Kualitas Pembelajaran KAJIAN TEORI

strategi, media, evaluasi, dan penunjang. Terdapat keterkaitan antara komponen- komponen tersebut berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran.

2.1.3 Kualitas Pembelajaran

Kualitas dapat diartikan sebagai suatu mutu yang dapat dijadikan pedoman tingkat keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan. Menurut Etzioni dalam Hamdani,2011: 194 kualitas dimaknai sebagai mutu atau keefektifan. Secara definitif, efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Dari pemahaman tersebut Hamdani 2011: 194 mengemukakan aspek-aspek efektivitas belajar, yaitu: 1 peningkatan pengetahuan; 2 peningkatan keterampilan; 3 perubahan sikap; 4 perilaku; 5 kemampuan adaptasi; 6 peningkatan integrasi; 7 peningkatan partisipasi; 8 peningkatan interaksi kultural. Dalam mencapai efektivitas belajar ini, UNESCO menetapkan empat pilar pendidikan yang harus diperkatikan secara sungguh- sungguh oleh pengelola dunia pendidikan, yaitu: 1 belajar untuk menguasai ilmu pengatahuan learning to know; 2 belajar untuk menguasai keterampilan learning to do; 3 belajar untuk hidup bermasyarakat learning to live together; 4 belajar untuk mengembangkan diri secara maksimal learning to be. Kualitas pembelajaran secara operasional dapat diartikan sebagai intensitas keterkaitan sistemik dan sinergis guru, siswa, kurikulum, dan bahan belajar, media, fasilitas, dan sistem pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kurikuler. Depdiknas, 2004:7. Jadi kualitas pembelajaran adalah tingkat pencapaian pembelajaran yang berupa peningkatan pengetahuan dan ketrampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran. Pencapaian tujuan berupa peningkatan pengetahuan, keterampilan dan pengembangan sikap melalui pembelajaran. Dengan kata lain kualitas pembelajaran merupakan tingkat keberhasilan dalam menciptakan suatu pembelajaran bagi peserta didik. Indikator kualitas pembelajaran dapat dilihat dari pembelajaran pendidik guru, perilaku dan dampak belajar siswa, iklim pembelajaran, materi pembelajaran, media pembelajaran dan sistem pembelajaran Depdiknas, 2004:7. Kualitas pembelajaran erat kaitannya dengan proses pembelajaran yang melibatkan guru dan siswa. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi indikator kualitas pembelajaran dalam tiga variabel sesuai dengan rumusan masalah yang diteliti yaitu: keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa. Indikator kualitas pembelajaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 2.1.3.1. Keterampilan Mengajar Guru Keterampilan atau skiil merupakan kemampuan dasar untuk mengoperasikan suatu kegiatan atau pekerjaan secara mudah dan cermat. Guru adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik, baik itu berupa perkembangan jiwa, ataupun perkembangan mental anak didik. Dalam kegiatan pembelajaran guru harus menguasai keterampilan dasar mengajar agar dapat mengelola kegiatan pembelajaran yang lebih efektif sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Djamarah 2010:99 berpendapat kedudukan guru memiliki arti penting dalam pendidikan. Arti penting itu bertolak dari tugas guru yang cukup berat untuk mencerdaskan anak didiknya. Hal ini menghendaki seorang guru untuk melengkapi dirinya dengan berbagai keterampilan yang diharapkan dapat membantu dalam menjalankan tugas guru dalam interaksi edukatif. Hal ini didukung oleh Rusman 2012:70-80 keterampilan adalah perilaku dan kemampuan yang memadai untuk mengembangkan siswanya secara utuh. Keterampilan dasar mengajar merupakan suatu keterampilan yang menuntut latihan yang terprogram untuk dapat menguasainya. Penguasaan terhadap keterampilan ini memungkinkan guru mampu mengelola kegiatan pembelajaran secara lebih efektif Anitah, 2009:7.1. Berdasarkan pengertian keterampilan mengajar guru merupakan seperangkat kemampuan dalam membimbing siswa yang didukung dari berbagai aspek serta mendorongnya untuk berkembang sehingga proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Hasil penelitian Turney dalam Anitah 2009:7.5-8.56 terdapat delapan keterampilan dasar mengajar yang sangat berperan dalam menentukan kualitas pembelajaran. Keterampilan yang dimaksud antara lain: a. Keterampilan bertanya Keterampilan bertanya adalah merupakan keterampilan yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan belajar mengajar, karena metode apapun, tujuan pengajaran apapun yang ingin dicapai dan bagaimana keadaan siswa yang dihadapi, maka bertanya kepada siswa merupakan hal yang tidak dapat ditinggalkan. Memberi pertanyaan perlu adanya latihan dari guru-guru. Sehingga diharapkan guru dapat menguasai dan melaksanakan keterampilan bertanya pada situasi yang tepat, sebab memberi pertanyaan secara efektif dan efisien akan dapat menimbulkan perubahan tingkah laku baik pada guru maupun dari siswa. Dari guru yang sebelumnya selalu aktif memberi informasi akan berubah menjadi banyak mengundang interaksi siswa, sedangkan dari siswa yang sebelumnya secara pasif mendengarkan keterangan guru akan berubah menjadi banyak berpartisipasi dalam bertanya, menjawab pertanyaan mengemukakan pendapat. Hal ini akan menimbulkan adanya cara belajar siswa aktif yang berkadar tinggi. Komponen-komponen keterampilan bertanya antara lain: 1 pengajuan pertanyaan secara jelas dan singkat; 2 pemberian acuan; 3 pemusatan; 4 pemindahan giliran; 5 penyebaran; 6 pemberian waktu berpikir serta pemberian tuntunan. b. Keterampilan memberi penguatan Keterampilan memberi penguatan adalah respon positif dari guru kepada anak didik yang telah melakukan suatu perbuatan baik. Pemberian penguatan ini dilakukan oleh guru dengan tujuan agar anak lebih giat berpartisiasi dalam interaksi belajar mengajar dan siswa agar mengulangi lagi perbuatan yang baik walaupun pemberian penguatan sangat mudah pelaksanaannya, namun kadang- kadang