Gambar 4.9 : Rekapitulasi Persentase Data Hasil Belajar Siswa Siklus 1
dan Siklus 2 Berdasarkan pemaparan data maka dapat disimpulkan bahwa penerapan
model Team Assisted Individualization TAI dengan multimedia untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PKn pada siswa kelas IV SDN Gunungpati
01 Kota Semarang berhasil, kualitas pembelajaran yang dikaji meliputi tiga aspek yaitu keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar telah mencapai bahkan
melebihi indikator penelitian yang telah ditetapkan. Sehingga penelitian ini tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya.
4.3.
PEMBAHASAN
4.3.1. Pemaknaan Temuan Peneitian
Pembahasan dalam pemaknaan temuan penelitian ini didasarkan pada temuan hasil pengamatan mengenai keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil
belajar siswa pada pembelajaran PKn melalui penerapan model Team Assisted Individualization
TAI dengan multimedia pada siswa kelas IV SDN Gunungpati 01 Kota Semarang.
4.3.1.1. Hasil Observasi Peningkatan Keterampilan Guru
Berdasarkan hasil pengamatan secara keseluruhan mengenai keterampilan guru melalui penerapan model Team Assisted Individualization TAI dengan
multimedia pada pembelajaran PKn mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2. Secara lebih jelas, peningkatan keterampilan guru dapat dlihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel 4.23
Hasil Observasi Peningkatan Keterampilan Guru pada Siklus 1 dan Siklus 2
No. Indikator yang
diamati Siklus 1
Siklus 2 Pert I
Pert II Pert I
Pert II
1. Membuka pembelajaran
3 3 3 4 2.
Menyampaikan materi pembelajaran Teaching Group
2 3 3 4
3. Melakukan variasi dalam proses
pembelajaran dan penggunaan multimedia Placement Test,
Teams 3 3 4 4
4. Membimbing siswa dalam
berdiskusi dengan kelompoknya Team Study
2 3 4 4 5.
Pengkondisian kelas selama pembelajaran
3 3 3 3 6.
Membimbing presentasi kelompok Student Creative
3 4 4 4 7.
Memberikan penguatan kepada hasil pekerjaan siswa Team
Score and Team Recognition 2 3 3 3
8. Menutup pelajaran Whole Class
units, Fact Test 2 3 3 4
Jumlah total perolehan skor
20 25 27 30
Kategori Cukup Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Gam bar 4.10 : Diagram Hasil Observasi Peningkatan Keterampilan Guru Siklus I dan II
Berdasarkan tabel dan diagram hasil observasi keterampilan guru dalam pembelajaran PKn melalui penerapan model Team Assisted Individualization
TAI dengan multimedia siklus 1 dan 2 menunjukkan bahwa: a.
Membuka pembelajaran Berdasarkan hasil observasi pada pembelajaran siklus 1 pertemuan I
skor yang diperoleh guru adalah 3, kemudian pada pertemuan II masih memperoleh skor 3. Dilanjutkan ke siklus 2 pertemuan I masih memperoleh 3
selanjutnya pada pertemuan II meningkat menjadi 4. Hal ini berdasarkan 4 deskriptor yang muncul yaitu guru melakukan apersepsi sesuai materi yang
akan dipelajari, menyampaikan tujuan pembelajaran, memaparkan langkah- langkah pembelajaran dan memotivasi siswa.
Keterampilan membuka pelajaran merupakan salah satu kunci keberhasilan dari seluruh proses belajar mengajar yang akan dilalui siswa.
Jika pada awal pelajaran seorang guru tidak dapat menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa, maka proses belajar mengajar yang dinamis tidak
dapat tercapai. Guru harus memberikan apersepsi yang tepat sebagai penghubung antara pengetahuan yang telah dimiliki siswa dengan materi
yang hendak dipelajari. Selain itu guru harus memberikan acuanstruktur pelajaran seperti mengemukakan tujuan pembelajaran dan menyampaikan
langkah-langkah pembelajaran seperti yang dilakukan pada siklus 1 dan siklus 2. Hal ini sesuai dengan pendapat Rusman 2011: 81 bahwa
keterampilan membuka pelajaran merupakan pengondisian awal agar mental dan perhatian siswa terpusat pada materi yang akan diajarkan serta memiliki
motivasi yang tinggi untuk terus mengikuti pembelajaran sampai selesai dengan semangat dan konsentrasi tinggi.
b. Menyampaikan materi pembelajaran Teaching Group
Berdasarkan hasil observasi pada pembelajaran siklus 1 pertemuan I skor yang diperoleh guru adalah 2 dengan 2 deskriptor yang tampak.
