Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Tematik Integratif

162 9 guru tidak menyampaikan informasi yang akan dilakukan. Hasil observasi ini diperkuat dengan wawancara dengan guru HR. Guru HR menyatakan, ”Iya, kan hari ini ndak selesai jadi saya informasikan pembelajaran dilanjut hari Senin dengan presentasi wawancara.” Sabtu, 31 Januari 2015 Hasil observasi dan wawancara guru HR diperkuat dengan wawancara dengan siswa kelas IV berikut. Peneliti :”Bu HR suka njelasin mau belajar apa besok, atau disuruh membawa perlengkapan apa saja nggak ?” MRMI:”Disampaikan.” SFN :”Iya disampaikan kak.” RYP :”Disampaikan.” VJZ :”Diberi tahu.” OGP :”Dikasih tahu. Rabu, 18 Februari 2015 Dari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa guru SY dan guru HR selalu berusaha menyampaikan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya. Akan tetapi intensitas yang dilakukan guru HR lebih tinggi daripada guru SY.

c. Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Tematik Integratif

Berdasarkan hasil analisis RPP, observasi dan wawancara, guru SY dan guru HR sudah menggunakan penilaian autentik dalam pembelajaran tematik integratif. Pemahaman tentang penilaian autentik diperoleh peneliti dari kedua guru adalah penilaian yang mencakup aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Hal ini 163 dibuktikan dengan hasil wawancara dengan kedua guru sebegai berikut. SY :”Iya menggunakan penilaian autentik itu mbak. Yang mengukur aspek sikap, KI-1 itu spiritual to, KI-2 sikap sosial, terus pengetahuan, dan keterampilan mbak.” Selasa, 3 Februari 2015 HR :”Ya kan memang harus dengan penilaian autentik itu mbak. Ya mengukur semuanya, dari sikap, keterampilan, dan pengetahuan.” Sabtu, 31 Januari 2015 Selama observasi, diketahui bahwa guru melakukan penilaian dalam tiga aspek, yaitu aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Guru SY dan HR sudah merencanakan penilaian yang akan dilaksanakan tertulis dalam RPP, akan tetapi dalam pelaksanaan guru tidak selalu sesuai dengan perencanaan yang sudah dibuat. Berikut merupakan penjelasan mengenai penilaian autentik. 1 Penilaian Kompetensi Sikap Guru melakukan pengamatan terhadap sikap siswa. Penilaian sikap yang ditekankan guru SY dan guru HR ada pada sikap sosial, karena sikap spiritual akan didiskusikan dengan guru PAI lampiran 51, CL 20, halaman 444. Pelaksanaan penilaian kompetensi sikap yang dilakukan guru SY dan guru HR dapat dilihat pada tabel 37 berikut. Tabel 37. Penilaian Kompetensi Sikap Obs- Ke- Guru SY Kelas I Guru HR Kelas IV 1-9 Guru SY melakukan penilaian sikap dengan menggunakan teknik observasi. Guru tidak menggunakan instrumen penilaian, baik check list maupun skala. Guru HR melakukan penilaian sikap dengan menggunakan teknik observasi. Guru tidak menggunakan instrumen penilaian, baik check list maupun skala. 164 Dari hasil observasi diketahui bahwa guru SY tidak menyampaikan kompetensi sikap yang akan dinilai serta tidak menyampaikan kriteria penilaian dan indikator capaian sikap siswa. Guru SY juga tidak langsung mencatat tampilan sikap siswa, serta belum menentukan tingkat capaian siswa. Guru akan mencatat tampilan sikap di sela-sela waktu, baik di rumah maupun di sekolah catatan observasi penilaian autentik kelas I. Aspek yang dinilai dalam pelaksanaan sikap sosial di kelas I pada tema 6 adalah jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, percaya diri, dan kerjasama. Teknik observasi digunakan di setiap pembelajaran dan terlihat pada observasi 1-9, walau dalam perencanaan tidak selalu dituliskan. Berikut merupakan penjelasan guru SY terkait teknik penilaian sikap yang digunakan. SY : ”…Sikap itu saya mengamati mbak...” Selasa, 3 Februari 2015 Dari hasil observasi diketahui bahwa guru memperhatikan siswa siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan memberi teguran kepada siswa yang tidak menjawab salam dengan benar, tidak khusyu dalam berdoa, tidak ikut sholat Dhuha, dan sikap menghargai teman. Seperti pernyataan guru SY berikut. “Iya mbak. Anak yang ramai saya tegur, saya nasihati, yang berdoanya tidak khusyu juga. Kalau pengetahuan itu latihan soal mbak.” Selasa, 3 Februari 2015 165 Teknik penilaian diri dan penilaian sebaya juga pernah digunakan guru SY. Akan tetapi dilaksanakan pada semester I dan semester II awal, sehingga peneliti tidak dapat menganilis penilaian diri dan penilaian sebaya. Hal ini dibenarkan dengan pernyataan siswa berikut ini. Peneliti :”Kalian pernah diajak menilai diri sendiri sama bu guru?” AWB :”Pernah, dulu.” MZ :”Pernah.” DBP :”Pernah.” TI :”Pernah.” SP :”Pernah, dulu.” Peneliti :”Kalau menilai teman, pernah nggak?” AWB :”Pernah, dulu.” MZ :”Pernah.” DBP :”Pernah. TI :”Mbiyen