seseorang. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi seseorang. Oleh
karena itu dengan menguasai konsep dasar tentang belajar itu memegang peranan penting dalam
proses psikologis Rifa’i Ani, 2009: 81.
2.2 Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk
digunakan. Menurut Labidi 1998: 286-291 bahwa pembelajaran kooperatif penting karena dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang lebih tinggi
daripada metode pembelajaran tradisional. Selain dapat meningkatkan prestasi akademis, pembelajaran kooperatif juga dapat meningkatkan keterampilan sosial
siswa. Menurut Slavin, sebagaimana dikutip oleh Sanjaya 2006: 242, bahwa pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar
berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Dari dua alasan tersebut, maka pembelajaran kooperatif merupakan
bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokantim kecil, yaitu antara empat sampai enam
orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda heterogen. Sistem penilaian dilakukan terhadap
kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan reward, jika
kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan Sanjaya, 2006: 242-243.
Margo Dellicarpini 2009: 42-50 menyatakan bahwa ada beberapa komponen dari pembelajaran kooperatif yaitu pertama, saling ketergantungan
positif dimana pengetahuan setiap siswa terhubung dengan siswa yang lain dalam satu kelompok dan bahwa keberhasilan kelompok tergantung pada kontribusi
individu. Dengan cara ini, semua kontribusi siswa dinilai dan diperlukan untuk menyelesaikan tugas, dan anggota saling membantu sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai. Kedua, akuntabilitas individu yaitu pengetahuan yang tidak hanya produk yang dinilai dalam kelompok tersebut, tetapi kontribusi individu juga akan
dinilai. Ketiga, interaksi tatap muka dimana setelah saling ketergantungan positif ditetapkan, bekerjasama untuk memecahkan masalah, saling membantu,
menghargai usaha satu sama lain, mendukung, dan mendorong satu sama lain. Berbagai strategi bahasa lisan yang digunakan menjelaskan, mendiskusikan,
membuat permintaan, membujuk, menyarankan, mengajukan pertanyaan, mencari klarifikasi serta berbagai strategi interaktif bernegosiasi, mengambil keputusan,
berbicara, mengikuti petunjuk, menggunakan dan menginterpretasikan verbal dan non verbal. Keempat, keterampilan sosial dimana siswa harus menggunakan
keterampilan sosial yang tepat diajarkan dan diperkuat secara positif oleh guru untuk memungkinkan mereka terlibat dalam kerjasama. Keterampilan seperti
kepemimpinan, pengambilan keputusan, membangun kepercayaan, komunikasi, dan manajemen konflik harus ada, serta keterampilan sosial yang diperlukan
untuk lintas budaya, interaksi dan komunikasi. Kelima, pengolahan grup yang
memungkinkan peserta untuk fokus pada peran masing-masing siswa dalam satu kelompok. Siswa harus diberi waktu yang tepat dalam kelompok mereka sehingga
mereka dapat fokus pada kerja kelompok dan terlibat dalam pemecahan masalah untuk meningkatkan produktivitas kelompok.
Pola interaksi guru dan siswa selama pembelajaran kooperatif mempunyai maksud dalam belajar dan mengajar di sekolah. Sebagian besar tujuan interaksi
guru dan siswa selama pembelajaran kooperatif adalah meningkatkan pemahaman siswa. Pertukaran pikiran diantara guru dan siswa dalam pembelajaran kooperatif
difokuskan agar siswa dapat berfikir dengan sendirinya tanpa membaca referensi. Guru harus memberi petunjuk kepada siswanya dalam melaksanakan kerjasama
dan berbagi tugas dengan siswa lain dalam satu kelompok selama pembelajaran kooperatif berlangsung. Kemudian guru juga harus memperluas interaksi antar
siswa agar masing-masing siswa mempunyai kesempatan untuk memberikan jawaban dari tugas yang telah diberikan oleh guru Ajaja Eravwoke, 2010: 1-
18. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nattiv, Winitzky dan Dricky
yang menyatakan bahwa siswa berinteraksi paling banyak dengan temannya ketika teknik pembelajaran kooperatif digunakan. Demikian pula dengan
kemajuannya dapat diamati dalam interaksi antara guru dan siswa. Dalam situasi ini dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi siswa secara pribadi. Dengan
demikian siswa berusaha untuk bertanggungjawab pada masing-masing anggota kelompok dalam memberikan kontribusinya Tanel Erol, 2008: 124-136.
Tabel 2.1 Bagan Sintak Fase Pembelajaran Kooperatif Jauhar, 2011: 54 Fase
Peran Guru 1. Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang
ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
2. Menyajikan informasi Menyajikan informasi kepada siswa dengan
jalan cara demonstrasi atau bahan bacaan. 3. Mengorganisasi siswa ke
dalam kelompok belajar Menjelaskan kepada siswa bagaimana cara
membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi
secara efisien. 4. Membimbing
kelompok bekerja dan belajar
Membimbing kelompok dalam belajar, yaitu pada saat mereka mengerjakan tugas.
5. Evaluasi Mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari kelompok atau masing- masing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya. 6. Memberikan penghargaan
Memberi penghargaan
kepada individu
ataupun kelompok yang mendapatkan hasil yang baik. Misalnya, dengan memberi hadiah.
Struktur tujuan kooperatif terjadi jika siswa dapat mencapai tujuan mereka hanya jika siswa lain dengan siapa mereka bekerjasama mencapai tujuan tersebut.
Menurut Ibrahim, sebagaimana dikutip oleh Jauhar 2011: 55, tujuan pembelajaran ini mencapai tiga jenis tujuan penting yaitu:
a Hasil belajar akademik Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga
memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis yang lainnya. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur
penghargaan kooperatif telah meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
b Penerimaan terhadap perbedaan individu Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas
dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi
peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur
penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain. c Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan siswa keterampilan bekerjasama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial
penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang memiliki keterampilan sosial.
Keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran yaitu siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah
kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain, siswa dapat mengembangkan
kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain, kemudian siswa dapat membantu
anak untuk peduli pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan Sanjaya, 2006: 249.
Adapaun kelemahan dari strategi pembelajaran kooperatif yaitu untuk memahami dan mengerti filosofis strategi pembelajaran kooperatif memang butuh
waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat cooperative learning. Untuk siswa yang
dianggap memiliki kelebihan, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat
mengganggu iklim kerjasama dalam kelompok. Ciri utamanya adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Penilaian yang diberikan didasarkan kepada hasil
kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu.
2.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Assisted