Korelasi antara dimensi organizational learning – perbaikan

2. Korelasi antara dimensi organizational learning – perbaikan

berkelanjutan dengan persepsi pelaporan kesalahan medis oleh tenaga kesehatan Hasil analisis korelasi antara kedua variabel dilakukan dengan uji korelasi Spearman. Adapun hasil analisis tersebut telah dijelaskan pada tabel 5.4. sebelumnya. Berdasarkan tabel 5.6. diatas diketahui hasil uji statistik menunjukkan bahwa koefisien korelasi kedua variabel di Rumah Sakit X adalah sebesar 0,496 yang berarti ada korelasi dengan tingkat kekuatan sedang. Nilai p value yang didapatkan adalah sebesar 0,000 pada tingkat kemaknaan 95 sehingga korelasi kedua variabel dikatakan sebagai korelasi yang bermakna di Rumah Sakit X. Sedangkan diketahui hasil uji statistik di Rumah Sakit Y menunjukkan bahwa koefisien korelasi kedua variabel adalah sebesar 0,073 yang berarti ada korelasi dengan tingkat kekuatan lemah dan nyaris tidak ada korelasi. Sedangkan nilai p value yang didapatkan adalah sebesar 0,493 pada tingkat kemaknaan 95 sehingga korelasi kedua variabel dikatakan sebagai korelasi yang tidak bermakna. Variabel dimensi organizational learning dan variabel persepsi pelaporan kesalahan medis memiliki korelasi yang bermakna di Rumah Sakit X namun tidak memiliki korelasi bermakna di Rumah Sakit Y. 3. Korelasi antara dimensi kerjasama dalam unit rumah sakit dengan persepsi pelaporan kesalahan medis oleh tenaga kesehatan Hasil analisis korelasi antara kedua variabel dilakukan dengan uji korelasi Spearman. Adapun hasil analisis tersebut telah dijelaskan pada tabel 5.4. sebelumnya. Berdasarkan tabel 5.4., diketahui hasil uji statistik di Rumah Sakit X menunjukkan bahwa koefisien korelasi kedua variabel adalah sebesar 0,327 yang berarti ada korelasi dengan tingkat kekuatan sedang. Nilai p value yang didapatkan adalah sebesar 0,001 pada tingkat kemaknaan 95 sehingga korelasi kedua variabel dikatakan sebagai korelasi yang bermakna di Rumah Sakit X. Sedangkan hasil uji statistik di Rumah Sakit Y menunjukkan bahwa koefisien korelasi kedua variabel adalah sebesar 0,184 yang berarti ada korelasi dengan tingkat kekuatan lemah. Nilai p value yang didapatkan adalah sebesar 0,081 pada tingkat kemaknaan 95 sehingga korelasi kedua variabel dikatakan sebagai korelasi yang tidak bermakna di Rumah Sakit Y. Variabel dimensi kerjasama dalam unit dan variabel persepsi pelaporan kesalahan medis memiliki korelasi yang bermakna di Rumah Sakit X namun tidak memiliki korelasi yang bermakna di Rumah Sakit Y. 4. Korelasi antara dimensi keterbukaan komunikasi dengan persepsi pelaporan kesalahan medis oleh tenaga kesehatan Hasil analisis korelasi antara kedua variabel dilakukan dengan uji korelasi Spearman. Adapun hasil analisis tersebut telah dijelaskan pada tabel 5.4. sebelumnya. Berdasarkan tabel 5.sebelumnya, diketahui hasil uji statistik di Rumah Sakit X menunjukkan bahwa koefisien korelasi kedua variabel adalah sebesar 0,582 yang berarti ada korelasi dengan tingkat kekuatan kuat. Nilai p value yang didapatkan adalah sebesar 0,000 pada tingkat kemaknaan 95 sehingga korelasi kedua variabel dikatakan sebagai korelasi yang bermakna di Rumah Sakit X. Sedangkan hasil uji statistik di Rumah Sakit Y menunjukkan bahwa koefisien korelasi kedua variabel adalah sebesar 0,264 yang berarti ada korelasi dengan tingkat kekuatan sedang. Nilai p value yang didapatkan adalah sebesar 0,012 pada tingkat kemaknaan 95 sehingga korelasi kedua variabel juga dikatakan sebagai korelasi yang bermakna dan signifikan di Rumah Sakit Y. Variabel dimensi keterbukaan komunikasi dan variabel persepsi pelaporan kesalahan medis sama-sama memiliki korelasi yang bermakna di kedua rumah sakit. Namun tingkat kekuatan korelasi kedua variabel berbeda di kedua rumah sakit dimana tingkat kekuatan korelasi kedua variabel lebih tinggi di Rumah Sakit X. 5. Korelasi antara dimensi umpan balik dan komunikasi tentang kesalahan medis yang terjadi dengan persepsi pelaporan kesalahan medis oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit X Hasil analisis korelasi antara kedua variabel dilakukan dengan uji korelasi Spearman. Adapun hasil analisis tersebut telah dijelaskan pada tabel 5.4. sebelumnya. Berdasarkan tabel 5.4. diatas, diketahui hasil uji statistik di Rumah Sakit X menunjukkan bahwa koefisien korelasi kedua variabel adalah sebesar 0,197 yang berarti ada korelasi dengan tingkat kekuatan lemah. Nilai p value yang didapatkan adalah sebesar 0,048 pada tingkat kemaknaan 95 sehingga korelasi kedua variabel dikatakan sebagai korelasi yang bermakna di Rumah Sakit X. Sedangkan hasil uji statistik di Rumah Sakit Y menunjukkan bahwa koefisien korelasi kedua variabel adalah sebesar 0,286 yang berarti ada korelasi dengan tingkat kekuatan sedang. Nilai p value yang didapatkan adalah sebesar 0,006 pada tingkat kemaknaan 95 sehingga korelasi kedua variabel dikatakan sebagai korelasi yang bermakna dan signifikan. Variabel dimensi umpan balik dan komunikasi tentang kesalahan medis yang terjadi dan variabel persepsi pelaporan kesalahan medis sama- sama memiliki korelasi yang bermakna di kedua rumah sakit. Namun tingkat kekuatan korelasi kedua variabel berbeda di kedua rumah sakit dimana tingkat kekuatan korelasi kedua variabel lebih tinggi di Rumah Sakit Y. 6. Korelasi antara dimensi respon yang tidak menyalahkan dengan persepsi pelaporan kesalahan medis oleh tenaga kesehatan Hasil analisis korelasi antara kedua variabel dilakukan dengan uji korelasi Spearman. Adapun hasil analisis tersebut telah dijelaskan pada tabel 5.4. sebelumnya. Berdasarkan tabel 5.4, diketahui hasil uji statistik