mbak.” Selasa, 10 Februari 2015 Dari hasil observasi di kelas I diketahui bahwa perencanaan penilaian yang dituliskan tidak selalu digunakan. Hal ini dibenarkan dalam wawancara dengan guru SY pada Sabtu, 28 Februari 2015 berikut. ”Kalau menilai sesuai RPP itu ndak jadi ngajar nanti mbak. Jadi saya pengamatan saja, kan sudah hafal anak-anak, sifatnya.” Sejalan dengan guru SY, guru HR juga melaksanakan penilaian sikap dengan observasi. Guru HR melakukan penilaian sikap sosial pada sikap cinta lingkungan, peduli, menghargai, cermat, teliti, bertanggung jawab, kerja sama, percaya diri, giat berusaha, dan teliti analisis RPP 1-9. Akan tetapi tidak semua 166 perencanaan penilaian sikap yang akan dinilai dilengkapi dengan teknik, dan instrumen yang akan digunakan. Dari hasil observasi diketahui bahwa dalam pelaksanaan penilaian sikap, guru HR selalu menggunakan teknik observasi. Guru tidak pernah menyampaikan kompetensi sikap yang perlu dicapai siswa, kriteria penilaian dan indikator capaian sikap. Guru juga tidak langsung mencatat tampilan sikap siswa. Guru HR menyatakan bahwa pencatatan dilakukan di akhir, sekaligus dimasukkan ke dalam aplikasi. Hal ini dilakukan agar guru tidak selalu melakukan pengubahan terhadap nilai siswa di aplikasi. Guru juga akan membandingkan tampilan sikap siswa dan menentukan tingkat capaian siswa di sela-sela waktu. Catatan observasi penilaian autentik kelas IV. Walau dari delapan RPP yang dianalisis tidak ditemukan perencanaan penilaian untuk sikap spiritual, akan tetapi penanaman dan penilaian sikap spiritual terlihat dalam kegiatan pembelajaran, berupa teguran kepada siswa yang tidak menjawab salam dengan benar, tidak khusyu dalam berdoa, hafalan surat pendek, dan toleransi. Berikut merupakan pernyataan guru HR, terkait penilaian sikap yang dilakukan. Peneliti :”Kalau untuk penilaian sikapnya bagaimana nggih Bu?” HR :”…Sikap itu selama proses pembelajaran … .” Selasa, 3 Maret 2015 167 Pelaksanaan penilaian sikap yang dilakukan tidak selalu sesuai dengan perencanaan. Guru HR tidak menilai semua sikap dan tidak menggunakan instrumen yang direncanakan seperti pernyataan berikut. Sikap sosial sendiri ada banyak, jadi yang kita rencanakan di RPP belum tentu itu semua dinilai. Kita kan ngajar, jadi nanti nilainya kan guru sudah hafal karakter anaknya bagaimana.” Lampiran 51, CL 20 Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa guru SY dan guru HR sudah berusaha untuk membuat perencanaan sikap sosial, walaupun pelaksanaan penilaian tidak sesuai rencana direncanakan dengan check list atau skala penilaian, tetapi tidak digunakan saat menilai. Selain itu, dalam pelaksanaan, guru juga sudah melakukan pengamatan terhadap sikap sosial dan spiritual. 2 Penilaian Kompetensi Pengetahuan Penilaian pengetahuan merupakan penilaian yang hampir selalu dilakukan guru SY maupun guru HR. Penilaian pengetahuan yang dilakukan guru SY dan guru HR selalu menggunakan tes tertulis dan penugasan berupa PR. Informasi mengenai pelaksanaan penilaian pengetahuan guru SY maupun guru HR di dapat dilihat pada tabel 38 berikut. 168 Tabel 38. Penilaian Kompetensi Pengetahuan Obs- ke- Guru SY Kelas I Guru HR Kelas IV 1. Dengan tes tertulis dan penugasan PR. Nilai dengan rentang 0-100. Penilaian tes tertulis dan PR, nilai dengan rentang 70-100. 2. Dengan tes tertulis dan penugasan PR. Nilai dengan rentang 0-100. Penilaian tes tertulis dan PR, nilai dengan rentang 70-100 dan remidi menulis kembali langkah percobaan. 3. Dengan tes tertulis dan penugasan PR. Nilai dengan rentang 0-100. Penilaian tes tertulis dan PR, nilai dengan rentang 70-100. 4. Dengan tes tertulis dan penugasan PR. Nilai dengan rentang 0-100. Penilaian tes tertulis, nilai dengan rentang 70-100. 5. Menggunakan penugasan berupa PR. Penilaian tes tertulis dan PR, nilai dengan rentang 70-100. 6. Dengan tes tertulis dan penugasan PR. Nilai dengan rentang 0-100. Tidak dilakukan. 7. Menggunakan penugasan Nilai rentang 0-100. Penilaian tes tertulis, nilai dengan rentang 70-100. 8. Dengan penugasan. Nilai rentang 0- 100. Penilaian tes tertulis dan PR, nilai dengan rentang 70-100. 