Kemudian pada siklus 1 pertemuan II dan siklus 2 pertemuan I skor yang diperoleh meningkat menjadi 3 dengan 3 deskriptor yang tampak. Dilanjutkan
ke siklus 2 pertemuan II, meningkat menjadi 4 dengan 4 deskriptor tampak. Hal ini ditunjukkan dengan guru menyampaikan materi sesuai dengan
indikator pembelajaran, menggunakan kalimat yang mudah dipahami dan jelas, menyampaikan materi pembelajaran secara sistematis dan memberikan
pertanyaan berkaitan dengan materi yang telah dipelajari.
Guru menjelaskan materi pembelajaran sesuai dengan indikator sehingga siswa paham dan mengerti dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Hal ini sesuai pendapat Djamarah 2010,130-138 pengertian menjelaskan disini adalah pemberian informasi secara lisan yang diorganisasi secara
sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan sebab akibat, antara yang sudah dialami dan yang belum dialami, antara generalisasi dengan konsep,
antara konsep dengan data, atau sebaliknya. Keberhasilan guru menjelaskan ditentukan oleh tingkat pemahaman yang ditentukan anak didik.
c.
Melakukan variasi dalam proses pembelajaran dan penggunaan multimedia Placement Test, Teams
Berdasarkan hasil observasi pada pembelajaran, indikator ini pada siklus 1 pertemuan I dan pertemuan II skor yang diperoleh guru adalah 3.
Dilanjutkan ke siklus 2 pertemuan I dan II, meningkat menjadi 4 dengan 4 deskriptor tampak. Peningkatan skor dari setiap pertemuan dapat tercapai
oleh guru karena guru telah melakukan refleksi untuk meningkatkan keterampilan melakukan variasi dalam proses pembelajaran selain itu guru
jua mendapat masukan dari guru kolaborator. Pada indikator ini guru telah membentuk kelompok heterogen yang terdiri dari laki-laki dan perempuan
berdasarkan hasil pre-test, menggunakan media sesuai dengan tujuan pembelajaran dan materi pelajaran. Selain itu guru telah menggunakan variasi
tulisan, gambar, animasi, audio dan video dalam multimedia yang ditayangkan serta menggunakan variasi posisi mengajar antara lain duduk di
depan, berkeliling atau berdiri di belakang.
Salah satu keterampilan guru yang harus dikuasai dengan baik adalah keterampilan menggunakan variasi. Dalam proses pembelajaran, tidak jarang
rutinitas yang dilakukan guru membuat siswa jenuh dan bosan sehingga guru harus pandai-pandai menggunakan seni mengajar agar tercipta suasana
pembelajaran yang lebih menyenangkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Anitah 2009: 7.38 bahwa variasi adalah keanekaan yang membuat sesuatu
tidak monoton, dapat berwujud perubahan-perubahan atau perbedaan- perbedaan yang sengaja diciptakandibuat untuk kesan yang unik. Tujuan
diadakannya variasi di dalam kegiatan pembelajaran adalah untuk menghilangkan kebosanan, meningkatkan minat siswa dan keingintahuan
siswa, melayani gaya belajar siswa yang beragam, serta meningkatkan kadar keaktifan siswa. Komponen keterampilan mengadakan variasi dibagi menjadi
3 yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi pola interaksi dan kegiatan, serta variasi penggunaan alat bantu pengajaranmedia pembelajaran.
Berdasarkan observasi, guru juga menggunakan variasi penggunaan alat bantumedia pembelajaran. Dimana guru menampilkan media yang dapat
dilihat dan didengar dengan jelas, sehingga multimedia yang digunakan dapat menarik perhatian siswa hal itu sesuai dengan pendapat Oblinger dalam
Munir, 2012: 2 yang mendefinisikan multimedia adalah penyatuan dua atau lebih media komunikasi seperti teks, grafik, animasi, audio dan video yang
menghasilkan satu presentasi yang menarik. d.
