S
1
= Simpangan baku kelompok eksperimen S
2
= Simpangan baku kelompok kendali = Varian kelompok eksperimen
= Varian kelompok kendali Kriteria pengujian
Harga tersebut dibandingkan dengan harga t
tabel
dengan dk = n
1
+ n
2
– 2 dan taraf kesalahan 5. Jika
, maka Ho ditolak dan Ha diterima Sugiyono, 2004: 119, hal ini mengandung arti bahwa adanya peningkatan hasil
belajar fisika disebabkan karena ada perlakuan.
d. Uji Peningkatan Rata-Rata Hasil belajar Uji Gain
Uji Gain digunakan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan setelah diberi perlakuan. Rumus Gain yang digunakan
adalah sebagai berikut:
Keterangan: : skor rata-rata pre test
: skor rata-rata post test Untuk kategorisasi Gain peningkatan hasil belajar adalah sebagai berikut:
: Tinggi 0,7
: Sedang : Rendah
e. Analisis Lembar Observasi
Analisis lembar observasi untuk menilai kemampuan afektif kerjasama siswa dan psikomotorik siswa menggunakan analisis rata-rata dan analisis
presentase. Untuk analisis persentase digunakan rumus distribusi persentase, yaitu:
NP = Keterangan :
NP : prosentase nilai siswa yang diperoleh n : jumlah skor yang diperoleh
N : jumlah skor maksimal Purwanto, 2000: 102
Hasil tersebut kemudian ditafsirkan dengan tentang kualitatif, yaitu ; 76 - 100 = Baik Sekali
51 - 75 = Baik
26 - 50 = Cukup
0 - 25 = Kurang
58
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VII Semester 2 SMP Negeri 2 Boja tahun pelajaran 20122013 yang terdiri dari delapan kelas. Sampel
penelitian sebanyak 2 kelas. Pengumpulan data dan penelitian yang telah dilakukan pada pelajaran fisika materi pokok gerak pada kelas VII diperoleh hasil
sebagai berikut.
4.1.1 Hasil Uji Coba Instrumen Tes
Analisis instrumen yang digunakan dalam metode tes antara lain uji validitas, uji reliabilitas, uji tingkat kesukaran, dan uji daya beda. Pengujian
validitas instrumen butir soal dilakukan dengan rumus point biseral corelation. Butir soal dalam penelitian ini berjumlah 40 butir soal. Berdasarkan analisis uji
validitas butir soal diperoleh hasil bahwa dari 40 butir soal objektif yang diujikan terdapat 34 soal yang dinyatakan valid r
pbis
≥ r
tabel
, dan 6 butir soal dinyatakan tidak valid r
pbis
≤ r
tabel
, pada taraf signifikan 5 maka diperoleh r
tabel
sama dengan 0,316. Perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 8.
Reliabilitas butir soal dalam penelitian ini menggunakan uji reliabilitas teknik Kuder Richardson-20 KR-20. Butir-butir soal yang valid atau sahih diuji
kehandalannya reliabilitasnya menggunakan uji reliabilitas. Berdasarkan perhitungan uji coba soal didapatkan
0,806. Dengan 5 dengan n = 30
diperoleh 0,316. Karena
maka dapat disimpulkan bahwa
soal uji coba tersebut termasuk reliabel. Perhitungan reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9.
Hasil perhitungan tingkat kesukaran butir soal dari empat puluh soal uji coba diperoleh beberapa kategori tingkat kesukaran soal. Pada kriteria sukar 0,00
– 0,30 terdapat 4 butir soal, kriteria sedang 0,30 – 0,70 terdapat 18 butir soal, dan kriteria mudah 0,70
– 1,00 terdapat 18 butir soal. Hasil perhitungan tingkat kesukaran dapat dilihat pada Lampiran 10.
Penentuan daya pembeda diawali dengan menggunakan skor seluruh peserta dari skor teratas sampai skor terbawah, yang kemudian dibagi menjadi dua
kelompok. Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda soal dari empat puluh butir soal uji coba didapat beberapa tingkat daya beda soal. Pada kriteria baik
0,41 – 0,70, terdapat 2 butir soal, kriteria cukup 0,21 – 0,40, terdapat 30 soal,
kriteria jelek 0,00 – 0,20, terdapat 7 soal dan kriteria sangat jelek 0,00,
terdapat 1 soal. Hasil perhitungan daya beda soal dapat dilihat pada Lampiran 11. Penentuan instrumen berdasarkan hasil perhitungan analisis validitas,
reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal, diperoleh butir soal uji coba yang layak digunakan sebagai instrumen dalam pengambilan data pada penelitian
ini sebanyak tiga puluh butir soal. Soal yang dipakai dalam penelitian adalah soal yang memenuhi kriteria valid, reliabel, taraf kesukaran dengan klasifikasi mudah,
sedang, dan sukar serta daya pembeda dengan klasifikasi baik dan cukup. Soal uji coba yang memenuhi kriteria tersebut dan dipakai sebagai instrumen tes dapat
dilihat pada Lampiran 7.
4.2 Hasil Analisis Data Hasil Belajar
4.2.1 Tahap Awal
Hasil uji homogenitas dari skor ulangan umum semester 1 kelas VII yang berjumlah delapan kelas diperoleh
28,969. Sedangkan pada 5
dengan dk = 28 diperoleh 41, 337. Karena
, maka kedelapan sampel tersebut mempunyai varians yang sama homogen. Untuk
perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Berdasarkan uji homogenitas didapatkan seluruh kelas VII homogen
sehingga dapat digunakan sebagai sampel. Teknik penentuan perlakuan untuk sampel menggunakan sampel acak sederhana simple random sampilng dengan
cara diundi sehingga diperoleh dua kelas yaitu VII G dan VII H. Kelas VII G sebagai kelas kendali diberi perlakuan dengan metode ceramah-demonstrasi,
sedangkan kelas VII H sebagai kelas eksperimen diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization.
