IDENTIFIKASI SISTEM GAMBARAN UMUM KELOMPOK TANI CEMPAKA

2. Menjalin dan meningkatkan kemitraan dengan instansi pemerintah, perguruan tinggi dan industri yang bergerak dalam pengolahan biofar- maka. 3. Meningkatkan kualitas produk berdasarkan standar yang berlaku secara nasional. Visi dan misi digunakan sebagai acuan dalam perumusan strategi pengembangan usaha Kelompok tani Cempaka. Perumusan visi dan misi akan menghasilkan tujuan jangka panjang maupun jangka pendek yang akan dicapai oleh Kelompok Tani Cempaka. Tujuan jangka panjang Kelompok Tani Cempaka adalah meningkatkan skala usaha baik dari segi produk, kapasitas produksi, permodalan maupun mitra usaha. Menurut Wijaya 1998, strategi pada usaha kecil dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang sering berubah-ubah secara cepat. Skala usaha Kelompok Tani Cempaka tergolong dalam usaha kecil. Menanggapi kondisi lingkungan yang berubah secara cepat maka perumusan strategi pengembangan usaha Kelompok Tani Cempaka dalam mencapai tujuan jangka pendek lebih diutamakan. Identifikasi tujuan jangka pendek untuk meningkatkan daya saing kompetitif Kelompok Tani Cempaka adalah sebagai berikut : 1 Peningkatan produktivitas - Meningkatkan kapasitas produksi sampai dengan 50 persen - Meningkatkan waktu operasi sampai dengan 30 persen 2 Peningkatan kualitas - Kualitas serbuk minuman instant yang dihasilkan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia SNI. untuk serbuk minuman instant tradisional bernomor 01-4320-1996 tampak pada Tabel 10. Tabel 10. SNI Untuk Serbuk Minuman Tradisional Kriteria Uji Satuan Persyaratan Keadaan : - Warna - Bau - Rasa Normal Normal, khas rempah Normal, khas rempah Air, bb Maks. 3,0 123 Abu, bb Maks. 1,5 Jumlah Gula dihitung sebagai sakarosa, bb Maks. 85,0 Bahan tambahan makanan - Pemanis buatan - Sakarin - Siklamat - - Tidak boleh ada Tidak boleh ada Cemaran logam - Timbal Pb - Tembaga Cu - Seng Zn - Timah Sn mgkg mgkg mgkg mgkg Maks. 0,2 Maks. 2,0 Maks. 50 Maks. 40,0 Cemaran Arsen As mgkg Maks. 0,1 Cemaran mikroba - Angka lempeng Total - Coliform Kolonigr APM gr 3 x 10 3 3 3 Perluasan pasar - Perluasan wilayah distribusi pemasaran mencakup pulau jawa. - Perbaikan media dan alat promosi - Menentukan targeting dan positioning pemasaran melalui pecitraan ciri khas produk dan merek 4 Peningkatan marjin pendapatan - Penetapan harga berdasarkan biaya produksi biaya tetap dan vari- able hingga biaya pemasaran. 5 Perbaikan Manajemen - Rekrutmen tenaga kerja yang berkompeten dalam bidang manaje- men terutama dalam manajemen keuangan. 2. Identifikasi lingkungan usaha Secara umum analisis lingkungan usaha dapat dibagi menjadi lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Hasil yang diperoleh dari analisis 124 lingkungan ini akan memberikan gambaran tentang kondisi usaha saat ini, sehingga dapat memberikan gambaran tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki Kelompok Tani Cempaka. a. Analisis lingkungan internal Analisis lingkungan internal dilakukan berdasarkan pendekatan fungsional yaitu pendekatan berdasarkan fungsi operasional kerja organisasi pada Kelompok Tani Cempaka yang meliputi pemasaran, sumber daya manusia, produksi–operasi dan keuangan. 1 Pemasaran Segmen pasar yang berusaha diraih oleh Kelompok Tani Cempaka adalah seluruh lapisan masyarakat seperti anak-anak, remaja dan dewasa, berpenghasilan rendah maupun menengah. Potensi segmen pasarnya sebesar 40 persen penduduk Indonesia yang menggunakan pengobatan tradisional serta 70 persennya di pedesaan yang umumnya berpenghasilan menengah ke bawah. Segmen pasar inilah yang menjadi dasar dalam pengembangan varian produk sesuai dengan misi kelompok Tani Cempaka yaitu produknya dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Analisis pemasaran berhubungan dengan analisis produk, distribusi, promosi dan harga. Variabel-variabel tersebut memiliki pengaruh tersendiri terhadap kinerja perusahaan. a Produk 1. Bahan baku Bahan baku yang digunakan berupa sediaan galenik, yaitu bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat dan belum mengalami pengolahan apapun kecuali berupa bahan yang telah dikeringkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa bahan baku yang digunakan Kelompok Tani Cempaka bersifat alamiah. Selain itu dalam proses produksinya, Kelompok Tani Cempaka tidak menggunakan tambahan zat pengawet maupun bahan kimia obat. Sehingga produk yang dihasilkan lebih aman untuk dikonsumsi. Penggunaan bahan baku alami dan tanpa 125 tambahan zat pengawet merupakan kekuatan dari produk Kelompok Tani Cempaka. 2. Produk akhir Produk minuman instan tradisional yang dihasilkan oleh Kelompok Tani Cempaka tersedia dalam bentuk serbuk, cair dan rajangan dalam 14 varian. Produk mudah larut dalam air panas maupun dingin. Keragaman jenis produk akan memberikan kemudahan bagi konsumen untuk mendapatkan produk minuman instant berbahan baku biofarmaka yang sesuai dengan kebutuhannya masing-masing, hal ini merupakan kekuatan Kelompok Tani Cempaka untuk memperluas segmen pasar. Dalam pengembangan varian produknya, Kelompok Tani Cempaka bekerjasama dengan pihak perguruan tinggi yaitu Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia FMIPA UI. Kemitraan yang terjalin dengan pihak perguruan tinggi dalam pengembangan produk merupakan kekuatan untuk meningkatkan kualitas produk. Kelemahan produk Kelompok Tani Cempaka adalah masih tergolong dalam kategori jamu dalam bagian obat bahan alam. Hal ini dikarenakan bahan baku yang digunakan maupun produk yang dihasilkan belum terstandarisasi melalui uji pra klinis dan uji klinis. 