Membimbing siswa dalam berdiskusi dengan kelompoknya Team Study
Berdasarkan hasil observasi pada pembelajaran siklus 1 pertemuan I, guru mendapat skor 2 kemudian pada pertemuan II skor yang diperoleh guru
adalah . Dilanjutkan ke siklus 2 pertemuan I dan pertemuan II skor yang diperoleh guru meningkat menjadi 4. Hal ini ditunjukkan dengan guru telah
mengatur tempat duduk siswa esuai degan format kelompok yang sudah ditetapkan, menjelaskan langkah-langkah diskusi secara jelas mengenai apa
yang harus dilakukan siswa dalam kegiatan diskusi. Selain itu guru telah memberikan kesempatan siswa berpartisipasi dengan mengeluarkan ide,
tanggapan dalam berdiskusi kelompok serta menindaklanjuti hasil diskusi dengan membantu membuat rangkuman hasil diskusi.
Pada keterampilan ini mengalami kenaikan yang signifikan pada setiap siklusnya karena guru melakukan perbaikan setiap pembelajarannya
agar guru mampu membimbing siswa dan menjadi fasilitator yag mengarahkan siswa bekerja dalam kelompoknya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Rusman 2011: 89 bahwa keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
memfasilitasi sistem pembelajaran yang dibutuhkan oleh siswa secara kelompok. Untuk itu keterampilan guru harus dilatih dan dikembangkan,
sehingga guru memiliki kemampuan untuk melayani siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran kelompok kecil.
e. Pengkondisian kelas selama pembelajaran
Berdasrkan hasil observasi pada siklus 1 pertemuan I dan pertemuan II skor yang diperoleh guru adalah 3. Dilanjutkan ke siklus 2 pada pertemuan I
dan pertemuan II yang juga mendapat skor 3. Guru belum mampu mendapat skor maksimal 4 dikarenakan masih ada deskriptor yang tidak tampak, baik
pada siklus 1 maupun siklus 2. Adapun deskriptor yang tidak tampak pada siklus 1 da siklus 2 adalah menjauhkan benda-benda yang mengganggu
konsentrasi dikarenakan terkadang guru tidak memperhatikan benda-benda yang disimpan di laci meja siswa dan dapat mengganggu konsentrasi siswa
dalam mengikuti pembelajaran. Peningkatan skor tersebut dapat diraih guru karena guru melakukan refleksi selain itu guru juga sudah mengelola kegiatan
pembelajaran sesuai alokasi waktu yang sudah ditentukan, menegur siswa yang membuat keributan saat pembelajaran berlangsung, serta menangani
masalah yang timbul. Pada indikator ini, secara umum guru telah mengelola kelas dengan
baik karena guru telah memberikan reaksi terhadap gangguan yang muncul saat pembelajaran berlangsung agar tercipta kondisi belajar yang optimal. Hal
ini sesuai dengan pendapat Anitah 2009: 8.36 bahwa keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi
belajar yang optimal, serta keterampilan guru untuk mengembalikan kondisi belajar yang terganggu ke arah kondisi belajar yang optimal. Pendapat ini
menekankan pada kemampuan guru dalam mencegah terjadinya gangguan sehingga kondisi belajar yang optimal dapat tercipta dan terpelihara, sert
menangani gangguan yang muncul sehingga keondisi belajar yang terganggu dapat dikembalikan ke kondisi optimal.
f. Membimbing presentasi kelompok Student Creative
Berdasrkan hasil observasi pada siklus 1 pertemuan I guru memperoleh skor 3, kemudian pada pertemuan II guru memperoleh skor 4.