4.2.2 Tahap Akhir
Analisis data akhir bertujuan untuk menjawab hipotesis yang telah dirumuskan. Data yang digunakan dalam analisis data akhir yaitu hasil pre-test
dan post-test kelompok eksperimen dan kelompok kendali. Ada beberapa pengujian pada tahap akhir yaitu uji normalitas, uji kesamaan dua varians, uji
perbedaan dua rata-rata, uji peningkatan hasil belajar dan uji lembar observasi. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang akan
dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas juga digunakan untuk
mengetahui uji selanjutnya apakah menggunakan statistik parametrik atau statistik non parametrik. Dalam uji normalitas rumus yang digunakan adalah rumus Chi
Kuadrat. Hipotesis yang diuji yaitu Ho : kelompok subjek penelitian berdistribusi
normal dan Ha : kelompok subjek penelitian tidak berdistribusi normal. Kriteria pengujiannya jika
dengan derajat kebebasan dk = k-3 dengan taraf signifikan 5 maka data berdistribusi normal. Hasil perhitungan uji
normalitas hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kendali sebelum dan setelah perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan 4.2
Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Data Pre-test Kelas
K Kriteria
Simpulan Eksperimen
3,73 6
7,81 Ho diterima
Kendali 4,02
6 7,81
Ho diterima
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Post-test Kelas
K Kriteria
Simpulan Eksperimen
5,56 6
7,81 Ho diterima
Kendali 5,93
6 7,81
Ho diterima
Dari tabel diatas terlihat bahwa maka dapat
disimpulkan bahwa kedua kelas sampel berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya mengenai uji normalitas hasil belajar kelas eksperimen dan kendali
dapat dilihat pada Lampiran 28.
Tujuan dari uji kesamaan dua varians adalah untuk mengetahui kedua kelas mempunyai keadaan awal yang sama atau tidak. Hipotesis yang diuji yaitu
Ho : kelompok subjek penelitian homogen dan Ha : kelompok subjek penelitian tidak homogen. Kriteria yang digunakan dalam uji kesamaan dua varians adalah
kelompok varians sama jika Hasil perhitungan uji kesamaan dua varians data hasil pre-test dan data
hasil post-test kelas eksperimen dan kelas kendali dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan 4.4
Tabel 4.3 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Pre-test
Kelas Varians
Jumlah Siswa
Eksperimen 93,06
32 1,65
2,05 Kendali
56,32 32
Tabel 4.4 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Post-test
Kelas Varians
Jumlah Siswa
Eksperimen 122,98
32 0,73
2,05 Kendali
167,35 32
Dari tabel di atas terlihat bahwa maka dapat disimpulkan
bahwa kedua kelas sampel memiliki varians yang sama atau dengan kata lain
kedua kelas sampel homogen. Perhitungan selengkapnya mengenai uji kesamaan dua varians hasil belajar dapat dilihat pada Lampiran 32 dan 33.
Setelah diberi tes akhir yang sama pada kelompok eksperimen dan kendali, maka dari data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan maksud untuk
pengujian hipotesis. Dari analisis data yang diperoleh bahwa rata-rata kelompok eksperimen sebesar 75,28 dan rata-rata kelompok kendali sebesar 64,50.
Berdasarkan perhitungan uji perbedaan dua rata-rata pihak kanan diperoleh hasil bahwa tingkat signifikan data post-test diperoleh dari hasil
= 3,37 yang dikonsultasikan ke dengan derajat kebebasan dk = 62
dan taraf signifikan 5 sebesar 1,999. Dengan demikian harga .
Hal ini berarti ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kendali. Perhitungan lebih jelasnya dapat dilihat di
Lampiran 34. Uji peningkatan rata-rata pemahaman bertujuan untuk mengetahui besar
peningkatan rata-rata hasil belajar sebelum diberi perlakuan dan setelah mendapat perlakuan. Peningkatan rata-rata pemahaman siswa kelas eksperimen dan kelas
kendali dapat dilihat pada Tabel 4.5 Tabel 4.5 Hasil Uji Peningkatan Rata-Rata Hasil Belajar Kognitif
Kelas Rata-Rata Pre-test
Rata-Rata Post-test Gain
Eksperimen 49,09
75,28 0,51
Kendali 44,47
64,50 0,36
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa peningkatan hasil belajar kelompok eksperimen dan kendali termasuk dalam kategori yang sedang. Perhitungan
selengkapnya mengenai uji gain hasil belajar dapat dilihat ada Lampiran 35. Peningkatan hasil belajar afektif dan psikomotorik dapat dilihat pada Tabel
4.6 dan 4.7. Tabel 4.6 Hasil Uji Peningkatan Rata-Rata Hasil Belajar Afektif
Kelas Rata-Rata Awal
Rata-Rata Akhir
Gain
Eksperimen 58,67
78,91 0,48
Kendali 27,58
35,31 0,11
Tabel 4.7 Hasil Uji Peningkatan Rata-Rata Hasil Belajar Psikomotorik
Kelas Rata-Rata Awal
Rata-Rata Akhir Gain
Eksperimen 66,25
78,44 0,36
Kendali 38,75
45,47 0,11
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa peningkatan hasil belajar kelompok eksperimen termasuk kategori sedang dan kendali termasuk dalam kategori
rendah. Perhitungan selengkapnya mengenai uji gain hasil belajar afektif dan psikomotorik dapat dilihat pada Lampiran 46 dan 53.
