digunakan dalam penelitian sama dengan yang dilakukan oleh Novi Handayani. Teknik penelitian yang dilakukan juga sama. Penelitian ini dilaksanakan bulan Maret- April 2014. Berikut adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Novi Handayani. a. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepala sekolah dalam mengimplementasikan kedisiplinan melalui penerapan peraturan, hukuman dan penghargaan serta konsistensi yang berasal dari luar individu. Penerapan unsur disiplin sudah konsisten dan tetap untuk siswa. Penerapan hukuman dan penghargaan bagi siswa di sekolah berupa pembinaan-pembinaan, kepala sekolah dalam menanamkan kedisiplinan di sekolah bersifat demokratis. b. Hambatan implementasi nilai-nilai kedisiplinan yang dihadapi SD N Magoyasan Yogyakarta adalah kesibukan guru yang mengabaikan pendidikan mendisiplinkan siswa. Kesadaran atau kepedulian orang tua terhadap pendidikan kurang dan tidak disiplinnya sebagian guru di sekolah. c. Implementasi kedisiplinan yang dilakukan sebagian guru kepada siswa di sekolah melalui kegiatan memberikan nasihat untuk selalu disiplin, memberikan contoh langsung dan membiasakan anak untuk hidup disiplin melalui pemberian penghargaan dan konsistensi. Penerapan unsur disiplin tersebut sudah konsisten dan tetap bagi siswa. Maka dalam menanamkan kedisiplinan guru siswa bersifat demokratis.