3. Kemasan Salah satu faktor yang mendorong ketertarikan konsumen untuk mencoba suatu produk terletak pada kemasan. Kemasan yang baik akan menjadi kekuatan dalam mendukung proses pemasaran. Kekuatan Kelompok Tani Cempaka dalam mengemas produknya adalah dengan menggunakan kemasan yang praktis, tampilan yang menarik dan melindungi produk dengan baik. Sebagai alat komunikasi, kemasan produk Kelompok Tani Cempaka memberi keterangan kepada konsumen mengenai 126 nama produsen, merek, berat, komposisi, khasiat dan sebagainya. Kemasan produk Kelompok Tani Cempaka terdiri dari dua macam yaitu kotak kardus dan toples plastik. Berikut ini adalah bentuk dan tampilan kemasan produk Kelompok Tani Cempaka. Gambar 7 . Kemasan Produk Kelompok Tani Cempaka Gambar 8. Tampilan Kemasan Produk Kelompok Tani Cempaka dan Kemasan Produk Pesaing. Penggunaan kemasan produk Kelompok Tani Cempaka yang terlihat menarik tidak hanya menjadi kekuatan dalam menarik minat konsumen, tetapi juga menjadi faktor kelemahan karena biaya pengadaan kemasan menjadi lebih 127 Kelompok tani Cempaka Kelompok Tani Kenanga PT. Mahkota Dewa Indonesia mahal. Hal ini disebabkan Kelompok Tani Cempaka masih memesan kemasan dalam jumlah kecil sedangkan untuk mendapatkan biaya kemasan yang murah harus memesan dalam jumlah yang banyak. bDistribusi Produk Kelompok Tani Cempaka dijual langsung di Lokasi produksi yaitu di Paseban, Jakarta pusat serta didistribusikan ke beberapa instansi Pemerintah Kotamdya Jakarta Pusat dan beberapa distributor di wilayah Jabotabek Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi. Untuk pemasaran diluar Jabotabek seperti di Papua masih sangat terbatas karena mahalnya biaya distribusi yang harus dikeluarkan. Pemasaran di wilayah papua dibantu oleh suami ketua Kelompok Tani Cempaka yang bekerja di wilayah tersebut. Wilayah distribusi yang masih terbatas menjadi salah satu faktor kelemahan dalam memperluas daerah pemasaran. c Promosi Promosi yang dilakukan oleh Kelompok Tani Cempaka dibantu oleh Pemerintah Komadya Jakarta Pusat melalui kegiatan– kegiatan pameran, yang diadakan baik di lingkungan DKI Jakarta maupun di beberapa daerah di Indonesia. Kegiatan promosi yang dilakukan oleh Kelompok Tani Cempaka masih sederhana yaitu dengan cara menyebarkan brosur dan leaflet. Kegiatan promosi yang sederhana merupakan kelemahan Kelompok Tani Cempaka dalam mendukung kegiatan pemasannya. Kegiatan promosi yang dilakukan oleh Kelompok tani Cempaka dapat dilihat pada gambar 9. 128 Gambar 9. Kegiatan Promosi Kelompok Tani Cempaka dHarga Segmen pasar Kelompok Tani Cempaka adalah seluruh lapisan masyarakat dengan skala ekonomi menengah ke bawah sehingga harga yang ditawarkan cukup terjangkau. Meskipun biaya produksi setiap varian produknya berbeda namun harga jualnya sama. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan penjualan. Besar kecilnya keuntungan yang didapatkan dari suatu produk akan saling menutupi satu sama lain. Walaupun keuntungan yang didapatkan kecil namun jika volume produk yang terjual besar maka laba yang diperoleh menjadi cukup besar. Harga produk yang cukup terjangkau dan relative lebih murah menjadikannya sebagai kekuatan bagi Kelompok Tani Cempaka dalam meraih pangsa pasar sasarannya. Tabel 11. Biaya produksi Kelompok Tani Cempaka Produk olahan Biaya Produksi Rp. Laba Rp. BC ratio 1. Temu mangga 986.200 633.800 0.64 2. Temulawak 972.000 648.000 0.66 3. Temu putih 1.067.000 553.000 0.51 4. Beras kencur 987.000 633.000 0.64 5. Kunyit asam 957.000 663.000 0.69 6. Sari jahe 1.067.000 553.000 0.51 7. Jahe merah 986.200 633.800 0.64 8. Jahe Macho madu coklat 1.067.000 553.000 0.51 129 9. Jahe kopi susu madu 870.100 749.900 0.86 10. Bir pletok 882.100 737.900 0.84 11. Lidah buaya 972.000 648.000 0.66 12. Nata lidah buaya 700.000 800.000 1.14 13. Teh mahkota dewa 827.000 793.000 0.95 14. Sirih pinang 897.000 723.000 0.81 Total 13.237.200 9.322.000 1.42 Sumber : Diolah 2006 Daftar harga produk Kelompok Tani Cempaka dibandingkan dengan harga produk minuman instant berbahan baku biofarmaka yang beredar di pasaran dalam skala usaha kecil dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini : Tabel 12. Daftar perbandingan harga produk Kelompok Tani Cempaka dengan harga produk dipasaran Nama Perusahaan Jenis Produk Harga Rp Kelompok Tani Cempaka Sediaan serbuk 250 gram 12.000 -15.000 Kelompok Wanita Tani Nusa Indah Jakarta Selatan Sediaan serbuk 200 gram 15.000 - 20.000 Taman Sringganis Bogor Sediaan serbuk 185 gram 15.000 - 20.000 CV. Indo Global Biz Malang Sediaan serbuk 400 gram 39.500 2 Sumber Daya Manusia Sebagai suatu kelompok tani yang bersifat partisipatif dan arahnya ke pemberdayaan, jumlah anggota kelompok bisa saja bertambah atau berkurang, maka yang terpenting bukanlah jumlah, melainkan minat anggota untuk melakukan kegiatan secara bersama dan teratur. Pada awal pembentukannya , Kelompok Tani Cempaka beranggotakan 20 orang. Saat ini sumber daya manusia Kelompok Tani Cempaka berjumlah 6 orang yang terdiri dari seorang ketua kelompok dengan 5 orang anggota. Anggota Kelompok Tani Cempaka merupakan anggota keluarga atau kerabat dan tetangga yang berada 130 disekitar lingkungan ketua Kelompok Tani Cempaka sehingga