Biaya Erosi Tanah TINJAUAN PUSTAKA
tanah, berkurangnya kedalaman lapisan tanah atas topsoil, dan menurunnya kapasitas tanah untuk menahan air yang selanjutnya juga akan menyebabkan
penurunan produktivitas lahan yang terkena erosi. Sedangkan dampak erosi tanah di luar lokasi adalah merupakan nilai sekarang dari manfaat ekonomi yang hilang
akibat erosi lahan lahan pertanian. Dampak ini bersifat spesifik untuk suatu lokasi dan bervariasi dari suatu tempat ke tempat yang lain Barbier, 1995. Midmore et al.
1996 menyatakan bahwa biaya lingkungan di luar lokasi yaitu rusaknya infrastruktur berupa sedimentasi pada saluran irigasi dan Pembangkit Tenaga Listrik
di situreservoar, yang ditimbulkan oleh praktek-praktek usahatani sayur mayur di dataran tinggi Cameron, Malaysia sebesar M 2 juta per tahun atau 4 lebih
rendah dari total nilai kotor produksi sayuran di dataran tinggi Cameron, Malaysia. Erosi tanah menyebabkan hilangnya pendapatan sekarang petani dan akan
menyebabkan bertambah tingginya resiko yang akan dialami petani khususnya petani marjinal Barbier, 1995. Dampak erosi tanah pada penurunan produktivitas
lebih besar terjadi di daerah yang beriklim tropis daripada di daerah beriklim sedang karena daerah tropis mempunyai tanah yang relatif rentan dan iklim yang ekstrim
Lal, 1990. Pada daerah berkembang, biaya degradasi lahan akan 15 lebih tinggi dari produk nasional kotornya Barbier dan Bishop, 1995.
Pendekatan yang umum digunakan untuk menghitung biaya erosi tanah di
lokasi on site, menurut Barbier 1995 antara lain adalah pendekatan perubahan
produktivitas Productivity Change Approach dan pendekatan biaya pengganti replacement cost approach.
Menurut pendekatan perubahan produktivitas, biaya erosi tanah di lahan usahatani samasetara dengan nilai produktivitas yang hilang yang dinilai sesuai
dengan harga pasar. Dengan kata lain, perubahan produktivitas merupakan perbedaan hasil panen antara lahan yang mempunyai tingkat erosi tinggi dan erosi
rendah Barbier, 1995. Magrath dan Arens 1989 menggunakan pendekatan perubahan produktivitas untuk mengukur erosi tanah di Jawa, Indonesia. Studi
menunjukkan adanya penurunan produktivitas tahunan sebesar 1 yang setara dengan Rp. 2.686 per hektar.
Fransisco 1998 menggunakan analisis regresi untuk mengukur hubungan antara hasil panen dengan tingkat erosi tanah di Filipina. Hasil analisis pada sistem
pertanaman lorong dengan input rendah menunjukkan hasil panen jagung menurun seiring dengan naiknya tingkat erosi tanah.
Thao 2001, dengan menggunakan analisis fungsi regresi linier, mengukur hubungan antara hasil panen dengan tingkat erosi tanah. Studi membuktikan bahwa
pada sistem pertanaman jagung tradisional, hasil panen semakin rendah dengan naiknya tingkat erosi tanah. Sebaliknya pada sistem pertanaman jagung dengan
teknik konservasi vegetatif tanaman pagar, hasil panen semakin meningkat dengan menurunnya tingkat erosi tanah. Ada hubungan yang erat antara produktivitas
dengan tingkat erosi tanah. The 2001 memperkirakan total hilangnya tanah per hektar per tahun di
Xuanloc, propinsi Thua Thien Hue, Vietnam Tengah pada sistem pertanian padi dataran tinggi sebesar 80 ton yang setara dengan VND 1.022.000, sedangkan pada
sistem pertanian tebu total hilangnya tanah sebesar 53 ton setara VND 635.000, pada pertanian tanaman buah-buahan total hilangnya tanah sebesar 40 ton dan
pada pertanian minyak kayu putih total kehilangan tanahnya 42 ton. Metode pendugaan biaya erosi tanah di lahan usahatani dengan pendekatan
biaya pengganti the Replacement Cost Approach diilustrasikan dalam Gambar 2. Pendekatan biaya pengganti adalah mengukur unsur hara tanah yang hilang melalui