Dilanjutkan ke siklus 2 pada pertemuan I dan II, semua deskriptor tampak sehingga guru memperoleh skor 4. Guru sudah memberikan petunjuk
jalannya diskusi, mendorong terjadinya interaksi antar siswa dengan cara meminta siswa memberikan masing-masing pendapatnya, memberikan
kesempatan pada semua kelompok. Guru sudah memberikan pengauatan saat ada kelompok yang presentasi. Pada indikator keterampilan ini secara umum
guru memperoleh kategori sangat baik. Hal ini sesuai pendapat Menurut Djamarah 2010:157-163 bahwa
diskusi kelompok kecil adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok individu dalam suatu interaksi tatap muka secara kooperatif
untuk tujuan membagi informasi, membuat keputusan, dan memecahkan masalah. Sehingga dalam hal ini diharapkan siswa mampu membagi
informasi yang berupa jawaban dari permasalahan yang mereka selesaikan kepada teman kelompok lain.
g. Memberikan penguatan kepada hasil pekerjaan siswa Team Score and Team
Recognition Berdasarkan hasil observasi pada siklus 1 pertemuan I guru
memperoleh skor 2, pada pertemuan II guru mendapat skor 3. Dilanjutkan ke siklus 2 pertemuan I dan II guru memperoleh skor 3, namun guru belum
mampu memperoleh skor maksimal dikarenakan ada 1 deskriptor yang tidak tampak yaitu memberi penguatan dengan segera tidak ditunda-tunda
dikarenakan guru memberi penguatan setelah semua siswa menjawab pertanyaan.
Guru yang baik harus selalu memberikan penguatan, baik dalam bentuk verbal maupun non verbal kepada siswa atas perbuatan yang baik
maupun hasil pekerjaan siswa. Penguatan diberikan disertai dengan kehangatan sikap guru sebagai tanda persetujuan guru atau respon positif
terhadap perilaku maupun hasil kerja siswa sehingga timbul motivasi siswa untuk meningkatkan prestasi yang telah dicapai. Hal ini sesuai dengan
pendapat Rusman 2011: 84 yang menyatakan bahwa reinforcement penguatan berarti juga respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat
meningkatka kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Tindaan tersebut dimaksudkan untuk memberikan ganjaran atau
memebrsarkan hati siswa agar mereka lebih giat berpartisipasi dalam interaksi pembelajaran.
h. Menutup pelajaran Whole Class units, Fact Test
Berdasrkan hasil observasi, pada siklus 1 pertemuan I guru mendapat skor 2. Selanjutnya pada pertemuan II meningkat dengan perolehan skor 3,
dilanjutkan pada siklus 2 pertemuan I skor yang diperoleh adalah 3. Selanjutnya meningkat dengan skor 4 pada siklus 2 pertemuan II. Secara
keseluruhan guru sudah mampu menutup pelajaran dengan sangat baik dengan cara bersama-sama siswa membuat simpulan, melakukan
penilaianevaluasi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan, memberikan umpan balik terhadap proses pembelajaran serta memberikan tindak lanjut.
Hal ini sesuai dengan teori Anitah 2008: 7.4 bahwa guru mengakhiri pelajaran harus mengemukakan kembali pokok-pokok materi dan hasil
belajar yang telah dipelajari. Sesuai data yang dipaparkan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
keterampilan guru pada setiap pertemuannya dalam 2 siklus yang telah dilaksanakan. Pada siklus 1 pertemuan I skor yang diperoleh adalah 20 kategori
cukup, meningkat pada pertemuan II menjadi 25 kategori baik. Dilanjutkan siklus 2 pertemuan I skor yang diperoleh 27 dengan kategori sangat baik,
kemudian meningkat pada siklus 2 pertemuan II dengan perolehan skor 30 dengan kategori sangat baik data diperjelas pada lampiran 3.1 hal 293, 3.2 hal 297, 3.3
hal 301, 3.4 hal 305. Dengan demikian dapat membuktikan bahwa model Team Assisted Individualization
TAI dengan multimedia dapat meningkatkan pembelajaran PKn.
