IDENTIFIKASI SISTEM GAMBARAN UMUM KELOMPOK TANI CEMPAKA
2. Menjalin dan meningkatkan kemitraan dengan instansi pemerintah, perguruan tinggi dan industri yang bergerak dalam pengolahan biofar-
maka. 3. Meningkatkan kualitas produk berdasarkan standar yang berlaku secara
nasional.
Visi dan misi digunakan sebagai acuan dalam perumusan strategi pengembangan usaha Kelompok tani Cempaka. Perumusan visi dan misi akan
menghasilkan tujuan jangka panjang maupun jangka pendek yang akan dicapai oleh Kelompok Tani Cempaka. Tujuan jangka panjang Kelompok Tani
Cempaka adalah meningkatkan skala usaha baik dari segi produk, kapasitas produksi, permodalan maupun mitra usaha.
Menurut Wijaya 1998, strategi pada usaha kecil dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang sering berubah-ubah secara cepat. Skala usaha
Kelompok Tani Cempaka tergolong dalam usaha kecil. Menanggapi kondisi lingkungan yang berubah secara cepat maka perumusan strategi
pengembangan usaha Kelompok Tani Cempaka dalam mencapai tujuan jangka pendek lebih diutamakan.
Identifikasi tujuan jangka pendek untuk meningkatkan daya saing kompetitif Kelompok Tani Cempaka adalah sebagai berikut :
1 Peningkatan produktivitas -
Meningkatkan kapasitas produksi sampai dengan 50 persen -
Meningkatkan waktu operasi sampai dengan 30 persen 2 Peningkatan kualitas
- Kualitas serbuk minuman instant yang dihasilkan sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia SNI. untuk serbuk minuman instant tradisional bernomor 01-4320-1996 tampak pada Tabel 10.
Tabel 10. SNI Untuk Serbuk Minuman Tradisional Kriteria Uji
Satuan Persyaratan
Keadaan : -
Warna -
Bau -
Rasa Normal
Normal, khas rempah Normal, khas rempah
Air, bb Maks. 3,0
123
Abu, bb Maks. 1,5
Jumlah Gula dihitung sebagai sakarosa, bb
Maks. 85,0 Bahan tambahan
makanan -
Pemanis buatan -
Sakarin -
Siklamat -
- Tidak boleh ada
Tidak boleh ada Cemaran logam
- Timbal Pb
- Tembaga Cu
- Seng Zn
- Timah Sn
mgkg mgkg
mgkg mgkg
Maks. 0,2 Maks. 2,0
Maks. 50 Maks. 40,0
Cemaran Arsen As mgkg
Maks. 0,1 Cemaran mikroba
- Angka lempeng
Total -
Coliform Kolonigr
APM gr 3 x 10
3
3
3 Perluasan pasar -
Perluasan wilayah distribusi pemasaran mencakup pulau jawa. -
Perbaikan media dan alat promosi -
Menentukan targeting dan positioning pemasaran melalui pecitraan ciri khas produk dan merek
4 Peningkatan marjin pendapatan -
Penetapan harga berdasarkan biaya produksi biaya tetap dan vari- able hingga biaya pemasaran.
5 Perbaikan Manajemen -
Rekrutmen tenaga kerja yang berkompeten dalam bidang manaje- men terutama dalam manajemen keuangan.
2. Identifikasi lingkungan usaha Secara umum analisis lingkungan usaha dapat dibagi menjadi lingkungan
internal dan lingkungan eksternal. Hasil yang diperoleh dari analisis
124
lingkungan ini akan memberikan gambaran tentang kondisi usaha saat ini, sehingga dapat memberikan gambaran tentang kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman yang dimiliki Kelompok Tani Cempaka. a. Analisis lingkungan internal
Analisis lingkungan internal dilakukan berdasarkan pendekatan fungsional yaitu pendekatan berdasarkan fungsi operasional kerja
organisasi pada Kelompok Tani Cempaka yang meliputi pemasaran, sumber daya manusia, produksi–operasi dan keuangan.
1 Pemasaran Segmen pasar yang berusaha diraih oleh Kelompok Tani
Cempaka adalah seluruh lapisan masyarakat seperti anak-anak, remaja dan dewasa, berpenghasilan rendah maupun menengah. Potensi
segmen pasarnya sebesar 40 persen penduduk Indonesia yang menggunakan pengobatan tradisional serta 70 persennya di pedesaan
yang umumnya berpenghasilan menengah ke bawah. Segmen pasar inilah yang menjadi dasar dalam pengembangan varian produk sesuai
dengan misi kelompok Tani Cempaka yaitu produknya dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat.
Analisis pemasaran berhubungan dengan analisis produk, distribusi, promosi dan harga. Variabel-variabel tersebut memiliki
pengaruh tersendiri terhadap kinerja perusahaan.
a Produk 1. Bahan baku
Bahan baku yang digunakan berupa sediaan galenik, yaitu bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat dan belum
mengalami pengolahan apapun kecuali berupa bahan yang telah dikeringkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa bahan baku
yang digunakan Kelompok Tani Cempaka bersifat alamiah. Selain itu dalam proses produksinya, Kelompok Tani Cempaka
tidak menggunakan tambahan zat pengawet maupun bahan kimia obat. Sehingga produk yang dihasilkan lebih aman untuk
dikonsumsi. Penggunaan bahan baku alami dan tanpa
125
tambahan zat pengawet merupakan kekuatan dari produk
Kelompok Tani Cempaka. 2. Produk akhir
Produk minuman instan tradisional yang dihasilkan oleh Kelompok Tani Cempaka tersedia dalam bentuk serbuk, cair
dan rajangan dalam 14 varian. Produk mudah larut dalam air panas maupun dingin. Keragaman jenis produk akan
memberikan kemudahan bagi konsumen untuk mendapatkan produk minuman instant berbahan baku biofarmaka yang sesuai
dengan kebutuhannya masing-masing, hal ini merupakan
kekuatan Kelompok Tani Cempaka untuk memperluas segmen
pasar. Dalam pengembangan varian produknya, Kelompok Tani
Cempaka bekerjasama dengan pihak perguruan tinggi yaitu Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Indonesia FMIPA UI. Kemitraan yang terjalin dengan pihak perguruan tinggi dalam pengembangan produk merupakan
kekuatan untuk meningkatkan kualitas produk. Kelemahan produk Kelompok Tani Cempaka adalah masih
tergolong dalam kategori jamu dalam bagian obat bahan alam. Hal ini dikarenakan bahan baku yang digunakan maupun
produk yang dihasilkan belum terstandarisasi melalui uji pra klinis dan uji klinis.
