Untuk mengetahui kondisi lahan respoden -kemiringan lereng lahan - dilakukan dengan mengukur langsung kemiringan lereng di lahan responden dengan
menggunakan abney level dan sekaligus melihat peluang adopsi konservasi tanah
dari responden. Konservasi tanah dalam penelitian ini dibatasi pada konservasi tanah secara mekanik berupa penanaman tanaman pada guludan searah kontur dan
penanaman tanaman dengan teras. Responden dikatakan sudah menerapkan konservasi tanah bila menanam tanaman pada guludan searah kontur maupun
menanam tanaman dengan teras. Sedangkan usahatani yang menanam sayuran pada guludan searah lereng dikategorikan sebagai usahatani yang tidak
mengadopsi teknik konservasi tanah. Penentuan kategori di atas didasarkan atas sistem penanaman sayuran yang umum dilakukan petani Pangalengan dan juga
berdasarkan hasil berbagai penelitian terdahulu yang menunjukkan penanaman pada guludan searah lereng menghasilkan erosi yang lebih besar dibandingkan
penanaman pada guludan searah kontur. Petugas Penyuluh Pertanian Lapangan PPL juga diwawancarai untuk melengkapi informasi yang dicari. Jumlah PPL yang
ada di wilayah penelitian sebanyak empat orang. Untuk lebih jelas, jumlah sampel PPL dan sampel tiap desa dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Jumlah sampel PPL dan petani tiap desa Uraian
Jumlah sampel Teknik Pengambilan
Sampel Responden
a. PPL b. Petani
4 180
Lamajang 9, Warnasari 20, Sukamanah 18, Margamekar 12, Margamukti 10, Pangalengan 20,
Sukaluyu 11, Margaluyu 12, Tribaktimulya 10, Pulosari 16, Margamulya 27, Banjarsari 8,
Wanasuka 7 Disengaja
Acak sederhana
3.3. Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer
yang digunakan dalam penelitian merupakan data cross sectional dengan
responden rumahtangga petani sayuran. Data diperoleh dengan metode wawancara kepada resonden yang terpilih dan dilakukan di lahan saat petani melakukan
aktivitasnya dengan daftar pertanyaan kuesioner yang meliputi:
1. Informasi usahatani secara umum: luas lahan, lokasi lahan, jenis usaha tani, kepemilikan lahan, kemiringan lereng, sistem pergiliranrotasi tanaman dalam
satu tahun, serta sistem pertanaman menerapkan konservasi tanah atau tidak. 2. Karakteristik rumahtangga petani: umur, jenis kelamin, pekerjaan kepala
rumahtangga, jumlah keluarga, dan pendidikan keluarga, serta pengalaman berorganisasi dan mendapatkan kredit.
3. Variabel input yang digunakan dalam produksi: tenaga kerja keluarga maupun
bukan keluarga, benih, pupuk organikanorganik , pestisida, dan input lainnya. 4. Hasil panen dan pendapatan: Pendapatan termasuk total pendapatan usahatani
dan pendapatan di luar usahatani. 5. Informasi pasar dan kredit. Harga pasar dari output usahatani, tersedianya kredit
untuk usahatani, jumlah yang boleh dipinjam dan tingkat suku bunga. 6. Pengetahuan petani dan pengalaman petani dalam konservasi tanah.
7. Motivasi dan perilaku petani terhadap pertanian konservasi serta respon petani terhadap isu kebijakan pemerintah mengenai konservasi tanah.
Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi terkait Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Kantor Kabupaten dan Kecamatan, Kantor Kepala Desa,
Kantor Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Bogor, literatur, dan hasil penelitian terdahulu. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi data
mengenai kependudukan, keadaan geografis dan administrasi, tata ruang pemanfaatan sumberdaya lahan kering dataran tinggi, data biofisik Pangalengan,
Bandung, peta desa, dan lain-lain. Secara ringkas jenis dan sumber data dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Jenis dan sumber data Jenis Data
Sumber Data I. Data Primer
1. Luas garapan termasuk metode pertanaman
2. Jumlah input yang digunakan 3. Jumlah output yang dihasilkan
4. Kemiringan lereng individu petani
II. Data Sekunder 1. Monografi Kecamatan Pangalengan
2. Biofisik topografi, jenis dan sifat tanah, curah hujan
3. Hasil berbagai penelitian yang sudah pernah dilakukan di Pangalengan
Petani Petani
Petani Diukur langsung dengan abney level
Kantor Kecamatan Pengalengan,Tim Survey Tanah IPB 1991, Stasiun hujan PLTA Plengan,
Pangalengan, Laporan penelitian, Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Pusat Penelitian
dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Bogor