di Rumah Sakit X menunjukkan bahwa koefisien korelasi kedua variabel adalah sebesar 0,419 yang berarti ada korelasi dengan tingkat kekuatan sedang. Nilai p value yang didapatkan adalah sebesar 0,000 pada tingkat kemaknaan 95 sehingga korelasi kedua variabel dikatakan sebagai korelasi yang bermakna di Rumah Sakit X. Sedangkan hasil uji statistik di Rumah Sakit Y menunjukkan bahwa koefisien korelasi kedua variabel adalah sebesar 0,201 yang berarti ada korelasi dengan tingkat kekuatan lemah. Nilai p value yang didapatkan adalah sebesar 0,057 pada tingkat kemaknaan 95 sehingga korelasi kedua variabel dikatakan sebagai korelasi yang tidak bermakna. Variabel dimensi respon yang tidak meyalahkan dan variabel persepsi pelaporan kesalahan medis memiliki korelasi yang bermakna di Rumah Sakit X namun tidak memiliki korelasi yang bermakna di Rumah Sakit Y. 7. Korelasi antara dimensi penyusunan staf dengan persepsi pelaporan kesalahan medis oleh tenaga kesehatan Hasil analisis korelasi antara kedua variabel dilakukan dengan uji korelasi Spearman. Adapun hasil analisis tersebut telah dijelaskan pada tabel 5.4 sebelumnya. Berdasarkan tabel 5.4 diatas, diketahui hasil uji statistik di Rumah Sakit X menunjukkan bahwa koefisien korelasi kedua variabel adalah sebesar 0,039 yang berarti ada korelasi dengan tingkat kekuatan lemah dan hampir tidak ada. Nilai p value yang didapatkan adalah sebesar 0,701 pada tingkat kemaknaan 95 sehingga korelasi kedua variabel dikatakan sebagai korelasi yang tidak bermakna di Rumah Sakit X. Sedangkan hasil uji statistik di Rumah Sakit Y menunjukkan bahwa koefisien korelasi kedua variabel adalah sebesar -0,165 yang berarti ada korelasi dengan tingkat kekuatan lemah. Nilai p value yang didapatkan adalah sebesar 0,118 pada tingkat kemaknaan 95 sehingga korelasi kedua variabel dikatakan sebagai korelasi yang tidak bermakna. Dimensi penyusunan staf dengan persepsi pelaporan kesalahan medis oleh tenaga kesehatan sama-sama tidak memiliki korelasi yang bermakna di kedua rumah sakit. 8. Korelasi antara dimensi dukungan manajemen terhadap upaya keselamatan pasien dengan persepsi pelaporan kesalahan medis oleh tenaga kesehatan Hasil analisis korelasi antara kedua variabel dilakukan dengan uji korelasi Spearman. Adapun hasil analisis tersebut telah dijelaskan pada tabel 5.4 sebelumnya. Berdasarkan tabel 5.4 diatas, diketahui hasil uji statistik di Rumah Sakit X menunjukkan bahwa koefisien korelasi kedua variabel adalah sebesar 0,112 yang berarti ada korelasi dengan tingkat kekuatan lemah. Nilai p value yang didapatkan adalah sebesar 0,266 pada tingkat kemaknaan 95 sehingga korelasi kedua variabel dikatakan sebagai korelasi yang tidak bermakna di Rumah Sakit X. Sedangkan hasil uji statistik di Rumah Sakit Y menunjukkan bahwa koefisien korelasi kedua variabel adalah sebesar 0,157 yang berarti ada korelasi dengan tingkat kekuatan lemah. Nilai p value yang didapatkan adalah sebesar 0,137 pada tingkat kemaknaan 95 sehingga korelasi kedua variabel dikatakan sebagai korelasi yang tidak bermakna di Rumah Sakit Y. Variabel dimensi dukungan manajemen terhadap upaya keselamatan pasien dan variabel persepsi pelaporan kesalahan medis sama- sama tidak memiliki korelasi yang bermakna di kedua rumah sakit. 9. Korelasi antara dimensi kerjasama antar unit di rumah sakit dengan persepsi pelaporan kesalahan medis oleh tenaga kesehatan Hasil analisis korelasi antara kedua variabel dilakukan dengan uji korelasi Spearman. Adapun hasil analisis tersebut telah dijelaskan pada tabel 5.4 sebelumnya. Berdasarkan tabel 5.4, diketahui hasil uji statistik di Rumah Sakit X menunjukkan bahwa koefisien korelasi kedua variabel adalah sebesar 1,176 yang berarti ada korelasi dengan tingkat kekuatan lemah. Nilai p value yang didapatkan adalah sebesar 0,078 pada tingkat kemaknaan 95 sehingga korelasi kedua variabel dikatakan sebagai korelasi yang tidak bermakna. Sedangkan hasil uji statistik di Rumah Sakit Y menunjukkan bahwa koefisien korelasi kedua variabel adalah sebesar 0,203 yang berarti ada korelasi dengan tingkat kekuatan lemah. Nilai p value yang didapatkan adalah sebesar 0,054 pada tingkat kemaknaan 95 sehingga korelasi kedua variabel dikatakan sebagai korelasi yang tidak bermakna di Rumah Sakit Y. Variabel dimensi kerjasama antar unit dan variabel persepsi pelaporan kesalahan medis sama-sama tidak memiliki korelasi yang bermakna di kedua rumah sakit. 10. Korelasi antara dimensi serah terima dan transisi pasien dari unit ke unit lain dengan persepsi pelaporan kesalahan medis oleh tenaga kesehatan Hasil analisis korelasi antara kedua variabel dilakukan dengan uji korelasi Spearman. Adapun hasil analisis tersebut telah dijelaskan pada tabel 5.4 sebelumnya. Berdasarkan tabel 5.4, diketahui hasil uji statistik di Rumah Sakit X menunjukkan bahwa koefisien korelasi kedua variabel adalah sebesar 0,016 yang berarti ada korelasi dengan tingkat kekuatan yang sangat lemah. Nilai p value yang didapatkan adalah sebesar 0,870 pada tingkat kemaknaan 95 sehingga korelasi kedua variabel dikatakan sebagai korelasi yang tidak bermakna di Rumah Sakit X. Sedangkan hasil uji statistik di Rumah Sakit Y menunjukkan bahwa koefisien korelasi kedua variabel adalah sebesar 0,098 yang berarti ada korelasi dengan tingkat kekuatan lemah dan nyaris tidak ada. Nilai p value yang didapatkan adalah sebesar 0,357 pada tingkat kemaknaan 95 sehingga korelasi kedua variabel dikatakan sebagai korelasi yang tidak bermakna di Rumah Sakit Y. Variabel serah terima dan transisi pasien dari unit ke unit lain sama- sama tidak memiliki korelasi yang bermakna di kedua rumah sakit.

