Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

dalam berinvestasi di reksa dana, pemilihan investasi reksa dana sangatlah berbeda dengan menabung di bank. Terdapat beberapa risiko dalam berinvestasi di reksa dana yaitu investor dapat mengalami capital loss, risiko likuidasi, risiko wanprestasi, risiko kredit, dan risiko berkurangnya nilai tukar mata uang Martalena, 2011. Selain itu para investor juga dapat menghadapi tidak profesionalnya para pengelola reksa dana sehingga berakibat pada turunnya kekayaan investor. Pentingnya dilakukan penelitian ini untuk memberikan gambaran kepada calon investor tentang kinerja reksadana saham yang terbaru, sebelum mereka menanamkan modal atau dana yang mereka miliki di salah satu reksadana saham. Para investor sebaiknya mempunyai standar pengukuran benchmark dalam melaksanakan pengukuran investasinya sebelum berinvestasi di reksadana. Standar pengukuran benchmark digunakan untuk mengetahui reksa dana termasuk ke dalam kategori outperform maupun underperform. Kategori outperform menunjukan bahwa kinerja reksadana saham lebih besar dibandingkan dengan kinerja benchmark yang dipakai sehingga layak untuk berinvestasi di reksadana tersebut. Sedangkan kategori underperform adalah reksa dana yang menunjukkan kinerja lebih kecil daripada benchmark yang digunakan sehingga kurang layak untuk berinvestasi di reksa dana tersebut. Dalam melakukan penilaian kinerja sebuah investasi, terdapat dua pengukuran kinerja yaitu melalui return reksadana itu sendiri dan Model Risk Adjusted Return. Adapun metode untuk melakukan penilaian kinerja dengan menggunakan return reksadana itu sendiri adalah raw return. Sedangkan Risk Adjusted Return adalah perhitungan return yang disesuaikan dengan risiko yang harus ditanggung Hartono, 2010, adapun metodenya antara lain : Treynor Ratio, Sharpe Ratio, Jensen Alpha, Roy Safety First Ratio, M 2 , Sortino Ratio, MSR, FPI, dan Information Ratio. Dalam penelitian ini, digunakan 4 metode pengukuran untuk menilai kinerja reksadana, yaitu Jensen Alpha, Sharpe Ratio, Treynor Ratio , M 2 . Penelitian ini melakukan penilaian kinerja reksadana menggunakan Risk Adjusted Return, karena jika melakukan pengukuran reksadana berdasarkan returnnya saja akan menghasilkan hasil yang tidak akurat, sehingga pengukuran harus melibatkan return dan risiko reksadana yaitu menggunakan return sesuaian risiko Hartono, 2010. Menurut Mahdi 1997, sebagaimana dikutip oleh Warsono 2004 menyatakan bahwa secara umum, model pengukuran kinerja Sharpe dapat diterapkan untuk semua reksadana, sedangkan untuk metode Treynor dan Jensen , yang membutuhkan pengukuran risiko sistematis β hanya dapat diterapkan pada reksadana saham. Menurut Hartono 2010, Information Ratio IR merupakan rasio antara alpha αp dengan risiko unik portofolio atau risiko non-sistematik portofolio tracking error ep . Reza 2013, menunjukkan bahwa dengan menggunakkan Metode Treynor, Sharpe, Alpha Jensen, M-Square, Information Ratio IR, MSR, dan FPI, rata-rata pengukuran dioptimalkan selama krisis memiliki kinerja terendah dibandingkan dengan penelitian di periode lain. Menurut Frank 2001, reksadana yang terdiversifikasi baik, dapat juga dinilai melalui hasil penilaian Sharpe dan Treynor yang menunjukkan nilai yang serupa dengan menggunakan penilaian baik Sharpe ataupun Treynor keduanya menunjukkan hasil positif. Kemudian untuk metode M 2 , nilai M 2 reksadana positif atau lebih besar dari M 2 pasar, begitu pula dengan metode Information Ratio, nilai Information Ratio reksadana positif atau lebih besar dari Information Ratio pasar. Berdasarkan penjelasan di atas maka penelitian ini bermaksud untuk menyelesaikan penelitian, yaitu Analisis Kinerja Reksadana Saham dengan Menggunakan Metode Sharpe, Treynor, Jensen dan M 2 Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat didentifikasi masalah, sebagai berikut : 1. Masih sedikitnya informasi yang tersedia mengenai kinerja serta daftar ranking reksa dana saham yang ada di Indonesia 2. Investor masih kesulitan untuk menilai kinerja reksa dana menggunakan metode Sharpe, Treynor, Jensen, dan ܯ ଶ periode 2012–2014. 3. Investor kesulitan dalam menentukan standar pengukuran benchmark yang akan digunakan sebagai penentu reksadana yang outperform atau underperform 4. Sulit menentukan atau memilih reksa dana yang paling menguntungkan. Hal tersebut dikarenakan investor harus mencari tahu karakteristik dari masing-masing jenis reksa dana. Umumnya tingkat risiko dan return reksa dana tersebut berbeda-beda.

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari terjadinya pembahasan masalah yang terlalu luas. maka penulis membatasi masalah pada Analisis kinerja Reksa Dana saham menggunakan metode Sharpe, Treynor, Jensen, dan ܯ ଶ periode 2012–2014.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat diidentifikasikan beberapa pokok permasalahan yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik dan daftar ranking kinerja reksa dana saham selama periode Januari 2012 – Desember 2014 dengan menggunakan metode Sharpe, Treynor, Jensen, M 2 ? 2. Kinerja reksa dana saham mana saja yang tergolong outperform ataupun underperform terhadap kinerja benchmark pada setiap tahunnya, menurut metode Sharpe, Treynor, Jensen, M 2 ?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang dilakukan terkait dengan pokok permasalahan yang telah diuraikan di atas adalah: 1. Mengetahui karakteristik dan daftar ranking kinerja reksa dana saham selama periode Januari 2012 – Desember 2014 menurut metode Sharpe, Treynor, Jensen, dan M 2 . 2. Mengetahui kinerja reksa dana saham mana saja yang tergolong outperform dan underperform menurut metode Sharpe, Treynor, Jensen, dan M 2 pada setiap tahunnya dengan membandingkan kinerja reksa dana dengan kinerja benchmark.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait yaitu: 1. Investor Memberikan gambaran dan pemahaman pada saat ingin berinvestasi di reksa dana saham. 2. Khalayak umum a Memberikan informasi dan gambaran umum tentang reksa dana saham. b Reksa Dana mempermudah pemodal untuk melakukan investasi di pasar modal. 3. Pihak Reksa Dana Sebagai masukan untuk membandingkan benchmark kinerja Reksa Dana saham yang dikelolanya dengan Reksa Dana lain untuk usaha pengembangan jasa keuangannya. 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Investasi

Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu : investasi pada aset-aset finansial financial assets dan investasi pada aset-aset riil real assets. Investasi pada aset-aset finansial dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang, dan lainnya. Investasi dapat juga dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, waran, opsi, dan lain-lain. Investasi pada aset-aset riil dapat berbentuk pembelian aset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan dan lainnya. Halim, 2005

2. Manajer Investasi

Reksa dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka. Reksa dana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal dan mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas. Selain itu, reksa dana juga diharapkan dapat meningkatkan para pemodal lokal yang berinvestasi di