4.2.3 Hasil Belajar Kognitif
Hasil belajar kognitif siswa adalah pemahaman siswa pada materi gerak. Hasil belajar kognitif siswa ini diukur menggunakan instrumen test. Setelah kedua
kelas diberikan pre-test, kelas eksperimen mendapat pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization dan kelas kendali mendapat pembelajaran
pembelajaran dengan metode ceramah-demonstrasi. Hasil pre-test dan post-test siswa dapat digambarkan dalam tabel seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.8 dan
dalam diagram batang pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2. Perhitungan selengkapnya dimuat pada Lampiran 26 dan 27.
Tabel 4.8 Hasil Belajar Kognitif Siswa
Hasil Tes Kelas Eksperimen
Kelas Kendali Pre-test
Post-test Pre-test
Post-test Nilai rata-rata
49,09 75,28
44,47 64,50
Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa pada kelas eksperimen nilai pre- test menunjukkan angka sebesar 49,09 dan post-test 75,28. Pada kelompok
49.09 44.47
75.28 64.5
10 20
30 40
50 60
70 80
kelas eksperimen kelas kendali
pretest postest
Gambar 4.1 Diagram Batang Hasil Belajar Kognitif Siswa
kendali nilai pre-test menunjukkan angka sebesar 44,47 dan post-test 64,50. Dari tabel dan gambar diatas menunjukkan bahwa kelas eksperimen memberikan hasil
belajar kognitif dan peningkatan yang lebih baik daripada kelompok kendali. Dari hasil uji gain normal, peningkatan rata-rata hasil belajar kelas
eksperimen termasuk kategori peningkatan sedang dengan nilai 0,51 demikian juga kelas kendali, mengalami peningkatan sedang dengan nilai gain 0,36.
4.2.4 Hasil Belajar Afektif
Ranah afektif disini dikhususkan pada kerjasama siswa dalam kelompok. Aspek yang diamati dalam penilaian afektif pada penelitian ini yaitu meliputi
bertanya, menjawabmenanggapi
pertanyaan, mengemukakan
pendapat, menghargai kontribusi, mendengarkan dengan arif, tidak mendominasi pengerjaan
tugas kelompok, meminta orang lain untuk berbicara, interaksi antar siswa, memberi penjelasan materi, dan menggunakan kesepakatan. Berdasarkan hasil
0.51 0.36
0.00 0.10
0.20 0.30
0.40 0.50
0.60
k.eksperimen k.kendali
k. eksperimen k.kendali
Gambar 4.2 Diagram Batang Peningkatan Rata-Rata Hasil Belajar Kognitif
penelitian, diperoleh data hasil belajar afektif kerjasama dalam kelompok pada kelas eksperimen dan kelas kendali sebagai berikut.
Tabel 4.9 Nilai Hasil Belajar Afektif Kelas Eksperimen dan Kendali Kelompok kendali
Kelompok Eksperimen I
III III
I III
III 27,58
31,56 35,31 58,67 71,48 78,91
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa nilai hasil belajar afektif siswa pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kendali.
Rata-rata hasil belajar afektif siswa kelompok eksperimen pada pertemuan pertama sebesar 58,67, pertemuan kedua 71,48 sedangkan pada pertemuan
ketiga sebesar 78,91. Rata-rata hasil belajar afektif siswa kelompok kendali pada pertemuan pertama sebesar 27,58, pertemuan kedua 31,56 sedangkan
58.67 71.48
78.91
27.58 31.56
35.31
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
60.00 70.00
80.00 90.00
pertemuan 1 pertemuan 2
pertemuan 3 eksperimen
kendali
Gambar 4.3 Diagram Batang Rata-Rata Hasil Belajar Afektif
pada pertemuan ketiga sebesar 35,31. Dari data tersebut terlihat bahwa rata-rata hasil belajar afektif siswa pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada
kelompok kendali. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang hasil belajar afektif siswa yang signifikan antara pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization TAI dengan pembelajaran metode ceramah-demonstrasi. Perhitungan selengkapnya mengenai
analisis hasil belajar afektif dapat dilihat pada Lampiran 40. Untuk lebih jelasnya perbedaan hasil belajar aspek afektif siswa dapat dilihat dalam diagram batang
pada Gambar 4.3 Untuk peningkatan setiap aspeknya pada kelas eksperimen dan kelas
kendali dapat dilihat pada Tabel 4.10 dan diagram batang pada Gambar 4.4 dan 4.5
Tabel 4.10 Nilai Rata-Rata setiap Aspek Hasil Belajar Afektif
No. Aspek
Kelompok Eksperimen Kelompok Kendali
I II
III I
II III
1 Bertanya
48,44 75,78
78,91 48,44
54,69 70,31
2 Menjawabmenanggapi
pertanyaan orang lain 50,78
66,41 75,78
57,03 69,53
70,31
3 Mengemukakan
pendapat 50,78
65,63 76,56
50 56,25
71,88
4 Mendengarkan dengan
arif 69,53
77,34 79,69
67,97 69,3
71,09
5 Meminta orang lain
untuk berbicara 53,13
61,72 75,78
52,34 65,63
69,53
48.44 50.78
50.78 69.53
53.13 75.78
66.41 65.63
77.34 61.72
78.91 75.78
76.56 79.69
75.78
10 20
30 40
50 60
70 80
90
1 2
3 4
5 pertemuan 1
pertemuan 2 pertemuan 3
48.44 57.03
50 67.97
52.34 54.69
69.53 56.25
69.53 65.63
70.31 70.31
71.88 71.09
69.53
10 20
30 40
50 60
70 80
1 2
3 4
5 pertemuan 1
pertemuan 2 pertemuan 3
Gambar 4.5 Peningkatan Rata-Rata setiap Aspek Afektif Kelas Kendali Gambar 4.4 Peningkatan Rata-Rata setiap Aspek Afektif Kelas Eksperimen
Tabel 4.11 Nilai Rata-Rata setiap Aspek Kerjasama Kelompok
No. Aspek
Kelompok Eksperimen I
II III
1. Menghargai Kontribusi
53,13 71,09
73,44 2.