4.3.1.2. Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Hasil observasi aktivitas siswa didukung dari hasil catatan lapangan pada pembelajaran PKn melalui penerapan model Team Assisted Individualization
TAI dengan multimedia dari siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Secara lebih jelas peningkatan tersebut dapat dilihat dari tabel 4.24:
Tabel 4.24
Hasil Observasi Peningkatan Aktivitas Siswa pada Siklus 1 dan Siklus 2
No. Indikator aktivitas siswa
Siklus 1 Siklus 2
Pert I Pert
II Pert
I Pert II
1. Mempersiapkan diri sebelum
menerima pembelajaran emotional activities
3,2 3,3 3,4 3,7
2. Memperhatikan penjelasan
dari guru oral activities, listening activities
2,2 2,2 2,7 3,3
3. Menyerap informasi yang
diberikan guru melalui media pembelajaran visual
activities, mental activities, listening activities, writing
activities 2,3 2,4 3,1 3,6
4. Bekerjasama dalam
kelompok diskusi visual activities, listening activities,
oral activities, writing activities
2,5 2,7 2,9 3,1
5. Siswa mempresentasikan
hasil diskusi oral activities, mental activities
2,0 2,1 2,4 3,3
6. Menyimpulkan materi
mental activities, oral activities, writing activities
1,8 2,2 2,7 3,0
7. Mengerjakan Lembar Kerja
Siswa LKS dan evaluasi writing activities, mental
activities 2,5 3,5 3,5 3,8
Jumlah
16,5 18,3 20,7 23,8
Kategori Cukup
Baik Baik
Baik
Gambar 4.11 : Diagram Hasil Observasi Peningkatan Aktivitas Siswa Siklus I dan II
Berdasarkan tabel dan diagram hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn melalui penerapan model Team Assisted Individualization
TAI dengan multimedia siklus 1 dan 2 diatas menunjukkan bahwa: a.
Mempersiapkan diri sebelum menerima pembelajaran emotional activities Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada indikator
mempersiapkan diri sebelum menerima pembelajaran, pada siklus 1 pertemuan I mendapat skor rata-rata 3,2. Sedangkan pada pertemuan II
mendapat skor rata-rata 3,3. Selanjutnya pada siklus 2 pertemuan I mendapat skor rata-rata 3,4 dan pada pertemuan II mendapat skor rata-rata 3,7. Oleh
karena itu dapat dikatakan aktivitas siswa dalam memepersiapkan diri sebelum menerima pembelajaran sudah baik, dimana deskriptor yang sering
tampak adalah siswa datang tepat waktu dan menemati tempat duduk masing- masing, siswa menyiapkan peralatan belajar yang hendk digunakan dan tidak
ramai saat mempersiapkan peralatan pembelajaran. Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran erat kaitannya
dengan kegiatan belajar siswa yang disebut emotional activities. Hal ini sesuai pendapat Diedrich dalam Rohani,2010:8 bahwa emotional activities
aktivitas-aktivitas emosional, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup.
b. Memperhatikan penjelasan dari guru oral activities, listening activities
Sesuai hasil observasi aktivitas siswa, pada indikator ini siklus 1 pertemuan I siswa mendapat skor rata-rata 2,2, kemudian pada pertemuan II
mendapat skor rata-rata 2,2. Dilanjutkan pada siklus 2 pertemuan I diperoleh skor rata-rata 2,7 dan pada pertemuan II diperoleh skor rata-rata 3,3. Hal ini
dicapai dengan fokus dalam mendengarkan penjelasan guru dengan sungguh- sungguh, menjawab pertanyaan yang diberikan guru, mencatat hal-hal
penting setiap informasi yang di dapat dari guru serta siswa tidak mengganggu teman lainnya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto 2010: 82-85 bahwa membuat catatan butuh pemikiran gunanya membantu untuk mengingat
pelajaran jadi sewaktu belajar siswa perlu memahami dan mencamkan isi pelajaran. Dalam membuat catatan sebaiknya tidak semua yang dikatakan
guru itu ditulis, tetapi diambil inti sarinya saja. Hal tersebut juag sesuai dengan pendapat Diedrich dalam Rohani,2010:8 salah satu aktivitas siswa
yaitu listening activities aktivitas-aktivitas mendengarkan, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.
c. Menyerap informasi yang diberikan guru melalui media pembelajaran visual
activities, mental activities, listening activities, writing activities Berdasarkan hasil observasi indikator ini pada siklus 1 pertemuan I
memperoleh skor
rata
-rata 2,3, meningkat pada siklus 1 pertemuan II dengan perolehan skor rata-rata 2,4. Kemudian dilanjutkan ke siklus 2 pada
pertemuan I diperoleh skor rata-rata 3,1 dan pada pertemuan II diperoleh skor rata-rata 3,6. Indikator ini dikategorikan sangat baik, siswa sudah
memperhatikan media pembelajaran yang ditayangkan dan disampaikan di depan. Siswa membaca materi dalam tayangan multimedia, mencatat materi
yang dibahas dan ditayangkan melalui LCD, serta tepat dalam menjawab pertanyaan dari guru yang berhubungan dengan materi.