banyak diantara guru yang tidak melakukan pemberian penguatan kepada siswa yang melakukan perbuatan baik. Komponen-komponen keterampilan memberi penguatan antara lain: 1 Penguatan verbal yang terdiri dari dua jenis, yaitu: kata-kata, kalimat; 2 Penguatan non verbal yang terdiri dari lima jenis, yaitu: mimik dan gerakan badan, gerak mendekati, sentuhan, kegiatan yang menyenangkan, pemberian simbol atau benda. c. Keterampilan mengadakan variasi Variasi adalah suatu kegiatan guru dalam konteks interaksi belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga dalam proses belajar mengajar siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi. Komponen-komponen keterampilan mengadakan variasi terdiri dari: 1 Variasi dalam gaya mengajar yang terdiri dari enam jenis, yaitu: variasi suara, Pemusatan perhatian, kesenyapan, mengadakan kontak pandang, gerakan badan dan mimik, perubahan dalam posisi guru; 2 Variasi pola interaksi dan penggunaan alat bantu pembelajaran. d. Keterampilan menjelaskan Menjelaskan berarti menyajikan informasi lisan yang diorganisasikan secara sistematis dengan tujuan menunjukkan hubungan. Penekanan memberikan penjelasan adalah proses penalaran siswa dan bukan indoktrinasi. Komponen- komponen keterampilan menjelaskan terdiri dari: 1 Keterampilan merencanakan penjelasan yang terdiri dari: merencanakan isi pesan materi, menganalisis karakteristik penerimaan pesan; 2 Keterampilan menyajikan penjelasan yang terdiri dari: kejelasan, penggunaan contoh dan ilustrasi, pemberian tekanan. e. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran Keterampilan membuka pelajaran diartikan dengan perbuatan guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat kepada apa yang akan dipelajari. Sedangkan keterampilan menutup pelajaran adalah memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang dipelajari siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar. Komponen-komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran terdiri dari: 1 Membuka pelajaran yang terdiri dari: menarik perhatian siswa, memberi acuan, menimbulkan motivasi, membuat kaitan; 2 Menutup pelajaran yang terdiri dari: meninjau kembali mereview, menilai mengevaluasi, memberi tindak lanjut. f. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil Diskusi kelompok kecil adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok individu dalam suatu interaksi tatap muka secara kooperatif untuk tujuan membagi informasi, membuat keputusan, dan memecahkan masalah. Komponen-komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran terdiri dari: 1 Memusatkan perhatian; 2 Meningkatkan urunan; 3 Menganalisis pandangan; 4 Memperjelas masalah atau uraian pendapat; 5 Menyebarkan kesempatan berpartisipasi; 6 Menutup diskusi. g. Keterampilan mengelola kelas Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses interaksi edukatif, dengan kata lain kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses interaksi edukatif. Komponen-komponen keterampilan mengelola kelas terdiri dari: 1 Keterampilan yang bersifat preventif terdiri dari: menunjukkan sikap tanggap, membagi perhatian, memusatkan perhatian kelompok, memberikan petunjuk yang jelas, menegur serta memberi penguatan; 2 Keterampilan yang bersifat represif terdiri dari: memodifikasi tingkah laku, pengelolaan kelompok. h. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil Dan Perorangan Mengajar kelompok kecil dan perorangan diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks belajar mengajar yang hanya melayani 3-8 siswa untuk kelompok kecil, dan hanya seorang untuk perorangan. Pada dasarnya bentuk pengajaran ini dapat dikerjakan dengan membagi kelas dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil. Komponen-komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan terdiri dari: 1 Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar; 2 Keterampilan mengorganisasikan kegiatan pembelajaran; 3 Keterampilan merencanakan dan melakukan kegiatan pembelajaran; 4 Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi. Dengan menguasai keterampilan mengajar, guru dapat melaksanakan pembelajaran lebih baik dan mampu mendorong siswa untuk lebih aktif dan antusias mengikuti pembelajaran. Berdasarkan pengertian tersebut maka yang dimaksud dengan keterampilan mengajar guru adalah seperangkat kemampuan guru dalam melatihmembimbing aktivitas dan pengalaman seseorang serta membantunya berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan. Jadi, persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru adalah penilaian berupa tanggapanpendapat siswa terhadap kemampuankecakapan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar. Peneliti akan mengembangkan keterampilan guru berdasarkan penelitian Turney yang akan dipadukan melalui penerapan model Team Assisted Indivisualization TAI dengan multimedia sebagai dasarlandasan dalam menyusun instrumen penelitian. Keterampilan mengajar guru yang dikaji dalam penelitian ini meliputi keterampilan membuka pelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya, keterampilan menggunakan variasi, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan, keterampilan memberi penguatan, dan keterampilan menutup pelajaran. Adapun indikator keterampilan guru dalam penerapan model Team Assisted Individualization TAI dengan multimedia dalam penelitian ini yaitu : 1 membuka pembelajaran; 2 Menyampaikan materi pembelajaran Teaching Group ; 3 Melakukan variasi dalam proses pembelajaran dan penggunaan multimedia Placement Test, Teams; 4 Membimbing siswa dalam berdiskusi dengan kelompoknya Team Study; 5 Pengkondisian kelas selama pembelajaran; 6 Membimbing presentasi kelompok Student Creative; 7 Memberikan penguatan kepada hasil pekerjaan siswa Team Score and Team Recognition ; 8 Menutup pelajaran Whole Class Unit, Fact Test. 