Tidak mendominasi pengerjaan tugas kelompok
68,75 70,31
81,25
3. Interaksi antar siswa
63,28 74,22
82,81 4.
Memberi penjelasan materi 57,03
72,66 81,25
5. Menggunakan kesepakatan
71,88 79,69
83,59
4.2.5 Hasil Belajar Psikomotorik
Aspek yang diamati dalam penelitian ini pada kelompok eksperimen meliputi merangkai alat dan bahan, melakukan percobaan, mengamati,
menyampaikan hasil percobaan dan menyimpulkan. Pada kelompok kendali dengan metode ceramah-demonstrasi hanya ada tiga aspek yang diukur yaitu
53.13 68.75
63.28 57.03
71.88 71.09
70.31 74.22
72.66 79.69
73.44 81.25
82.81 81.25
83.59
10 20
30 40
50 60
70 80
90
1 2
3 4
5 pertemuan 1
pertemuan 2 pertemuan 3
Gambar 4.6 Peningkatan Rata-Rata setiap Aspek Kerjasama Kelas Eksperimen
menuliskan hasil
pengamatan, menyampaikan
hasil pengamatan
dan menyimpulkan, sedangkan untuk aspek merangkai alat dan bahan, dan aspek
melakukan percobaan tidak diukur. Berdasarkan penelitian, diperoleh data hasil belajar psikomotorik kelas eksperimen dan kelas kendali.
Tabel 4.12 Nilai Hasil Belajar Psikomotorik Kelas Eksperimen dan Kelas Kendali Kelompok kendali
Kelompok Eksperimen I
III III
I III
III 38,75
40,31 45,47 66,25 72,97 78,44
Perhitungan selengkapanya mengenai analisis hasil belajar afektif dapat dilihat pada Lampiran 47. Untuk lebih jelasnya perbedaan hasil belajar aspek
afektif siswa dapat dilihat dalam diagram batang pada Gambar 4.7
Untuk peningkatan setiap aspeknya pada kelas eksperimen dan kelas kendali dapat dilihat pada Tabel 4.13 dan dalam diagram batang pada gambar 4.8 dan 4.9
66.25 72.97
78.44
38.75 40.31
45.47
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
60.00 70.00
80.00 90.00
pertemuan 1 pertemuan 2
pertemuan 3 eksperimen
kendali
Gambar 4.7 Diagram Batang Rata-Rata Hasil Belajar Psikomotorik
Tabel 4.13 Nilai Rata-Rata setiap Aspek Hasil Belajar Psikomotorik
No. Aspek
Kelompok Eksperimen Kelompok Kendali
I II
III I
II III
1 Merangkai alat dan
bahan 71,09
78,91 85,16
- -
- 2
Melakukan percobaan
62,50 68,75
70,31 -
- -
3 Mengamati
menuliskan hasil percobaan
64,84 70,31
76,56 65,63
66,41 74,22
4 Menyampaikan
hasil percobaan 67,97
68,75 79,69
62,50 67,97
75,78 5
Menyimpulkan hasil percobaan
64,84 78,13
80,47 65,63
67,18 77,34
71.09 62.5
64.84 67.97
64.84 78.91
68.75 70.31
68.75 78.13
85.16 70.31
76.56 79.69
80.47
10 20
30 40
50 60
70 80
90
1 2
3 4
5 pertemuan 1
pertemuan 2 pertemuan 3
Gambar 4.8 Peningkatan Rata-Rata setiap Aspek Psikomotorik Kelas Eksperimen
4.2 Pembahasan
Sebelum penelitian ini dilaksanakan, penulis terlebih dahulu melakukan analisis tahap awal dengan mengambil populasi siswa kelas VII semster II SMP
Negeri 2 Boja tahun ajaran 20122013. Kelas VII terdiri atas delapan kelas yaitu kelas VII A sampai VIIH. Dari kedelapan kelas ini kemudian dilakukan uji
homogenitas untuk pengambilan kelas sampel. Setelah pengujian homogenitas, didapatkan hasil yaitu
dengan 28,969 dan
= 41,337. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kedelapan kelas tersebut merupakan populasi yang homogen. Dari hasil perhitungan tersebut diambil dua
sampel, teknik pengambilan sampel adalah dengan cara random sampling yaitu memilih dua kelas secara acak tanpa melihat strata masing-masing kelas sehingga
penulis dapat menetapkan kelas VII G sebagai kelas kendali dan kelas VII H sebagai kelas eksperimen.