9. Dengan penugasan Nilai rentang 0- 100. Penilaian tes tertulis, PR, dan remidi. Nilai dengan angka 70-100. Tabel 38 di atas menunjukkan bahwa guru SY selalu melaksanakan penilaian pengetahuan dengan tes tertulis dan penugasan. Dalam RPP, guru SY tidak menuliskan teknik, instrumen, maupun melampirkan soal yang akan digunakan dalam tes tertulis. Hal ini didukung dengan pernyataan guru SY pada Sabtu, 28 Februari 2015berikut. SY :”… pengetahuan ya tes itu…” Tes tertulis dilakukan dalam bentuk latihan soal, dan evaluasi di akhir sub tema. Latihan soal selalu diberikan guru selama peneliti mengambil data. Soal yang digunakan hampir semuanya mengambil dari buku guru. Hanya pada observasi ke 2 guru memberikan latihan soal tambahan bagi siswa tentang penjumlahan bersusun pendek, dan menuliskan soal di papan tulis. Tes tertulis 169 maupun penugasan yang diberikan guru semuanya sudah dinilai, akan tetapi nilai masih ada di buku pekerjaan masng-masing siswa atau disimpan dalam map kumpulan tugas siswa, belum direkap. Tabel 38 di atas menunjukkan bahwa guru HR kelas IV hampir selalu berusaha melaksanakan penilaian aspek pengetahuan, baik dengan tes tertulis maupun dengan penugasan PR. Hanya pada observasi ke 6 guru tidak melakukan penilaian pengetahuan, dikarenakan siswa belum selesai mengerjakan soal evaluasi. Soal yang digunakan kebanyakan adalah soal yang terdapat di buku siswa. Hal ini terlihat pada observasi ke 1, 2, 3, 4, 7, dan 8. Hasil pekerjaan siswa dinilai dengan angka dengan rentang 70-100, tidak menggunakan kriteri seperti yang direncanakan dalam RPP check list dan skala. Selain itu, pada observasi ke 2 dan 9 guru HR melakukan remidi bagi siswa yang dianggap belum menguasai materi yang diajarkan. Guru HR menyatakan bahwa penilaian yang dilaksanakan tidak selalu sesuai dengan perencanaan. Berikut keterangan yang diberikan guru HR terkait ketidaksesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan penilaian. ”Itu, biasanya digunakan, akhir biasanaya saya membuatnya mbak. Kalau blangkonya si ada nanti tinggal mengisi. Walau tidak setiap hari saya pegang, karena kalau saya pegang nanti saya tidak jadi mengajar. Nanti saya rapel mbak.” Sabtu, 31 Januari 2015 170 Dari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa guru SY dan guru HR sudah membuat perencanaan penilaian pengetahuan. Penilaian hampir selalu dilakukan dengan tes tertulis, mapun PR. Tetapi, penilaian yang dilakukan tidak sesuai dengan perencanaan, yaitu tidak menggunakan instrumen yang sudah direncanakan. 3 Penilaian Kompetensi Keterampilan Penilaian keterampilan dapat dilakukan dengan berbagai teknik penilaian, yaitu dengan penilaian kinerjaunjuk kerja, penilaian projek, penilaian produk, dan penilaian portofolio. Hasil studi dokumentasi berupa RPP dan observasi yang dilakukan guru SY maupun guru HR dapat dilihat pada tabel 39 berikut. Tabel 39. Penilaian Kompetensi Keterampilan Guru SY dan Guru HR Obs- ke- Guru SY Kelas I Guru HR Kelas IV 1. Guru mengamati siswa saat menyanyi. Tidak ada. - 2. Tidak ada. Unjuk kerja saat melakukan percobaan pewarnaan kain. 3. Guru mengamati siswa membuat mahkota daun nangka secara individu. Tidak ada. 4. Guru mengamati ketepatan isi percakapan, dan kemampuan memperagakan percakapan. Tidak ada. 5 Tidak ada. Unjuk kerja saat proses pembuatan peluit. 6-9 Tidak ada. Tidak ada. Dari observasi di kelas I diketahui bahwa penilaian keterampilan tidak selalu dilakukan, tergantung dengan KD yang 171 diajarkan pada hari itu. Hal ini diperkuat dengan wawancara dengan guru SY berikut. ”…nanti keterampilan kalau pas ada ya bisa dengan unjuk kerja. Peniliannya ya tidak pakai kriteria di RPP itu mbak, terlalu rumit.” Sabtu, 23 Februari 2015 Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil observasi 1, dimana guru menggunakan teknik unjuk kerja dalam menilai keterampilan menyanyi siswa, tetapi tidak menggunakan kriteria yang telah dibuat, yaitu kemampuan bernyanyi dan kepercayaan diri dengan rating scale skala dari 4= baik sekali, 3= baik, 2=cukup, 1= perlu bimbingan. Temuan yang sama juga didapat saat observasi ke 4, 5, dan 7, yaitu guru tidak menggunakan instrumen penilaian yang sudah dibuat berupa skala dan check list. Guru SY menggunakan pengamatan selama siswa melakukan kegiatan menyanyi, melakukan percakapan, maupun membuat mahkota. Berdasarkan tabel 39 di atas diketahui bahwa penilaian aspek keterampilan di kelas IV tidak selalu dilakukan di setiap pembelajaran. Hal ini diperkuat dengan pernyataan guru HR pada hari Sabtu, 31 Januari 2015 berikut. ”…Kalau pas ada aspek keterampilan juga saya nilai mbak. Tapi yang keterampilan tidak selalu muncul.” Teknik yang digunakan dalam penilaian keterampilan semuanya adalah unjuk kerja. Penilaian keterampilan yang dilakukan guru HR tidak menggunakan instrumen yang telah direncanakan. Guru melakukan pengamatan selama siswa 172 melakukan percobaan, maupun proses pembuatan peluit. Penilaian keterampilan juga tidak selalu muncul dalam pembelajaan yang dilakukan, hanya pada pembelajaran tertentu saja. Dari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa guru SY maupun guru HR sudah melaksanakan penilaian keterampilan, walaupun tidak menggunakan teknik dan instrumen yang telah dibuat. Penilaian keterampilan yang dilakukan semuanya menggunakan unjuk kerja.