tercipta lingkungan kerja yang bersifat kekeluargaan dan terbuka. Aspek keswadayaan tercermin dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh Kelompok Tani Cempaka. Setiap bidang pekerjaan mulai dari pengadaan bahan baku, pengolahan hingga pemasaran dilakukan secara bersama-sama. Dengan jumlah sumber daya manusia yang ada saat ini Kelompok Tani Cempaka sudah merasa cukup untuk menangani proses produksi. Keswadayaan dalam kelompok tani berdampak pada strukutur organisasi yang belum jelas sehingga tidak ada pendelegasian wewenang tugas dan tanggung jawab yang jelas. Struktur organisasi yang belum jelas pada kelompok Tani Cempaka merupakan hambatan dan menjadi kelemahan pada saat perubahan dari kelompok tani menjadi perusahaan berbadan hukum dalam bentuk CV. Kurangnya sumber daya manusia Kelompok Tani Cempaka yang berkompeten dalam bidang manjemen juga merupakan kelemahan dalam pengembangan usahanya. Kompensasi yang diberikan kepada tiap anggota Kelompok Tani Cempaka sebesar Rp.5.000,- per kg produk yang dihasilkan per produksi. Kompensasi tersebut akan ditambahkan berdasarkan keuntungan yang dihasilkan tiap bulannya. Pembagian kompensasi ini dilakukan setiap saat anggota tersebut membutuhkan. Anggota Kelompok Tani yang kegiatannya bersifat swadaya merupakan kekuatan dalam keberlangsungan usaha, dalam hal tersedianya tenaga kerja yang cukup murah. 3 Produksi dan Operasi Kelompok Tani Cempaka beroperasi dengan kondisi dan fasilitas produksi yang masih sederhana. Tempat produksi, penyimpanan dan penjualan saat ini masih memanfaatkan ruang kosong di kediaman ketua Kelompok Tani Cempaka. Fasilitas teknologi produksi berupa mesin giling dan sealer diperoleh dari bantuan pemerintah kotamadya Jakarta Pusat. Untuk kemasan botol bir pletok cair saat ini juga masih disubsidi oleh Suku 131 Dinas pertanian dan Kehutanan Kotamadya Jakarta Pusat. Perbaikan teknologi proses produksi dan operasi didapatkan berdasarkan pembinaan yang diberikan pemerintah kotamadya Jakarta Pusat. Kondisi dan fasilitsas produksi yang sederhana merupakan faktor kelemahan Kelompok Tani Cempaka dalam mengembangkan usaha dan kualitas produknya. Kapasitas produksi Kelompok Tani Cempaka saat ini adalah 50 kg bahan baku utama per produksi. Proses produksi belum dapat dilaksanakan setiap hari dikarenakan bergantung pada jumlah pesanan konsumen ke distributor, jumlah produk yang tersedia dan apabila akan mengikuti kegiatan pameran. Kapasitas produksi akan meningkat pada saat pelaksanaan pameran bahkan proses produksi dapat dilakukan setiap hari. Peningkatan kapasitas produksi Kelompok Tani Cempaka merupakan kekuatan dalam mengembangkan usahanya. Tabel 13. Kapasitas produksi Kelompok Tani Cempaka Tahun Kapasitas Produksi Jumlah Varian Produk 2005 25 Kg bahan baku utama 12 2006 50 Kg bahan baku utama 14 Sumber : Diolah 2006 4 Keuangan Kondisi keuangan Kelompok Tani Cempaka relatif tidak bermasalah karena seluruh dana yang digunakan sebagai modal usaha berasal dari uang pribadi dan tidak ada pinjaman dari pihak bank. Selain itu, pengadaan fasilitas produksi banyak dibantu oleh pemerintah kotamadya Jakarta Pusat. Sistem pencatatan keuangan Kelompok Tani Cempaka belum dilakukan dengan baik, hal ini terlihat dari tidak lengkapnya pencatatan keuangan karena pencatatan tidak selalu dilakukan setiap kali ada pemasukan ataupun pengeluaran. Peningkatan keuntungan yang didapat diketahui berdasarkan jumlah keuntungan yang didapat tiap bulannya dan bertambahnya varian produk yang dihasilkan. Belum adanya sistem akuntansi keuangan dan sumber daya manusia yang 132 khusus menangani masalah keuangan menjadi kelemahan dan hambatan dalam penataan kondisi keuangan Kelompok Tani Cempaka. Kelemahan lain dalam keuangan Kelompok Tani Cempaka adalah kemampuan mendapatkan modal kerja dan investasi yang masih rendah untuk mengembangkan usahanya. Melalui proses legalisasi usaha dalam bentuk CV diharapkan dapat memudahkan untuk mandapatkan bantuan modal kerja. Modal investasi saat ini masih mengandalkan pemerintah kotamadya Jakarta pusat dalam bantuan pengadaan teknologi peralatan produksi yang baik dan lebih modern dalam pengembangan produk yang dihasilkan. b. Analisis Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal Kelompok Tani Cempaka bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kecenderungan atau kejadian yang terjadi di luar kontrol Kelompok Tani Cempaka. Analisis ini untuk mendapatkan faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman eksternal. Lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan umum dan lingkungan industri. 1 Lingkungan Umum Lingkungan umum adalah suatu lingkungan yang berada di luar usaha dan terlepas dari sistem operasional usaha. Faktor-faktor lingkungan umum meliputi : sosial, ekonomi, pemerintah dan teknologi. a Faktor sosial 1. Pertumbuhan tingkat populasi Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia sehingga Indonesia merupakan peluang pangsa pasar yang sangat potensial bagi produk-produk obat tradisional atau obat bahan alam. Selain itu sejak dahulu masyarakat Indonesia telah mengenal dan memanfaatkan tanaman obat sebagai bahan pengobatan maupun makanan kesehatan. Kecenderungan masyarakat yang kembali ke alam juga mempengaruhi pola konsumsi masyarakat akan kebutuhan kesehatan. 