3. Kemasan Salah satu faktor yang mendorong ketertarikan konsumen
untuk mencoba suatu produk terletak pada kemasan. Kemasan yang baik akan menjadi kekuatan dalam mendukung proses
pemasaran.
Kekuatan Kelompok Tani Cempaka dalam mengemas
produknya adalah dengan menggunakan kemasan yang praktis, tampilan yang menarik dan melindungi produk dengan baik.
Sebagai alat komunikasi, kemasan produk Kelompok Tani Cempaka memberi keterangan kepada konsumen mengenai
126
nama produsen, merek, berat, komposisi, khasiat dan sebagainya.
Kemasan produk Kelompok Tani Cempaka terdiri dari dua macam yaitu kotak kardus dan toples plastik. Berikut ini
adalah bentuk dan tampilan kemasan produk Kelompok Tani Cempaka.
Gambar 7 . Kemasan Produk Kelompok Tani Cempaka
Gambar 8. Tampilan Kemasan Produk Kelompok Tani Cempaka dan Kemasan Produk Pesaing.
Penggunaan kemasan produk Kelompok Tani Cempaka yang terlihat menarik tidak hanya menjadi kekuatan dalam
menarik minat konsumen, tetapi juga menjadi faktor
kelemahan karena biaya pengadaan kemasan menjadi lebih
127
Kelompok tani Cempaka Kelompok Tani Kenanga PT. Mahkota Dewa Indonesia
mahal. Hal ini disebabkan Kelompok Tani Cempaka masih memesan kemasan dalam jumlah kecil sedangkan untuk
mendapatkan biaya kemasan yang murah harus memesan dalam jumlah yang banyak.
bDistribusi Produk Kelompok Tani Cempaka dijual langsung di Lokasi
produksi yaitu di Paseban, Jakarta pusat serta didistribusikan ke beberapa instansi Pemerintah Kotamdya Jakarta Pusat dan
beberapa distributor di wilayah Jabotabek Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi. Untuk pemasaran diluar Jabotabek seperti di
Papua masih sangat terbatas karena mahalnya biaya distribusi yang harus dikeluarkan. Pemasaran di wilayah papua dibantu oleh
suami ketua Kelompok Tani Cempaka yang bekerja di wilayah tersebut. Wilayah distribusi yang masih terbatas menjadi salah satu
faktor kelemahan dalam memperluas daerah pemasaran.
c Promosi Promosi yang dilakukan oleh Kelompok Tani Cempaka dibantu
oleh Pemerintah Komadya Jakarta Pusat melalui kegiatan– kegiatan pameran, yang diadakan baik di lingkungan DKI Jakarta
maupun di beberapa daerah di Indonesia. Kegiatan promosi yang dilakukan oleh Kelompok Tani Cempaka masih sederhana yaitu
dengan cara menyebarkan brosur dan leaflet. Kegiatan promosi
yang sederhana merupakan kelemahan Kelompok Tani Cempaka
dalam mendukung kegiatan pemasannya. Kegiatan promosi yang dilakukan oleh Kelompok tani Cempaka dapat dilihat pada gambar
9.
128
Gambar 9. Kegiatan Promosi Kelompok Tani Cempaka
dHarga Segmen pasar Kelompok Tani Cempaka adalah seluruh lapisan
masyarakat dengan skala ekonomi menengah ke bawah sehingga harga yang ditawarkan cukup terjangkau. Meskipun biaya
produksi setiap varian produknya berbeda namun harga jualnya sama. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan penjualan. Besar
kecilnya keuntungan yang didapatkan dari suatu produk akan saling menutupi satu sama lain. Walaupun keuntungan yang
didapatkan kecil namun jika volume produk yang terjual besar maka laba yang diperoleh menjadi cukup besar. Harga produk
yang cukup terjangkau dan relative lebih murah menjadikannya
sebagai kekuatan bagi Kelompok Tani Cempaka dalam meraih
pangsa pasar sasarannya. Tabel 11. Biaya produksi Kelompok Tani Cempaka
Produk olahan Biaya
Produksi Rp.