Hal ini sesuai pendapat Sardiman 2011:98 bahwa aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar-
mengajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini bukan hanya aktivitas fisik tetapi mencakup aktivitas mental. Lebih lanjut Diedrich dalam
Rohani,2010:8 menyampaikan bahwa visual activities aktivitas-aktivitas melihat, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memperhatikan
gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
d. Bekerjasama dalam kelompok diskusi visual activities, listening activities,
oral activities, writing activities Bekerjasama dalam kelompok diskusi
visual activities, listening activities, oral activities, writing activities Pada siklus 1 pertemuan I diperoleh skor rata-rata 2,5, kemudian pada
pertemuan II memperoleh skor rata-rata 2,7. Dilanjutkan dengan siklus 2 pertemuan I diperoleh skor rata-rata 2,9 dan pada pertemuan II diperoleh skor
rata-rata 3,1. Aktivitas siswa selalu mengalami peningkata secara signifikan, hal ini dikarenakan guru selalu berusaha untuk membimbing dan memberi
pengarahan pada siswa mengenai hal yang harus dilakuka siswa saat mempelajari materi dalam kelmpoknya, hal ini sesuai dean pendapat
Djamarah 2010: 171 dalam membimbing kelompok hal yang harus diperhatikan guru antara lain diskusi harus dilakukan dalam suasana terbuka,
dan perlunya perencanaan yang terdiri dari pemilihan topik yang akan didiskusikan, dapat dipastikan guru dan siswa telah memiliki latar belakang
informasi yang berkaitan denga topik, penetapan besarnya kelompok, pengaturan tempat duduk. Dalam memimpin diskusi kelompok sebaiknya
guru mampu membimbing siswa dalam menyelesaikan diskusi kelompoknya. Aktivitas siswa bekerjasama dalam kelompok pada penelitian ini
adalah memungkinkan siswa berdiskusi dengan kelompoknya mengenai materi yang dipelajari bersama. Aktivitas siswa yang ini disebut oral
activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi B. Diedrich dalam Rohani,2010:8.
e. Siswa mempresentasikan hasil diskusi oral activities, mental activities
Indikator mempresentasikan hasil diskusi, pada siklus 1 pertemuan I memperoleh skor rata-rata 2,0, kemudian pada pertemuan II memperoleh skor
2,1. Dilanjutkan pada siklus 2 pertemuan I diperoleh skor rata-rata 2,4 dan pada pertemuan II diperoleh skor rata-rata 3,3. Siswa berani
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas, siswa menanggapi hasil diskusi dari kelompok lain dan jawaban siswa sesuai isi dari pertanyaan, dan
beberapa siswa mempresentasikan hasil diskusi dengan suara yang keras. Kenaikan kualitas dan kuantitas siswa dalam indikator ini terjadi karena guru
sudah berperan baik sebagai motivator bagi siswa dalam pembelajaran. Indikator mempresentasikan hasil diskusi berkaitan dengan kegiatan
siswa mengeluarkan pendapat di depan kelas. Indikator ini membuktikan adanya aktivitas siswa menurut Diedrich dalam Rohani,2010:8 yaitu oral
activities yaitu menyatakan hasil diskusi, memberi sarantanggapan.
f. Menyimpulkan materi mental activities, oral activities, writing activities
Berdasarkan hasil observasi indikator menyimpulkan materi pada siklus 1 pertemuan I memperoleh skor rata-rata 1,8, kemudian pada
pertemuan II memperoleh skor rata-rata 2,2. Dilanjutkan pada siklus 2 pertemuan I diperoleh skor rata-rata 2,7 dan pada pertemuan II memperoleh
skor rata-rata 3,0. Pada indikator ini, siswa sudah antusias memberikan pendapat dalam memberikan pendapat dalam kegiatan menyimpulkan materi
pembelajaran, membuat kesimpulan sesuai dengan materi pembelajaran. Indikator ini membuktikan adanya aktivitas writing activities yang meliputi
menulis cerita, menulis karangan, laporan, angket, menyalin, dan mental activities
yang meliputi menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, dan mengambil keputusan Diedrich dalam
Rohani, 2010: 8. g.