d. Faktor Pendukung dalam Pembelajaran Tematik Integratif

Dokumen yang terkait

Strategi Pembelajaran Integratif Guru Kelas 1 Pada Pembelajaran Tematik di SD Muhammadiyah 09 Malang

0 4 17

ANALPEMBEL Analisis Kompetensi Profesional Guru Dalam Penerapan Pembelajaran Tematik Integratif Di Kelas II Dan IV SD Negeri 1 Simo.

0 2 16

ANALISIS KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DALAM PENERAPAN PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF DI KELAS II DAN IV SD NEGERI Analisis Kompetensi Profesional Guru Dalam Penerapan Pembelajaran Tematik Integratif Di Kelas II Dan IV SD Negeri 1 Simo.

0 5 17

STUDI KESIAPAN GURU MELAKSANAKAN KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS TEMATIK INTEGRATIF Studi Kesiapan Guru Melaksanakan Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran Berbasis Tematik Integratif Di Sekolah Dasar Se Kecamatan Colomadu Tahun Ajaran 2014/2015.

0 3 14

STUDI KESIAPAN GURU MELAKSANAKAN KURIKULUM 2013DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS TEMATIK INTEGRATIF Studi Kesiapan Guru Melaksanakan Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran Berbasis Tematik Integratif Di Sekolah Dasar Se Kecamatan Colomadu Tahun Ajaran 2014/2015.

0 2 10

PERSEPSI GURU DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF PADA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 Persepsi Guru Dalam Pembelajaran Tematik Integratif Pada Implementasi Kurikulum 2013 Di Sd Negeri Kleco 1 Surakarta.

1 5 16

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS IV SD NEGERI PREMBULAN GALUR KULON PROGO.

0 12 342

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC KELAS IV DI SD NEGERI JLABAN SENTOLO, KULON PROGO.

0 3 310

PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF DI SD MI

0 1 14

geologi regional kulon progo, kabupaten kulon progo, yogyakarta

6 49 9