Laba Rp. BC
ratio 1. Temu mangga
986.200 633.800
0.64 2. Temulawak
972.000 648.000
0.66 3. Temu putih
1.067.000 553.000
0.51 4. Beras kencur
987.000 633.000
0.64 5. Kunyit asam
957.000 663.000
0.69 6. Sari jahe
1.067.000 553.000
0.51 7. Jahe merah
986.200 633.800
0.64 8. Jahe Macho madu coklat
1.067.000 553.000
0.51
129
9. Jahe kopi susu madu 870.100
749.900 0.86
10. Bir pletok 882.100
737.900 0.84
11. Lidah buaya 972.000
648.000 0.66
12. Nata lidah buaya 700.000
800.000 1.14
13. Teh mahkota dewa 827.000
793.000 0.95
14. Sirih pinang 897.000
723.000 0.81
Total
13.237.200 9.322.000
1.42
Sumber : Diolah 2006
Daftar harga produk Kelompok Tani Cempaka dibandingkan dengan harga produk minuman instant berbahan baku biofarmaka
yang beredar di pasaran dalam skala usaha kecil dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini :
Tabel 12. Daftar perbandingan harga produk Kelompok Tani Cempaka dengan harga produk dipasaran
Nama Perusahaan Jenis Produk
Harga Rp Kelompok Tani Cempaka
Sediaan serbuk 250 gram
12.000 -15.000 Kelompok Wanita Tani
Nusa Indah Jakarta Selatan
Sediaan serbuk 200 gram
15.000 - 20.000 Taman Sringganis
Bogor Sediaan serbuk
185 gram 15.000 - 20.000
CV. Indo Global Biz Malang
Sediaan serbuk 400 gram
39.500
2 Sumber Daya Manusia Sebagai suatu kelompok tani yang bersifat partisipatif dan
arahnya ke pemberdayaan, jumlah anggota kelompok bisa saja bertambah atau berkurang, maka yang terpenting bukanlah jumlah,
melainkan minat anggota untuk melakukan kegiatan secara bersama dan teratur. Pada awal pembentukannya , Kelompok Tani Cempaka
beranggotakan 20 orang. Saat ini sumber daya manusia Kelompok Tani Cempaka berjumlah 6 orang yang terdiri dari seorang ketua
kelompok dengan 5 orang anggota. Anggota Kelompok Tani Cempaka merupakan anggota keluarga atau kerabat dan tetangga yang berada
130
disekitar lingkungan ketua Kelompok Tani Cempaka sehingga tercipta lingkungan kerja yang bersifat kekeluargaan dan terbuka.
Aspek keswadayaan tercermin dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh Kelompok Tani Cempaka. Setiap bidang pekerjaan
mulai dari pengadaan bahan baku, pengolahan hingga pemasaran dilakukan secara bersama-sama. Dengan jumlah sumber daya manusia
yang ada saat ini Kelompok Tani Cempaka sudah merasa cukup untuk menangani proses produksi.
Keswadayaan dalam kelompok tani berdampak pada strukutur organisasi yang belum jelas sehingga tidak ada pendelegasian
wewenang tugas dan tanggung jawab yang jelas. Struktur organisasi yang belum jelas pada kelompok Tani Cempaka merupakan hambatan
dan menjadi kelemahan pada saat perubahan dari kelompok tani
menjadi perusahaan berbadan hukum dalam bentuk CV. Kurangnya sumber daya manusia Kelompok Tani Cempaka yang berkompeten
dalam bidang manjemen juga merupakan kelemahan dalam pengembangan usahanya.
Kompensasi yang diberikan kepada tiap anggota Kelompok Tani Cempaka sebesar Rp.5.000,- per kg produk yang dihasilkan per
produksi. Kompensasi tersebut akan ditambahkan berdasarkan keuntungan yang dihasilkan tiap bulannya. Pembagian kompensasi ini
dilakukan setiap saat anggota tersebut membutuhkan. Anggota Kelompok Tani yang kegiatannya bersifat swadaya merupakan
kekuatan dalam keberlangsungan usaha, dalam hal tersedianya tenaga
kerja yang cukup murah.
3 Produksi dan Operasi Kelompok Tani Cempaka beroperasi dengan kondisi dan
fasilitas produksi yang masih sederhana. Tempat produksi, penyimpanan dan penjualan saat ini masih memanfaatkan ruang
kosong di kediaman ketua Kelompok Tani Cempaka. Fasilitas teknologi produksi berupa mesin giling dan sealer
diperoleh dari bantuan pemerintah kotamadya Jakarta Pusat. Untuk kemasan botol bir pletok cair saat ini juga masih disubsidi oleh Suku
131
Dinas pertanian dan Kehutanan Kotamadya Jakarta Pusat. Perbaikan teknologi proses produksi dan operasi didapatkan berdasarkan
pembinaan yang diberikan pemerintah kotamadya Jakarta Pusat. Kondisi dan fasilitsas produksi yang sederhana merupakan faktor
kelemahan Kelompok Tani Cempaka dalam mengembangkan usaha
dan kualitas produknya. Kapasitas produksi Kelompok Tani Cempaka saat ini adalah 50
kg bahan baku utama per produksi. Proses produksi belum dapat dilaksanakan setiap hari dikarenakan bergantung pada jumlah pesanan
konsumen ke distributor, jumlah produk yang tersedia dan apabila akan mengikuti kegiatan pameran. Kapasitas produksi akan meningkat pada
saat pelaksanaan pameran bahkan proses produksi dapat dilakukan setiap hari. Peningkatan kapasitas produksi Kelompok Tani Cempaka
merupakan kekuatan dalam mengembangkan usahanya.
Tabel 13. Kapasitas produksi Kelompok Tani Cempaka Tahun
Kapasitas Produksi Jumlah Varian Produk
2005 25 Kg bahan baku utama
12 2006
50 Kg bahan baku utama 14
Sumber : Diolah 2006
4 Keuangan Kondisi keuangan Kelompok Tani Cempaka relatif tidak
bermasalah karena seluruh dana yang digunakan sebagai modal usaha berasal dari uang pribadi dan tidak ada pinjaman dari pihak bank.
Selain itu, pengadaan fasilitas produksi banyak dibantu oleh pemerintah kotamadya Jakarta Pusat.
Sistem pencatatan keuangan Kelompok Tani Cempaka belum dilakukan dengan baik, hal ini terlihat dari tidak lengkapnya pencatatan
keuangan karena pencatatan tidak selalu dilakukan setiap kali ada pemasukan ataupun pengeluaran. Peningkatan keuntungan yang
didapat diketahui berdasarkan jumlah keuntungan yang didapat tiap bulannya dan bertambahnya varian produk yang dihasilkan. Belum
adanya sistem akuntansi keuangan dan sumber daya manusia yang
132
khusus menangani masalah keuangan menjadi kelemahan dan
hambatan dalam penataan kondisi keuangan Kelompok Tani Cempaka.
