USAHA KECIL TINJAUAN PUSTAKA

serta 4 strategi WT merupakan siasat yang diarahkan guna mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman lingkungan.

K. KELOMPOK TANI

Kelompok merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang berinteraksi sesamanya dalam suatu rentang waktu untuk mencapai tujuan bersama. Kelompok terbentuk karena adanya kebutuhan individu yang dipercaya dan akan dapat dipenuhi dengan jalan bersama. Kelompok dapat dikategorisasikan melalui berbagai pendekatan, seperti kelompok tugas dan kelompok sosial, kelompok primer dan sekunder, kelompok formal dan informal. Kelompok akan bubar bila anggotanya tidak lagi mendapat manfaat dari keikutsertaannya dalam kelompok tersebut. Salah satu wujud dari kelompok adalah kelompok tani. Kelompok tani dapat diartikan sebagai himpunan dua orang atau lebih petani yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama Ukhrowi, 2006. Menurut Mardikanto dalam Ukhrowi 2006, kelompok tani merupakan kumpulan orang-orang tani atau petani yang terdiri atas petani dewasa priawanita maupun petani taruna pemudai yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama. Pengertian kelompok tani berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 93KptsOT. 210397, Tanggal 18 Maret 1997, adalah kumpulan petani yang tumbuh berdasarkan keakraban dan keserasian, serta kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumber daya pertanian untuk bekerja sama meningkatkan produktivitas usaha tani dan kesejahteraan anggotanya.