133 Jumlah populasi penduduk Indonesia yang semakin meningkat tiap tahunnya merupakan pasar potensial pengembangan industri obat bahan alam berbahan baku alami. Populasi penduduk Indonesia pada tahun 2002 mencapai 211.438,9 ribu orang dan pada tahun 2006 diperkirakan akan mencapai 222.051,3 ribu orang. Data populasi penduduk Indonesia dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Populasi penduduk Indonesia Periode 2002-2006 Tahun Populasi dalam ribuan orang 2002 211.438,9 2003 214.251,3 2004 217.076,6 2006 222.051,3 Hasil proyeksi Sumber : BPS, 2006 2. Perubahan gaya hidup Kejenuhan masyarakat terhadap obat-obatan paten modern yang mengandung bahan kimia dan mengakibatkan efek samping pada tubuh dalam jangka waktu yang lama merupakan salah satu faktor beralihnya konsumsi obat-obatan modern pada obat-obatan tradisional yang berbahan alami. Selain itu harga obat-obatan modern yang kian mahal sangat berbeda dengan obat-obatan tradisional berbahan baku alami yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Khasiat dan jaminan keamanan untuk dikonsumsi menjadikan obat-obatan tradisional berbahan baku alami yang telah terbukti secara turun temurun dan sebagian telah teruji klinis semakin diminati konsumen. Trend back to nature memberikan peluang bagi usaha minuman instan berbahan baku biofarmaka untuk berkembang. Berdasarkan data World Health Organization WHO tahun 2002 dalam Harmanto 2003 , disebutkan bahwa perkembangan pemanfaatan penggunaan obat-obat bahan alam di beberapa negara dapat terlihat dalam daftar di bawah ini : 134 1 Perancis, 75 persen penduduknya menggunakan pengobatan alternatif, paling tidak satu kali. 2 Jerman, 77 persen dari klinik terapi menggunakan akupunk- tur. 3 Amerika, pasar untuk pengobatan alternatif, mencapai sebe- sar 60 juta dollar AS per tahun. 4 Cina, 95 persen rumah sakit di Cina punya klinik tradision- al. 5 India, obat bahan alam digunakan sekitar 70 persen pen- duduknya. 6 Indonesia, 40 persen penduduk menggunakan pengobatan tradisional serta 70 persennya di pedesaan. 7 Jepang, pasar obat bahan alam mencapai sekitar 2,5 juta dollar AS. 8 Thailand, punya sistem terpadu untuk pengobatan tradision- al di 1.120 pusat kesehatan. bFaktor Ekonomi 1. Pertumbuhan ekonomi Indonesia Semakin membaiknya kondisi perekonomian Indonesia setelah krisis ekonomi tahun 1997 sangat berpengaruh pada perkembangan industri di Indonesia terutama industri obat- obatan bahan alam. Bertahannya industri-industri kecil yang menggunakan bahan baku dalam negeri pada masa krisis ekonomi telah membuka perhatian pemerintah untuk memperhatikan keberadaan industri-industri kecil sebagai penyokong perekonomian negara. Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia merupakan peluang bagi Kelompok Tani Cempaka dalam mengambangkan usahanya. 135 Tabel 15. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto PDB Indonesia, 2002-2004 Tahun Pertumbuhan persentase 2002 4.38 2003 4.48 2004 5.13 Sumber : BPS, 2006 2. Tingkat Inflasi Tingkat inflasi nasional yang pada tahun 2002 mencapai 10,03 menunjukkan penurunan yang cukup signifikan pada tahun 2003 yaitu sebesar 5,06 dan meningkat kembali pada tahun 2004 menjadi 6,40 . Perubahan nilai inflasi ini akan berpengaruh pada perkembangan harga kelompok barang dan jasa. Kebijakan pemerintah yang menaikkan harga bahan bakar minyak BBM dan Tarif Dasar Listrik TDL menyebabkan inflasi pada tahun 2006 ini diperkirakan akan naik. Kenaikan harga BBM dan TDL memicu naiknya seluruh kebutuhan akan barang dan jasa. Kenaikan harga BBM dan TDL merupakan ancaman yang dapat menghambat dan memberatkan langkah pertumbuhan dan perkembangan industri obat bahan alam yang didominasi oleh industri kecil. Kenaikan harga BBM dan TDL mengakibatkan naiknya biaya produksi dan akhirnya berpengaruh terhadap harga jual produk. Selain itu, kenaikan tingkat inflasi berpengaruh pada kecenderungan konsumsi masyarakat. 3. Pertumbuhan Industri Obat Bahan Alam Pertumbuhan obat bahan alam lebih cepat dari obat modern. Hal ini didapatkan berdasarkan data Badan Pengkajian dan Penerapan teknologi BPPT tahun 2005. Pertumbuhan pasar obat bahan alam dan obat modern dapat dilihat pada Tabel 16. 136 Tabel 16. Pertumbuhan pasar obat modern dan obat bahan alam Tahun Pasar Obat Modern Pasar Obat Alam 2002 Rp. 17 Triliun Rp. 2 Triliun 2004 Rp. 21.3 Triliun Rp. 2.9 Triliun 2010 Rp. 37.5 Triliun Rp. 7.2 Triliun Hasil proyeksi Sumber : BPPT 2005 Pasar obat bahan alam nasional pada tahun 2002 mencapai Rp 2 triliun dengan jumlah industri sebesar 1.012. Berdasarkan jumlah tersebut, 907 diantaranya merupakan industri kecil atau industri rumah tangga dan 105 industri menengah ke atas. Pada tahun 2004, jumlah industri meningkat menjadi 1.166 yang terdiri 129 industri menengah dan besar serta 1.037 industri kecil dan rumah tangga. Daya serap biofarmaka tanaman obat pada IKOTIOT Industri Kecil Obat Tradisional Industri Obat Tradisional dan industri farmasi rata-rata sebesar 63 , ekspor 14 , dan konsumsi rumah tangga 23 . Laju pertumbuhan IOT 6,40 tahun sedangkan IKOT 1,8 tahun. c Faktor Politik 1. Kebijakan dan Peraturan Pemerintah Kebijakan dan peraturan pemerintah mengenai pemanfaatan tanaman obat maupun industri obat bahan alam sangat mempengaruhi pertumbuhan industri tersebut. Pedoman pelaksanaan pengembangan obat bahan alam yang ditetapkan oleh pemerintah meliputi : 1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 tahun 1992 tanggal 17 September 1992 tentang kesehatan 2 Peraturan Kesehatan RI No. 