BAB VI PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini terdapat keterbatasan penelitian dimana penelitian ini hanya menilai persepsi pelaporan kesalahan medis sehingga belum bisa digunakan untuk menilai perilaku sebenarnya seluruh tenaga kesehatan secara nyata terutama perilaku tenaga kesehatan dalam melaporkan kesalahan medis yang terjadi. Selain itu penelitian ini juga tidak membandingkan dua rumah sakit yang sama klasifikasinya dimana Rumah Sakit X merupakan rumah sakit umum kelas B sedangkan Rumah Sakit Y merupakan rumah sakit khusus kelas A. Sehingga ada kemungkinan kondisi yang berbeda di kedua rumah sakit.

B. Gambaran Persepsi Pelaporan Kesalahan Medis oleh Tenaga Kesehatan

Pelaporan digunakan sebagai pembelajaran bagi organisasi dalam memperbaiki sistem pelayanan terutama dalam mencegah pengulangan kesalahan medis yang sama Wolf dan Hughes, 2005; Gulley, 2007. Meskipun kesalahan medis tidak secara esensial membahayakan pasien namun kesalahan medis dengan tingkat risiko yang tinggi dapat berujung pada timbulnya kejadian tidak diharapkan atau jenis insiden keselamatan lainnya Ghazal dkk., 2014. Ada atau tidaknya efek negatif dari kesalahan medis yang terjadi tidak mengalihkan fokus utama bahwa hal tersebut adalah