Serah terima dan transisi pasien dari unit ke unit lain

Rumah Sakit Y. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan sebelumnya El-Jardali dkk., 2011; Agnew dkk., 2013. Hal ini dapat disebabkan karena kerjasama antar unit tidak terlalu berkorelasi dengan persepsi pelaporan kesalahan medis pada kedua rumah sakit. Perlu dilakukan observasi mendalam lebih lanjut agar diketahui variabel lain yang berpengaruh terhadap persepsi pelaporan kesalahan medis di kedua rumah sakit baik di Rumah Sakit X maupun Rumah Sakit Y.

10. Serah terima dan transisi pasien dari unit ke unit lain

Dimensi serah terima dan transisi pasien dari unit ke unit lain adalah salah satu dimensi budaya keselamatan pasien berdasarkan AHRQ yang menunjukkan bahwa informasi penting terkait pasien dapat ditransfer antar unit dan antar shift Robb dan Seddon, 2010. Berdasarkan hasil analisa data, respon positif dari dimensi keterbukaan komunikasi di Rumah Sakit X adalah sebesar 62 sedangkan di Rumah Sakit Y adalah sebesar 68. Dimensi ini terdiri dari 4 pertanyaan yang diwakili pada item F3, F5, F7 dan F11 dalam kuesioner penelitian ini. Respon positif dimensi ini yang didapat di Rumah Sakit X cenderung lebih rendah dari Rumah Sakit Y. Hal ini dapat terjadi karena respon positif yang didapatkan baik pada dimensi kerjasama dalam unit ataupun antar unit pada Rumah Sakit X cenderung lebih rendah dari respon positif yang didapatkan di Rumah Sakit Y. Transisi sendiri diartikan sebagai peralihan dari keadaan tempat, tindakan dan sebagainya kepada keadaan yang lain Setiawan, 2014. Respon positif yang tidak terlalu tinggi di kedua rumah sakit menunjukkan adanya proses serah terima maupun transisi pasien yang kurang optimal. Dalam ruang lingkup keselamatan pasien rumah sakit, transisi dapat diartikan sebagai peralihan pemberian pelayanana kesehatan oleh satu unit menjadi oleh unit lainnya. Kegiatan serah terima dan transisi pasien merupakan dua jenis kegiatan yang sangat rawan menghasilkan kesalahan medis karena adanya informasi yang terlewat dan tidak tersampaikan pada rekan sejawat yang bertugas selanjutnya. Selain informasi yang tidak tersampaikan, pada kegiatan ini juga rentan terjadi kesalahan medis seperti terjatuhnya pasien saat pemindahan pasien. Dalam rangka mengurangi proses komunikasi yang tidak adekuat untuk meneruskan informasi lintas unit dan lintas shift terutama informasi yang terkait keselamatan maka diperlukan satu media atau kegiatan khusus. Pada bidang industri lainnya, terdapat satu sesi khusus di awal kerja yang disebut safety briefing dimana manajer akan membicarakan mengenai isu keselamatan yang terjadi hari itu dan menanyakan kembali kepada pekerja untuk mengetahui respon mereka terhadap isu tersebut. Dalam diskusi tersebut, seluruh informasi terkait keselamatan akan tergali sehingga tidak akan ada informasi yang terlewat atau tidak tersampaikan. Hal ini juga dapat dilakukan di rumah sakit guna mengoptimalkan komunikasi terkait keselamatan dalam rumah sakit baik yang terjadi dalam unit mereka ataupun yang terjadi di unit lain. Berdasarkan hasil uji statistik yang juga dilaksanakan diketahui bahwa dimensi serah terima dan transisi pasien dari unit ke unit lain tidak berkorelasi dengan persepsi pelaporan kesalahan medis oleh tenaga kesehatan baik di Rumah Sakit X maupun Rumah Sakit Y. Hal ini bertentangan dengan dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan sebelumnya El-Jardali dkk., 2011; Agnew dkk., 2013. Hal ini menun\jukkan bahwa terdapat kemungkinan adanya variabel lain yang mempengaruhi korelasi keduanya dan erlu dilakukan observasi mendalam lebih lanjut agar diketahui variabel lain yang berpengaruh terhadap persepsi pelaporan kesalahan medis di kedua rumah sakit baik di Rumah Sakit X maupun Rumah Sakit Y. Kebutuhan pelayanan kesehatan dalam 24 jam tanpa henti menjadikan tenaga kesehatan bekerja dalam pengelompokkan jam kerja yang di rumah sakit. Pengelompokkan jam kerja ini membuat perlunya ada kegiatan transisi dan serah terima pemberian pelayanan kesehatan pasien individual kepada tim berikutnya. Transisi dan serah terima yang dialami pasien bergantung pada kebutuhan pasien. Transisi dan serah terima membutuhkan komunikasi yang adekuat dan efektif. Kewenangan, kewajiban, dan informasi ditransfer melalui proses co-construction dimana pihak yang memberi dan menerima berpartisipasi secara aktif Behara dkk., 2005.

BAB VII PENUTUP