Kelemahan lain dalam keuangan Kelompok Tani Cempaka
adalah kemampuan mendapatkan modal kerja dan investasi yang masih rendah untuk mengembangkan usahanya. Melalui proses legalisasi
usaha dalam bentuk CV diharapkan dapat memudahkan untuk mandapatkan bantuan modal kerja. Modal investasi saat ini masih
mengandalkan pemerintah kotamadya Jakarta pusat dalam bantuan pengadaan teknologi peralatan produksi yang baik dan lebih modern
dalam pengembangan produk yang dihasilkan.
b. Analisis Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal Kelompok Tani Cempaka bertujuan
untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kecenderungan atau kejadian yang terjadi di luar kontrol Kelompok Tani Cempaka. Analisis ini untuk
mendapatkan faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman eksternal. Lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan umum dan lingkungan
industri. 1 Lingkungan Umum
Lingkungan umum adalah suatu lingkungan yang berada di luar usaha dan terlepas dari sistem operasional usaha. Faktor-faktor
lingkungan umum meliputi : sosial, ekonomi, pemerintah dan teknologi.
a Faktor sosial 1. Pertumbuhan tingkat populasi
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia sehingga Indonesia
merupakan peluang pangsa pasar yang sangat potensial bagi
produk-produk obat tradisional atau obat bahan alam. Selain itu sejak dahulu masyarakat Indonesia telah mengenal dan
memanfaatkan tanaman obat sebagai bahan pengobatan maupun makanan kesehatan. Kecenderungan masyarakat yang
kembali ke alam juga mempengaruhi pola konsumsi masyarakat akan kebutuhan kesehatan.
133
Jumlah populasi penduduk Indonesia yang semakin meningkat tiap tahunnya merupakan pasar potensial
pengembangan industri obat bahan alam berbahan baku alami. Populasi penduduk Indonesia pada tahun 2002 mencapai
211.438,9 ribu orang dan pada tahun 2006 diperkirakan akan mencapai 222.051,3 ribu orang. Data populasi penduduk
Indonesia dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Populasi penduduk Indonesia Periode 2002-2006 Tahun
Populasi dalam ribuan orang 2002
211.438,9 2003
214.251,3 2004
217.076,6 2006
222.051,3
Hasil proyeksi Sumber : BPS, 2006
2. Perubahan gaya hidup Kejenuhan masyarakat terhadap obat-obatan paten modern
yang mengandung bahan kimia dan mengakibatkan efek samping pada tubuh dalam jangka waktu yang lama merupakan
salah satu faktor beralihnya konsumsi obat-obatan modern pada obat-obatan tradisional yang berbahan alami. Selain itu harga
obat-obatan modern yang kian mahal sangat berbeda dengan obat-obatan tradisional berbahan baku alami yang terjangkau
oleh seluruh lapisan masyarakat. Khasiat dan jaminan keamanan untuk dikonsumsi menjadikan obat-obatan
tradisional berbahan baku alami yang telah terbukti secara turun temurun dan sebagian telah teruji klinis semakin diminati
konsumen. Trend back to nature memberikan peluang bagi
usaha minuman instan berbahan baku biofarmaka untuk berkembang.
Berdasarkan data World Health Organization WHO tahun 2002 dalam Harmanto 2003 , disebutkan bahwa
perkembangan pemanfaatan penggunaan obat-obat bahan alam di beberapa negara dapat terlihat dalam daftar di bawah ini :
134
1 Perancis, 75 persen penduduknya menggunakan pengobatan alternatif, paling tidak satu kali.
2 Jerman, 77 persen dari klinik terapi menggunakan akupunk- tur.
3 Amerika, pasar untuk pengobatan alternatif, mencapai sebe- sar 60 juta dollar AS per tahun.
4 Cina, 95 persen rumah sakit di Cina punya klinik tradision- al.
5 India, obat bahan alam digunakan sekitar 70 persen pen- duduknya.
6 Indonesia, 40 persen penduduk menggunakan pengobatan tradisional serta 70 persennya di pedesaan.
7 Jepang, pasar obat bahan alam mencapai sekitar 2,5 juta dollar AS.
8 Thailand, punya sistem terpadu untuk pengobatan tradision- al di 1.120 pusat kesehatan.
bFaktor Ekonomi 1. Pertumbuhan ekonomi Indonesia
Semakin membaiknya kondisi perekonomian Indonesia setelah krisis ekonomi tahun 1997 sangat berpengaruh pada
perkembangan industri di Indonesia terutama industri obat- obatan bahan alam. Bertahannya industri-industri kecil yang
menggunakan bahan baku dalam negeri pada masa krisis ekonomi telah membuka perhatian pemerintah untuk
memperhatikan keberadaan industri-industri kecil sebagai penyokong perekonomian negara.
Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia
merupakan peluang bagi Kelompok Tani Cempaka dalam
mengambangkan usahanya.
135
Tabel 15. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto PDB Indonesia, 2002-2004
Tahun Pertumbuhan persentase
2002 4.38
2003 4.48
2004 5.13
Sumber : BPS, 2006
2. Tingkat Inflasi Tingkat inflasi nasional yang pada tahun 2002 mencapai
10,03 menunjukkan penurunan yang cukup signifikan pada tahun 2003 yaitu sebesar 5,06 dan meningkat kembali pada
tahun 2004 menjadi 6,40 . Perubahan nilai inflasi ini akan berpengaruh pada perkembangan harga kelompok barang dan
jasa. Kebijakan pemerintah yang menaikkan harga bahan
bakar minyak BBM dan Tarif Dasar Listrik TDL menyebabkan inflasi pada tahun 2006 ini diperkirakan akan
naik. Kenaikan harga BBM dan TDL memicu naiknya seluruh kebutuhan akan barang dan jasa.