246MenkesPerV1990 ten- tang Izin Usaha Industri Obat bahan alam 3 Surat Keputusan Kepala Badan POM No. HK. 00.05.4.2411 tanggal 17 mei 2004 tentang Ketentuan Pokok Pengelom- pokkan dan Penandaan Obat Bahan Alam. 137 4 Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor : HK.00.05.4.1380 tanggal 2 Maret 2005 tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat bahan alam yang Baik. 2. Pembinaan Pemerintah Daerah Pemerintah di daerah seperti DKI Jakarta sedang menggalakkan industri obat bahan alam melalui pembinaan kelompok-kelompok tani. Dukungan pemerintah DKI Jakarta terlihat dari seluruh wilayah kotamadya memiliki kelompok tani binaan dengan produk unggulan obat bahan alam. Salah satu industri obat bahan alam berbahan baku biofarmaka binaan Pemerintah DKI Jakarta yang sudah maju adalah PT. Mahkota Dewa Indonesia. PT. Mahkota Dewa Indonesia pada awalnya merupakan Kelompok Wanita Tani Bunga Lili binaan pemerintah Kotamadya Jakarta Utara. Kegiatan penyuluhan dan pelatihan pembuatan obat bahan alam dengan memanfaatkan tanaman obat diberikan oleh setiap pemerintah Kotamadya di DKI Jakarta. Bantuan teknologi juga diberikan untuk membantu keberlangsungan dan pengembangan usaha tersebut. Berbagai fasilitas kemudahan mendapatkan informasi teknologi proses produksi dan pemasaran juga di berikan oleh setiap pemerintah Kotamadya di DKI Jakarta. Kemitraan yang terbangun dengan baik antara kelompok-kelompok tani dan pemerintah yang dijembatani pemerintah daerah merupakan peluang yang sangat besar dalam meningkatkan dan mengembangkan usaha obat bahan alam. dFaktor Teknologi Menurut Wijaya 1998, industri kecil seperti kelompok tani memiliki kemampuan terbatas dalam mengadopsi teknologi. Teknologi yang digunakan pada umumnya out of date sehinggga mudah diungguli pesaing. Selain itu, usaha kecil juga mengalami 138 kesulitan manajerial maupun financial dalam pengembangan teknologi. Teknologi yang digunakan agar produk yang dihasilkan terstandar tidak mampu terjangkau oleh industi kecil. Standarisasi menjadi sangat penting karena obat bahan alam berkaitan dengan kesehatan masyarakat sehingga produk yang beredar tidak boleh membahayakan kesehatan. Biaya standarisasi yang mahal terutama apabila ingin meningkatkan kualitas produk dengan pengujian kandungan dan khasiat produk semakin menghambat industri kecil untuk bersaing dengan produk industri besar. Hal ini tentunya menjadi ancaman bagi keberlangsungan usaha kecil seperti Kelompok Tani Cempaka 2 Lingkungan Industri a Perseteruan diantara perusahaan yang bersaing Intensitas persaingan dalam bisnis obat bahan alam sangat tinggi karena jumlah pelaku industri yang semakin meningkat tiap tahunnya. Berdasarkan data BPPT tahun 2005, jumlah industri obat bahan alam di Indonesia mencapai 1.116 perusahaan yang terdiri dari 1.037 perusahaan dalam skala kecil dan rumah tangga serta 129 perusahaan dalm skala industri besar dan menengah. Hampir 90 persen industri obat bahan alam didominasi oleh industri kecil dan rumah tangga. Persentasi tersebut merupakan jumlah pesaing yang harus dihadapi oleh kelompok tani cempaka sesuai dengan kapasitas usahanya. Banyaknya industri obat bahan alam dalam skala kecil dan rumah tangga merupakan ancaman dalam persaingan usaha kelompok tani Cempaka. Untuk wilayah Jakarta Pusat, Kelompok Tani Cempaka bersaing dengan 11 kelompok tani lainnya dalam usaha minuman instant berbahan baku biofarmaka dalam produk instant jahe dan bir pletok. Sedangkan untuk wilayah DKI Jakarta kelompok tani cempaka harus bersaing dengan sekitar 60 kelompok tani di seluruh wilayah DKI Jakarta 139 bMasuknya pesaing baru Skala usaha Kelompok Tani Cempaka adalah dalam skala kecil dan merupakan binaan dari pemerintah kotamadya. Skala usahanya tentu tidak dapat dibandingkan dengan perusahaan menengah dan besar. Program pembinaan pemerintah daerah membantu masyarakat lainnya yang ingin mengembangkan usaha sehingga muncul kelompok-kelompok tani baru. Munculnya kelompok tani baru yang dibina dan turut bergerak dalam bidang pengolahan biofarmaka merupakan pesaing baru bagi kelompok tani cempaka dalam skala usaha yang sama. Pesaing baru yang datang dengan skala usaha yang lebih besar umumnya merebut pasar dengan penawaran harga yang lebih murah. Harga dasar pesaing yang lebih murah merupakan ancaman bagi Kelompok Tani Cempaka dalam memperluas segmen pasar. c Potensi Pengembangan Produk Pengganti Ancaman produk pengganti untuk produk obat bahan alam saat ini sangat besar karena jumlah produk-produk serupa dipasaran sangat banyak. Obat bahan alam saat ini tidak hanya diproduksi oleh industri jamu maupun industri kecil dan rumah tangga tetapi juga oleh industri farmasi dengan segala kelebihan produknya. Kelebihan produk-produk industri farmasi adalah produk tersebut telah melalui uji pra klinis maupun uji klinis sehingga kualitas dan khasiat produk lebih terjamin karena telah diuji. Selain produk obat bahan alam yang diproduksi oleh industri farmasi, obat paten modern menjadi ancaman utama sebagai produk pengganti obat bahan alam. Khasiat obat paten modern yang lebih teruji dan lebih direkomendasikan pihak medis menjadi keunggulan obat paten modern. dKekuatan Tawar Menawar dari Pemasok 140 Terbatasnya modal yang dimiliki tidak memungkinkan untuk membeli bahan baku langsung dari petani terutama untuk Kelompok Tani Cempaka dan kelompok tani lainnya yang lokasi usahanya berada