Mengerjakan Lembar Kerja Siswa LKS dan evaluasi writing activities, mental activities
Pada siklus 1 pertemuan I rata-rata skor yang diperoleh siswa adalah 2,5, kemudian meningkat pada pertemuan II menjadi 3,5. Dilanjutkan pada
siklus 2 pertemuan I skor rata-rata yang diperoleh adalah 3,5 dan pada pertemuan II meningkat menjadi 3,8. Pada indikator ini, seluruh siswa sudah
mengerjakan LKS dengan kelompok, siswa sdah mengerjakan evaluasi secara mandiri, siswa mengerjakan LKS dan evaluasi dengan sungguh-sungguh.
Namun ada beberapa siswa yang tidak tepat waktu dalam mengrjakan LKS dan evaluasi. Pemberian soal evaluasi ini untuk mengetahui hasil belajar
siswa pada setiap siklus yan mencakup ranah kognitif, sesuai dengan pendapat Bloom dalam Rifa’i dan Anni, 2010:85-89 terdapat tiga ranah
yang merupakan hasil belajar yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. 4.3.1.3.
Hasil Belajar Siswa Gerlach dan Ely dalam Anni 2007:5-6, mengemukakan bahwa hasil
belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pebelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Oleh karena itu pebelajar mempelajari pengetahuan
tentang konsep. Maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa
penguasaan konsep. Tujuan pembelajaran merupakan deskripsi tentang perubahan tingkah laku yang diinginkan.
a. Hasil belajar kognitif
Menurut Bloom dalam Rifa’i dan Anni, 2010:85-89 ranah kognitif yaitu berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran
intelektual yang mencakup kategori : pengetahuaningatan, pemahaman, penerapanaplikasi, analisis, evaluasi dan kreasi. Hasil belajar tersebut didapat
dari tes, yaitu seperangkat tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta untuk mengukur tingkat pemahaman dan
penguasaannya terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan sesuai dengan tujuan pengajaran tertentu. Peningkatan hasil belajar kognitif siswa kelas IV SDN
Gunungpati 01 Kota Semarang dalam pembelajaran PKn melalui penerapan model Team Assisted Individualization TAI dengan multimedia dari siklus 1
pertemuan I dan pertemuan II serta siklus 2 pertemuan I dan II dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.25
Data Hasil Belajar siswa siklus I dan II
No Pencapaian Data Siklus 1
Data Siklus 2 PI PII PI PII
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. Nilai terendah
Nilai tertinggi Jumlah siswa tuntas
Jumlah tidak tuntas Persentase ketidaktuntasan
Persentase ketuntasasan Rata-rata
40 80
15 11
42 58
67 45
90 17
9 35
65 69
50 90
20 6
23 77
71 50
95 23
3 12
88 77
Dari tabel 4.25 dapat menunjukkan bahwa melalui penerapan model Team Assisted Individualization
TAI dengan multimedia dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa pada pembelajaran PKn pada siklus I sampai siklus II data
diperjelas pada lampiran 4.1 halaman 338. Pada siklus 1 pertemuan I pembelajaran PKn menggunakan model Team
Assisted Individualization TAI dengan multimedia dengan materi pengertian
globalisasi dan contoh pengaruh globalisasi memperoleh ketuntasan klasikal 58, siswa yang tuntas belajar sebanyak 15 siswa dan yang belum tuntas sebanyak 11
siswa dengan kriteria ketuntasan minimal KKM 65, nilai terendah 40 dan nilai tertinggi 80 dengan rata-rata nilai sebesar 67. Perolehan ketuntasan klasikal
tersebut belum mencapai indikator keberhasilan hasil belajar siswa sebesar 80 sehingga perlu diadakan pelaksanaan tindakan pada siklus 1 pertemuan II.
