Adopsi sistem pertanian konservasi di dataran tinggi berlereng dalam jangka

3. Bagi peneliti lain yang berminat pada masalah yang sama, penelitian ini diharapkan merupakan sumbangan yang berharga, terutama penelitian yang berkaitan dengan penilaian ekonomi lingkungan.

1.7. Ruang Lingkup Penelitian ini dilakukan pada rumahtangga pertanian sayuran, yaitu komoditas

kentang karena selain menjadi komoditas unggulan sehingga petani lebih memilih menanam kentang, Pangalengan juga menjadi sentra penghasil kentang di Jawa Barat. Lingkup penelitian ini dibatasi pada aspek fisik dan sosial ekonomi usahatani. Untuk kajian fisik meliputi analisis terhadap kondisi lahan yaitu kemiringan lereng lahan dan teknik konservasi tanah secara mekanik yang digunakan petani sayuran Pangalengan. Untuk kajian sosial ekonomi usahatani meliputi analisis terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan juga kelembagaan petani sayuran Pangalengan. Pola tanam dengan penanaman kentang dengan sistem teras bangku dan penanaman kentang pada guludan searah kontur dikategorikan sebagai usahatani yang sudah menerapkan konservasi tanah mekanik sistem pertanian konservasi dan pola tanam dengan penanaman kentang pada guludan searah lereng dikategorikan sebagai pertanian yang belum mengadopsi sistem pertanian konservasi. Penelitian ini tidak dimaksudkan untuk melakukan kajian kebijakan, meskipun hasil penelitian bermanfaat bagi perumusan kebijakan yang terkait dengan konservasi lahan. Saran atau rekomendasi yang dirumuskan sebagai konsekuensi logis dari hasil penelitian, memang berguna dan bersifat khusus untuk daerah penelitian namun rumusan detail dari kebijakan serta bagaimana caranya kebijakan itu dapat diimplementasikan tentunya memerlukan penelitian yang lebih memfokuskan pada analisis kelembagaan. Dalam penelitian ini masalah kelembagaan tidak dibahas secara mendalam.

1.8. Kebaruan Penelitian

Permasalahan erosi dan degradasi tanah pada dasarnya adalah permasalahan yang bersifat multiaspek. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menjelaskan fenomena mengapa petani tidak menerapkan praktek-praktek usahatani yang dapat menjaga keberlanjutan dari tanah yang diusahakan. Namun penelitian-penelitian tersebut cenderung membatasi kajiannya pada aspek tertentu dari erosi dan degradasi tanah. Sebagai contoh, penelitian oleh Sinukaban et al. 1994, Suganda et al. 1997 dan Kurnia et al. 1997 lebih memfokuskan penelitiannya pada aspek bio-fisik tanah dari konservasi, Pagiola 1999, Pedro et al. 1997, dan Sanim dan Siregar 2002 meninjau konservasi tanah dari aspek sosial dan finansial, sementara Hwang et al. 1994 meninjau konservasi tanah dari aspek biaya konservasi tanah dan kelembagaan. Penelitian adopsi sistem pertanian konservasi ini meninjau dari sudut pandang petani private – sesuai dengan arahan permasalahan penelitian mengapa petani banyak yang tidak mengadopsi sistem pertanian konservasi padahal sistem pertanian konservasi bagus – namun sudut pandang petaniprivate ini mempunyai implikasi yang bersifat atau berlaku bagi banyak petani atau orang lain dengan demikian dapat mengetahui perilaku petani sehingga dapat mengetahui atau memformulasikan kebijakan publik yang tepat. Penelitian adopsi sistem pertanian konservasi ini menggunakan pendekatan multiaspek untuk menjawab mengapa dan faktor-faktor apa saja yang terkait dengan adopsi konservasi oleh petani. Dalam penelitian ini berbagai parameter biofisik dimanfaatkan untuk menduga pengaruh adopsi sistem pertanian konservasi terhadap produksi dalam jangka panjang. Di samping itu, dalam penelitian model adopsi konservasi tidak saja menggunakan variabel-variabel sosial ekonomi, tetapi juga memasukkan aspek kelembagaan dan aspek fisik kecuraman lereng lahan petani. Pada penelitian ini setiap sampel lahan milik petani diukur kemiringan lerengnya dan data kemiringan lereng tadi masuk ke dalam pendugaan model. Dari berbagi literatur yang diperoleh, variabel lereng belum dimasukkan sebagai faktor yang mempengaruhi adopsi sistem pertanian konservasi. Kebaruan penelitian ini terletak pada permasalahan yang sederhana namun memiliki implikasi yang luas dari sisi kebijakan dan memperkuat landasan teori yang ada dalam konservasi bahwa konservasi memiliki manfaat nyata dalam jangka panjang.