Kegunaan Manfaat Penelitian PENDAHULUAN

11 terutama pada kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi yang sangat penting. Beberapa ahli mengemukakan tentang pengertian tunarungu, diantaranya menurut Mohammad Efendi 2006: 59 mendefinisikan anak tunarungu sebagai seseorang yang mengalami ketulian tunarungu berat jika kehilangan kemampuan mendengar 70 dB atau lebih menurut ISO sehingga akan mengalami kesulitan dalam memahami informasi yang disampaikan oleh orang lain meskipun menggunakan alat bantu dengar hearing aid atau tanpa alat bantu dengar. Kemudian yang dikategorikan lemah pendengaran adalah apabila anak mengalami kehilangan pendengaran antara 35-65 dB sehingga mengalami kesulitan dalam mendengar, tetapi tidak terhalang untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain jika dibantu dengan alat bantu dengar hearing aid. Berdasarkan pemaparan dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tunarungu merupakan kondisi dimana tidak berfungsinya organ pendengaran sehingga mengakibatkan kehilangan pendengaran baik sebagian maupun keseluruhan dan berdampak kepada kehidupan secara kompleks yang mengakibatkan kesulitan dalam berkomunikasi dengan lingkungan sekitar sehingga dibantu dengan alat bantu dengar. 12

2. Karakteristik Anak Tunarungu

Karakteristik yang dimiliki oleh anak tunarungu menurut Suparno 2001:14 dari segi fisik anak tunarungu memiliki cara berjalan yang kaku dan cenderung membungkuk, pernapasannya pendek, dan gerakan matanya lebih cepat dan beringas dibandingkan dengan anak normal. Sedangkan dari segi bahasa anak tunarungu memiliki kosakata yang minim sehingga sulit mengartikan ungkapan-ungkapan dan kata-kata yang abstrak idiomatik. Anak tunarungu hanya memahami kalimat-kalimat sederhana dan sulit memahami kalimat yang kompleks atau kalimat panjang, serta bentuk kiasan-kiasan. Anak tunarungu juga kurang menguasai dalam hal irama dan gaya bahasa. Menurut Telford dan Sawrey 1981 dalam Frida Mangunsong, 2014: 85 karakteristik anak tunarungu tampak dari simtom-simtom seperti ketidakmampuan memusatkan perhatian yang sifatnya kronis, kegagalan berespons apabila diajak berbicara, terlambat berbicara atau melakukan kesalahan artikulasi, dan mengalami keterbelakangan di sekolah. Karakteristik anak tunarungu menurut Permanarian Somad dan Tati Hernawati 1995: 34-35 dilihat dari segi intelegensi, bahasa dan bicara, dapat dilihat sebagai berikut.