Kenaikan harga BBM dan TDL merupakan ancaman
yang dapat menghambat dan memberatkan langkah pertumbuhan dan perkembangan industri obat bahan alam yang
didominasi oleh industri kecil. Kenaikan harga BBM dan TDL mengakibatkan naiknya biaya produksi dan akhirnya
berpengaruh terhadap harga jual produk. Selain itu, kenaikan tingkat inflasi berpengaruh pada kecenderungan konsumsi
masyarakat.
3. Pertumbuhan Industri Obat Bahan Alam Pertumbuhan obat bahan alam lebih cepat dari obat modern.
Hal ini didapatkan berdasarkan data Badan Pengkajian dan Penerapan teknologi BPPT tahun 2005. Pertumbuhan pasar
obat bahan alam dan obat modern dapat dilihat pada Tabel 16.
136
Tabel 16. Pertumbuhan pasar obat modern dan obat bahan alam
Tahun Pasar Obat Modern
Pasar Obat Alam 2002
Rp. 17 Triliun Rp. 2 Triliun
2004 Rp. 21.3 Triliun
Rp. 2.9 Triliun 2010
Rp. 37.5 Triliun Rp. 7.2 Triliun
Hasil proyeksi Sumber : BPPT 2005
Pasar obat bahan alam nasional pada tahun 2002 mencapai Rp 2 triliun dengan jumlah industri sebesar 1.012.
Berdasarkan jumlah tersebut, 907 diantaranya merupakan industri kecil atau industri rumah tangga dan 105 industri
menengah ke atas. Pada tahun 2004, jumlah industri meningkat menjadi 1.166 yang terdiri 129 industri menengah dan besar
serta 1.037 industri kecil dan rumah tangga. Daya serap biofarmaka tanaman obat pada IKOTIOT
Industri Kecil Obat Tradisional Industri Obat Tradisional dan industri farmasi rata-rata sebesar 63 , ekspor 14 , dan
konsumsi rumah tangga 23 . Laju pertumbuhan IOT 6,40 tahun sedangkan IKOT 1,8 tahun.
c Faktor Politik 1. Kebijakan dan Peraturan Pemerintah
Kebijakan dan peraturan pemerintah mengenai pemanfaatan tanaman obat maupun industri obat bahan alam
sangat mempengaruhi pertumbuhan industri tersebut. Pedoman pelaksanaan pengembangan obat bahan alam
yang ditetapkan oleh pemerintah meliputi : 1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 tahun 1992
tanggal 17 September 1992 tentang kesehatan 2 Peraturan Kesehatan RI No. 246MenkesPerV1990 ten-
tang Izin Usaha Industri Obat bahan alam 3 Surat Keputusan Kepala Badan POM No. HK. 00.05.4.2411
tanggal 17 mei 2004 tentang Ketentuan Pokok Pengelom- pokkan dan Penandaan Obat Bahan Alam.
137
4 Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor : HK.00.05.4.1380 tanggal 2 Maret 2005 tentang Pedoman
Cara Pembuatan Obat bahan alam yang Baik.
2. Pembinaan Pemerintah Daerah Pemerintah di daerah seperti DKI Jakarta sedang
menggalakkan industri obat bahan alam melalui pembinaan kelompok-kelompok tani. Dukungan pemerintah DKI Jakarta
terlihat dari seluruh wilayah kotamadya memiliki kelompok tani binaan dengan produk unggulan obat bahan alam. Salah
satu industri obat bahan alam berbahan baku biofarmaka binaan Pemerintah DKI Jakarta yang sudah maju adalah PT. Mahkota
Dewa Indonesia. PT. Mahkota Dewa Indonesia pada awalnya merupakan Kelompok Wanita Tani Bunga Lili binaan
pemerintah Kotamadya Jakarta Utara. Kegiatan penyuluhan dan pelatihan pembuatan obat
bahan alam dengan memanfaatkan tanaman obat diberikan oleh setiap pemerintah Kotamadya di DKI Jakarta. Bantuan
teknologi juga diberikan untuk membantu keberlangsungan dan pengembangan usaha tersebut. Berbagai fasilitas kemudahan
mendapatkan informasi teknologi proses produksi dan pemasaran juga di berikan oleh setiap pemerintah Kotamadya
di DKI Jakarta. Kemitraan yang terbangun dengan baik antara kelompok-kelompok tani dan pemerintah yang dijembatani
pemerintah daerah merupakan peluang yang sangat besar
dalam meningkatkan dan mengembangkan usaha obat bahan alam.
dFaktor Teknologi Menurut Wijaya 1998, industri kecil seperti kelompok tani
memiliki kemampuan terbatas dalam mengadopsi teknologi. Teknologi yang digunakan pada umumnya out of date sehinggga
mudah diungguli pesaing. Selain itu, usaha kecil juga mengalami
138
kesulitan manajerial maupun financial dalam pengembangan teknologi.
Teknologi yang digunakan agar produk yang dihasilkan terstandar tidak mampu terjangkau oleh industi kecil. Standarisasi
menjadi sangat penting karena obat bahan alam berkaitan dengan kesehatan masyarakat sehingga produk yang beredar tidak boleh
membahayakan kesehatan. Biaya standarisasi yang mahal terutama apabila ingin meningkatkan kualitas produk dengan pengujian
kandungan dan khasiat produk semakin menghambat industri kecil untuk bersaing dengan produk industri besar. Hal ini tentunya
menjadi ancaman bagi keberlangsungan usaha kecil seperti
Kelompok Tani Cempaka
2 Lingkungan Industri a Perseteruan diantara perusahaan yang bersaing
Intensitas persaingan dalam bisnis obat bahan alam sangat tinggi karena jumlah pelaku industri yang semakin meningkat tiap
tahunnya. Berdasarkan data BPPT tahun 2005, jumlah industri obat bahan alam di Indonesia mencapai 1.116 perusahaan yang
terdiri dari 1.037 perusahaan dalam skala kecil dan rumah tangga serta 129 perusahaan dalm skala industri besar dan menengah.