65.63 62.5
65.63 66.41
67.97 67.18
74.22 75.78
77.34
10 20
30 40
50 60
70 80
90
3 4
5 pertemuan 1
pertemuan 2 pertemuan 3
Gambar 4.9 Peningkatan Rata-Rata setiap Aspek Psikomotorik Kelas Kendali
Sebelum dilaksanakan penelitian, penulis sebelumnya telah melakukan observasi pada saat PPL I pada tempat yang sama yaitu di kelas VII SMP Negeri
2 Boja. Hasil observasi menunjukkan bahwa pada saat proses pembelajaran berlangsung guru mengajar dengan cara metode ceramah sehingga sebagian besar
siswa banyak yang berbicara dengan teman sendiri tidak memperhatikan penjelasan guru. Siswa juga tidak diajak untuk berfikir dan berdiskusi terkait
dengan materi pembelajaran sehingga tidak ada kerjasama kelompok dalam berdiskusi dan tidak ada timbal balik antara guru maupun siswa. Hal inilah yang
menyebabkan siswa menjadi bosan pada saat proses pembelajaran berlangsung, dan dapat mengakibatkan pembelajaran menjadi tidak efektif dan efisien.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams Asisted Individualization dapat meningkatkan
hasil belajar terutama pada aspek kognitif, afektif dikhususkan untuk kerjasama dalam kelompok dan aspek psikomotorik pada pokok bahasan gerak. Kemudian
model ini akan dibandingkan dengan metode yang biasa dilakukan oleh guru fisika pada saat mengajar di SMP Negeri 2 Boja yaitu metode ceramah-
demonstrasi. Sebelum penelitian, penulis memberikan pre-test terhadap kelas kendali
dan kelas eksperimen. Tujuannya adalah untuk mengetahui kemampuan awal masing-masing siswa sebelum diberi perlakuan dengan model pembelajaran yang
akan diterapkan. Hasil pre-test digunakan untuk menentukan normalitas dan homogenitas kedua kelas yang dijadikan sampel penelitian. Hasilnya
menunjukkan kedua kelas berdistribusi normal dan homogen, sehingga dapat
diketahui bahwa kedua kelas tersebut dalam menerima materi beranjak dari pemahaman yang sama sebelum penerapan pembelajaran yang ditetapkan.
Pertemuan pertama, mula-mula kelas eksperimen diberi materi secara singkat oleh penulis kemudian masing-masing kelompok diberi sebuah Lembar
Diskusi Siswa dan setiap kelompok melakukan percobaan mengenai jarak, perpindahan, dan kelajuan. Pertemuan kedua siswa melakukan percobaan
mengenai Gerak Lurus beraturan GLB dengan alat ticker timer dan mobil mainan, percobaan ini dilakukan untuk membuktikan bahwa GLB mempunyai
kecepatan yang konstan dan diharapkan siswa dapat menggambar grafik jarak terhadap waktu s-t maupun grafik kecepatan terhadap waktu v-t. Pada
pertemuan yang ketiga siswa melakukan percobaan mengenai Gerak Lurus Berubah Beraturan GLBB, alat dan bahannya masih sama yaitu dengan
menggunakan ticker timer bedanya adalah pada percobaan GLBB ini menggunakan papan luncur untuk memperoleh percepatan dari mobil tersebut,
percobaan ini dilakukan untuk membuktikan bahwa GLBB mempunyai kecepatan yang berubah-ubah sehingga diharapkan siswa juga dapat menggambar grafik
kecepatan terhadap waktu. Pada saat melakukan diskusi siswa dalam masing-masing kelompok yang
mempunyai kemampuan lebih dalam melakukan percobaan dan menguasai materi diharapkan dapat membantu temannya dalam satu kelompok yang merasa
kesulitan dalam memahami materi yang terkait pada setiap pertemuan. Dari hal itulah mereka akan saling menguntungkan. Siswa yang berkemampuan lebih
dapat menambah wawasan yang lebih dan siswa yang merasa kesulitan dapat
terbantu sehingga dapat lebih menguasai materi yang terkait. Dari percobaan dan diskusi yang dilakukan oleh siswa tersebut dapat dinilai aspek psikomotorik dan
kerjasamanya melalui observer. Setelah berdiskusi, masing-masing kelompok mempresentasikan di depan kelas untuk menyampaikan hasil percobaan yang
telah dilakukan. Perlakuan yang diberikan pada kelompok kendali yaitu dengan metode
ceramah-demonstrasi. Penulis memberikan materi secara keseluruhan kemudian dilanjutkan dengan demonstrasi mengenai percobaan, kemudian peneliti
menuliskan hasil dari percobaan yang telah dilakukan di papan tulis dan masing- masing siswa menuliskan hasil percobaan yang dilakukan peneliti di Lembar
Kerja Siswa. Setelah mereka mengamati demonstrasi dari penulis kemudian masing-masing siswa melakukan diskusi secara klasikal, mereka juga dinilai
aspek kerjasama dan aspek psikomotoriknya, akan tetapi ada beberapa aspek yang tidak muncul pada saat pembelajaran berlangsung. Untuk mengetahui hasil belajar
kelompok eksperimen dan kelompok kendali selama tiga kali pertemuan maka penulis memberikan post-test kepada kedua kelompok tersebut di akhir
pertemuan. Pemberian post-test digunakan untuk mengetahui hasil belajar kognitif.
