Penggunaan Lahan dan Kondisi Tanah

Tabel 6 Tata guna lahan di Kecamatan Pangalengan, 2005 No Penggunaan Lahan Luas ha Persentase 1 Tanah Sawah 573.695 2.25 2 Tanah Kering 7710.660 30.17 3 Tanah Basah 71.343 0.28 4 Tanah Hutan 9316.880 36.46 5 Tanah Perkebunan 6992.908 27.37 6 Keperluan fasilitas umum 334.060 1.31 7 Lain-lain tandus, pasir 552.759 2.16 Jumlah 25552.305 100.00 Sumber: Monografi Kecamatan Pangalengan 2005 Menurut Laporan Tahunan Dinas Pertanian, Kabupaten Bandung 2004 luas lahan kering yang ada di Kecamatan Pangalengan adalah 18 957 ha, dimana dari luas keseluruhan lahan kering tersebut didominasi oleh hutan negara 6 197 ha dan perkebunan 5 704 ha Tabel 7. Sedangkan luas hutan di kecamatan Pangalengan menurut Perum PerhutaniKPH Bandung Selatan 2005 adalah sebesar 8789.47 ha. Tabel 7 Luas lahan kering dan lahan sawah Kecamatan Pangalengan, 2004 No Penggunaan Lahan Luas ha Persentase 1 Pekarangan 1 175 6.20 2 Tegalkebun 2 625 13.85 3 Ladanghuma 2 427 12.80 4 Ditanami pohonhutan rakyat 134 0.71 5 Hutan Negara 6 197 32.69 6 Perkebunan negaraswasta 5 704 30.09 7 Lain-lain 155 0.82 JUMLAH 18 957 100 Lahan lain: kolam 12 Lahan Sawah 573 Jumlah lahan sawah dan lahan kering 19 542 Sumber: Laporan Tahunan Dinas Pertanian, Kabupaten Bandung 2004 Lahan kering untuk pertanian yang berpotensi menjadi lahan kritis yang ada di kecamatan Pangalengan adalah sebesar 6223 ha Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, 2004. Lahan yang berpotensi menjadi lahan kritis yang dimaksud adalah lahan yang tidakkurang baik untuk pertanian karena pengolahan dan penggunaannya yang tidak atau kurang memperhatikan kaidah konservasi tanah. Salah satu sebab timbulnya lahan kritis tersebut karena petani masih melakukan usahatani secara tradisional tanpa mengindahkan kaidah konservasi tanah dan air secara benar. Hal ini mengakibatkan erosi pada lahan yang diusahakan sehingga menimbulkan lahan-lahan kritis di Pangalengan. Jumlah lahan kritis di Kecamatan Pangalengan tahun 2004 adalah 2 227 ha dan penanganan lahan kristis yang sudah dilakukan pada tahun yang sama adalah 660.50 ha, sehingga sisa lahan kritis di kecamatan Pangalengan sampai akhir 2004 adalah 1 556.50 ha. Dinas Pertanian, Kab. Bandung, 2004. Pangalengan merupakan sentra tanaman hortikultur terbesar di Jawa Barat terutama kentang dan kubis. Komoditas lain yang juga banyak ditanam di Pangalengan adalah wortel, petsay, bawang merah, dan cabe disamping buncis, sledri, bawang daun dan paprika. Pertanian hortikultur di Pangalengan sudah berlangsung lama, lebih dari 50 tahun, dan diturunkan turun temurun dari generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya. Berdasarkan kemiringan lahan, wilayah penelitian dapat dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu datar sampai berombak sekitar 29, berombak sampai berbukit sekitar 33, dan berbukit sampai bergunung sekitar 38 Monografi Kecamatan Pangalengan, 2005. Dari data tersebut terlihat bahwa bentuk wilayah kecamatan Pangalengan didominasi oleh bentuk berbukit sampai bergunung. Tigabelas desa yang diteliti juga mempunyai topografi beragam, dari agak landai sampai sangat curam kemiringan 8 sampai dengan 65. Tanah di Pangalengan termasuk tipe Andisol dengan kesuburan sedang sampai tinggi akibat kandungan bahan organik. Nama Andisol resmi digunakan pada soil taxonomi pada tahun 1990 Prasetyo, 2005. Sebelumnya tanah Andisol disebut dengan berbagai nama seperti Andosols Dudal dan Soepraptohardjo, 1961 dan Andepts Soil Survey Staff, 1975. Berdasarkan sifat fisik dan kimia, tanah di Pangalengan pada umumnya subur Lampiran 5. Tanah Pangalengan mempunyai kerapatan lindak bulk density rendah, porositas tanah tinggi dan mempunyai kemampuan menahan air baik. Itu sebabnya walaupun di musim kemarau kandungan air lapisan atas tanah rendah tetapi kelembaban moisture tanah cukup baik pada lapisan tanah lebih dalam kedalaman 20 cm. Salah satu cara untuk mengatasi kekurangan air di musim kemarau, sebagian petani pada umumnya menanam jagung, ubi kayu atau cabe merahkeriting yaitu jenis tanaman yang akarnya dapat menembus tanah lebih dalam dan tidak memerlukan air yang banyak. Kejenuhan basa tanah Pangalengan sangat rendah, karena adanya pencucian oleh curah hujan yang relatif tinggi. Kemampuan tanah untuk menginfiltrasi air hujan cukup besar. Bila hujan yang terjadi mempunyai intensitas tinggi, maka faktor sifat fisik tanah tidak menjadi pembatas, namun lebih tergantung pada kondisi fisik lainnya seperti tingkat kejenuhan, penutupan vegetasi, serta sifat hujan itu sendiri.