Hampir 90 persen industri obat bahan alam didominasi oleh industri kecil dan rumah tangga. Persentasi tersebut merupakan
jumlah pesaing yang harus dihadapi oleh kelompok tani cempaka sesuai dengan kapasitas usahanya. Banyaknya industri obat bahan
alam dalam skala kecil dan rumah tangga merupakan ancaman
dalam persaingan usaha kelompok tani Cempaka. Untuk wilayah Jakarta Pusat, Kelompok Tani Cempaka
bersaing dengan 11 kelompok tani lainnya dalam usaha minuman instant berbahan baku biofarmaka dalam produk instant jahe dan
bir pletok. Sedangkan untuk wilayah DKI Jakarta kelompok tani cempaka harus bersaing dengan sekitar 60 kelompok tani di
seluruh wilayah DKI Jakarta
139
bMasuknya pesaing baru Skala usaha Kelompok Tani Cempaka adalah dalam skala kecil
dan merupakan binaan dari pemerintah kotamadya. Skala usahanya tentu tidak dapat dibandingkan dengan perusahaan
menengah dan besar. Program pembinaan pemerintah daerah membantu masyarakat lainnya yang ingin mengembangkan usaha
sehingga muncul kelompok-kelompok tani baru. Munculnya kelompok tani baru yang dibina dan turut bergerak dalam bidang
pengolahan biofarmaka merupakan pesaing baru bagi kelompok tani cempaka dalam skala usaha yang sama.
Pesaing baru yang datang dengan skala usaha yang lebih besar umumnya merebut pasar dengan penawaran harga yang lebih
murah. Harga dasar pesaing yang lebih murah merupakan
ancaman bagi Kelompok Tani Cempaka dalam memperluas
segmen pasar. c Potensi Pengembangan Produk Pengganti
Ancaman produk pengganti untuk produk obat bahan alam saat ini sangat besar karena jumlah produk-produk serupa dipasaran
sangat banyak. Obat bahan alam saat ini tidak hanya diproduksi oleh industri jamu maupun industri kecil dan rumah tangga tetapi
juga oleh industri farmasi dengan segala kelebihan produknya. Kelebihan produk-produk industri farmasi adalah produk tersebut
telah melalui uji pra klinis maupun uji klinis sehingga kualitas dan khasiat produk lebih terjamin karena telah diuji.
Selain produk obat bahan alam yang diproduksi oleh industri
farmasi, obat paten modern menjadi ancaman utama sebagai
produk pengganti obat bahan alam. Khasiat obat paten modern yang lebih teruji dan lebih direkomendasikan pihak medis menjadi
keunggulan obat paten modern.
dKekuatan Tawar Menawar dari Pemasok
140
Terbatasnya modal yang dimiliki tidak memungkinkan untuk membeli bahan baku langsung dari petani terutama untuk
Kelompok Tani Cempaka dan kelompok tani lainnya yang lokasi usahanya berada di Kota Jakarta. Terbatasnya lahan dan mahalnya
biaya produksi yang harus dikeluarkan apabila harus membeli dari petani diluar daerah membuat industri-industri kecil dan rumah
tangga mencari pemasok yang mudah didapatkan. Pemasok yang didapatkan di pasar-pasar tradisional melalui pedagang-pedagang
memberikan peluang bagi keberlangsungan usaha Kelompok Tani
Cempaka karena harga yang didapatkan lebih terjangkau dengan kualitas bahan baku yang dapat dipilih sesuai dengan keinginan
menghasilkan produk obat bahan alam yang diinginkan. e Kekuatan Tawar Menawar Pembeli
Kekuatan tawar menawar dari pembeli cukup kuat untuk produk obat bahan alam. Hal ini dikarenakan produk obat bahan
alam yang tersedia di pasaran hampir seragam sehingga konsumen dapat melakukan negosiasi harga, jaminan kualitas dan tampilan
kemasan. Kekuatan tawar menawar pembeli yang relatif lebih besar dibandingkan dengan tingkat permintaan terhadap produk
tersebut menyebabkan pembeli mudah berpindah ke produk lain yang sejenis sehingga biaya pengalihan pembeli menjadi lebih
kecil. Kemudahan pembeli untuk beralih merupakan ancaman
dalam mengembangkan usaha.