Nilai post-test dari kedua kelas ini selanjutnya dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Teams Asisted Individualization. Nilai kogntitif dijadikan sebagai data utama dalam penelitian ini, sedangkan aspek afektif kerjasama dalam
kelompok dan aspek psikomotorik sebagai data pendukung.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada peningkatan pada pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Asisted
Individualization terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan gerak kelas VII semester II di SMP Negeri 2 Boja tahun ajaran 20122013. Terlihat pada rata-rata
hasil pre-test pada kelompok eksperimen dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Asisted Individualization yang menunjukkan angka sebesar 49,09
sedangkan rata-rata hasil post-test menunjukkan angka sebesar 75,28. Pada kelompok kendali dengan metode metode ceramah-demonstrasi menunjukkan
angka sebesar 44,47 sedangkan rata-rata hasil post-test sebesar 64,54. Dari hasil pre-test dan post-test menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar kelompok
eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kendali dan dari kedua tes ini dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan hasil belajar dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Teams Asisted Individualization. Adanya pembentukan kelompok menimbulkan adanya rasa saling
ketergantungan positif siswa dalam menghargai kontribusi masing-masing anggota kelompok, disini siswa berinteraksi satu sama lain untuk saling
membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok. Hal ini sejalan dengan pendapat Vygotsky bahwa model ini mempunyai peran yang sangat penting bagi
perkembangan kognitif individu yang terjadi melalui interaksi dan percakapan seorang anak dengan lingkungan sekitarnya, baik teman sebaya orang dewasa,
atau orang lain dalam lingkungannnya Nuryani, 2013: 1-5. Analisis data akhir terhadap nilai post-test yang dilakukan meliputi
beberapa uji yaitu uji normalitas, uji kesamaan dua varians, uji perbedaan dua
rata-rata uji t pihak kanan, uji peningkatan hasil belajar uji gain dan analisis lembar observasi.
Uji Normalitas nilai pre-test kelompok eksperimen dan kelompok kendali menunjukkan data berdistribusi normal yaitu kelompok eksperimen
= 3,73 sedangkan kelompok kendali
= 4,02. Untuk nilai post-test kelompok eksperimen dengan
= 5,56 dan kelompok kendali dengan =
5,93. Dari perhitungan tersebut didapatkan dk = 3 sehingga diperoleh =
7,81 dengan taraf signifikasi 5. Karena maka dapat
disimpulkan bahwa data hasil pre-test dan post-test kedua kelompok berdistribusi normal, sehingga selanjutnya menggunakan statistik parametrik.
Untuk menguji apakah kedua kelas tersebut mempunyai keadaan awal yang sama atau tidak dan untuk menentukan rumus yang akan digunakan dalam
melakukan uji perbedaan dua rata-rata, pengujian ini dianalisis dengan uji kesamaan dua varians data pre-test kelompok eksperimen dan kelompok kendali
dengan = 1,65 dan data post-test yang menunjukkan bahwa
= 0,73 yang lebih kecil dari
= 2,05 pada taraf signifikan 5, dk = 31. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang mendapat perlakuan modelpembelajaran
kooperatif tipe Teams Asisted Individualization dan siswa yang mendapat metode ceramah-demonstrasi berasal dari sebuah populasi yang memiliki nilai
kemampuan awal homogen, sehingga pengujian yang digunakan untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas
kendali yaitu dengan uji t. Perbedaan perolehan hasil pre-test pada kelompok
eksperimen eksperimen dan kelompok kendali disebabkan karena kurangnya pengawasan penulis pada pelaksanaan pre-test di kelas eksperimen sehingga
menyebabkan siswa menjadi lebih mudah untuk saling mencontek. Penggunaan soal objektif dalam hal evaluasi juga menyebabkan siswa cenderung hanya
menebak jawaban tanpa berpikir untuk mencari penyelesaian jawaban yang benar. Hasil uji-t pihak kanan menunjukkan bahwa ada perbedaan pembelajaran
menggunakan model
pembelajaran kooperatif
tipe Teams
Asisted Individualization dengan metode ceramah-demonstrasi terhadap hasil belajar
fisika pokok bahasan gerak pada kelas VII semester II tahun ajaran 20122013 SMP Negeri 2 Boja. Hal ini terbukti dari hasil pengujian dengan menggunakan
uji-t pihak kanan data post-test kelompok eksperimen dan kelompok kendali diperoleh harga
= 3,368 sedangkan dari tabel distribusi t dengan taraf signifikan 5 dan dk = 62 diperoleh harga
= 1,999. Karena maka ada perbedaan yang signifikan antara pembelajaran yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Teams Asisted Individualization dengan metode ceramah-demonstrasi terhadap hasil belajar siswa. Hal ini berarti bahwa
hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Asisted Individualization lebih baik daripada dengan metode ceramah-demonstrasi.
Aspek psikomotorik siswa yang diteliti meliputi merangkai alat dan bahan, melakukan
percobaan, mengamatimenuliskan
hasil percobaan,
mengkomunikasikan hasil percobaan dan membuat kesimpulan. Berdasarkan analisis data penelitian, hasil belajar psikomotorik siswa kelas eksperimen dan
kelas kendali mengalami peningkatan, tetapi hasil belajar kelompok eksperimen dengan model pembelajaran koperatif tipe Teams Assisted Individualization jauh
lebih baik daripada kelas kendali dengan ceramah-demonstrasi. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis yang menunjukkan bahwa kelas eksperimen pada
pertemuan yang pertama sebesar 66,25 kemudian pada pertemuan kedua mengalami peningkatan sebesar 72,97 pertemuan ketiga sebesar 78,44. Pada
kelompok kendali pada pertemuan pertama menunjukkan angka sebesar 38,75 kemudian pada pertemuan kedua mengalami peningkatan sebesar 40,31 dan
pertemuan ketiga sebesar 45,47. Berdasarkan uji peningkatan rata-rata hasil belajar psikomotorik pada kelompok eksperimen menunjukkan angka sebesar 0,36
dengan kriteria sedang sedangkan pada kelompok kendali sebesar 0,11 dengan kriteria rendah.