di Kota Jakarta. Terbatasnya lahan dan mahalnya biaya produksi yang harus dikeluarkan apabila harus membeli dari petani diluar daerah membuat industri-industri kecil dan rumah tangga mencari pemasok yang mudah didapatkan. Pemasok yang didapatkan di pasar-pasar tradisional melalui pedagang-pedagang memberikan peluang bagi keberlangsungan usaha Kelompok Tani Cempaka karena harga yang didapatkan lebih terjangkau dengan kualitas bahan baku yang dapat dipilih sesuai dengan keinginan menghasilkan produk obat bahan alam yang diinginkan. e Kekuatan Tawar Menawar Pembeli Kekuatan tawar menawar dari pembeli cukup kuat untuk produk obat bahan alam. Hal ini dikarenakan produk obat bahan alam yang tersedia di pasaran hampir seragam sehingga konsumen dapat melakukan negosiasi harga, jaminan kualitas dan tampilan kemasan. Kekuatan tawar menawar pembeli yang relatif lebih besar dibandingkan dengan tingkat permintaan terhadap produk tersebut menyebabkan pembeli mudah berpindah ke produk lain yang sejenis sehingga biaya pengalihan pembeli menjadi lebih kecil. Kemudahan pembeli untuk beralih merupakan ancaman dalam mengembangkan usaha. Faktor-faktor strategis dari lingkungan internal dan eksternal yang telah diidentifikasi dimasukkan kedalam matriks EFI Evaluasi Faktor Internal dan EFE Evaluasi Faktor Eksternal. Analisis matriks EFI Evaluasi Faktor Internal dan EFE Evaluasi Faktor Eksternal dibuat berdasarkan hasil identifikasi kekuatan strength dan kelemahan weakness sebagai faktor internal lingkungan yang mempengaruhi usaha, dan faktor peluang opportunities dan ancaman threats merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi lingkungan usaha. Setelah penulis melakukan wawancara dengan pihak Kelompok Tani Cempaka dan Pemerintah Kotamadya Jakarta Pusat melalui Suku Dinas Pertanian dan Kehutanan, Suku Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Suku Dinas Koperasi 141 dan UKM selaku pembina Kelompok Tani Cempaka di dapatkan faktor-faktor kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang dihadapi Kelompok Tani Cempaka. Faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta faktor ekternal yang memberikan peluang dan hambatan dapat dilihat pada tabel 17 dan 18 Tabel 17. Kekuatan dan Kelemahan Kelompok Tani Cempaka Faktor Internal Kekuatan Kelemahan 1. Pemasaran • Produk • Berbahan baku alami dan tanpa zat pengawet • Varian produknya beragam • Dapat dikonsumsi masyarakat luas • Kemasan yang praktis dan menarik • Kemitraan dengan Perguruan • Khasiat produk belum melalui uji pra klinis dan uji klinis • Mahalnya biaya ke- masan 142 Tinggi dalam penelitian dan pengembangan produk • Distribusi • Pemasaran dan jalur distribusi yang ter- batas • Promosi • Hubungan baik dengan instansi pemerintah • Kegiatan promosi sederhana • Harga • Relatif lebih murah 2. Sumber daya manu- sia • Tenaga kerja yang murah • Bersifat kekeluargaan dan terbu- ka • Kurangnya SDM yang berkualitas dan berkompeten dalam bidang manajemen • Struktur organisasi yang belum jelas 3. Produksi dan Op- erasi • Volume produksi meningkat • Teknologi produksi yang masih sederhana 4. Keuangan • Sistem pencatatan dan pembukuan keuangan yang belum baik • Kemampuan mendap- atkan modal kerja dan modal investasi rendah Tabel 18. Peluang dan Ancaman Kelompok Tani Cempaka Faktor Eksternal Peluang Ancaman 1. Lingkungan Umum • Sosial • Pola hidup masyarakat yang ‘Back to nature’ • Pasar potensialnya sangat besar • Ekonomi • Peningkatan konsumsi rumah tangga terhadap obat bahan alam • Tingginya biaya trans- portasi dan produksi ak- ibat kenaikan BBM dan TDL • Politik • Pemberian pembinaan dan pelatihan dari pemerintah • Mahalnya biaya stan- darisasi pengujian 143 Kotamadya Jakarta Pusat • Pemberian fasilitas teknologi dari pemerintah Kotamadya Jakarta Pusat khasiat dan kandungan produk 2. Lingkungan Industri • Perseteruan diantara perusahaan yang ber- saing • Peningkatan jumlah pelaku industri • Masuknya pesaing baru • Banyaknya produk serupa di pasaran • Harga dasar pesaing yang lebih rendah • Potensi pengemban- gan produk pengganti • Ancaman produk subti- tusi obat paten mod- ern • Kekuatan tawar menawar dari pema- sok • Bahan baku mudah didap- atkan • Kekuatan tawar menawar dari pembe- li • Kemudahan pembeli untuk beralih ke produk pesaing 3. Identifikasi Matriks EFI dan EFE Dalam mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dilakukan dengan melihat kodisi usaha pada saat dilakukan penelitian, setelah itu dilakukan pembobotan dan pemberian rating yang diperoleh dari hasil kuesioner terhadap 5 orang responden yang dipilih dengan mempertimbangkan faktor kepemahaman mengenai kondisi Kelompok Tani Cempaka. Responden tersebut yaitu : 1. Pembina Kelompok Tani Cempaka : a Suku Dinas Pertanian dan Kehutanan Jakarta Pusat bSuku Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jakarta Pusat c Suku Dinas Koperasi dan usaha Kecil Menengah Jakarta Pusat 2. Ketua Kelompok Tani Cempaka 3. Praktisi bisnis : PT. Mahkota Dewa Indonesia 144 Bobot dan rating yang diperoleh pada masing-masing matriks merupakan nilai rata-rata dari kelima orang responden tersebut yang kemudian perkalian bobot dan rating tersebut menghasilkan skor terboboti. 