119
G. Pencegahan kebakaran
―Kecil jadi kawan besar jadi lawan‖. Ungkapan tersebut tidak asing bagi kita, untuk menggambarkan
bahaya api jika tidak lagi terkendali. Kebakaran merupakan kecelakaan kerja yang sangat tidak diharapkan, karena
dapat sangat merugikan. Setiap pengelola dan individu pekerja harus melakukan upaya pencegahan kebakaran.
Oksigen, panas dan bahan bakar merupakan unsur pembentuk api. Kandungan oksigen di udara yang memungkinkan terjadinya proses
pembakaran adalah diatas 10, sedangkan kandungan oksigen normal di udara berkisar 21, dengan demikian cukup tersedia oksigen di udara
bebas untuk terjadinya pembakaran. Sumber panas bisa bisa muncul dari beberapa sebab antara lain:
1. Sumber api terbuka dari aktifitas seperti masak, mengelas.
2. Listrik dinamis dari sistem peralatanrangkaian listrik seperti
setrika, atau karena korsleting. 3.
Listrik statis yaitu panas yang ditimbulkan akibat loncatan ion negatif dengan ion positif seperti petir.
Gambar 3.25 Peristiwa kebakaran
120
4. Mekanis yaitu panas yang ditimbulkan akibat gesekanbenturan
benda seperti seperti gerinda, memaku. 5.
Kimia yaitu panas yang timbul akibat reaksi kimia seperti karbit dengan air
Dengan demikian lingkungan kerja merupakan area yang beresiko tinggi terhadap terjadinya kebakaran. Sesuai prinsip segi tiga api untuk
menghindari terjadinya kebakaran, perlu penanganan terhadap sumber panas dan bahan bakar yang adadigunakan dilingkungan industri.
Pencegahan dan perlindungan yang perlu dilakukan yaitu : 1. Penyimpanan
Dalam pengorganisasian usaha keselamatan kerja terhadap bahaya kebakaran, perhatian yang cermat harus diberikan tehadap lokasi
dan disain gudang. Aneka bahan, khusus nya zat-zat yang dapat terbakar merupakan sumber utama terjadinya kebakaran. Zat cair
yang memiliki titik nyala lebih kecil dari 32 C harus ditempatkan
dalam wadah atau tangki tertutup dan disimpan di tempat yang terpisah. Zat padat yang mudah terbakar harus diletakkan tersusun
rapi dan aman, sehingga memudahkan pekerjaan. 2. Pengolahan
Jika memungkinkan proses produksi menggantimengurangi bahan mudah terbakar dengan bahan yang kurang berbahaya ditinjau dari
segi kebakaran, untuk dikurangi atau ditiadakan resiko kebakaran. Bahan cair yang mudah terbakar harus disalurkan tanpa tumpahan
121
ke tempat kerja melalui pipa-pipa penyalur atau drum-drum yang di lengkapi dengan pompa tangan.
3 Meniadakan sumber kebakaran a
Semua pemasangan jaringan listrik dan peralatan listrik harus memenuhi standar atau ketentuan yang berlaku
b Perawatan mesin harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak
terjadi panas akibat gesekan. c
Pada semua proses pemanasan harus terdapat pemisah yang tepat antara bahan-bahan yang mudah terbakar dan alat pemanas.
d Pemanasan lebih dari semestinya tanpa disengaja harus dicegah
dengan pengendalian proses secara tepat. e
Segala kegiatan pengeringan harus dilengkapi dengan ventilasi mekanis yang memadai dan sebaiknya disertai dengan sistem
kontrol di antara pemanas dan ventilasi. f
Bahan-bahan yang dapat terbakar sendiri harus selalu diamati agar tidak ada kenaikan suhu.
g Pendidikan dan pelatihan harus dilakukan kepada pekerja
122
TEKNIK MEMADAMKAN API
Teknik memadamkan api secara prinsip dilakukan dengan cara memutus salah satu dari unsur segitiga api, berikut lima teknik
pemadaman api :
1.
Starvation:Mengambil atau mengurangi bahan bakar yang
terbakar, misalnya menutup valve vuel disaat terjadi kebakaran 2.
Smothering:Membatasi oksigen dengan bahan bakar, misalnya
memadamkan api dengan fire blanket 3.
Dilution:Mengencerkan
kadar oksigen
pada proses
pembakaran, misalnya memadamkan api dengan APAR 4.
Cooling:Menurunkan temperatur dari bahan bakar yang
terbakar, misalnya menyemprotkan air pada api
5.
Break chain reaction: Memutus reaksi pembakaran, misalnya memadamkan api dengan APAR CO2
123
KELAS KEBAKARAN
Kelas A :
Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda padat, misalnya kertas, kayu, plastik, karet, busa dan lain-lainnya. Media pemadaman kebakaran untuk
kelas ini berupa: air, pasir, karung goni yang dibasahi, dan alat pemadam berbahan tepung kimia kering dry powder.
Kelas B :
Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda mudah terbakar berupa cairan, misalnya bensin, solar, minyak tanah, spirtus, alkohol dan lain-lainnya. Media
pemadaman kebakaran untuk kelas ini berupa: pasir dan alat pemadam tepung kimia kering dry powder maupun foam. Dilarang memadamkan
menggunakan air untuk jenis ini karena berat jenis air lebih berat dari pada berat jenis bahan di atas sehingga bila kita menggunakan air maka kebakaran
akan melebar kemana-mana.
Kelas C:
Kebakaran yang disebabkan oleh adanya hubungan arus pendek pada peralatan elektronik. Alat pemadam yang bisa digunakan untuk memadamkan
kebakaran jenis ini dapat juga menggunakan tepung kimia kering dry powder, akan tetapi memiliki resiko kerusakan peralatan elektronik, karena
dry powder mempunyai sifat lengket dan korosif. Lebih cocok menggunakan pemadam api berbahan clean agent
Kelas D :
Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda berbahan metal, untuk kebakaran jenis ini tidak di perkenankan menggunakan jenis alat pemadam
yang bersifat dingin seperti contohnya CO2, karena hal tersebut dapat memicu ledakan sehingga bahaya kebakaran akan semakin besar. kita dapat
menggunakan DCP Dry Chemical Powder, walaupun hal tersebut dapat
berefek korosif pada metal namun bahaya pada saat pemadaman relatif kecil.
124 Menggunakan APAR
Perhatikan APAR selalu dalam kondisi teruji.
Posisi harus membelakangi arah angin. Bergerak merunduk, ruang gerak cukup
untuk mendekati api. Berhati-hatilah terhadap sambaran balik api,
harus selalu waspada. Selalu sigap untuk mundur kebelakang
menghindari api. Memadamkan api dengan jarak maksimum
antara APAR dan api. Ada APAR yang perlu dibalik terlebih dahulu
sebelum dipergunakan, supaya media isi APAR yang sudah lama tidak dipergunakan
bisa beroperasi dengan optimal. Secara sederhana menggunakan APAR bisa dengan metode PASS,
adalah:
P=PULL tarik pin, lalu tekan pengaktif catridge
A=AIM arahkan nozzle pada permukaan api
S=SQUEEZE tekan pelatuk sambil memegang APAR posisi tegak
S=SWEEP Sapukan dari samping
ke samping
menutup daerah terbakar
Gambar 3.26 Apar dan penggunaannya
125
H. Penanganan limbah