BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan aspek yang sangat mendasar bagi kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Pendidikan yang baik dapat melahirkan sumber daya
manusia yang handal dalam bidangnya untuk membantu pembangunan nasional. Semua ini dapat tercapai, jika ada hubungan yang sinergis antara masyarakat,
pemerintah dan penyelenggara pendidikan Ardianti, 2012: 219-243. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah
lemahnya proses pembelajaran. Indikasi lemahnya proses pembelajaran dapat terlihat dari penggunaan metodestrategi pembelajaran yang kurang tepat. Hasil
observasi penulis selama melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan 1 PPL 1 di SMP Negeri 2 Boja menyatakan bahwa sebagian besar guru sains khususnya
guru fisika dalam menyampaikan materi pembelajaran masih menggunakan metode ceramah, latihan soal dan tidak berbasis inkuiri. Berdasarkan pangamatan
pada saat proses pembelajaran dengan metode ceramah berlangsung, siswa hanya berinteraksi dengan guru saja yaitu sebatas belajar dan mengajar, tetapi interaksi
dengan siswa lain sangat kurang. Mereka hanya terpaku pada penjelasan guru, siswa tidak berusaha untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dan tidak
berinteraksi dengan siswa lain untuk bekerjasama saling mendiskusikan materi yang terkait secara berkelompok. Siswa cenderung bekerja secara individual
terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Siswa tidak diberi kesempatan
untuk mengungkapkan idegagasan yang dimilikinya kemudian dibandingkan dengan pendapat siswa yang lain untuk didiskusikan dalam menyelesaikan
permasalahan yang
dihadapi. Proses pembelajaran seperti ini dapat mengakibatkan siswa bersifat individual, mereka hanya mementingkan diri sendiri
untuk memperebutkan nilai yang terbaik, sehingga proses pembelajaran seperti arena kompetisi. Hal ini dapat mengakibatkan pada masa yang akan datang siswa
menjadi sulit bergaul dan bekerjasama dengan orang lain. Covey 1997 memandang bahwa keberhasilan bukan buah dari kompetisi tetapi dari kerjasama.
Komponen yang akan menentukan keberhasilan suatu proses pembelajaran salah satunya adalah kualitas hasil belajar. Hasil belajar merupakan perwakilan
dari penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan peserta didik setelah melalui proses pembelajaran. Hasil belajar tidak hanya dilihat dari nilai
akhir yang diperoleh siswa, melainkan juga proses pembelajaran itu sendiri Ikmah, 2012: 1-7.
Berdasarkan hasil observasi, proses pembelajaran fisika di SMP Negeri 2 Boja tidak berbasis inkuiri, hal ini mengakibatkan pembelajaran yang hanya
bersifat sebagai produk saja yaitu siswa hanya menghafalkan rumus dan teori. Pembelajaran fisika sebagai proses yaitu sikap dan aplikasi tidak tersentuh sama
sekali. Di dalam proses pembelajaran siswa seharusnya mengalami sendiri, memikirkan sendiri, membuktikan sendiri, dan mengalami sendiri proses berpikir,
sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah,
dan meniru cara ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta baru Nuryani, 2013: 1-5.
Keadaan inilah yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah, akibat dari proses pembelajaran yang kurang optimal. Terbukti dengan presentase tinggi rata-
rata siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM Kriteria Ketuntasan Minimum. Presentase rata-rata hasil belajar fisika kelas VII dapat dilihat dari
hasil ulangan akhir semester 1 yang menunjukkan angka sebesar 58,31 dengan siswa yang tuntas sebesar 12,5, sedangkan siswa yang tidak tuntas mencapai
87,5. Batas nilai standar KKM mata pelajaran IPA di SMP Negeri 2 Boja yaitu 68. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran fisika di kelas VII belum
optimal untuk materi fisika secara keseluruhan, terlihat pada hasil ulangan akhir semester 1 yang masih rendah.