L. USAHA KECIL

Usaha kecil merupakan usaha yang dikelola oleh pemiliknya, menghasilkan barang atau jasa yang jumlahnya terbatas, dan umumnya berbentuk perusahaan perseorangan Lestari, 2002. Menurut Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil Pasal 1 Ayat 1 menyatakan bahwa usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang 75 75 berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang. Kriteria usaha kecil dalam Undang-Undang No.9 tahun 1995 terdapat pada pasal 5 ayat 1 sebagai berikut : 1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau; 2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 satu milyar rupiah; 3. Milik Warga Negara Indonesia; 4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusa- haan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar; 5. Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hokum, atau badan usaha yang berbadan hokum, termasuk koperasi. Menurut Badan Pusat Statistik 2000, di Indonesia terdapat empat kelompok industri pengolahan berdasarkan jumlah tenaga kerjanya, yaitu : 1. Industri rumah tangga adalah industri yang mempunyai tenaga kerja antara satu sampai dengan empat orang; 2. Industri kecil adalah industri yang mempunyai tenaga kerja antara lima sampai dengan 19 orang; 3. Industri sedang adalah industri yang mempunyai tenaga kerja antara 20 sampai dengan 99 orang; 4. Industri besar adalah industri yang mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih; Berbagai karakteristik yang menjadi ciri khas usaha kecil menurut Wijaya 1998, antara lain : 1. Ditinjau dari segi birokratis, ijin usaha seringkali tidak dimiliki dan per- syaratan resmi sering tidak dipenuhi. Selain itu, usaha kecil pada umum- nya tidak menyadari pentingnya berorganisasi dan karena sangat tersebar sulit dikaitkan satu sama lain; 2. Ditinjau dari skala usaha, usaha kecil mempunyai skala ekonomi yang ke- cil, baik modal, penggunaan tenaga kerja, maupun orientasi pasarnya. Se- 76 76 hingga hal itu dapat menyulitkan usaha kecil dalam mencapai efisiensi bi- aya pada jangka panjang; 3. Ditinjau dari segi strategi, strategi pada usaha kecil dipengaruhi oleh kon- disi lingkungan yang sering berubah-ubah secara cepat; 4. Ditinjau dari segi kepemilikan, pengusaha kecil pada umumnya sebagai pemilik yang merangkap pengelola. Status rangkap ini kurang mengun- tungkan karena menyebabkan terjadinya konflik kepentingan antara ke- pentingan pribadi dan perusahaan; 5. Ditinjau dari segi tenaga kerja, sumber tenaga kerja pada umumnya be- rasal dari keluarga atau kelompok sosial budaya etnis, geografis yang sama. Usaha kecil seringkali merupakan usaha mandiri yang tidak menun- tut tenaga kerja dengan keterampilan tinggi sehinggga umumnya tenaga kerja pada usaha kecil mempunyai kelemahan dalam latar belakang akademisi, kaderisasi, keterampilan, dan kurangnya wawasan perkemban- gan di luar; 6. Ditinjau dari segi profesionalisme usaha, pola kerja pad umumnya part- time dan merupakan usaha sampingan dari kegiatan ekonomi lainnya. Hal ini mendorong sering terjadinya intensitas perubahan usaha sehingga sulit untuk membangun spesialisasi atau profesionalisme usaha; 7. Ditinjau dari segi teknologi, memiliki kemampuan terbatas dalam men- gadopsi teknologi. Teknologi yang digunakan pada umumnya out of date sehinggga mudah diungguli pesaing. Selain itu, usaha kecil juga mengala- mi kesulitan manajerial maupun financial dalam pengembangan teknologi; 8. Ditinjau dari permodalan, struktur permodalan sangat tergantung kepada modal sendiri dan lingkungan pribadi. Kemampuan untuk memperoleh modal dari luar rendah karena keterbatasan administrasi; 9. Ditinjau dari segi poduk, terjadinya ketidakstabilan produk dan adanya ke- cenderungan untuk mencari keuntungan jangka pendek sehingga menim- bulkan tindakan spekulatif, saling meniru dan terjadi persaingan yang tidak sehat. Selain itu, usaha kecil memiliki produktivitas yang rendah dan sulit untuk mengembangkan desain produk; 77 77 10. Ditinjau dari segi pemasaran, kemampuan pemasaran dan negosiasi serta diversifikasi pasar sangat terbatas sehingga marjin usaha cenderung tipis; 11. Ditinjau dari segi keuangan, manajemen keuangan usaha kecil masih belum tertata dengan baik dan belum ada pembedaan antara konsumsi rumah tangga dan biaya produksi usaha; 12. Ditinjau dari segi administratif, pembukuan usaha kecil relative sederhana dan cenderung mengikuti kaidah pembukuan standar sehingga menyulitkan penilaian kinerja perusahaan. Menurut Marbun dalam Fitriati 2004, keunggulan perusahaan kecil di Indonesia antara lain : 1. Pengalaman bisnis sederhana 2. Tidak birokratis dan mandiri 3. Cepat tanggap dan fleksibel 4. Cukup dinamis, ulet, dan mau bekerja keras 5. Tidak boros Selain itu, perusahaan kecil merupakan salah satu sendi kehidupan ekonomi Indonesia, karena : 1. Perusahaan kecil menyediakan lapangan kerja untuk berjuta-juta rakyat In- donesia 2. Perusahaan kecil ikut membayar pajak 3. Perusahaan kecil merupakan ujung tombak industri nasional 4. Perusahaan kecil menjadi pedagang perantara dan pengumpul hasil panen petani 5. Perusahaan kecil memproduksi banyak sector kebutuhan pokok rakyat banyak Kelemahan perusahaan kecil menurut Marbun dalam Fitriati 2004, dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Tidak atau jarang mempunyai perencanaan tertulis 2. Tidak berorientasi atau berpedoman ke masa depan, melainkan pada hari kemarin atau hari ini 3. Manager tidak memiliki pendidikan yang tepat atau relevan 4. Tanpa pembukuan yang teratur dan neraca rugi laba 78 78 5. Tidak mengadakan analisis pasar yang up to date atau tepat waktu dan mu- takhir 6. Kurang spesialisasi atau diversifikasi berencana 7. Jarang mengadakan pembaharuan inovasi 8. Tidak atau jarang melakuakan kaderisasi tenaga kerja 9. Keluarga sentris 10. Cepat puas diri 11. Kurang tanggap pada teknologi modern 12. Kurang pengetahuan mengenai hokum dan peraturan Wijaya 1998, menyatakan bahwa banyaknya masalah yang dihadapi oleh usaha kecil dapat dikatakan bersumber dari lemahnya manajemen usaha kecil, sementara sebagai usaha yang terus tumbuh dan berkembang diperlukan manajemen yang efektif dan efisien. Masalah-masalah yang harus diatasi usaha kecil dalam bidang manajemen adalah sebagai berikut : 1. Pola manajemen yang sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangan usaha sulit ditemukan, antara lain karena pengetahuan dan keahlian mana- jemen pengusaha kecil relative rendah. Akibatnya pengusaha kecil belum mampu menyusun strategi bisnis yang tepat; 2. Pemisahan antara manajemen keuangan perusahaan dan keluarga atau rumah tangga belum dilakukan, sehingga pengusaha kecil mengalami ke- sulitan dalam mengontrol dan mengatur cash flow, serta dalam pembuatan perencanaan dan laporan keuangan; 3. Kemampuan pengusaha kecil dalam mengorganisasikan diri dan karyawan yang masih lemah, sehingga terjadi pembagian kerja yang tidak jelas dan seringkali pengusaha harus bertindak one man show; 4. Pelatihan tentang manajemen dari berbagai instansi kurang efektif karena materi yang terlalu banyak tetapi tidak sesuai dengan kebutuhan, serta tidak ada kegiatan pendamping pasca pelatihan 5. Produktivitas karyawan masih rendah sehingga pengusaha kecil sulit memenuhi ketentuan Upah Minimum Regional UMR. Rendahnya pro- duktivitas ini antara lain karena tingkat pendidikan, etos kerja, disiplin, tanggung jawab dan loyalitas karyawan masih rendah. 79 79

M. PERUSAHAAN KOMANDITER CV