erosi dan menghitung nilai unsur hara tanah yang hilang tersebut yang ekuivalen dalam penggunaan pupuk. Dalam metode pendekatan biaya pengganti, semua
pengeluaran untuk keperluan pengganti sumberdaya lingkungan, jasa atau aset yang hilang diidentifikasi. Biaya pengganti aset produktivitas, kerusakan akibat
kualitas lingkungan yang rendah atau akibat praktek pengelolaan pertanian yang salah dapat dianggap sebagai suatu pendekatan manfaat dari program perlindungan
atau perbaikan aset lingkungan Hufschmidt et al., 1983. Metode ini kadang- kadang juga dipakai dalam metode penilaian sumberdaya yang berhubungan
dengan perkiraan biaya pengganti relatif. Melalui pendekatan biaya pengganti untuk menghitung biaya erosi tanah on-
site, kesuburan tanah diperlakukan sebagai input dalam produksi tanaman. Tanah diasumsikan akan digunakan secara optimal oleh petani. Karena itu, kontribusi unsur
hara tanah terhadap produksi seperti nilai marjinal produk dari produksi tanaman sama dengan atau setara dengan harga unsur hara tanah Gambar 2. Akibat
erosi, total unsur hara tanah yang digunakan, X
1
, lebih besar dari jumlah unsur hara
yang secara efektif digunakan tanaman untuk produksi biomasnya, X . Perbedaan
dari X
1 -
X digambarkan sebagai erosi tanah.
Harga Rp
0 X
o
X
1
Tingkat penggunaan input Gambar 2 Mengukur biaya erosi tanah di lokasi on-site dengan pendekatan
biaya pengganti Barbier, 1995. Untuk mengevaluasi biaya erosi tanah dengan pendekatan biaya pengganti,
nilai dari jumlah kehilangan unsur hara yang dianggap sama dengan jumlah penggunaan pupuk digunakan untuk menduga nilai unsur hara yang hilang dari
tanah. Pada harga pupuk P
i
, biaya kehilangan unsur hara melalui erosi tanah diukur melalui area B, atau P
i
X
1 -
X . Seluruh kehilangan nilai bersih output berhubungan
dengan pengurangan unsur hara tanah A+B. Dalam pendekatan ini, area B dijadikan sebagai suatu perkiraan total kehilangan petani A+B akibat erosi tanah.
Semakin tinggi input yang digunakan maka nilai produk marjinal semakin kecil. Pedro et al. 1997 mengukur erosi lahan pertanian terbuka di Claveria,
Mindanao, Filipina dengan memakai pendekatan biaya pengganti The Replacement Cost Approach. Unsur C, hara N dan P yang hilang melalui erosi diprediksi melalui
model SCUAF. Perkiraan total hilangnya tanah yang terjadi per hektar per tahun adalah 5.858 Peso yang setara dengan 75 Peso per ton.
Sutono et al. 2003 melaporkan bahwa biaya pengganti kehilangan sawah di DAS Citarum pada tahun 2000 sebesar Rp 18,6 milyar dan akan bertambah sebesar
Rp. 28,3 jutatahun sampai tahun 2005 sehingga biaya pengganti keseluruhannya sampai tahun 2005 menjadi Rp. 19,3 milyar. Peningkatan biaya pengganti ini sejalan
B A
Nilai produk marjinal e
Pi a
b
dengan berkurangnya lahan sawah sebesar 6 per tahun sejak tahun 2005. Sawah sebagai pertanian penghasil pangan lebih mampu mengendalikan erosi
dibandingkan lahan kering. Berdasarkan pendugaan erosi, potensi erosi pada lahan sawah lebih rendah 0,3-1,5 tonhatahun dibandingkan dengan lahan kering 5,7-
16,5 tonhatahun. Lahan sawah merupakan salah satu ekosistem yang stabil, sehingga jumlah erosinyapun sangat kecil. Sawah mempunyai banyak fungsi, selain
sebagai fungsi produksi, juga sebagai fungsi penyelamat lingkungan dan memperpanjang usia bendungan. Sawah lebih mampu mengurangi sedimentasi
bendungan karena erosinya lebih kecil dibandingkan lahan tegalan. Perubahan luas lahan sawah akan berpengaruh terhadap besarnya biaya yang harus dikeluarkan
untuk pemeliharaan bendungan, saluran air, dan situ-situ penampung air.