2.1.3.2. Aktivitas Siswa Thomas M. Risk dalam Rohani, 2010: 7-8 menyebutkan bahwa mengajar adalah proses membimbing pengalaman belajar. Pengalaman itu sendiri diperoleh jika peserta didik dengan keaktifannya sendiri bereaksi terhadap lingkungannya. Belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik ialah peserta didik giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Peserta didik yang memiliki aktivitas psikis adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran. Dua aktivitas psikis dan fisik harus dipandang sebagai hubungan yang erat. Piaget dalam Rohani, 2010: 8 berpendapat bahwa “seorang anak berpikir sepanjang ia berbuat”. Agar peserta didik dapat berpikir sendiri aktif maka peserta didik harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri. Berpikir pada taraf verbal baru timbul setelah individu berpikir pada taraf perbuatan. Seorang guru hanya dapat menyajikan dan menyediakan bahan pelajaran, peserta didiklah yang mengolah dan mencernanya sendiri sesuai kemauan, kemampuan, bakat, dan latar belakangnya. Paul B. Diedrich dalam Rohani, 2010: 10 dalam penyelidikannya menyebutkan bahwa terdapat beberapa macam kegiatan peserta didik yang meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa, antara lain sebagai berikut: a. Visual activities, membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain, dan sebagainya. b. Oral activities, menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, diskusi, interupsi, dan sebagainya. c. Listening activities, mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato, dan sebagainya. d. Writing activities, menulis: cerita, karangan, laporan, tes angket, menyalin, dan sebagainya. e. Drawing activities, menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola, dan sebagainya. f. Motor activities, melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, dan sebagainya. g. Mental activities, menganggap, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, membuat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya. h. Emotional activities, menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup, dan sebagainya. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa merupakan segala kegiatan yang terjadi selama proses pembelajaran yang dilakukan oleh sisawa dalam mengikuti pembelajaran sehingga menimbukan perubahan perilaku pada diri siswa. Peneliti akan mengembangkan aktivitas siswa berdasarkan teori Paul B. Diedrich mengenai 8 aktivitas siswa yang akan dipadukan dengan model Team Assisted Indivisualization TAI dengan multimedia sebagai dasarlandasan dalam menyusun instrument penelitian. Sehingga tidak semua aktivitas siswa memungkinkan untuk diamati dalam penelitian ini karena disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran model Team Assisted Individualization TAI dengan multimedia. Aktivitas siswa dalam penelitian ini meliputi aktivitas visual, oral, listening, writing, emosional dan mental. Sedangkan indikator keberhasilan aktivitas siswa dapat dilihat dari aspek-aspek sebagai berikut : 1 mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran; 2 memperhatikan penjelasan dari guru; 3 memperhatikan materi yang disampaikan; 4 siswa aktif dalam kegiatan diskusi; 5 mempresentasikan hasil diskusi; 6menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran; 7 mengerjakan Lembar Kerja Siswa LKS dan evaluasi. 2.1.3.3. Hasil Belajar Siswa Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara menyeluruh bukan hanya pada satu aspek saja tetapi terpadu secara utuh Anitah, 2009: 2.19. Guru harus memperhatikan secara seksama agar perilaku tersebut dapat dicapai sepenuhnya oleh siswa. Perwujudan hasil belajar akan selalu berkaitan dengan kegiatan evaluasi pembelajaran sehingga diperlukan adanya teknik dan prosedur evaluasi belajar yang dapat menilai secara efektif proses dan hasil belajar. Benyamin S. Bloom dalam Uno, 2009: 35 menyampaikan tiga taksonomi pembelajaran dalam tiga kawasan yaitu: kawasan kognitif cognitive domain, kawasan afektif affective domain, dan kawasan psikomotorik psychomotoric domain . Kawasan kognitif adalah kawasan yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi. Ranah kognitif mencakup kategori pengetahuan knowledge, pemahaman comprehension, penerapan application, analisis analysis, sintesis synthesis, dan penilaian evaluation. Kawasan afektif adalah satu domain yang berkaitan dengan sikap, nilai- nilai interes, apresiasi penghargaan dan penyesuaian perasaan sosial. Tingkatan afeksi ada lima, yaitu: kemauan menerima, kemauan menanggapi, berkeyakinan, penerapan karya, serta ketekunan dan ketelitian. Kawasan psikomotorik mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan skill yang bersifat manual atau motorik. Urutan tingkatan dari yang paling sederhana sampai ke yang paling kompleks adalah persepsi, kesiapan melakukan suatu kegiatan, mekanisme, respons terbimbing, kemahiran, adaptasi, dan organisasi. Indikator hasil belajar merupakan uraian kemampuan yang harus dikuasai siswa dalam berkomunikasi secara spesifik serta dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil belajar. Siswa hendaklah diberi kesempatan untuk menggunakan keterampilan, pengetahuan, atau sikap yang sudah mereka kembangkan selama pembelajaran dalam menyelesaikan tugas-tugas yang sudah ditentukan. Selama proses itu guru dapat menilai apakah siswa telah mencapai suatu hasil belajar yang ditunjukkan dengan pencapaian beberapa indikator dari hasil belajar tersebut. Apabila hasil belajar siswa telah direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak maka siswa tersebut telah mencapai suatu kompetensi Sugandi, 2005: 63. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan prestasi belajar peserta didik yang meliputi tiga kawasan yaitu kognitif, afektif dan psikomotor selama dan sesudah kegiatan pembelajaran.