Faktor-faktor strategis dari lingkungan internal dan eksternal yang telah diidentifikasi dimasukkan kedalam matriks EFI Evaluasi Faktor Internal dan
EFE Evaluasi Faktor Eksternal. Analisis matriks EFI Evaluasi Faktor Internal dan EFE Evaluasi Faktor Eksternal dibuat berdasarkan hasil identifikasi
kekuatan strength dan kelemahan weakness sebagai faktor internal lingkungan yang mempengaruhi usaha, dan faktor peluang opportunities dan ancaman
threats merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi lingkungan usaha. Setelah penulis melakukan wawancara dengan pihak Kelompok Tani
Cempaka dan Pemerintah Kotamadya Jakarta Pusat melalui Suku Dinas Pertanian dan Kehutanan, Suku Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Suku Dinas Koperasi
141
dan UKM selaku pembina Kelompok Tani Cempaka di dapatkan faktor-faktor kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang dihadapi Kelompok
Tani Cempaka. Faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta faktor ekternal yang memberikan peluang dan hambatan dapat dilihat pada tabel 17 dan
18
Tabel 17. Kekuatan dan Kelemahan Kelompok Tani Cempaka Faktor Internal
Kekuatan Kelemahan
1. Pemasaran •
Produk •
Berbahan baku alami dan tanpa zat pengawet
• Varian produknya beragam
• Dapat dikonsumsi masyarakat
luas •
Kemasan yang praktis dan menarik
• Kemitraan dengan Perguruan
• Khasiat produk belum
melalui uji pra klinis dan uji klinis
• Mahalnya biaya ke-
masan
142
Tinggi dalam penelitian dan pengembangan produk
• Distribusi
• Pemasaran dan jalur
distribusi yang ter- batas
• Promosi
• Hubungan baik dengan instansi
pemerintah •
Kegiatan promosi sederhana
• Harga
• Relatif lebih murah
2. Sumber daya manu- sia
• Tenaga kerja yang murah
• Bersifat kekeluargaan dan terbu-
ka
•
Kurangnya SDM yang berkualitas dan
berkompeten dalam bidang manajemen
• Struktur organisasi
yang belum jelas 3. Produksi dan Op-
erasi •
Volume produksi meningkat •
Teknologi produksi yang masih sederhana
4. Keuangan •
Sistem pencatatan dan pembukuan keuangan
yang belum baik
•
Kemampuan mendap- atkan modal kerja dan
modal investasi rendah
Tabel 18. Peluang dan Ancaman Kelompok Tani Cempaka Faktor Eksternal
Peluang Ancaman
1. Lingkungan Umum •
Sosial
•
Pola hidup masyarakat yang ‘Back to nature’
• Pasar potensialnya sangat
besar
• Ekonomi
• Peningkatan konsumsi
rumah tangga terhadap obat bahan alam
• Tingginya biaya trans-
portasi dan produksi ak- ibat kenaikan BBM dan
TDL
• Politik
• Pemberian pembinaan dan
pelatihan dari pemerintah •
Mahalnya biaya stan- darisasi pengujian
143
Kotamadya Jakarta Pusat •
Pemberian fasilitas teknologi dari pemerintah
Kotamadya Jakarta Pusat khasiat dan kandungan
produk
2. Lingkungan Industri •
Perseteruan diantara perusahaan yang ber-
saing •
Peningkatan jumlah pelaku industri
• Masuknya pesaing
baru •
Banyaknya produk serupa di pasaran
• Harga dasar pesaing
yang lebih rendah •
Potensi pengemban- gan produk pengganti
•
Ancaman produk subti- tusi obat paten mod-
ern
• Kekuatan tawar
menawar dari pema- sok
• Bahan baku mudah didap-
atkan
• Kekuatan
tawar menawar dari pembe-
li •
Kemudahan pembeli untuk beralih ke produk
pesaing
3. Identifikasi Matriks EFI dan EFE Dalam mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
dilakukan dengan melihat kodisi usaha pada saat dilakukan penelitian, setelah itu dilakukan pembobotan dan pemberian rating yang diperoleh dari hasil
kuesioner terhadap 5 orang responden yang dipilih dengan mempertimbangkan faktor kepemahaman mengenai kondisi Kelompok Tani
Cempaka. Responden tersebut yaitu : 1. Pembina Kelompok Tani Cempaka :
a Suku Dinas Pertanian dan Kehutanan Jakarta Pusat bSuku Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jakarta Pusat
c Suku Dinas Koperasi dan usaha Kecil Menengah Jakarta Pusat 2. Ketua Kelompok Tani Cempaka
3. Praktisi bisnis : PT. Mahkota Dewa Indonesia
144
Bobot dan rating yang diperoleh pada masing-masing matriks merupakan nilai rata-rata dari kelima orang responden tersebut yang kemudian
perkalian bobot dan rating tersebut menghasilkan skor terboboti.
1. Matriks EFI Evaluasi Faktor Internal Faktor-faktor strategis internal menghasilkan variabel-variabel
peluang dan ancaman yang dimiliki oleh Kelompok Tani Cempaka dalam manjalankan usahanya. Variabel-variabel tersebut dapat dilihat pada Tabel
19.
Tabel 19. Matriks Evaluasi Faktor Internal EFI
Faktor strategis internal BOBOT
RATING SKOR
KEKUATAN
A.
Produk berbahan baku alami dan tanpa zat pengawet
0.0572 4
0.229
B.
Varian produknya beragam 0.0496
3.8 0.188
C.
Produk dapat dikonsumsi masyarakat luas 0.0548
3.8 0.208
D.
Kemasan yang praktis dan menarik 0.0508
3.4 0.173
E.
Kepraktisan dalam pemakaian produk 0.0544
2.8 0.152
F.
Harga relatif murah 0.0494
3.2 0.158
G.
Kemitraan dengan Perguruan Tinggi dalam penelitian dan pengembangan pro-
duk 0.0538
3 0.161
H.
Kemitraan dengan instansi pemerintah 0.0484
4 0.194
I.
Tenaga kerja murah 0.0432
3 0.130
J.
Bersifat kekeluargaan dan terbuka 0.0482
3.8 0.183
K.
Volume produksi meningkat 0.0536
3 0.161
KELEMAHAN
L.
Khasiat produk belum melalui uji pra kli- nis dan uji klinis
0.0408 2
0.082
145
M.
Pemasaran dan jalur distribusi yang ter- batas
0.05 2
0.100
N.
Kegiatan promosi sederhana 0.0462
2 0.092
O.
Mahalnya biaya kemasan 0.0476
2.2 0.105
P.
Kurangnya SDM yang berkualitas dan berkompeten dalam bidang manajemen
0.0512 1
0.051
Q.
Struktur organisasi yang belum jelas 0.0474
1 0.047
R.
Teknologi produksi yang masih sederhana 0.0498
2 0.100
S.
Sistem pencatatan keuangan yang belum baik
0.0454 1
0.045
T.