Adanya perbedaan besarnya peningkatan diantara kedua kelompok disebabkan adanya perlakuan yang dilakukan oleh penulis. Pada kelompok
eksperimen dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization, masing-masing kelompok terlibat dalam proses pembelajaran,
masing-masing siswa dalam kelompok merangkai alat dan bahan yang sudah disediakan sesuai dengan materi yaitu tentang gerak, kemudian mereka
melakukan percobaan, sehingga semua aspek yang tercakup pada lembar penilaian psikomotrorik dapat terpenuhi. Pada kelompok kendali, siswa tidak
terlibat langsung dalam melakukan percobaan, tetapi siswa hanya mengamati penulis melakukan demontrasi sehingga hanya aspek-aspek tertentu saja yang
muncul. Pada pembelajaran dengan metode ceramah-demonstrasi hanya tiga
aspek yang muncul dan dapat diukur yaitu aspek menuliskan hasil pengamatan, menyampaikan hasil pengamatan dan menyimpulkan. Aspek merangkai alat dan
bahan serta melakukan percobaan tidak dinilai karena kedua aspek tersebut tidak muncul pada metode ceramah-demonstrasi. Hal inilah yang menyebabkan
penilaian hasil belajar pada kelompok eksperimen dan kelompok kendali berbeda serta hasil dari penilaiannya juga menunjukkan angka yang berbeda.
Aspek-aspek afektif
siswa yang
diteliti adalah
bertanya, menjawabmenanggapi pertanyaan orang lain, mengemukakan pendapat,
menghrgai kontribusi, mendengarkan dengan arif, tidak mendominasi pengerjaan tugas kelompok, meminta orang lain untuk berbicara, interaksi antara siswa,
memberi penjelasan materi, menggunakan kesepakatan. Aspek kerjasama dalam kelompok yang diteliti adalah menghargai kontribusi, tidak mendominasi
pengerjaan tugas kelompok, interaksi antara siswa, memberi penjelasan materi dan menggunakan kesepakatan. Berdasarkan hasil penelitian, kemampuan afektif
siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kendali. Rata-rata kemampuan kerjasama dari pertemuan awal sampai pertemuan akhir mengalami peningkatan,
rata-rata kerjasama siswa kelas eksperimen pada pertemuan pertama sebesar 58,67, pertemuan kedua sebesar 71,48 dan pertemuan ketiga sebesar 78,91
hasilnya menunjukkan kategori baik sekali, sedangkan kelompok kendali pada pertemuan pertama sebesar 27,58, pertemuan kedua sebesar 31,56, dan
pertemuan ketiga sebesar 35,31 hasilnya menunjukkan kategori cukup. Berdasarkan uji peningkatan rata-rata hasil belajar afektif pada kelompok
eksperimen menunjukkan angka sebesar 0,48 dengan kriteria sedang, sedangkan
pada kelompok kendali sebesar 0,11. Hal tersebut disebabkan adanya implementasi
model pembelajaran
kooperatif tipe
Teams Assisted
Individualization yang lebih menekankan bimbingan antar teman dalam satu kelompok sehingga dengan model ini lebih berpotensi untuk meningkatkan
kemampuan bekerjasama dalam kelompok. Penelitian aziz et al 2006: 98 menemukan bahwa dalam kerjasama potensi siswa lebih diberdayakan dengan
dihadapkan pada keterampilan-keterampilan sosial yang mengakibatkan siswa secara aktif menemukan konsep serta mengkomunikasikan hasil pikirannya
kepada orang lain. Pada kelompok ini ada beberapa aspek afektif yang tidak muncul yaitu
keterampilan kerjasama dalam kelompok antara lain menghargai kontribusi, tidak mendominasi pengerjaan tugas kelompok, interaksi antar siswa, memberi
penjelasan materi, dan menggunakan kesepakatan. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan perlakuan pada kelompok kendali yaitu dengan metode
ceramah-demonstrasi, pada metode ini tidak ada diskusi secara berkelompok tetapi hanya diskusi secara klasikal untuk mengaktifkan suasana pembelajaran.
Aspek menghargai kontribusi, berdasarkan analisis diperoleh hasil setiap pertemuannya mengalami peningkatan. Pada pertemuan pertama sebesar 53,13,
pertemuan kedua sebesar 71,09 dan pertemuan ketiga sebesar 73,44. Di dalam pembelajaran kooperatif dikatakan bahwa keberhasilan kelompok tergantung pada
kontribusi individu. Pada awalnya, tidak semua siswa dalam satu kelompok memberikan kontribusinya, hanya siswa-siswa tertentu saja. Siswa yang malas-
malasan enggan untuk memberikan kontribusnya. Ada juga siswa yang mengaku
sudah memberikan kontribusi tetapi pendapatnya tidak dihargai dan diterima siswa lain dalam satu kelompok dengan alasan jawabannya kurang tepat. Untuk
mengatasi permasalahan ini, kemudian di setiap pertemuannya semua siswa diberi pengarahan bahwa setiap siswa harus dapat menghargai kontribusi dari masing-
masing anggota, karena setiap individu mempunyai kemampuan yang berbeda- beda. Jadi, akan lebih baik jika berbagai pendapat yang ditampung tersebut dapat
didiskusikan bersama-sama untuk memperoleh jawaban yang tepat. Aspek tidak mendominasi pengerjaan tugas kelompok, berdasarkan
analisis menunjukkan adanya peningkatan, pada pertemuan pertama sebesar 68,75, pertemuan kedua sebesar 70,31 dan pertemuan ketiga sebesar 81,25. Pada
awalnya, siswa dalam satu kelompok seharusnya memperoleh tugas masing- masing, tetapi ada siswa dalam satu kelompok yang tidak mau berusaha untuk
mengerjakan tugas-tugasnya dalam kelompok. Mereka hanya mengandalkan temannya yang mampu mengerjakan. Akibatnya pengerjaan tugas didominasi oleh
siswa yang rajin dan pandai saja, sedangkan siswa yang malas dan kurang pandai tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya. Setelah dilakukan
pengolahan grup dan pembagian tugas kelompok di setiap pertemuannnya, akan memungkinkan siswa untuk fokus pada peran masing-masing dan kerja kelompok
sehingga semuanya dapat terlibat dalam pemecahan masalah. Hal ini sejalan dengan pendapat Apriono 2011: 159-172, bahwa suatu kerjasama dalam belajar
kemungkinan besar tidak dapat berjalanberlangsung dengan optimal dan mencapai tujuan kelompok belajar secara maksimal tanpa didukung oleh adanya
keterampilan kerjasama diantara semua anggota. Hal ini akan mendorong para
anggota kelompok bekerjasama secara sinergis mencapai tujuan belajar secara optimal.