2.1.4 Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe team assisted individuallization (tai) terhadap pemahaman konsep matematika siswa kelas v sdi ummul quro bekasi

0 10 221

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI).

6 9 167

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) BERBANTUAN MEDIA GRAFIS PADA SISWA KELAS IV SDN TUGUREJO 01 KOTA SEMARANG

4 24 305

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION BERBANTU MULTIMEDIA PADA SISWA KELAS IVB SDN TAMBAKAJI 03 KOTA SEMARANG

0 13 283

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS V SDN BRINGIN 02 KOTA SEMARANG

0 2 348

PENERAPAN STRATEGI CONCEPT MAPPING BERBASIS MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn PADA SISWA KELAS IV SDN PURWOYOSO 06 KOTA SEMARANG

0 3 398

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS V SDN MANGKANG KULON 02 KOTA SEMARANG

0 5 221

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai (Team Assisted Individualization) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika

0 2 16

APLIKASI PEMBELAJARAN TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN Aplikasi Pembelajaran Tai (Team Assisted Individualization) Untuk Meningkatkan Partisipasi Siswa Dalam Pembelajaran Biologi Materi Penting

0 1 15

APLIKASI PEMBELAJARAN TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN Aplikasi Pembelajaran Tai (Team Assisted Individualization) Untuk Meningkatkan Partisipasi Siswa Dalam Pembelajaran Biologi Materi Penting

0 1 15