1. Matriks EFI Evaluasi Faktor Internal Faktor-faktor strategis internal menghasilkan variabel-variabel peluang dan ancaman yang dimiliki oleh Kelompok Tani Cempaka dalam manjalankan usahanya. Variabel-variabel tersebut dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Matriks Evaluasi Faktor Internal EFI Faktor strategis internal BOBOT RATING SKOR KEKUATAN A. Produk berbahan baku alami dan tanpa zat pengawet 0.0572 4 0.229 B. Varian produknya beragam 0.0496 3.8 0.188 C. Produk dapat dikonsumsi masyarakat luas 0.0548 3.8 0.208 D. Kemasan yang praktis dan menarik 0.0508 3.4 0.173 E. Kepraktisan dalam pemakaian produk 0.0544 2.8 0.152 F. Harga relatif murah 0.0494 3.2 0.158 G. Kemitraan dengan Perguruan Tinggi dalam penelitian dan pengembangan pro- duk 0.0538 3 0.161 H. Kemitraan dengan instansi pemerintah 0.0484 4 0.194 I. Tenaga kerja murah 0.0432 3 0.130 J. Bersifat kekeluargaan dan terbuka 0.0482 3.8 0.183 K. Volume produksi meningkat 0.0536 3 0.161 KELEMAHAN L. Khasiat produk belum melalui uji pra kli- nis dan uji klinis 0.0408 2 0.082 145 M. Pemasaran dan jalur distribusi yang ter- batas 0.05 2 0.100 N. Kegiatan promosi sederhana 0.0462 2 0.092 O. Mahalnya biaya kemasan 0.0476 2.2 0.105 P. Kurangnya SDM yang berkualitas dan berkompeten dalam bidang manajemen 0.0512 1 0.051 Q. Struktur organisasi yang belum jelas 0.0474 1 0.047 R. Teknologi produksi yang masih sederhana 0.0498 2 0.100 S. Sistem pencatatan keuangan yang belum baik 0.0454 1 0.045 T. Kemampuan mendapatkan modal kerja dan investasi 0.0576 2 0.115 Total 2.675 Sumber : Data Primer Diolah, 2006 Berdasarkan perhitungan Matriks EFI dapat diketahui variabel dari faktor internal yang dapat dijadikan sebagai kekuatan bagi Kelompok Tani Cempaka dalam mengembangkan dan merumuskan strategi usaha. Nilai variabel kekuatan terbesar hingga terkecil adalah sebagai berikut : 1. Produk yang menggunakan bahan baku alami dan tanpa tambahan zat pengawet 0,229. 2. Produk dapat dikonsumsi oleh masyarakat luas 0,208. 3. Kemitraan dengan instansi pemerintah 0,194. 4. Varian produk yang beragam 0,188 5. Bersifat kekeluargaan dan terbuka 0,183 6. Kemasan yang praktis dan menarik 0,173. 7. Volume produksi meningkat dan kemitraan dengan perguruan tinggi dalam penelitian dan pengembangan produk 0,161. 8. Harga produk yang relatif murah 0,158 9. Kepraktisan dalam pemakaian produk 0,152. 10. Tenaga kerja yang murah 0,130. Sesuai dengan hasil matriks EFI pada tabel 14 dapat diketahui variabel dari faktor kelemahan yang mempengaruhi keberlangsungan usaha Kelompok Tani Cempaka. Pada tabel tersebut terlihat bahwa nilai variabel dari faktor kelemahan yang memiliki yang paling berpengaruh yaitu : 1. Kemampuan mendapatkan modal kerja dan investasi 0,115. 2. Mahalnya biaya kemasan 0,105. 146 3. Teknologi produksi yang masih sederhana dan pemasaran dan jalur distribusi yang terbatas 0,100. 4. Kegiatan promosi sederhana 0,092. 5. Khasiat produk belum melalui uji pra klinis dan uji klinis 0,082. 6. Kurangnya SDM yang berkualitas dan berkompeten dalam bidang manajemen 0,051. 7. Struktur organisasi yang belum jelas 0,047. 8. Sistem pencatatan keuangan yang belum baik 0,045. Secara umum, total skor analisis matriks EFI adalah sebesar 2,675. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi internal Kelompok Tani Cempaka termasuk kuat karena berada diatas rata-rata 2,50. Kelompok Tani Cempaka dapat memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi kelemahan internal dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya. 2. Matriks EFE Evaluasi Faktor Eksternal Faktor-faktor strategis eksternal menghasilkan variabel-variabel peluang dan ancaman yang dihadapi Kelompok Tani Cempaka dalam pengembangan usahanya. Variabel-variabel tersebut dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal EFE Faktor strategis EKSTERNAL BOBOT RATING SKOR PELUANG A. Pola hidup masyarakat yang “back to nature” 0.075 4 0.300 B. Pasar potensialnya sangat besar 0.075 3.2 0.240 C. Peningkatan konsumsi masyarakat terhadap minuman instant obat bahan alam 0.076 2.6 0.198 D. Pemberian pembinaan dan pelatihan dari Pemerintah Kotamadya Jakpus 0.066 3.8 0.251 E. Pemberian fasilitas teknologi dari Pemerintah Kotamadya Jakpus 0.067 3.2 0.214 G. Bahan baku mudah didapatkan 0.076 4 0.304 ANCAMAN H. Tingginya biaya transportasi dan produksi akibat kenaikan BBM TDL 0.074 2 0.148 I. Mahalnya biaya standarisasipengujian khasiat dan kandungan produk 0.056 1.4 0.078 J. Teknologi dan mutu produk yang masih lemah 0.062 1.8 0.112 K. Harga dasar pesaing yang lebih rendah 0.068 1.6 0.109 L. Peningkatan jumlah pelaku industri dan merupakan ancaman pendatang baru 0.078 2 0.156 M. Banyaknya produk serupa dipasaran 0.075 2 0.150 N. Kemudahan pembeli untuk beralih ke produk pesaing 0.072 1.6 0.115 147 O. Ancaman produk subtitusi 0.082 2 0.164 Total 2.5388 Sumber : Data Primer Diolah, 2006 Besar nilai peluang yang dimiliki oleh Kelompok Tani Cempaka dalam pengembangan usahanya berdasarkan matriks EFE pada tabel 15 diatas yaitu : 1. Bahan baku mudah didapatkan 0,304 2. Pola hidup masyarakat yang “back to nature” 0,300. 3. Pemberian pembinaan dan pelatihan oleh Pemerintah Kotamadya Jakarta Pusat 0,255. 4. Pemberian fasilitas teknologi dari Pemerintah Kotamadya Jakarta Pusat dan pasar potensialnya sangat besar 0,243 5. Peningkatan konsumsi masyarakat terhadap obat bahan alam 0,172 Selain nilai peluang yang tergambar oleh matriks EFE terlihat pula nilai ancaman yang mempengaruhi keberlangsungan usaha Kelompok Tani. Nilai ancaman yang dimiliki Kelompok Tani Cempaka dalam usahanya mempertahankan dan mengembangkan usaha minuman instant tradisional berbahan baku biofarmaka yaitu : 1. Ancaman produk subtitusi 0,164. 