Pelaksanakan tindakan siklus 1 pertemuan II mengalami peningkataan dengan perolehan rata-rata sebesar 69 nilai terendah 45 nilai tertinggi 90. Jumlah
siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 17 siswa dan 9 siswa memperoleh nilai di bawah KKM. Ketuntasan klasikal pada siklus 1 pertemuan II
sebesar 65. Walaupun hasil belajar siswa sudah mengalami peningkatan namun ketuntasan klasikal tersebut belum mencapai indikator keberhasilan yang telah
ditetapkan sehingga pelaksanaan tindakan perlu dilanjutkan pada siklus 2. Pada pelaksanaan tindakan sikus 2 pertemuan I, hasil belajar siswa
memperoleh ketuntasan belajar klasikal sebesar 77 dengan rata-rata sebesar 71 nilai terendah siswa 50 dan nilai tertinggi 90, berdasarkan KKM yang telah
ditentukan maka jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 20 siswa dan yang
belum tuntas sebanyak 6 siswa. Ketuntasan klasikal belajar pada siklus 2 pertemuan I belum mencapai target yang telah ditetapkan sehingga perlu diadakan
perbaikan. Perbaikan dilaksanakan pada siklus 2 pertemuan II, dimana pada pelaksanaannya persentase ketuntasan hasil belajar siswa meningkat menjadi 88
dengan rata-rata 77, siswa yang tuntas sebanyak 23 siswadan 3 siswa mendapat nilai dibawah KKM. Nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 95. Karena persentase
ketuntasan sudah melebihi kriteria indikator keberhasian yang telah ditetapkan yaitu 80, maka penelitian ini dinyatakan berhasil dan diakhiri pada siklus 2
pertemuan II. b.
Hasil belajar afektif Menurut Bloom dalam Rifa’i dan Anni, 2010:85-89 ranah afektif
berhubungan dengan sikap, minat dan nilai merupakan hasil belajar yang paling sukar diukur. Instrumen biasanya berupa non tes misal wawancara, angket, dan
lembar observasi sikap. Ciri-ciri hasil belajar ranah afektif akan tampak akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Sedangkan tujuan dari
penilaian hasil belajar afektif adalah untuk mengetahui capaian hasil belajar dalam hal penguasaan domain afektif dari kompetensi yang diharapkan dikuasai
oleh setiap siswa setelah kegiatan pembelajaran berlangsung. Peningkatan hasil belajar afektif siswa kelas IV SDN Gunungpati 01 Kota
Semarang dalam pembelajaran PKn melalui penerapan model Team Assisted Individualization
TAI dengan multimedia dari siklus 1 pertemuan I dan pertemuan II serta siklus 2 pertemuan I dan pertemuan II dilihat dari perolehan
skor rata-rata pengamatan karakter bangsa siswa. Pada siklus 1 pertemuan I
diperoleh skor rata-rata 6,7 dengan kriteria baik. Sedangkan pada pertemuan II diperoleh skor rata-rata 7,7 dengan kriteria baik. Kemudian dilanjutkan pada
siklus 2 pertemuan I diperoleh skor rata-rata 8,8 dengan kriteria baik dan pada siklus 2 pertemuan II diperoleh skor rata-rata 10,3 dengan rata-rata sangat baik.
Hal tersebut menunjukkan peningkatan hasil belajar afektif siswa setiap siklusnya dimana skor rata-rata tiap pertemuan mengalami peningkatan.
c. Hasil Belajar Psikomotor
Hasil belajar psikomotor juga mengalami peningkatan setiap pertemuan dalam siklusnya. Hasil belajar psikomotor ini merupakan hasil pengamatan pada
indikator mempresentasikan hasil diskusi berkaitan dengan kegiatan siswa mengeluarkan pendapat didepan kelas. Ranah psikomotorik mencakup tujuan
yang berkaitan dengan keterampilan Skill yang berifat manual. Urutan tingkatan dari yang paling sederhana sampai ke yang paling kompleks adalah persepsi,
kesiapan melakukan suatu kegiatan, mekanisme, respons terbimbing, kemahiran, adaptasi, dan organisasi Uno, 2009: 35.
Peningkatan hasil belajar ini terjadi karena upaya guru dalam melaksanakan proses pembelajaranyang menarik bagi siswa dengan menggunakan
strategi belajar dan media yang tepat dan menarik bagi siswa. Kegiatan pembelajaran harus sebisa mungkin dibuat lebih bermakna agar siswa dapat lebih
efektif dan efisien dalam belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada setiap pertemuannya dan telah
mencapau indikator keberhasilan yang ditetapkan.
4.3.2. Uji Hipotesa