4.4. Populasi dan Kegiatan Ekonomi

Jumlah penduduk di Kecamatan Pangalengan pada tahun 2005 adalah sebanyak 124 489 orang yang terdiri dari 32 879 kepala keluarga dengan kepadatan penduduk 468 jiwakm. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin adalah jumlah laki-laki 62 489 orang dan jumlah perempuan 62 069 orang Monografi Kecamatan Pangalengan, 2005. Penyebaran penduduk di kecamatan Pangalengan tidak merata. Temperatur yang cocok bagi pertumbuhan sayuran merupakan kontribusi terbesar bagi perekonomian Pangalengan. Mata pencaharian penduduk di kecamatan Pangalengan adalah petani, peternak, buruh non-tani pedagangpengusaha, pegawai negeri sipilABRI, dan lain-lain Tabel 8. Tabel 8 Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Pangalengan, 2005 No Mata Pencaharian Jumlah orang Persentase 1 Petani 36 176 51.20 2 Peternak sapi perah 15 718 22.25 3 Buruh non-tani 11 334 16.04 4 Pengusahapedagang 4 897 6.93 5 Pensiunan PENEGABRI 1 257 1.78 6 Pegawai Negeri Sipil 945 1.34 7 ABRI 327 0.46 Sumber: Monografi Kecamatan Pangalengan 2005 Dari Tabel 8 terlihat bahwa mata pencaharian penduduk di kecamatan Pangalengan terbanyak adalah petani 36 176 orang 51.20 yang terdiri dari petani pemilik tanah 8 332 orang, petani penggarap tanah 11 179 ha, dan buruh tani 16 995 orang. Variasi pekerjaan lainnya yang cukup banyak adalah peternak, terutama peternak sapi karena di kecamatan Pangalengan terdapat Koperasi Peternakan Bandung Selatan KPBS yang menghasilkan susu segar dan hasil olahan susunya seperti permen karamel, dodol, dan keripik susu. Sebagian produksi dari susu segar tersebut dikirim ke pabrik pengolahan susu di luar kecamatan Pangalengan. Mata pencaharian lainnya yang cukup banyak adalah buruh non tani yang meliputi buruh perkebunan, terutama di desa Banjarsari karena merupakan desa perkebunan, yaitu desa yang terletak di areal perkebunan teh, buruh bagunan, buruh pertambangan, dan buruh industri. Kegiatan mencari nafkah penduduk kecamatan Pangalengan cukup beragam, baik di sektor pertanian maupun di sektor non pertanian. Secara umum masyarakat kecamatan Pangalengan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Penduduk berusaha melakukan berbagai jenis kegiatan yang menghasilkan uang. Banyak dari penduduk juga melakukan pola nafkah ganda, seperti misalnya pegawai negeriABRI merangkap petani, petani merangkap peternak atau pedagang, petani menjadi pengusaha keripik kentang, dan sebagainya. Dengan pola ini mereka sebenarnya telah menerapkan potensi yang ada baik suami, istri, maupun anak untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Namun demikian karena kegiatan utamanya adalah di sektor pertanian, maka sektor pertanian merupakan sektor yang perlu untuk dikembangkan sesuai dengan kondisi masyarakat, tetapi dengan tetap memperhatikan kondisi lingkungan mengingat kecamatan Pangalengan yang berada di dataran tinggi dan peka erosi. Kegiatan perekonomian kecamatan Pangalengan ditunjukkan oleh adanya pasar, koperasi, KUD, tempat pelelangan hasil usahatani sayuran, dan tokokioswarung, baik yang menjual barang-barang kebutuhan pertanian maupun kebutuhan rumah tangga lainnya. Perekonomian di kecamatan Pangalengan juga ditunjang oleh prasaranasarana pengangkutan dan komunikasi seperti stasiun bus, stasiun oplettaksi, dan telepon umum Tabel 9. Tabel 9 Sarana perekonomian di Kecamatan Pangalengan No Sarana Perekonomian Jumlah buah 1 Koperasi Simpan Pinjam + Produksi 46 2 Koperasi Unit Desa KUD 1 3 Badan PerkreditanBank 4 4 Pasar umum 5 5 Tokokioswarung 2075 6 Stasiun bis 1 7 Stasiun oplettaksi 1 8 Telepon umum 428 Sumber: Monografi Kecamatan Pangalengan 2005