2. Peningkatan jumlah pelaku industri dan merupakan ancaman pen- datang baru 0,156. 3. Banyaknya produk serupa dipasaran 0,150. 4. Tingginya biaya transportasi dan produksi akibat kenaikan BBM dan TDL 0,148. 5. Kemudahan pembeli untuk beralih ke produk pesaing 0,115. 6. Teknologi dan mutu produk yang masih lemah 0,112. 7. harga dasar pesaing yang lebih rendah 0,109 8. Mahalnya biaya standarisasipengujian produk 0,078. Secara umum, total skor analisis matriks EFE adalah sebesar 2,774. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh eksternal yang dihadapi Kelompok Tani Cempaka berada pada posisi diatas rata-rata. Kelompok Tani Cempaka tergolong kuat dalam menghadapi ancaman dengan memanfatkan peluang yang dimilikinya. 148

BAB VI PERUMUSAN STRATEGI

D. PENGEMBANGAN ALTERNATIF STRATEGI

Untuk menghasilkan berbagai alternatif strategi pengembangan usaha Kelompok Tani Cempaka, diperlukan analisis dengan menggunakan matriks SWOT. Matriks ini menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategi, yaitu S-O Strengths-Opportunities, Strategi W-OWeakness-Opportunities, Strategi W-T Weakness-Threats dan strategi S-T Strengths-Threats. Penyusunan matriks SWOT didasarkan pada hasil analisis terhadap kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki Kelompok Tani Cempaka. Matriks SWOT Pengembangan usaha minuman instant berbahan baku biofarmaka Kelompok Tani Cempaka dapat dilihat pada gambar 10. Berdasarkan hasil analisis SWOT didapatkan lima alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh Kelompok Tani Cempaka dalam mengembangkan usaha minuman instan berbahan baku biofarmaka. Alternatif strategi tersebut sebagai berikut : 1. Meningkatkan dan mempertahankan kualitas produk melalui kemitraan. Strategi S-O 2. Mempertahankan pangsa pasar yang sudah ada dan pangsa pasar sasarannya yaitu seluruh lapisan masyarakat. Strategi S-O 3. Memperbaiki manajemen Kelompok Tani Cempaka untuk mempermudah seti- ap kegiatan pengembangan usaha. Strategi W-O 4. Meningkatkan inovasi pemasaran. Strategi W-T 5. Mengembangkan atribut produk baru. Strategi S-T Analisis SWOT dapat diterapkan pada perusahaan kecil maupun perusahaan yang telah mapan. Kendati demikian, analisis SWOT memiliki keterbatasan. Keterbatasan yang dimiliki oleh analisis SWOT menurut Rangkuti 2000, antara lain sebagai berikut : 1. Kekuatan tidak selalu menjadi keunggulan 2. Analisis SWOT terhadap lingkungan eksternal terlalu sempit 3. SWOT memberikan analisis pada keadaan statis dan tidak dinamis 4. SWOT terlalu menekankan pada strategi satu dimensi 149 Faktor Internal Faktor Eksternal STRENGTHS-S kekuatan 1. Produk berbahan baku alami dan tanpa zat pengawet 2. Varian produknya beragam 3. Produk dapat dikonsumsi masyarakat luas 4. Kemasan yang praktis dan menarik 5. Kepraktisan dalam pemakaian produk 6. Harga yang relatif murah 7. Kemitraan dengan Perguruan Tinggi dalam penelitian dan pengembangan produk 8. Kemitraan dengan instansi pemerintah 9. Tenaga kerja yang murah 10. Bersifat kekeluargan dan terbuka 11. Volume produksi meningkat WEAKNESS- W kelemahan 1. Khasiat produk belum melalui uji pra klinis dan uji klinis 2. Pemasaran dan jalur distribusi yang terbatas 3. Kegiatan promosi sederhana 4. Mahalnya biaya kemasan 5. Kurangnya SDM yang berkualitas dan berkompeten dalam bidang man- ajemen 6. Struktur organisasi yang belum jelas 7. Teknologi produksi yang masih sederhana 8. Sistem pencatatan keuangan yang belum baik 9. Kemampuan mendapatkan modal ker- ja dan investasi OPPORTUNITIES-O Peluang 1. Pola hidup masyarakat yang “back to nature” 2. Pasar potensialnya sangat besar 3. Peningkatan konsumsi masyarakat terhadap minuman instant obat ba- han alam 4. Pemberian pembinaan dan pelatihan dari Pemerintah Kotamadya Jakpus 5. Pemberian fasilitas teknologi dari Pemerintah Kotamadya Jakpus 6. Bahan baku mudah didapatkan STRATEGI S-O Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang 1. Meningkatkan dan mempertahankan kualitas produk melalui kemitraan s1,s2,s3,s4,s5,s6,s7,s8,s9,o1,o2,o3,o4,o5,o6 2. Mempertahankan pangsa pasar yang su- dah ada dan pangsa pasar sasarannya S3,S6,S11,O1,O2 STRATEGI W-O Atasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang 1. Memperbaiki manajemen Kelompok Tani Cempaka W5,W6,W8,O4 THREATS-T ancaman 1. Tingginya biaya transportasi dan produksi akibat kenaikan BBM TDL 2. Mahalnya biaya standarisasipengu- jian khasiat dan kandungan produk 3. Teknologi dan mutu produk yang masih lemah 4. Harga dasar pesaing yang lebih ren- dah 5. Peningkatan jumlah pelaku industri dan merupakan ancaman pendatang baru 6. Banyaknya produk serupa dipasaran 7. Kemudahan pembeli untuk beralih ke produk pesaing 8. Ancaman produk subtitusi STRATEGI S-T Gunakan kekuatan untuk menghindari ancaman 1.Mengembangkan atribut produk baru S1,s2,s3,s4,s5,s6,T5,T6,T7,T8 STRATEGI W-T meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman 1. Meningkatkan inovasi pemasaran W2,W3,T5,T6,T7,T8 Sumber : Data Primer Diolah, 2006 Gambar 10. Matriks SWOT Kelompok Tani Cempaka Berdasarkan daftar alternatif strategi yang terdapat pada matriks SWOT, alternative-alternatif tersebut dapat disintesis sebagai berikut : 1. Meningkatkan dan mempertahankan kualitas, kuantitas produk serta mengem- bangkan atribut produk baru melalui kemitraan. 150