Siapa Yang Terlibat Dalam Pendampingan

77 Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia Pihak Ketiga Perusahaan, Perguruan Tinggi, LSM, dan Organisasi Kemasyarakatan lainnya. Sementara merujuk pada ketentuan Pasal 129 PP No. 472015, Tenaga Pendamping Profesional terdiri dari: 1. Pendamping Lokal Desa bertugas di Desa; bertugas Mendampingi Desa dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa, kerja sama desa, pengembangan BUM Desa dan pembangunan yang berskala lokal desa; 2. Pendamping Desa bertugas di Kecamatan; bertugas mendampingi Desa dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa, kerja sama Desa, pengembangan BUM Desa dan pembangunan yang berskala lokal desa; 3. Pendamping Teknsi bertugas di Kecamatan; bertugas mendampingi Desa dalam pelaksanaan program dan kegiatan sektoral; 4. Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat bertugas di Kabupaten; bertugas meningkatkan kapasitas tenaga pendamping dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Pelaksanaan Pembangunan Desa, Pembinaan kemasyarakatan Desa dan Pemberdayaan masyarakat Desa. Selain pendamping di atas, pelaku Pendampingan juga kader yang berasal dari Desa setempat, yang disebut sebagai Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa KPMD. KPMD dipilih melalui Musyawarah Desa dan ditetapkan dengan keputusan Kepala Desa.

3. Bagaimana Mekanisme Pihak Ketiga Yang Ingin

Melakukan Pendampingan Terhadap Desa? Peraturan-peraturan terkait UU Desa, misalnya Permendesa No. 32015 mengatur bahwa pendampingan Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia 78 yang dilakukan oleh pihak ketiga tidak boleh menggunakan dana dari Pemerintah, Pemerintah Daerah maupun Desa. Pihak Ketiga dimungkinkan untuk bekerjasama dengan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, atau Pemerintah KabupatenKota dalam melaksanakan Pendampingan Desa. Pihak Ketiga yang dimaksud adalah lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi, organisasi kemasyarakatan, atau perusahaan. Pihak ketiga harus melibatkan KPMD dalam hal perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi terhadap program kerja sama, dan dalam melaksanakan program pembangunan Desa dapat melibatkan tenaga pendamping profesional. Pihak ketiga tidak boleh mengabaikan spirit UU Desa dimana Desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, danatau hak tradisional secara mandiri. Oleh karena itu, pihak ketiga harus terlebih dahulu melakukan dialog dengan pihak Desa untuk mendapatkan kesepakatan kerjasama yang akan diputuskan dalam mekanisme berdesa oleh Desa. Dalam melibatkan KPMD, pihak ketiga dapat melakukan koordinasi kerjasama dalam Pusat Kemasyarakatan sebagai wadah berorganisasi KPMD. Bidang kerjasama pendampingan yang bisa menjadi fokus garapan pihak ketiga sangat luas, meliputi penyelenggaraan kehidupan Desa dalam berdesa. Antara lain kerjasama dalam peningkatan kapasitas teknokratis para pelaku Desa agar dapat menjalankan pengelolaan perencanaan, penganggaran, keuangan, administrasi, sistem informasi Desa secara lebih baik, serta dalam mewujudkan kehidupan berdesa yang lebih demokratis. Dalam bidang pembangunan, pihak ketiga dapat bermitra dengan KPMD agar KPMD dapat menjalankan tugasnya dengan lebih baik dan mandiri.