Berdasarkan hasil observasi pra penelitian dan hasil belajar siswa yang rendah, pembelajaran fisika dikelas VII SMP Negeri 2 Boja perlu dilakukan
sebuah inovasi pembelajaran yang dapat membuat sebuah proses pembelajaran dapat diterima oleh siswa dengan baik, disukai dan dapat mempermudah siswa
dalam pembelajaran. Selain itu juga dengan adanya inovasi dalam pembelajaran diharapkan dapat merangsang siswa agar dapat mengembangkan kemampuannya
dan aktif dalam pembelajaran. Dari hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Okta Fiana
Safitri terkait dengan “Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individulization dengan Pendekatan Peta Konsep untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Fisika Siswa SMP Negeri 1 Ambarawa”. Hasil penelitian menunjukkan
sebelum diberi perlakuan rata-rata hasil belajar kelompok kendali menunjukkan angka sebesar 49,16 sedangkan kelompok eksperimen menunjukkan angka
sebesar 48,31. Hasil penelitian hasil belajar setelah diberi perlakuan pada kelompok kendali dengan metode demonstrasi dan diskusi kelas menunjukkan
angka 65,03 dan kelas eksperimen dengan model kooperatif tipe Teams Assisted Individulization menunjukkan angka sebesar 72,38. Dari hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa ada suatu peningkatan hasil belajar yang signifikan dengan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individulization.
Mengacu pada hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, peneliti berinisiatif untuk menerapkan model kooperatif tipe Teams Assisted
Individulization di kelas VII SMP Negeri 2 Boja sebagai inovasi dalam pembelajaran yang diharapkan dengan diterapkannya model ini dapat
meningkatkan kerjasama dalam kelompok dan hasil belajar siswa. Model pembelajaran Teams Assisted Individulization merupakan salah satu
bentuk pembelajaran kooperatif yang berarti siswa ditempatkan dalam kelompok- kelompok kecil yang heterogen, antara lain dalam hal nilai akademiknya. Adapun
keuntungan dari pembelajaran kooperatif dalam Teams Assisted Individulization yaitu pembelajaran kooperatif merupakan upaya pemberdayaan teman sejawat,
meningkatkan interaksi antar siswa, serta hubungan yang saling menguntungkan antar mereka. Siswa yang pandai dapat membantu temannya yang merasa
kesulitan dalam pembelajaran. Siswa dalam kelompok akan belajar mendengar ide atau gagasan orang lain, berdiskusi setuju atau tidak setuju, menawarkan, atau
menerima kritikan yang membangun, dan siswa tidak merasa terbebani ketika
ternyata pekerjaannya salah. Siswa bekerja dalam kelompok saling membantu untuk menguasai bahan ajar. Keuntungan dari pembelajaran individual dalam
Teams Assisted Individulization, pembelajaran individual mendidik siswa untuk belajar mandiri, tidak menerima pelajaran secara mentah dari guru. Melalui
pembelajaran individual ini, siswa akan dapat mengeksplorasi pengetahuan dan pengalamannya sendiri untuk mempelajari materi pelajaran, sehingga siswa
mengalami pembelajaran secara bermakna meaningful learning sesuai faham konstruktivisme.
Metode pembelajaran Teams Assisted Individualization akan memotivasi siswa saling membantu anggota kelompoknya sehingga tercipta semangat dalam
sistem kompetisi dengan lebih mengutamakan peran individu tanpa mengorbankan aspek kooperatif Ariani, 2008: 59-69.
Dengan adanya pembentukan kelompok diharapkan dapat menumbuhkan keterampilan sosial diantara siswa dalam kelompok tersebut. Keterampilan yang
dimaksud adalah keterampilan bekerjasama dalam kelompok. Dengan bekerjasama akan membuat seseorang mampu melakukan lebih banyak hal
daripada jika bekerja sendirian Nurnawati,2012:1-7. Selain itu dengan bekerjasama segala kesulitan dan permasalahan dalam pembelajaran dapat diatasi
dengan cara saling membantu sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis telah melakukan penelitian
tentang
“Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Assisted Individualization TAI pada Mata Pelajaran IPA d
i SMP Negeri 2 Boja”.
1.2 Rumusan Masalah