Analisis Formal Batlle Field Bagian 1

dan bersama menghadapinya. Seekor kuda juga diartikan sebagai lambang dari keperkasaan karena kelincahan dan kecepatannya dalam berlari, kuda juga sering dijadikan tunggangan oleh pembesar. Di Indonesia sendiri kuda sering digunakan oleh para pahlawan dalam bertempur melawan penajahan. Menurut pandangan Entang, kuda sangat identik dengan sosok pahlawan yaitu Pangeran Diponegoro yang diidolakannya. Dari latar belakang dan interpretasi karya kita dapat mengetahui nilai sosial yang dikandung, seperti pada latar belakang Entang dan keluarganya menghadapi persoalan-persoalan perbedaan budaya antara Entang dan istrinya, perbedaan warna kulit, hal tersebut di dalam masyarakat sering dianggap menjadi masalah dalam kesetaraan. Pesan yang terkandung adalah bahwa semua manusia semestinya saling menghormati dan menghargai sesamanya, meskipun berbeda budaya. Manusia memiliki hak kedudukan atau keadilan sosial yang sama dan tidak diukur dari warna kulit atau fisik.

d. Evaluasi

Karya bagian 1 ini mengingatkan peneliti dengan relief-relief pada candi di Indonesia, hanya saja dalam penciptaannya Entang menggunakan media lain yaitu logam. Hal ini memperlihatkan bagaimana budaya Indonesia tidak terlepas dari pribadi Entang Wiharso, meskipun dalam pengakuannya ia tidak setuju dengan adanya pengelompokan, menurutnya seni bersifat universal dengan tidak mengkotak-kotak dari mana asal budayanya. Entang Wiharso menggunakan simbol subjektifnya dalam penciptaan kuda yaitu dengan anggapan kuda identik dengan sosok Pangeran Diponegoro, namun menurut pandangan peneliti tidak semua orang mempunyai persepsi yang sama tentang kuda kaitannya dengan sosok Pangeran Diponegoro. Pada sosok laki-laki dengan wajah berdaun merupakan kreatifitas Entang dalam mewujudkan ide atau gagasannya. Jika dibandingkan dengan karya lainnya seperti pada karyanya yang berjudul “No Target” 2010, karya ini terlihat lebih normal dengan bentuk-bentuk yang diciptakannya karena dalam karya “No Target” 2010 Entang banyak menggunakan bentuk-bentuk yang didistorsi sedangkan pada Battle Field terdapat transformasi bentuk pada dua wajah laki-laki saja. Dilihat dari bahan material yang digunakan, karya bagian 1 ini Entang menggunakan material logam dengan teknik cor logam. Hal ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan material yang digunakan Heri Dono yang juga membuat karya instalasi, ia menggunakan material kulit dan bahan-bahan alam. Entang dan Heri mengangkat nilai tradisi dengan pendekatan kontemporer. Dari segi bentuk, karya Entang merupakan karya 3 dimensi seperti bentuk relief, sedangkan Heri Dono membuat bentuk-bentuk dua dimensi pada wayangnya yang berjudul Wayang Legenda.

2. Battle Field Bagian 2

Gambar 4: Bagian 2 Entang Wiharso, Battle Field 2014, 270 cm x 214 cm, cor logam sumber: Hasil dokumentasi di studio Entang Wharso, 9 Mei 2015

a. Deskripsi

Bagian 2 dari karya Battle Field merupakan karya Entang Wiharso yang diciptakan dengan teknik cor logam. Dalam bagian karya ini objek yang dimunculkan merupakan objek representasional yaitu bentuk figuratif terdiri dari sepuluh manusia. Terlihat seorang laki-laki di punggung kuda dengan membawa pedang berbentuk dedaunan. Di sekelilingnya terdapat prajurit-prajurit yang terlihat lengkap dengan persenjataannya. Dua orang berada di depan kuda, salah satunya terlihat sedang memegang kaki seorang prajurit. Di bagian bawah kuda,