Kemampuan mendapatkan modal kerja dan investasi
0.0576 2
0.115 Total
2.675
Sumber : Data Primer Diolah, 2006
Berdasarkan perhitungan Matriks EFI dapat diketahui variabel dari faktor internal yang dapat dijadikan sebagai kekuatan bagi Kelompok Tani
Cempaka dalam mengembangkan dan merumuskan strategi usaha. Nilai variabel kekuatan terbesar hingga terkecil adalah sebagai berikut :
1. Produk yang menggunakan bahan baku alami dan tanpa tambahan zat pengawet 0,229.
2. Produk dapat dikonsumsi oleh masyarakat luas 0,208. 3. Kemitraan dengan instansi pemerintah 0,194.
4. Varian produk yang beragam 0,188 5. Bersifat kekeluargaan dan terbuka 0,183
6. Kemasan yang praktis dan menarik 0,173. 7. Volume produksi meningkat dan kemitraan dengan perguruan tinggi
dalam penelitian dan pengembangan produk 0,161. 8. Harga produk yang relatif murah 0,158
9. Kepraktisan dalam pemakaian produk 0,152. 10. Tenaga kerja yang murah 0,130.
Sesuai dengan hasil matriks EFI pada tabel 14 dapat diketahui variabel dari faktor kelemahan yang mempengaruhi keberlangsungan
usaha Kelompok Tani Cempaka. Pada tabel tersebut terlihat bahwa nilai variabel dari faktor kelemahan yang memiliki yang paling berpengaruh
yaitu : 1. Kemampuan mendapatkan modal kerja dan investasi 0,115.
2. Mahalnya biaya kemasan 0,105. 146
3. Teknologi produksi yang masih sederhana dan pemasaran dan jalur distribusi yang terbatas 0,100.
4. Kegiatan promosi sederhana 0,092. 5. Khasiat produk belum melalui uji pra klinis dan uji klinis 0,082.
6. Kurangnya SDM yang berkualitas dan berkompeten dalam bidang manajemen 0,051.
7. Struktur organisasi yang belum jelas 0,047. 8. Sistem pencatatan keuangan yang belum baik 0,045.
Secara umum, total skor analisis matriks EFI adalah sebesar 2,675. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi internal Kelompok Tani Cempaka
termasuk kuat karena berada diatas rata-rata 2,50. Kelompok Tani Cempaka dapat memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi
kelemahan internal dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya. 2. Matriks EFE Evaluasi Faktor Eksternal
Faktor-faktor strategis eksternal menghasilkan variabel-variabel peluang dan ancaman yang dihadapi Kelompok Tani Cempaka dalam
pengembangan usahanya. Variabel-variabel tersebut dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal EFE
Faktor strategis EKSTERNAL BOBOT
RATING SKOR
PELUANG
A. Pola hidup masyarakat yang “back to nature”
0.075 4
0.300
B. Pasar potensialnya sangat besar
0.075 3.2
0.240
C. Peningkatan konsumsi masyarakat terhadap minuman instant obat bahan alam
0.076 2.6
0.198
D. Pemberian pembinaan dan pelatihan dari Pemerintah Kotamadya Jakpus
0.066 3.8
0.251
E. Pemberian fasilitas teknologi dari Pemerintah Kotamadya Jakpus
0.067 3.2
0.214
G. Bahan baku mudah didapatkan
0.076 4
0.304
ANCAMAN
H. Tingginya biaya transportasi dan produksi akibat kenaikan BBM TDL
0.074 2
0.148
I. Mahalnya biaya standarisasipengujian khasiat dan kandungan produk
0.056 1.4
0.078
J. Teknologi dan mutu produk yang masih lemah
0.062 1.8
0.112
K. Harga dasar pesaing yang lebih rendah
0.068 1.6
0.109
L. Peningkatan jumlah pelaku industri dan merupakan ancaman pendatang baru
0.078 2
0.156
M. Banyaknya produk serupa dipasaran
0.075 2
0.150
N. Kemudahan pembeli untuk beralih ke produk pesaing
0.072 1.6
0.115
147
O. Ancaman produk subtitusi
0.082 2
0.164 Total
2.5388 Sumber : Data Primer Diolah, 2006
Besar nilai peluang yang dimiliki oleh Kelompok Tani Cempaka dalam pengembangan usahanya berdasarkan matriks EFE pada tabel 15
diatas yaitu : 1. Bahan baku mudah didapatkan 0,304
2. Pola hidup masyarakat yang “back to nature” 0,300. 3. Pemberian pembinaan dan pelatihan oleh Pemerintah Kotamadya
Jakarta Pusat 0,255. 4. Pemberian fasilitas teknologi dari Pemerintah Kotamadya Jakarta
Pusat dan pasar potensialnya sangat besar 0,243 5. Peningkatan konsumsi masyarakat terhadap obat bahan alam 0,172
Selain nilai peluang yang tergambar oleh matriks EFE terlihat pula nilai ancaman yang mempengaruhi keberlangsungan usaha Kelompok
Tani. Nilai ancaman yang dimiliki Kelompok Tani Cempaka dalam usahanya mempertahankan dan mengembangkan usaha minuman instant
tradisional berbahan baku biofarmaka yaitu : 1. Ancaman produk subtitusi 0,164.
2. Peningkatan jumlah pelaku industri dan merupakan ancaman pen- datang baru 0,156.
3. Banyaknya produk serupa dipasaran 0,150. 4. Tingginya biaya transportasi dan produksi akibat kenaikan BBM dan
TDL 0,148. 5. Kemudahan pembeli untuk beralih ke produk pesaing 0,115.
6. Teknologi dan mutu produk yang masih lemah 0,112. 7. harga dasar pesaing yang lebih rendah 0,109
8. Mahalnya biaya standarisasipengujian produk 0,078. Secara umum, total skor analisis matriks EFE adalah sebesar 2,774.
Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh eksternal yang dihadapi Kelompok Tani Cempaka berada pada posisi diatas rata-rata. Kelompok Tani
Cempaka tergolong kuat dalam menghadapi ancaman dengan memanfatkan peluang yang dimilikinya.
148