Aspek interaksi antara siswa, berdasarkan analisis menunjukkan adanya peningkatan, pada pertemuan pertama sebesar 63,28, pertemuan kedua sebesar
74,22 dan pertemuan ketiga sebesar 82,81. Interaksi yang dimaksud bukan hanya terjadi antara guru dengan siswa saja tetapi siswa harus dapat berinteraksi dengan
siswa lain. Berinteraksi dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi siswa. Siswa dapat mengungkapkan idegagasan yang dimiliki dan kemudian
pendapatnya dibandingkan dengan pendapat siswa lain untuk memperoleh kesepakatan. Berdasarkan penelitian Nattiv, Winitzky, dan Dricky mengatakan
bahwa siswa berinteraksi paling banyak dengan temannya ketika teknik pembelajaran kooperatif digunakan. Pembelajaran dengan cara berkelompok akan
memfokuskan siswa agar tidak menggantungkan pemikirannya pada guru, tetapi mereka berusaha untuk berfikir sendiri dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapinya. Siswa juga dapat mempunyai kesempatan berinteraksi secara luas dengan semua anggota kelompok untuk memberikan jawaban dari pemikirannya.
Adanya interaksi semua anggota kelompok akan menumbuhkan iklim kerjasama yang baik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Aspek memberi penjelasan materi, berdasarkan analisis menunjukkan adanya peningkatan, pada pertemuan pertama sebesar 57,03, pertemuan kedua
sebesar 72,66 dan pertemuan ketiga sebesar 81,25. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization akan mendorong siswa untuk
bekerjasama saling membantu dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
Siswa menerapkan bimbingan antar teman dalam satu kelompok. Siswa yang merasa memiliki kemampuan lebih dapat membantu dengan memberi penjelasan
materi kepada siswa yang merasa kesulitan dalam memahami materi. Kegiatan ini dapat mendorong siswa yang pandai dalam mengembangkan kemampuan
berpikirnya. Hal ini akan meminimalisir sifat individual siswa dalam kerjasama kelompok, karena mereka hanya belajar untuk mencari nilai dan mementingkan
diri sendiri. Adanya sikap saling memberikan bantuan, maka siswa dapat belajar sifat peduli terhadap orang lain yang mengalami kesulitan belajar dan diharapkan
pada masa yang akan datang siswa tidak merasa kesulitan dalam bergaul dan bekerjasama dalam masyarakat.
Aspek menggunakan kesepakatan, berdasarkan analisis menunjukkan adanya peningkatan, pada pertemuan pertama sebesar 71,88, pertemuan kedua
sebesar 79,69 dan pertemuan ketiga sebesar 83,59. Setiap anggota kelompok memberikan kontribusinya dengan mengungkapkan idegagasan yang dimilikinya.
Dari berbagai ide dan solusi pemecahan masalah tersebut, kemudian mereka menggunakan kesepakatan hanya ada satu jawaban yang akan dijadikan solusi
dalam memecahkan permasalahan. Solusi tersebut diperoleh berdasarkan hasil diskusi bersama, masing-masing anggota menjelaskan dan memperkuat
idegagasan yang mereka miliki untuk memperoleh jawaban yang tepat. Dalam diskusi ini dapat merangsang siswa untuk berpikir dan meningkatkan belajar,
karena siswa belajar mengatur perbedaan pemikiran dari masing-masing individu. Siswa harus dapat mengatur posisi, melihat masalah dari sudut pandang lainnya,
negosiasi, memediasi untuk menjadi penengah ketika konflik memanas, dan menentukan kesepakatan Hill Tim, 1993.
Aspek yang perlu ditingkatkan adalah aspek menghargai kontribusi. Pada kenyataanya yang terjadi dalam diskusi kelompok dan presentasi hasil percobaan,
tidak semua siswa memperhatikan anggota lain pada saat menyampaikan pendapat. Berdasarkan pengamatan, siswa cenderung sibuk berbicara dengan
siswa lain, bermain sendiri dan mengerjakan tugas mata pelajaran lain pada saat diskusi kelompok dan presentasi berlangsung. Hal inilah yang menyebabkan
aspek menghargai kontribusi sangat rendah karena kurangnya kesadaran diri dari masing-masing siswa dalam menghargai orang yang sedang mengemukakan
pendapat. Siswa tidak menyadari bahwa dengan mendengarkan pendapat orang lain, mereka dapat belajar menghargai perbedaan, dengan adanya perbedaan maka
siswa mampu berpikir untuk mengatasi suatu perbedaan menjadi persamaan. Siswa juga dapat menambah pengetahuan dari informasi yang telah disampaikan
dalam berpendapat.
87
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan